Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14455 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lies Indah Sutiknowati
"ABSTRACT
Indicator organisms are used to measure potential fecal contamination of environmental samples. The presence of coliform bacteria, such as Escherichia coli, in surface water is a common indicator of fecal contamination. Caliform bacteria in water samples may be quantified using the most probable number (AFN) method, a probabilistic test which assumes cultivable bacteria meet certain growth and biochemical criteria. If preliminary tests suggest that coliform bacteria are present at numbers in excess of an established cut off(the Caliform Index), fecal contamination is suspected and confirmatory assays such are conducted. Coliform bacteria selected as indicators of fecal contamination must not persist in the environment for long periods of time following efflux from the intestine, and their presence must be closely correlated with contamination by other fecal organisms."
Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI, 2016
575 OSEANA 41:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Routledge, 1999
306.41 HEA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Meyer, Evelyn E.
Geneva: World Health Organization, 1975
614.582 4 MEY p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ewert, Alan W., 1949-.
Wallingford : CABI, 2014
613.1 EWE n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Erlita Tantri
"ABSTRACT
Surabaya was one of the important cities in the Netherlands Indies since the nineteenth century. However as a coastal city, which had many potential plantations, busiest business districts & port, naval based, and defense area. Surabaya also faced annual flood problem in rainy season. So what were the cause and the impact of the flood problem in Surabaya? What was the Dutch colonial government done to overcome flood an its impact? What was the Dutch motive on its efforts? This paper would like to know the Dutch colonial.s flood control in Surabaya city from 1906 to 1942 and its motivation. As a historical study, this paper uses the colonial literature study that is started from the colonial period. Finally, flood control was necessary for Surabaya where many ethnics and important economic activities based which needed good infrastructures and healthy environment. Therefore, flood as the source of diseases and inconvenience had to be eradicated from the influential city."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
959 PATRA 18:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Arsyina
"Air minum dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan manusia. Sesuai peraturan, di dalam air minum tidak boleh ditemukan E.coli (0 CFU/100 mL). Kontaminasi E.coli dalam air minum dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya adalah faktor higiene sanitasi yang buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor higiene sanitasi yang dapat mempengaruhi kandungan E.coli dalam air minum rumah tangga. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Lokasi dari penelitian ini adalah 3 kecamatan di Kota Depok yaitu Kecamatan Sawangan, Bojongsari, dan Cipayung. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus-September 2019 dengan total sampel 300 rumah tangga. Hasil uji laboratorium menunjukkan 174 (58%) sampel air minum rumah tangga mengandung E.coli. Hasil analisis statistik menunjukkan faktor sanitasi yang berhubungan secara signifikan dengan kandungan E.coli dalam air minum rumah tangga adalah tempat penyimpanan air minum (OR=2,60; CI 95%: 1,18-5,71) dan perilaku cuci tangan pakai sabun (OR=1,65; CI 95%: 1,04-2,62). Sedangkan faktor yang dominan mempengaruhi kandungan E.coli dalam air minum rumah tangga adalah tempat penyimpanan air minum.

Drinking water can directly affect human health. Based on the national and international standards, the drinking water cannot contain Escherichia coli (0 CFU/100 ml) at all. However, several factors contributing to E. coli contamination in drinking water, one of them being identified as poor sanitation hygiene. This study aimed to investigate the sanitation hygiene factors which can affect the E. coli content in the household drinking water. We used a cross-sectional study design to collect the data from three districts in the city of Depok, i.e., Sawangan, Bojongsari, and Cipayung. We gathered in total 300 household water samples during August-September 2019. The laboratory tests showed that 174 (58%) household water samples contained E. coli. We found two sanitation hygiene factors that significantly affected the E. coli content in the household drinking water, i.e., the water container condition (OR=2,60; CI 95%: 1,18-5,71) and the handwashing practice with soap (OR=1,65; CI 95%: 1,04-2,62). The most dominant sanitation hygiene factor contributed to the E. coli content in the household drinking water was the condition of the water container."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnelti
"ABSTRAK
Salah satu karakteristik kota adalah jumlah penduduk yang makin banyak dan tingginya kepadatan penduduk. Hal ini menimbulkan dampak terhadap daya dukung kota berupa ketidakseimbangan antara ruang yang dibutuhkan dan jumlah penduduk yang meningkat. Pertumbuhan penduduk kota, terutama dari arus pendatang tidak hanya menyebabkan kota menjadi berkembang, tetapi juga menimbulkan permasalahanpermasalahan baru. Umumnya di negara berkembang, kaum pendatang mempunyai tujuan untuk mencari pekerjaan.
Bertumpuknya penduduk di kota menimbulkan permasalahan yang cukup rumit, baik dari segi fisik maupun non fisik, serta mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan daerah sekitarnya, dan merupakan salah satu sebab timbulnya kawasan-kawasan kumuh di perkotaan.
Secara umum, permukiman kumuh diartikan sebagai kawasan hunian yang tidak layak huni berkaitan dengan kesehatan masyarakat khususnya pada penyakit yang sering berjangkit selama di permukiman. Cermin dari permukiman kumuh diantaranya daerah yang tidak terencana, tidak teratur, dan bersifat informal, kepadatan permukiman yang tinggi serta kondisi lingkungan yang buruk.
Dalam era pembangunan dewasa ini, upaya perkembangan perumahan rakyat mendapat perhatian yang besar dari berbagai pihak pemerintah sebagai upaya mewujudkan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yaitu papan.
Dalam perencanaan perkembangan hingga saat ini perkembangan ekonomi masih menonjol, sedangkan pertimbangan kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat tampaknya masih belum mendapat perhatian.
Penelitian ini mencoba memberikan gambaran tentang kondisi permukiman kumuh dalam hubungannya terhadap kesehatan masyarakat dari segi lingkungan sosial, lingkungan fisik, sanitasi lingkungan dan pola penyakit yang sering terjangk`it di lingkungan permukiman kumuh. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1 Mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat di daerah permukiman kumuh.
2 Hubungan variabel-variabel permukiman kumuh terhadap variabel kesehatan masyarakat.
3 Berbagai upaya dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat di permukiman kumuh.
Lokasi penelitian adalah Kelurahan Penjaringan di Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, ditentukan berdasarkan purposive sampling. Dalam Kelurahan ini diambil 3 Rukun Warga (RW) yang merupakan wilayah yang paling padat penduduknya. Selanjutnya untuk menentukan banyak sampel tiap-tiap RW digunakan cara proposional random sampling yang seluruhnya berjumlah 130 responden.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara berdasarkan kuesioner, wawancara mendalam dengan masyarakat setempat, serta observasi langsung kelapangan. Sedangkan data sekunder di peroleh dari lapangan dan literatur penunjang yang didapat dari instansi terkait.
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan rumus Chi-square yang diteruskan dengan Uji Coefficient Contingency, disertai pula dengan analisis kualitatif.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel-variabel permukiman kumuh mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat
dilihat dari faktor lingkungan sosial, yaitu faktor jenis pekerjaan, crowding index dan jenis pelayanan kesehatan,akan tetapi tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat dari faktor pendidikan dan pendapatan. Masyarakatnya mayoritas berpendidikan, pendapatan masih dalam taraf rendah yaitu pendidikan SD, sedangkan pendapatan masyarakat setiap bulan sebagian besar antara Rp 50.000,-sampai dengan Rp 100.000,-.
Variabel lingkungan fisik mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat dilihat dari faktor keadaan saluran/got air rumahtangga, kondisi lingkungan jalan, kelembaban udara, sinar matahari, jumlah ruangan.
Variabel sanitasi perumahan lingkungan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat dilihat dari faktor, bau/aroma dari air saluran buangan rumahtangga, saluran pembuangan mandi, saluran pembuangan kakus, pembuangan sampah, dan sumber air minum dengan derajat hubungan cukup kuat: Sedangkan terhadap kesehatan masyarakat dari faktor, saluran pembuangan masak, saluran pembuangan air cucian tidak terdapat hubungan.
Dari hasil hubungan antara berbagai variabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa permukiman kumuh sangat erat hubungannya dengan kesehatan masyarakat.
Perlu dilakukan perlindungan dan peningkatan terhadap kesehatan masyarakat di permukiman kumuh ini, karena permukiman kumuh menurunkan derajat kesehatan masyarakat dan meningkatkan pencemaran lingkungan. Kurangnya diperhatikan lingkungan sosial, lingkungan fisik, dan sanitasi perumahan lingkungan oleh masyarakat serta kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan lingkungan di sekitar tempat tinggal akan menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri.

ABSTRACT
One of the urban main characteristics is the fast growing number of population and its high density. This causes an impact on carrying capacity in terms of the imbalance between the needed space and the increasing population; particularly as rush of city's newcomers does not only imply city's development, but also generate new environmental problems. In most of developing countries, the main reason for people coming to the cities is seeking for employment. High concentration of people in the cities create complex environmental problems, either physically or non-physically, giving negative impact an the particular surroundings and constitutes one of the main causes for the existence of urban slums.
In general, slum settlement is understood as an urban settlement inappropriate to habitat in terms of the community's health, particularly the incidence rate of diseases. Slum settlement is mostly reflected in its involuntary existence, unorganized, informal by characteristics, highly dense, and bad condition. Even though slum settlement's lands are already determined their infrastructures are still inappropriate, with small alleys, muddy, far from appropriate latrines, bath and washing facilities, and lack of clean water.
In the development periods the Government has given much attentions to the development of public housing as one the Government's efforts in providing the community with shelter facilities.
Even in the national development planning the economic sector development constitutes the first priority, yet health sector, particularly community health development is still considered as insignificant.
The objective of the study is to identify and describe the conditions of slum settlement and its correlations with the community's health, in particular from the aspects of its social environment, physical environment, and environmental sanitation in terms of its disease frequency pattern. The specific objectives are:
Identify the social-economic condition of the community of slum settlement;
The correlations between slum settlement's variable to the community's health.
To provide solution efforts in increasing the community health status in slum settlement.
The areas studied are located in the Penjaringan Subdistrict, Northern part of Jakarta, which for this purpose was purposively taken, in which tree "Kelurahan" were determined as samples in terms of the densest population. Further, sample members were drawn proportional-randomly from each "Kelurahan", numbering 130 respondents.
Primary data collection was conducted by interviews using questionnaires as instrument, depth interviews with selected local respondents, and direct observation in the field. While secondary data were collected from related government agencies.
Data analysis was conducted quantitatively based on non-parametric statistic means, i.e. Chi-square, followed with coefficient contingency test and qualitative analysis.
From the analysis it? was identified that slum settlement's variables significantly correlate with those of the community's health viewed from their social environmental factors, i.e. kinds job, crowding index, and health service, but not significantly correlation with the community's health in terms of education, income, and number of family members. But field data eduction, people income majority education degree is SD (63,9%), indregree income Rp 100.000,- (37,7%).
correlate with the conmunity's health in terms of its factors, i.e. household's sewerage, neighbour hood's streets condition, air humidity, sunlight, and number of rooms with strong correlation, under lining the air humidity as the strongest factor; whereas ventilation received the weakest influence.
Settlement's environmental santitation has significant correlation with the community's health in terms of its factors, i.e. household's sewerage odour, bathroom's sewerage, waste disposal, and drinking water source, showing rather strong correlation. However, when correlated with cooking and washing waste water sewerages, there isn't any correlation to be found. In terms of latrine variable, strong correlation with the community's health has been observed as being exist.
From the variables relationship it was evident that slum settlement strongly correlate with the community's health. Further, there should be improvements in the field of community health in the slum areas, as slum conditions can degrade the community's health status and generate environmental pollution. Lack of attention in the fields of physical, social and sanitary environment could by all means decrease the quality of the community's health and the community's health status itself.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraito Muhardi Sumrahadi
"Interaksi antara penduduk desa Obesi sebagai pihak yang menerima bantuan dengan pihak perencana melalui petugas yang membawa inovasi untuk mengadakan perubahan terencana yang dibahas dalam skripsi ini, terbatas pada interaksi yang terjadi selama penulis berada di lapangan, ditambah dengan data interaksi yang berlangsung sebelum penulis melakukan penelitian. Oleh karena sifat suatu penelitian itu terbatas W3ktunya, maka interaksi yang terjadi sekembalinya penulis dari lapangan, di luar jangkauan penulis.
Interaksi yang lahir dari proses perubahan terencana itu sebenarnya belum merupakan proses interaksi yang sudah selesai. Selama pemerintah masih memandang perlu melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf kesehatan lingkungan maayarakat pedesaan, maka selama itu pulalah perubahan-perubahan akan datang. Hal yang demikian itu tentunya berlaku pula di desa Obesi.Perubahan terencana yang datang ke maayarakat pada dasarnya bukan sekedar merupakan penetrasi fisik belaka, tetapi lebih tepat digambarkan sebagai penetrasi nilai, kepercayaan, pengetahuan, dan praktek, seperti ukuran tentang air bersih, rumah sehat, dan jamban sehat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S12699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarno, Mariyati
Yogyakarta: Kanisius, 1994
616.9 Suh k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nur Anggraini
"Penelitian ini membahas tentang gambaran SDN Cijantung 03 dalam mempersiapkan kesiapsiagaan terhadap situasi darurat bencana gempa bumi berdasarkan acuan standar NFPA 1600 Edisi 2010. Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif dengan metode kualitatif. Berdasarkan Standar NFPA 1600 edisi 2010 tentang manajemen bencana terdapat 12 elemen yang sesuai untuk penelitian ini. Sesuai observasi yang dilakukan ditemukan bahwa SDN Cijantung 03 belum memiliki program tanggap darurat yang sesuai dengan standar NFPA 1600 edisi 2010.
Secara umum hasil penelitian ini menyarankan pihak sekolah dapat membuat program-program terkait tanggap darurat bencana gempa bumi dan memasukkannya ke dalam kurikulum sekolah dengan membentuk manajemen, organisasi, dan pelatihan untuk membangun dan mengembangkan kesiapan warga sekolah dalam menghadapi bencana gempa bumi.

This study discusses the overview of SDN Cijantung 03 in preparation for emergency preparedness against earthquake disasters based on the reference standard NFPA 1600, 2010 Edition. This study uses a descriptive study with qualitative methods. Based on NFPA 1600, 2010 edition, there are 12 elements that related to this study. The observation found that 03 Cijantung SDN yet have an emergency response program that complies with NFPA 1600 2010 edition.
In general, the results of this study suggest that the school can make programs related earthquake emergency response and put it into the school curriculum by establishing management, organization, and training to build and develop school readiness of citizens in the face of the earthquake.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>