Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasanuddin
"Perdagangan orang Bugis di kawasan Teluk Tomini didorong karena tradisi yang kuat tentang sompeq (merantau). Pedagang dan perantauan Bugis keluar mencari kekayaan dan kejayaan di kawasan Teluk Tomini. Merka dengan perahu tradisionalnya menjadi urat nadi bagi kehidupan perekonomian kawasan Teluk Tomini, sampai di pedalaman melalui pelayaran pantai dan sungai. Komoditas utama adalah emas, bijih besi, budak, sisik penyu, teripang, kayu cendana, kopra, damar, dan rotan. Barang dagangan tersbut di pasakna ke Ternate, Singapura, dan Makassar. Masa kekuasaan VOC kemudian Pemerintah Hindia Belanda telah menjadi persaingan pedagang Bugis untuk memperebutkan produk emas dan budak, walaupun dikeluarkan kebijakan untuk mempersempit usahanya tetapi pedagang Bugis tetap menguasai perdagangan, utamanya emas dan budak. Faktor ini menyebabkan munculnya perkampungan-perkampungan Bugis dann beberapa diantaranya berhasil dikuasainya. Secara de facto pedagang Bugis memegang hegemoni politik dan ekonomi di kawasan Teluk Tomini. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yakni studi pustaka dengan mengumpulkan data-data sejarah, dengan menguraikan suatu peristiwa ke dalam bagian-bagiannya dalam rangka memahami peranan pedagang Bugis dalam jalur perdagangan dan kekuasaannya di kawasan Teluk Tomini."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
959 PATRA 18:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hasanuddin
"Perdagangan orang Bugis di kawasan teluk Tomini didorong karena tradisi yang kuat tentang sompeq (merantau). Pedagang dan perantauan Bugis keluar mencari kekayaan dan kejayaan di kawasan teluk Tomini. mereka dengan perahu tradisionalnya menjadi urat nadi bagi kehidupan perekonomian di kawasan teluk Tomini, sampai di pedalaman melalui pelayaran pantai dan sungai. Komoditas utama adalah emas, bijih besi, budak, sisik penyu, teripang, kayu cendana, copra, damar, dan rotan. Barang dagangan tersebut dipasarkan ke Ternate, Singapura, dan Makassar. Masa kekuasaan VOC kemudian oemerintah Hindia Belanda telah menjadi persaingan pedangang bugisuntuk memperebutkan produk emas dan budak, walaupun dikeluarkan kebijakan untuk mempersempit usahanya tetapi pedagang Bugis tetap menguasai perdagangan, utamanya emas dan Budak. Faktor ini menyebabkan munculnya perkampungan-perkampungan bugis, dan eberapa diantaanya berhasil dikuasainya. Secara de facto pedagang bugis memegang hegemoni politik dan ekonomi di kawasan teluk Tomini. Penelitian ii dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yaitu studi pustaka dengan mengumpulkan data-data sejarah, dengan menguraikan suatu peristiwa kedalam bagian-bagiannya dalam rangka memahami peranan pedagang Bugis dalam jalur perdagangan dan kekuasaaanya di kawasan teluk Tomini."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
796 PATRA
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hendraswati
Yogyakarta: Kepel Pess, 2017
959.84 HEN d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Bini Fitriani B
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui subjektivitas dan agensi perempuan bangsawan Bugis dalam merespons budaya siri'melalui subjek dari dua generasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yang menggunakan kerangka analisis subjektivitas dan kritik budaya. Studi ini melakukan penelusuran riwayat hidup sepuluh perempuan bangsawan Bugis dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjektivitas perempuan Bugis terdiri dari dua bentuk subjektivitas yang saling berkelindan erat dan dalam konteks tertentu keduanya bekerja secara berlawanan. Dua bentuk subjektivitas tersebut adalah subjektivitas personal dan subjektivitas budaya. Dalam merespons budaya terkait siri’, subjektivitas personal yang inheren akan menguatkan agensi perempuan Bugis, namun subjektivitas budaya akan melemahkan agensinya karena menjauhi kebenaran dalam diri. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam diri para subjek penelitian, terdapat dua bentuk ekspresi diri perempuan Bugis sebagai subjek budaya dan subjek personal yang kompleks dan menyebabkan terbentuknya subjektivitas unik yang berkelindan erat yakni subjektivitas personal dan subjektivitas budaya sehingga menimbulkan ambiguitas dan paradoks perilaku, pemikiran dan perasaan. Di dalam penelitian ini saya menemukan bahwa untuk “Menjadi Perempuan Bugis” subjek penelitian saya menggunakan subjektivitas budaya mereka sebagai bentuk politis untuk bertahan, melawan, membebaskan diri dan melakukan perubahan bentuk kekuasaan ‘dari dalam’. Agensi para subjek tidak hanya berupa perilaku dalam keputusan-keputusan besar dalam hidup terkait relasi gender, seksualitas dan relasi ibu-anak antar subjek generasi pertama dan kedua, namun juga berupa narasi diri yang kompleks. Pengalaman hidup, domisili, perbedaan generasi, status pernikahan dan media sosial daring merupakan faktor terhadap kedalaman subjektivitas budaya/personal dan dominasinya dalam diri subjek.

This study aims to examine the subjectivity and agency of Bugis noble women in responding to siri'culture. This research is a qualitative research with a case study approach, which uses an analytical framework of subjectivity and cultural critique. This study traces the life herstory of ten Bugis noblewomen and in-depth interviews. The results show that the subjectivity of Bugis women consists of two forms of subjectivity that are closely intertwined and in certain contexts it work in opposite direction. The two forms of subjectivity are personal subjectivity and cultural subjectivity. In responding to culture related to siri', the inherent personal subjectivity will strengthen Bugis women's agency, but cultural subjectivity will weaken their agency because they are away from the truth within themselves. This study concludes that within the research subjects, there are two forms of self-expression of Bugis women as cultural subject and a personal subject that is complex and lead to the formation of a unique subjectivity that is closely intertwined, namely personal subjectivity and cultural subjectivity, giving rise to ambiguity and paradoxes in behavior, thoughts and feelings. In this research, I found that to "Become a Buginese Woman" means that the subject use their cultural subjectivity as a political form for resistance, liberation and a change in the form of power ‘from within’. The agency of the subjects is not only in the form of behavior in major life decisions related to gender relations, sexuality and mother-daughther relations between first and second generation subjects, but also in the form of complex self-narratives. Life experience, domicile, generational differences, marital status dan online social media are factors in the depth of cultural/personal subjectivity and its dominance in the subject."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pelras, Christian
Oxford: Blackwell, 1996
959.84 PEL b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Juniar
Yogyakarta: Kepel Pess, 2017
959.84 PUR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mashadi Said, 1961-
Jakarta: Prodeleader, 2016
305.8 MAS j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mashadi Said, 1961-
Jakarta: Prodeleader, 2016
305.8 MAS j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Karangan ini bermaksud memberikan setitik sumbangan bagi usaha penggalian sekian banyak peninggalan masa silam, yang masih dihargai masyara_kat hingga sekarang. Salah satu peninggalan seperti itu, pada orang Bugis, ialah Latoa, menjadi bahan pembicaraan utama karangan ini. Melalui abstraksi Latoa, karangan ini mencoba melukiskan kerajaan Bugis - Bone masa dahulu, dan mem_bandingkannya dengan keadaan sekarang, melalui pendekatan ilmu antropologi. Sasaran telaah (study) ini, mencoba memahami kedudukan, peranan, jalan pikir_an dan sikap hidup orang Bugis dalam menegara 1) , sebagai kegiatan politik yang diungkapkan dalam Latoa. Adalah menjadi dugaan kami, bahwa penerimaan manusia atas sesuatu kekuasaan, ketaatan dan respons yang diberikannya kepada sesuatu bentuk ke - pemimpinan , serta sifat-sifat kepemimpinan yang ditaatinya, di-kuasai oleh suatu sikap hidup, berdasar suatu sistim nilai yang hidup dalam kebudayaan. Jalan pikiran dan silt'ap hidup orang Bugis yang tersimpul dalam Latoa, menurut dugaan 'kami sedikit atau banyak, mewakili sikap dan pandangan hidup mereka sekitar abad ke - XVI. Keadaan itu di-coba membandingkannya dengan kenyataan-kenyata_an yang ada pada masa kini, sebagai usaha transformasi 2) keadaan masa lalu kepada keadaan baru , untuk memperoleh mamfaat bagi realisasi harapan-harapan untuk masa depan. Adalah hal yang terasa penting dan mendesak, bahwa dalam rangka pem_binaan kepribadian manusia Indonesia, diperlukan sebanyak mungkin pengetahuan tentang anasir yang lekat kepada kesadaran budaya orang Indonesia sendiri. Anasir itu terkandung dalam wujud kebudayaan, berupa nilai-nilai, norma-norma dan"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1928
D1851
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>