Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100711 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susanto
"Abstrak
Pengelolaan limbah radioaktif padat radiasi tinggi katagero tidak dapat bakar di Instalasi Radiometalurgi (IRM) telah dilakukan. Lira radiasi tinggi merupakan limbah yang memiliki tingkat aktivitas diatas sedang, sehingga memerlukan penanganan yang tepat dari pemilahan hingga pengangkutannya. Lira padat radiasi tinggi di IRM dihasilkan dari kegiatan penelitian dan pengembangan bahan bakar nuklir di dalam hotcell 102 dan 103. Bentuk limbah berupa serbuk logam, kawat, potongan logam, kaleng dan peralatan di hotcell yang sudah tidak terpakai lagi. Metode pengelolaan dilakukan dengan cara: pemantauan, pengumpulan, pengemasan, pelabelan, penyimpanan dan pengiriman ke Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PLTR). Tujuan dari pengelolaan adalah untuk meminimalisasi bahaya radiasi dan kontaminasi limbah radioaktif padat radiasi tinggi yang diterima oleh pekerja, daerha kerja, dan lingkungan. Pengelolaan lira padat radiasi tinggi dari tahun 2013 hingga tahun 2016 sebesar 1.790 liter. Dari jumlah tersebut limbah yang telah dikirim ke PLTR sebesar 1.190 liter (66,480 %) yang dibungkus kedalam 13 kemasan dengan paparan tertinggi 4.600.000 µSv/h, sementara yang belum dikirim sebesar 600 liter terbungkus ke dalam 6 kemasan dengan paparan permukaan tertinggi adalah 4.500 µSv/h. Pada saat ini limbah tersebut masih disimpan di R 013 gudang limbah radioaktif padat di IRM."
Jakarta: Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2017
600 PIN 10:19 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ngatijo
"Abstrak
Telah dilakukan analisis kadar uranium dan keasaman untuk menentukan kebutuhan sodium hidroksida pada penetralan limbah uranium cair di laboratorium kimia IEBE. Analisis kadar uranium dilakukan untuk mengetahui kandungan uranium dalam limbah sehingga jumlah dan keberadaan bahan nuklir dapat diketahui dalam rangka menjamin pelaksanaan pertanggungjawaban dan pengendalian bahan nuklir. Sedangkan analisis keasaman dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman limbah sehingga dalam pengolahan lebih lanjut dapat dilakukan secara efisien dan aman bagi lingkungan. Disamping itu juga analisis keasaman dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan sodium hidroksida yang digunakan dalam penetralan limbah sehingga penggunaan sodium hidroksida lebih efisien dan efektif. Analisis kadar uranium dilakukan dengan metode potensiometri dan analisis keasaman menggunakan metode alkalimetri.
Dari hasil analisis diketahui bahwa untuk limbah drum nomor 1 kadar U sebesar 0,8665 g/L dengan keasaman 2,0790 mol/L, drum nomor 2 kadar U sebesar 0,6939 g/L dengan keasaman 1,9076 mol/L, drum nomor 3 kadar U sebesar 2,8901 g/L dan keasaman 8,1309 mol/L. Penetralan limbah uranium cair dilakukan sampai pH 7. Berdasarkan hasil analisis kadar U dan keasaman serta volume limbah uranium cair maka untuk menetralkan limbah uranium cair tersebut diperlukan sodium hidroksida masing-masing untuk drum nomor 1 sebanyak 12.474,44 g, drum nomor 2 sebanyak 11.445,95 g dan drum nomor 3 sebanyak 22.767,98 g. Total kebutuhan sodium hidroksida untuk menetralkan limbah uranium cair sebanyak 46.687,61 g (50 kg)."
Jakarta: Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2017
600 PIN 10:19 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"EVALUASI BUDAYA KESELAMATAN UNTUK PRIORITISASI PENTINGNYA KARAKTERISTIK/ATRIBUT PADA INSTALASI NUKLIR DENGAN TEKNIK AHP (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS)."
Jakarta: Pusat Teknologi Limbah Radioaktif Badan Tenaga Nuklir Nasional,
604 JTPL
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Mugirahardjo
"Abstrak
Telah dilakukan studi rencana penambahan perisai radiasi di atas kanal hubung S-5 dengan menggunakan bahan utama air. Tujuan penambahan perisai radiasi untuk mengurangi paparan pada atap kanal hubung S-5 agar pekerja radiasi tidak berpotensi menerima dosis radiasi melebihi Nilai Batas Dosis (NBD) yang diijinkan oleh BAPETEN, yaitu 20 mSv/tahun. Studi Penambahan perisai radiasi dilakukan dengan membuat sebuah kolam pengukuran yang berukuran 8000(p) X 2400(l) X 300(t) mm3. Di dalam kolam ditentukan 9 titik pengukuran yang berjarak 1 meter. Pengukuran paparan radiasi, baik neutron maupun sinar pada titik pengukuran dilakukan pada saat reactor beroperasi normal (15MW), main shutter dan lithium shutter terbuka, dalam kondisi kolam belum diisi air, diisi air sedalam 15 cm dan 30 cm. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pada kedalaman air 30 cm paparan radiasi pada titik terdekat dengan sumber menurun jadi 101,57 µSv/jam menjadi 1,09µSv/jam untuk neutron dan 13.7 µSv/jam menjadi 3,95 µSv/jam untuk sinar y. Paparan rad ini sudah tidak berpotensi menyebabkan pekerja radiasi mempunyai dosis melebihi NDB yang diijinkan oleh BAPETEN. Dari data pengukuran juga diperoleh data bahwa air sangat efektif untuk meredam radiasi neutron, tetapi kurang efektif untuk meredam radiasi sinar. Dari hasil studi rencana ini, akan dibuat perencanaan pembuatan perisai radiasi di atap kanal hubung S-5."
Jakarta: Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2017
600 PIN 10:19 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Barlin
"Due to critical
environmental issues, increasing future energy supplies and decreasing reserved
energy resources are currently the subject of comprehensive research. The use
of biomass as a renewable energy resource may be helpful in solving current
energy shortfalls, particularly for countries that have abundant biomass
resources. In this study, pyrolysis of coal, Acacia Mangium wood, and their respective blend samples were
investigated using proximate analysis and Thermogravimetric (TG?DTG). A mixture
of coal and A. Mangium wood with a
weight ratio 100:0, 90:10, 50:50, 10:90, and 0:100, were used and
non-isothermal conditions at a constant heating rate of 5, 15, and 30°C/min
were applied. Thermal evolution profile analysis of the pyrolysis process
confirms that the reactivity of the fuel increased with the increasing
proportion of the biomass in the fuel. The reactivity and maximum temperatures
increased with the increasing heating rates. Proximate analysis showed the
potential of biomass of A. Mangium
wood to be used as a mixture with coal in terms of low ash and high volatile
matter content."
2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penggunaan teknologi informasi dalam pengelolaan perpustakaan sudah merupakan suatu keharusan. Namun demikian belum semua perpustakaan di Palembang telah menggunakan teknologi ini..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal
"ABSTRAK
Permasalahan konsumsi energi adalah satu masalah yang menjadi perhatian serius pemerintahan Indonesia. Pemerintah Indonesia serius memperhatikan tingkat konsumsi energi terutama konsumsi bahan bakar minyak (bbm), dikarenakan cadangan minyak yang diangkat dari seluruh kilang minyak di Indonesia (lifting bbm) masih kurang dibandingkan tingkat konsumsi yang dilakukan oleh rakyat. Pemerintah dalam hal ini berusaha mengembangkan alternative energi yang ada. Penelitian ini mencoba merekayasa bbm solar dengan menambah dengan zat luar. Zat luar yang dipakai adalah Virgin Coconut Oil (VCO) dan minyak goreng bekas (minyak jelantah). Tujuannya untuk melihat bagaimana hasil nilai kalor (heat value) dari bbm solar (High Speed Diesel) yang telah direkayasa dengan menambah dengan zat luar (Menambah secara bergantian dan terpisah antara VCO dan Minyak Jelantah). Penelitian dilakukan dengan menguji nilai panas (HV) dari bahan bakar solar, bahan bakar campuran solar dan minyak jelantah, serta bahan bakar campuran solar dan VCO. Besar campuran pada penelitian ini dibuat 1:2 atau dengan kandungan campuran zat luar sebesar 33,3 % didalam bahan bakar campuran solar dan zat luar. Hasil pengujian dan pengamatan pada penelitian ini sebagai berikut. Nilai kalor (HV) bahan bakar solar 79726 J/g, bahan bakar campuran solar dan minyak jelantah 73034 J/g, serta bahan bakar campuran solar dan VCO 61103 J/g. Penyimpangan (eror) nilai kalor bahan bakar campuran solar dan minyak jelantah terhadap nilai kalor bahan bakar solar sebesar 8,4 %, sedangkan penyimpangan (eror) nilai kalor bahan bakar campuran solar dan VCO terhadap nilai kalor bahan bakar solar sebesar 23,4 %. Analisa secara teoritis di lihat dari grafik menunjukkan bahwa bahan bakar campuran solar dan minyak jelantah cenderung proses pembakarannya lebih baik dibandingkan bahan bakar campuran solar dan VCO."
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2019
338 PLMD 22:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Knowledge sharing antara civitas akademika baik dosen maupun mahasiswa perguruan tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses knowledge sharing dalam perguruan tinggi seperti teknologi, budaya dan lainnya. Dengan mengetahui faktor yang mempengaruhi tersebut dapat dilihat faktor yang paling mempengaruhi. Faktor yang paling mempengaruhi proses knowledge sharing akan dianalisis pengaruh positif dan negatifnya sehingga dapat menemukan solusi untuk lebih meningkatkan proses knowledge sharing. Solusi knowledge sharing dapat dijadikan rekomendasi bagi perguruan tinggi untuk meningkatkan kinerja dan efektivitas. Berdasarkan analisis, faktor-faktor yang mempengaruhi knowledge sharing dalam perguruan tinggi dibedakan menjadi tiga faktor yaitu faktor organisasi, individu dan teknologi. Dalam faktor organisasi terdapat dua indikator yaitu budaya organisasi dan insentif/reward. Pada faktor individu terdapat empat indikator yaitu self efficacy, hasil yang diharapkan, senang membantu orang lain dan kaidah timbal balik. Sedangkan untuk faktor teknologi, indikatornya yaitu aplikasi IT. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan dosen STIKOM Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh mahasiswa STIKOM bali, faktor yang paling mempengaruhi proses knowledge sharing yaitu faktor teknologi. Sedangkan bagi hampir seluruh dosen STIKOM Bali, faktor yang paling mempengaruhi knowledge sharing yaitu faktor individu.
"
000 JEI 3:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Daulat
"ABSTRAK
Sloof yang diteliti menggunakan besi 10 mm sebagai tulangan balok ukuran 15cm x 15 cm dengan panjang 60 cm dengan begel 6 mm yang berjarak 15 cm. Sedangkan untuk pengganti begel digunakan kawat harmonika 1,58 mm adapun cara pemasangan dengan membungkusnya untuk menirukan begel. Sebagai bahan campuran beton digunakan perbandingan dengan cara volume yaitu 1:2:3 dan 1:3:5. Jumlah kubus beton digunakan ukuran 15 cm x 15 cm 15 cm sebanyak enam buah dengan tegangan maksimun untuk perbandingan 1:2:3 adalah 226,66 kg/cm2, 221,515 kg/cm2, 211,212 kg/cm2 dan untuk perbandingan 1:3:5 adalah 221,515 kg/cm2, 190,606 kg/cm2, 231,810 kg/cm2 dan balok sloof berjumlah sebanyak delapan buah. Pengujian balok dengan menggunakan mesin tes universal (universal test machine) dan diperoleh beban peak load rata-rata dari hasil pengujian yaitu 144,953 kN untuk balok dengan begel biasa, dan 120,792 kN untuk balok dengan kawat harmonika. Kemudian berdasarkan perbandingan antara nilai beban (peak load) analisis dengan hasil uji dalam persen, dimana pada begel tulangan biasa 36,16 kN dan kawat harmonika 11,523 kN. Berdasarkan hasil pengujian yang didapat, diperoleh suatu hasil bahwa perbedaan tegangan geser antara begel besi biasa diameter 6 mm dan begel dengan kawat harmonika diameter 1,58 mm tidak berbeda jauh yaitu hanya sebesar 1,2 berbanding satu atau dengan kata lain dengan perbedaan 20 persen. Salah satu alternatif pembesian sebagai tulangan sloof dapat digunakan kawat harmonika untuk rumah tinggal sederhana/rumah tinggal biasa (tidak bertingkat)."
Medan: Polimedia Negeri Medan, 2018
338 PLMD 21:4 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Parangtopo Sutokusumo
"

Teknologi telah ada sejak manusia hidup di dalam zaman purba, dan yang lebih biasa disebut teknologi premitif, kemudian teknologi berinteraksi dengan sains untuk memecahkan problim pembangunan manusia dalam kegiatan teknologi modern. Selanjutnya keterlibatan sains makin lama makin jauh lagi, sehingga tidak sekedar berinteraksi, tetapi fungsinya berubah menjadi inovator di dalam kegiatan teknologi canggih. Kehidupan sains dan teknologi semakin menyatu, dan oleh karenanya sangat tepat bila di Indonesia, sains dan teknologi diberi sebutan yang satu pula yaitu IPTEK. Sedang di negara-negara lain tetap disebut sains dan teknologi.

Melihat proses perkembangan sains dan teknologi dari permulaan sampai akhir abad ke 20 ini tampak ada proses khusus yang sangat menarik, dan menyebabkan terangkatnya tiga pertanyaan berikut :


Bagaimana sesungguhnya perkembangan sains dan teknologi itu?

Mengapa bangsa yang satu lebih cepat menguasai sains dan teknologi daripada bangsa yang lain?

Apakah bangsa bangsa yang berkembang mampu mengejar ketinggalannya dalam bidang sains dan teknologi?

Untuk melihat bagaimana teknologi berkembang kita dapat mengambil beberapa contoh, bagaimana manusia menciptakan kecepatan kendaraan dari zaman purba hingga zaman modern ini dan bagaimana nanti di jaman super modern kecepatan kendaraan ciptaan manusia itu dibuatnya. Pada zaman purba manusia hanya menggunakan kakinya untuk menuju suatu tempat, kalau dirasa perlu maka manusia Iari untuk mempercepat sasaran yang dituju, kemudian berkembang dengan menjinakkan binatang yang memiliki daya pacu lebih tinggi sebagai kendaraan untuk mencapai sasarannya.

Kebetulan yang dipilihnya kuda, dan memang sasaran yang dapat dicapai lebih cepat lagi. Perkembangan berikutnya bagaimana benda-benda beserta manusianya dalam kesatuan yang lebih banyak dapat ditransportasikan lebih cepat lagi ketempat yang lain. Untuk menjawabnya manusia menyajikan bentuk teknologi yang paling sederhana, yaitu kereta beroda. Kereta kuda diciptakan dengan teknologi sederhana dipadu dengan daya hewani mampu membentuk koloni angkutan yang cukup cepat pada zamannya, kereta api dimanfaatkan oleh manusia dimasa damai maupun dimasa perang.

Demikian proses berlanjut, teknologi berkembang kendaraan darat berubah dari kereta kuda menjadi mobil, kendaraan laut berubah dari sampan ke kapal bermesin uap kemudian mesin bertenaga diesel sampai mesin bertenaga nuklir.

Tidak kalah hebatnya kemauan manusia untuk menyamai burung, dengan khayalan kuda bersayap berubah menjadi kenyataan pada awal abad ke 20, setelah disajikannya kapal udara yang pertama. Berkembanglah kecepatan kapal udara dengan mesin propeler sampai menjadi jet, dan selanjutnya roket. Daya angkat penumpangnya terus ditingkatkan hingga didapat pesawat angkut sipil, seperti Boeing 747 yang mampu mengangkut hampir 500 orang. Malah dewasa ini telah dikonstruksikan dan sudah dipamerkan kapal udara yang mampu mengangkut 1000 orang penumpang.

"
Jakarta: UI-Press, 1988
PGB Pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>