Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107768 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhuhuri Al Alif Megantara
"ABSTRAK
Skripsi ini meneliti mengenai tinjauan arkeologis dan perbandingan arsitektur candi perwara yang terdapat di Percandian Hindu Prambanan dan Percandian Buddha Plaosan Lor. Candi perwara merupakan salah satu bangunan di dalam kompleks candi selain pethirtan dan/atau mandapa. Candi perwara di kedua kompleks candi tersebut terdapat di dalam kompleks candi yang berbeda aliran keagamaan tetapi memiliki persamaan bentuk arsitektur caitya-grha, arah hadap, serta tata letak candi perwara yang sama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk arsitektur, perbandingan arsitektur, serta tinjauan arkeologis candi perwara di Percandian Hindu Prambanan dan Percandian Buddha Plaosan Lor sebagai wujud materi kebudayaan masa Hindu-Buddha di Indonesia, terutama di daerah Jawa. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan bangunan Candi Perwara Prambanan dan Candi Perwara Plaosan Lor. Hasil analisis adalah tinjauan perbandingan arsitektural yang berisi persamaan dan perbedaan kedua gugusan candi perwara. Informasi di dalam tinjauan perbandingan arsitektural digunakan sebagai penafsiran tinjauan arkeologis kedua gugusan candi perwara. Tinjauan arkeologis diperkirakan bahwa gugusan Candi Perwara Prambanan berumur lebih muda pada abad ke - 9 Masehi yang dibuktikan dengan penambahan ragam hias arsitektural yang tidak terdapat pada gugusan Candi Perwara Plaosan Lor.

ABSTRACT
This research examines the archaeological review and the comparison of the Perwara Temple (candi perwara)s architecture which are located in both of the enshrinement named Prambanan Hindu Temple Complex and Plaosan Lor Buddha Temple Complex. Perwara Temple is one of the buildings inside an enshrinement beside the pethirtan or mandapa. Perwara Temple in both of enshrinement are different by religious side but have the same architectural form as temple (candi)s architecture in general or known as caitya-grha. Main purpose of this research is gain the general information of architectural form, architectural comparison and the review from archaeological side in both of the enshrinement, hence as one of the archaeological evidences of Hindu- Buddhist period in Indonesia, especially in Java. Analysis is done by comparing the Perwara Prambanan Temple and Perwara Plaosan Lor Temple. Result of the analysis are archaeological review and architectural comparison, first depicted by the architectural differences both of the perwara temples. Hence, the information of the architectural differences use for elucidate about the Perwara Prambanan Temple which is estimated to be slightly younger in the 9th century AD compared to Perwara Plaosan Lor Temple from the field of architectural decoration.
"
2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kayato Hardani
"Penempatan prasasti merupakan suatu cara, proses dan perbuatan secara sadar maupun nirsadar dari sang penulis prasasti yang dapat berupa aktifitas meletakkan teks prasasti dalam suatu ruang (posisi dan lokasi) tertentu yang dilatarbelakangi oleh logika, ide, gagasan dan konsep tertentu. Peran penulis prasasti di dalam menulis/memahatkan prasasti di dalam batur candi perwara dan stupa perwara menjadikan informasi yang ia sampaikan menjadi suatu bekuan peristiwa di masa lampau. Ia mempunyai kewajiban menyampaikan ide gagasan kepada pembaca atau masyarakat pendukung budaya candi melalui media yang memuat tanda (aksara dan bahasa) yang bisa dipahami bersama-sama oleh suatu komunitas atau masyarakat pada abad ke-9 Masehi. Sang penulis prasasti yang diasumsikan adalah para bhiksu memiliki ciri personal sebagai cerminan kebahasaan masyarakat pada masanya, segala proses penulisan prasasti yang dibuat oleh bhiksu tersebut tidak mungkin menggambarkan realita masa itu secara keseluruhan, oleh karena itu pemahaman terhadap prasasti tidak hanya dibatas pada kata saja melainkan kata dalam konteks. Konteks tersebut adalah penempatan prasasti tersebut di dalam satu konteks keruangan yakni relasi-relasi yang terbentuk pada satu halaman kompleks percandian Buddha. Relasi-relasi tersebut dapat diungkapkan kembali maknanya menjadi narasi sejarah yang logis dengan menggunakan pendekatan strukturalisme yang terbingkai dalam perspektif agama Buddha Mahayana abad ke-9 Masehi. Pendekatan strukturalisme Levi-Strauss adalah untuk menemukan struktur dan memberi makna dengan tafsir di luar stuktur atas suatu fenomena budaya. Prasasti pendek yang ditempatkan di candi perwara dan stupa perwara dapat dipahami sebagai fenomena budaya yang mengandung logika, ide dan gagasan dari sang penulis prasasti ketika memulai memahatkan tulisan di batu andesit komponen candi sebagai media penyampaian informasi. Melalui pendekatan strukturalisme Levi-Strauss terlihat bahwa penempatan di dalam posisi yang sejajar dan seimbang memberi asumsi bahwa kesemua prasasti berada di dalam relasi sintagmatik untuk makna yang sama meskipun tidak dalam bentuk sinonim. Kedekatan jarak penempatan prasasti dapat dimaknai sebagai kedekatan di dalam struktur birokrasi maupun kekerabatan. Simpul penting formula dharmma di dalam satu baris candi perwara terlihat dengan pola yang berulang yakni kehadiran Çri Mahàràja yang senantiasa diapit oleh pejabat kerajaan dan pejabat daerah watak.

Inscription placement is a way, process and action consciously and unconsciously from the author of the inscription which can be in the form of activities putting the inscription text in a certain space (position and location) against the background of a certain logic, ideas, ideas, and concepts. The role of the writer of the inscription in writing / carving inscriptions in the batur (base) of perwara temples and ancillary stupas makes the information he presents becomes a record of events in the past. He should convey ideas to readers or the people who support the culture of the temple through media that contain signs (characters and languages) that can be understood together by a community or society in the 9th century AD. The writer of the inscription which is assumed is that monks have personal characteristics as a reflection of the language of society at the time, all the process of writing inscriptions made by the monk is not possible to describe the reality of the period as a whole, therefore understanding inscriptions is not limited to words but words in context. The context is the placement of these inscriptions in a spatial context, namely the relationships formed on a complex page of Buddhist temples. These relations can be re-revealed to be a logical historical narrative by using a structuralism approach framed in the perspective of 9th century Mahayana Buddhism. Levi-Strauss's structuralism approach is to find structure and give meaning to interpretations outside the structure of a cultural phenomenon. Short inscriptions placed in perwara temples and ancillary stupas can be understood as cultural phenomena that contain logic, ideas and ideas from the writers of inscriptions when they began sculpting writing on andesite stone components of the temple as a medium for delivering information. Through Levi- Strauss's structuralism approach, it is seen that placement in equal and balanced positions assumes that all inscriptions are in syntagmatic relations for the same meaning even though they are not synonymous. The proximity of the placement of the inscription can be interpreted as closeness in the bureaucratic structure and kinship. The important knot of the dharmma formula in a row of perwara temples is seen with a repetitive pattern, namely the presence of Çri Maharaja, which is always flanked by royal officials and regional officials."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T53613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desfira Ramadhania Rousthesa
"Candi di Jawa Tengah sebagian besar dibuat dengan bahan batu andesit. Batu andesit tersebut dibentuk menjadi balok berbagai ukuran dan disusun lapis demi lapis. Telaah ini membahas mengenai bentuk dan ukuran pada balok batu penyusun di Candi Perwara Sewu Deret I no.26 dan Candi Perwara Plaosan Lor Deret II no.29. Lebih tepatnya penempatan dan penggunaan balok batu pada kedua candi perwara tersebut. Tujuan dalam kajian ini adalah mengetahui hubungan dalam penggunaan balok batu terhadap konstruksi candi perwara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pengumpulan data, pengolahan data, dan interpretasi. Data primer pada penelitian ini adalah balok batu andesit yang digunakan untuk menyusun konstruksi candi perwara. Melalui kajian ini dapat diketahui balok batu di bagian kaki memiliki ukuran yang paling besar, sedangkan ukuran bagian tubuh serupa dengan balok batu di bagian kaki. Bagian atap memiliki ukuran balok batu paling kecil. Akibat tidak ditemukannya batu kuncian di kedua candi, maka balok batu di bagian bawah dibentuk lebih besar supaya dapat menahan beban lebih banyak. Balok batu di bagian atas pun dibentuk lebih kecil agar memberikan beban lebih kecil dan mempermudah dalam proses penyusunannya. Hubungan antara balok batu dengan konstruksi candi perwara pada akhirnya dapat diketahui dari bentuk, ukuran, dan bahan dasar balok batu penyusun di setiap bagiannya.

Most of the temples in Central Java are made of andesite stone. The andesite stone is formed into blocks of various sizes and arranged layer by layer. This study discusses the shape and size of the constituent stone blocks at the Perwara Sewu Temple Series I no.26 and the Perwara Temple Plaosan Lor Series II no.29. More precisely the placement and use of stone blocks in the two perwara temples. The purpose of this study is to determine the relationship in the use of stone blocks to the construction of ancillary temples. The method used in this study consisted of data collection, data processing, and interpretation. The primary data in this study were andesite stone blocks which were used to construct the perwara temples. Through this study, it can be seen that the stone blocks in the legs have the largest size, while the size of the body parts is similar to the stone blocks in the legs. The roof has the smallest stone block size. As a result of not finding a lockstone in the two temples, the stone blocks at the bottom were shaped bigger so that they could withstand more weight. The stone blocks at the top are also made smaller in order to provide a smaller load and make it easier in the preparation process. The relationship between stone blocks and the construction of ancillary temples can ultimately be known from the shape, size, and basic materials of the stone blocks that make up each part."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Fajar Baruvi
"Penelitian ini membahas mengenai bentuk arsitektur pagar halaman I di Percandian Prambanan, Percandian Sewu dan Percandian Plaosan Lor, Jawa Tengah. tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi perbedaan ataupun persamaan antara pagar halaman I di ketiga percandian yang menjadi fokus penelitian ini dan ketentuannya dengan yang terdapat dalam naskah. Unit analisis yang digunakan dalam mengamati arsitektur pagar halaman I adalah bentuk pagar halaman I, komponen-komponen yang terdapat di pagar halaman I, keadaan pagar halaman I dan ragam hias yang dipahatkan di pagar halaman I ataupun dipahatkan pada komponen-komponen lain yang terdapat di pagar halaman I. Melalui metode deskripsi dan komparatif, maka hasil dapat diperoleh secara rinci. Pembuatan pagar halaman I di ketiga pagar di Percandian Prambanan, Percandian Sewu dan Percandian Sewu dan Percandian Plaosan Lor memang dibuat untuk menunjang lingkungan percandian dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam naskah, namun terdapat perbedaan antara ketiga candi karena pertimbangan bentuk geografis tempat candi induk didirikan, faktor seniman dan faktor-faktor lain.

This thesis discuss about the architectural form of fence that is located at courtyard I Prambanan temple, Sewu temple, and Plaosan Lor temple, in Central Java. The purpose of this thesis is to identify the differences and similarities between the fences of those three temple that are the main focus in this thesis and with the provisions contained in the script. The unit of analysis used to observe the architecture of fence at courtyard I, the components on courtyard I fence, the condition of fence at courtyard I and ornaments carved on courtyard I fence or carved on the components on courtyard I fence.
This thesis uses two methods, descriptive and comparative. The fences at those three temple are built and designed to support the environment at each temple. Those fences also built and designed in accordance with the provisions contained in the script. But there are differences between those three temple because of the geographical situation, artist, etc.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sany Ustman
"Candi merupakan bangunan suci yang digunakan sebagai tempat ibadah. Di halaman pertama Percandian Prambanan terdapat delapan candi kecil yang terletak pada delapan arah mata angin. Penelitian ini membahas mengenai bentuk dan fungsi Candi ldquo;Mata Angin rdquo; tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa candi-candi ldquo;Mata Angin rdquo; mempunyai bentuk, ukuran, dan arah hadap yang sama, serta ragam hias yang sederhana. Fungsi Candi ldquo;Mata Angin rdquo; yaitu sebagai Candi Patok atau penanda titik-titik penting yang terdapat pada halaman percandian. Empat Candi ldquo;Mata Angin rdquo; yang letaknya berdekatan dengan gapura juga berfungsi sebagai kelir, penghalang magis agar kekuatan jahat tidak memasuki halaman candi.

Temple is a sacred building used as a place of worship. On the first courtyard of Prambanan Temple, there are eight small temples located on its eight cardinal points. This research discuss about the shape and function of those lsquo cardinal rsquo temples. The result shows that all the lsquo cardinal rsquo temples has the same size, same shape with simple decoration, and facing the same direction. These temples serve as a patok or a marker of important points on the temple courtyard. Four temples that located near the gates also have a function as kelir, a magical barrier to prevent evil force from entering the temple grounds.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S70174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jordan, Roy E.
Leiden: Vakgroep Talen en Culturen Zuidoost-Azie en Oceanie Rijksuniversiteit te Leiden, 1993
726.143 JOR i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Haryanto Sapto Nugroho
"Karya tulis ini mengkaji bentuk arsitektur candi-candi perwara yang merupakan bagian dari arsitektur kompleks candi-candi Buddha di Jawa Tengah yang didirikan pada abad VIII - IX Masehi. Adapun data yang digunakan adalah candi perwara Candi Lumbung, Sewu dan Plaosan Lor. Penelitian ini dilakukan guna mengoreksi hasil penelitian dari para peneliti sebelumnya. Dalam penelitian ini dilakukan pendeskripsian bentuk arsitektur candi-candi perwara di Candi Lumbung, Sewu dan Plaosan. Setelah dilakukan pendeskripsian diungkapkanlah perbedaan dan persamaan bentuk arsitektur pada keempat candi Buddha tersebut. Dari perbedaan dan persamaan bentuk tersebut tampaklah keragaman bentuk dari candi-candi perwara candi Buddha di Jawa Tengah. Pada tahap pengolahan data digunakan serangkaian metode arkeologi berupa pengumpulan data baik literatur, gambar, peta maupun foto, dilanjutkan dengan pengumpulan data kembali ke lapangan. Pada pengumpulan data di lapangan dilakukanlah pengamatan secara detail terhadap data utama. Agar didapatkan hasil perbandingan yang akurat, masing-masing obyek yang diteliti, terlebih dahulu dibagi ke dalam komponen-komponen unit observasi. Setelah data lapangan terkumpul, langkah berikutnya adalah pengolahan data berupa analisa data dengan memperbandingkan tiap komponen unit observasi. Sebagai langkah akhir dilakukanlah penginterpretasian semua hasil analisa terhadap data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing candi perwara memiliki ciri-ciri yang dapat membedakan satu dengan yang lainnya sekalipun itu berada dalam satu kompleks yang sama. Namun dari beberapa atribut yang dimiliki oleh semua candi perwara tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya berdenah bujur sangkar dengan arah hadap menyesuaikan dengan susunan deretnya. Hal menarik yang terdapat pads hasil akhir dan penelitian ini adalah di candi perwara Plaosan Lor ada bentuk kepala kala di dinding luar tubuh memiliki dagu (rahang bawah) dan bercakar, seperti halnya bentuk kala gaya Jawa Timur. Hal menarik lainnya adalah ditemukannya bentuk lapik arca di candi perwara Sewu deret l no. 20, diduga bentuk arca yang pemah mendiami bilik candi tersebut terbuat dari bahan perunggu (Kusen dick 1993: 51-2). Jadi candi perwara pun tenyata berhak untuk ditempati oleh arca berbahan perunggu. Secara keseluruhan penelitian ini menyumbangkan sedikit inforrnasi yang bersifat mengoreksi terhadap hasil penelitian-penelitian sebelumnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kirana Anindita Parama Putri
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana arsitektur candi di Sumatra, khususnya Candi Kedaton yang berada di Kawasan Percandian Muarajambi. Metode yang dilakukan dalam penulisan ini adalah dengan studi literatur, survei ke lapangan, dan wawancara. Berdasarkan hasil yang didapatkan, Candi Kedaton, yang memiliki ruang-ruang yang cukup besar berfungsi sebagai tempat pembelajaran (vihara). Candi Buddha yang umumnya bersifat memusat ini terlihat jelas di Candi Kedaton. Halaman inti yang begitu luas dapat menampung sekitar 2000 biksu di dalamnya. Di sekeliling halaman inti, terdapat ruang-ruang pendukung yang berfungsi sebagai tempat pembelajaran, tempat pemujaan, mau pun tempat tinggal. Selain itu, bahan penyusun Candi Kedaton merupakan sumber daya yang mudah dijumpai di sekitar lingkungan candi.

This writing is talking about temple architecture in Sumatra, especially Kedaton Temple in Muarajambi. The methods that used in this writing are literature study, site visit, and interview. Kedaton Temple has many big space that used to study. The Buddhist temple character mostly always centralised that is clearly visible in the Kedaton Temple. The very large temple core can accommodate around 2000 monks in it. Around the core courtyard, there are supporting rooms that function as places of learning, places of worship, and places to live. In addition, the building materials for Kedaton Temple are easily found around the temple environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Candi Blandongan merupakan salah satu candi di Komplek Percandian Batujaya,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Candi ini belum diketahui bentuk dan
fungsinya secara pasti. Bentuk dan fungsi pada candi ini penting untuk diketahui
guna merekonstruksi tingkah laku manusia pada masa lampau terutama dalam hal
pembangunan candi pada masa awal perkembangan agama Buddha di daerah
Jawa bagian barat. Penelitian mengenai bangunan Candi Blandongan dimulai
dengan pendeskripsian yang dilanjutkan dengan melakukan analisis khusus dan
kontekstual terhadap bangunan candi. Analisis dilakukan dengan cara
membandingkan bangunan Candi Blandongan dengan bangunan candi lain yang
ada di Komplek Percandian Batujaya. Hasil dari analisis tersebut adalah sebuah
eksplanasi bahwa bangunan Candi Blandongan diperkirakan merupakan bangunan
candi yang memiliki stupa pada bagian atasnya dan berfungsi sebagai pusat
pemujaan pada masa awal perkembangan agama Buddha di daerah Jawa bagian
barat., Blandongan Temple is one of the temples in Batujaya Enshrinement Complex.
The form and function is important to note in order to reconstruct human behavior
in the past, particularly in temple constructing matters in the early days of the
development of Buddhism teachings in western Java. The research is started by
describing the temple physical building and followed by performing form analysis
and contextual analysis. Analysis is done with comparing Blandongan Temple
building to other building temples inside Batujaya Enshrinement Complex. The
result of said analysis explains that Blandongan Temple building probably is a
temple with stupa on top of it and had been used as worship place in the early
days of the development of Buddhism teaching in western Java.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Arif Primanda Aji
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai penggambaran relief yang dikaji dari latar
belakang penggambarannya dan kemudian dikaitkan dengan struktur candi secara
vertikal pada Candi Plaosan Lor, Plaosan Kidul, Sewu, Sojiwan dan Lumbung.
Secara umum candi terbagi dalam tiga bagian yaitu, kaki, tubuh dan atap candi.
Masing-masing bagian tersebut mewakili pembagian tiga dunia secara
makrokosmos, yaitu kamadhatu, rupadhatu dan arupadhatu dalam ajaran
Buddha. Berdasarkan latar belakang penggambaran, relief dibedakan menjadi
relief hiasan biasa, konsepsi keagamaan dan naratif. Oleh karena itu, skripsi ini
berusaha mengkaji candi sebagai representasi makrokosmos dikaitkan dengan
latar belakang belakang relief yang ada di setiap candi tersebut.

ABSTRACT
This thesis discusses about the depiction of relief is examined from its background
and then associated with a temple structure vertically on Candi Plaosan Lor,
Plaosan Kidul, Sewu and Lumbung. Generally, the temple divided into three parts
namely, the foot, body and roof of the temple. Each of this sections represent three
zone of world in macrocosm, that is kamadhatu, rupadhatu, and arupadhatu in
Buddhism. Relief itself can be divided according its background drawing,
decoration relief, religious relief, and narrative relief. Therefore, this thesis
attempt to examine the temple as a representation of macrocosm associated with
relief background portrayal in each temple."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S53980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>