Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33755 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Singgih Sasetyo Adji
"Olahraga dan Hubungan Internasional merupakan dua hal yang sekilas tidak memiliki hubungan. Akan tetapi, pada kenyataannya kedua dunia tersebut sejak lama telah saling mempengaruhi satu sama lain di berbagai bidang. Salah satu bidang tersebut adalah dalam Diplomasi Olahraga. Secara sederhana, yang dimaksud dengan diplomasi olahraga adalah penggunaan olahraga, dan berbagai hal terkait itu, sebagai alat diplomasi. Praktik ini telah berjalan sejak lama, namun mulai kembali menemukan momentum di satu dekade belakangan. Tulisan ini akan membahas kajian literatur mengenai diplomasi olahraga menggunakan metode taksonomi dengan membagi ke dalam tiga tujuan besar: sosial, ekonomi, dan keamanan. Dari kajian literatur yang dilakukan, ditemukan bahwa Diplomasi Olahraga dapat berperan dalam tiga tujuan tersebut. Untuk tujuan sosial seperti membangun hubungan, tujuan ekonomi seperti membangun infrastruktur, dan tujuan keamanan seperti meredakan konflik. Selain itu, topik yang turut akan dibahas diantaranya adalah perkembangan, dampak, dan contoh kasus dari Diplomasi Olahraga. Kesimpulan yang didapat adalah Diplomasi Olahraga dapat menjadi suatu metode diplomasi yang efektif dan penggunaannya memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Meskipun begitu, dari segi literatur masih ada kekurangan dalam topik keamanan. Secara garis besar, pembahasan Diplomasi Olahraga masih terus berkembang.

At the first glance, it seems that there are not much correlations between sports and international relations. Meanwhile they actually have been influencing each other since long time and on many different aspects. One of those aspecst is in Sports Diplomacy. Put simply, Sports Diplomacy is the usage of sports, and everything related to it, as a tools for diplomacy. This practice has been around for long and just got the momentum around last decade. This writing talks about the literature review about Sport Diplomacy using taxonomy method with dividing it into three major goals: social, economic, and security. From the literature review, it founded that Sport Diplomacy can be used in these three goals. For social goal such as building relationship, for economic goal such as building infrastructure, and for security goal such as reducing conflict, Apart from that, the topic that will also be discussed are the development, impact, and real-life cases about Sports Diplomacy. The conclusion is that Sport Diplomacy could be used as an effective methods of diplomacy, and have a lot of potentials in their usage. From the literature side, there are still gap in security topic. Overall, the study about Sport Diplomacy is still growing."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Alfa R
"Sejak perkembangan zaman pada abad ke-21, ilmu Hubungan Internasional merupakan ilmu yang bersifat multidisiplin; terdapat berbagai isu 'non-tradisional' yang dapat dikaji dan mendapatkan ruang pembahasan. Salah satu di antaranya adalah praktik olahraga yang secara hakikatnya telah memiliki berbagai signifikansi, bahkan sejak awal narasi kemunculannya dalam tataran domestik. Sementara itu, kemunculan Olimpiade modern pada tahun 1896 dan Piala Dunia pada tahun 1930 merupakan tonggak terjadinya proses internasionalisasi olahraga. Semenjak kedua peristiwa tersebut, olahraga berkembang dengan pesat sebagai salah satu fenomena penting dalam globalisasi, terlebih dengan perkembangan media serta semakin beragamnya kepentingan aktor-aktor internasional. Berdasarkan narasi tersebut, Tugas Karya Akhir ini mencoba untuk mengkaji melalui pemetaan-pemetaan bagaimana olahraga mengalami transformasi beserta implikasinya selama proses globalisasi. Merujuk kepada pendekatan-pendekatan yang dipelajari, penulis akan membagi pemetaan tersebut ke dalam dua pembahasan : [1]. Pemetaan berdasarkan isu-isu ekonomi internasional, dan [2]. Pemetaan berdasarkan isu-isu kebudayaan dan identitas (masyarakat transnasional).

Since the beginning of the 21th Century, international relations is a multidisciplinary field of study; as there are various 'non-traditional' issues to be discussed and learned. Among those is a practice of sport which its significance can be traced even since its emergence as a domestic phenomenon. The emergence of Modern Olympics in 1896 and Football World Cup in 1930 is a momentum in the process of internationalization of sport. Since then, sport has developed as a major phenomenon in the process of globalization, especially with the development of the media sector and the diversifying interests of international actors. Based on these narratives, this final paper aims to explore and depict how sport undergo the process of transformation and its implications within the process of globalization. There are two approaches of mapping that will be used : [1]. Its economic significance and [2]. Its social and cultural significance."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Erni Eriza
"ABSTRAK
Nama:Erni Eriza SiburianNPM :1506780172Program Studi:Ilmu HukumJudul:Peran Sport Diplomacy Sebagai Strategi Public Diplomacy dalam Menjaga Kedaulatan Negara: Studi Kasus Upaya Indonesia dalam Menjaga Kedaulatan atas Papua.Melanesian Spearhead Group MSG merupakan salah satu organisasi internasional yang intens mengangkat isu Papua merdeka. Dengan memanfaatkan melanesian brotherhood yang dikampanyekan negara-negara anggota MSG, kelompok ini terus berusaha menggandeng negara-negara Pasifik Selatan anggota MSG untuk ikut memperjuangkan kemerdekaan Papua.Berbagai upaya dilakukan oleh Indonesia untuk menjaga kedaulatan atas Papua. Salah satu upaya yang ditempuh oleh Pemerintah Indonesia adalah melakukan diplomasi olahraga sport diplomacy melalui kerjasama bidang olahraga dengan negara-negara anggota MSG.Melalui penelitian deskriptif dengan pendekatan bersifat yuridis normatif, penulis mengkaji kaidah/asas hukum yang berhubungan dengan bagimana peran sport diplomacy sebagai strategi public diplomasi dalam menjaga kedaulatan negara: studi kasus upaya Indonesia dalam menjaga kedaulatan di Papua. Berdasarkan hal ini peneliti menyimpulkan bahwa sport diplomacy merupakan alat diplomasi yang penting dan efektif dalam menjaga kedaulatan negara serta dapat menciptakan pencitraan yang baik suatu negara dimana olahraga dapat dijadikan sebagai alat untuk menunjukkan kebersamaan dan mendekatkan masyarakat dengan latar belakang yang berbeda tanpa dikaitkan dengan ras, warna kulit, agama, atau karakteristik yang berbeda satu sama lain.Kata kunci: diplomasi; diplomasi olahraga sport diplomacy ; kedaulatan negara; public diplomacy.

ABSTRACT
Name Erni Eriza SiburianStudent Number 1506780172Program Magister of LawTitle The Role of Sports Diplomacy as A Public Diplomacy Strategy in Maintaining State Sovereignty A Case Study of Indonesia 39 s Efforts in Maintaining Sovereignty over Papua.Melanesian Spearhead Group MSG is one of the most intense international organizations to raise the issue of independent Papua. By exploiting Melanesian brotherhood campaigned by MSG member countries, this group continues to work with South Pacific member countries of MSG to participate in fighting for Papuan independence.Various efforts are made by Indonesia to maintain sovereignty over Papua. One of the efforts taken by the Government of Indonesia is to conduct sports diplomacy through sports cooperation with MSG member countries.Through descriptive research with normative juridical approach, the authors examine the rules legal principles relating to how the role of sports diplomacy as a public diplomacy strategy in maintaining the sovereignty of the state a case study of Indonesia 39 s efforts in maintaining sovereignty over Papua. Based on this, the researchers concluded that sports diplomacy is an important and effective diplomacy tool in maintaining the sovereignty of the state and can create good image of a country where sports can be used as a tool to show togetherness and bring people closer from different background without being associated with differences in race, skin color, religion, or characteristics. "
2017
T48363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Seno Setyo Pujonggo
"Penelitian dalam tesis ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan Rusia dan China memilih strategi Balancing dengan membentuk SCO terhadap ancaman yang diberikan Amerika Serikat di Asia Tengah. Metode penelitian dalam penelitian ini mengambil bentuk penelitian eksplanatif karena bertujuan untuk menganalisa dan mengidentifikasikan faktor-faktor ancaman yang menyebabkan Rusia dan China membentuk SCO di Asia Tengah.Berdasarkan teknik pengumpulan data, penelitian ini merupakan studi dokumen atau literatur. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam tesis ini adalah teori milik Stephen M. Walt, yaitu Balance of Threat guna menganalisis level ancaman yang diberikan Amerika Serikat di Asia Tengah. Level ancaman tersebut terdiri dari Aggregate power, Proximate Power, Offensife Power dan Offensive Intention.
Temuan di dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan Rusia dan China melakukan strategi Balancing terhadap ancaman Amerika Serikat di Asia Tengah adalah makin dekatnya kemampuan menyerang dari NATO karena perluasan keanggotaan NATO yang mengarah ke Eropa Timur dan berbatasan langsung dengan Rusia (Proximate Power). Dengan bertambahnya keanggotaan NATO dan makin dekatnya jarak menyerang NATO ke Rusia menyebabkan Rusia terancam akan pengaruhnya di Asia Tengah secara politik dan militer. Dalam sektor ekonomi, keinginan AS untuk membangun jalur pipa energy yang langsung menuju ke Eropa tanpa melewati Rusia sangat merugikan Rusia. Yang terakhir, dukungan AS yang diberikan kepada Georgia pada perang tahun 2008 menandakan bahwa AS memberikan sinyal mempunyai kemampuan menyerang yang baik jika perang tersebut harus mengarah pada Rusia. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T32592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yonathan Susilo
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai dominasi peran negara dalam era kapitalisme global yang dilihat dari pola aksi-reaksi perilaku kebijakan perdagangan dan nilai tukar mata uang China dan Amerika Serikat selama empat periode tahun. Meskipun tengah berada didalam era kapitalisme global yang menekankan fundamentalisme pasar pada isu kebijakan perdagangan dan nilai tukar mata uang, kecenderungan negara-berdaulat untuk mendominasi isu-isu tersebut masih cukup besar dan kadarnya berubah-ubah dari satu periode waktu ke periode waktu lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun perkembangan dinamika relasi dan arah kecenderungannya ikut berpengaruh, secara keseluruhan pola perilaku dominasi peran negara masing-masing pemain cenderung bersifat substitutif dan bergerak menuju sebuah keseimbangan tertentu dimana kedua belah pemain sama-sama mengambil sebuah kebijakan protektif tertentu untuk mengkompensasikan sebuah kebijakan liberal lain yang mengikatnya.

Abstract
This reserach examines the primacy of state?s role in the era of global capitalism, which is seen through the pattern of China and United States?s behavior toward each other, especially on trade and currency policy within four periods of time. Despite of the gravity of global capitalism era emphasizing on the primacy of market?s role, the tendency of the primacy of state?s role has been growing stonger and stronger. This research concludes that while the development of dynamic relations and its tendency matter, overall, the pattern of China and United States?s behavior tend to use subtitutive policy and therefore lead them to the equilibrium position which is characterized by the two players using a protective measure to compensate liberal policy binding them."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Miqdad
"Dewasa ini, penyelenggaraan mega-event olahraga telah menjadi aktivitas diplomatik. Berbagai negara memperebutkan hak sebagai tuan rumah mega-event olahraga—mendemonstrasikan kapabilitas mereka dengan mengharapkan konsekuensi positif dari penyelenggaraan itu. Namun, berbagai episode sejarah membuktikan bahwa tidak ada jaminan pasti bahwa negara penyelenggara akan menemui hasil positif yang diharapkan. Keputusan Indonesia untuk menjadi tuan rumah Asian Games 2018 terlihat merupakan pilihan berisiko tinggi, seiring dengan berbagai problematika yang ia hadapi. Kendati demikian, setelah Asian Games 2018 berakhir, Indonesia dinobatkan “sukses” menyelenggarakan mega-event olahraga tersebut—menemui hasil positif yang signifikan. Melihat fakta tersebut, penulis menilai bahwa Indonesia berhasil membangun strategi diplomasi olahraga yang efektif untuk menyiasati tantangan yang hadir selama pengerjaan Asian Games 2018. Maka dari itu, skripsi ini mempertanyakan bagaimana strategi diplomasi olahraga Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018. Untuk meneliti hal tersebut, penulis membangun kerangka analisis yang diadopsi dari kerangka konsep networked sport diplomacy (Murray, 2018) dan strategi diplomasi olahraga (Abdi, et.al, 2018). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan data yang bersumber dari narasumber, dokumen resmi, publikasi resmi pemerintah, buku, artikel akademik, dan situs berita terpercaya. Penelitian ini menemukan bahwa sebagai tuan rumah Asian Games 2018, Indonesia berhasil mengimplementasikan strategi diplomasi olahraga yang efektif. Secara spesifik, Indonesia menciptakan strategi diplomasi olahraga yang mengedepankan inklusivitas—membangun jaringan aktor yang luas, variatif, dan kolaboratif—dengan mengakomodasi kepentingan setiap aktor yang terlibat. Strategi ini digerakkan oleh dua prinsip: pemenuhan tuntutan OCA dan prinsip diplomasi membumi. Jaringan aktor meliputi aktor negara dan non-negara, pada tingkat domestik dan internasional. Berbagai aktor terlibat berkolaborasi di bawah satu visi yang sama—Asian Games 2018 yang sukses. Berbagai interaksi tersebut memiliki peran-peran spesifik yang beragam dalam menghasilkan Asian Games 2018 yang sukses.

In recent times, the hosting of mega sporting events has become a diplomatic activity. Various countries compete for the rights to host sporting mega-events—showcasing their capabilities and expecting positive consequences from hosting them. However, historical episodes have proven that there is no guarantee that the host country will achieve the expected positive outcomes. Indonesia's decision to host the 2018 Asian Games seemed like a high-risk choice, considering the various challenges it faced. Nevertheless, after the conclusion of the 2018 Asian Games, Indonesia was hailed as a "success" in organizing the sporting mega-event—achieving significant positive results. Based on these facts, the author believes that Indonesia successfully built an effective sports diplomacy strategy to overcome the challenges encountered during the preparation of the 2018 Asian Games. Therefore, this research questions Indonesia's sports diplomacy strategy as the host of the 2018 Asian Games. To investigate this matter, the author adopts an analytical framework derived from the concept of networked sport diplomacy (Murray, 2018) and sports diplomacy strategies (Abdi, et al., 2018). This research is a descriptive qualitative study that utilizes data from source persons, official documents, government publications, books, academic articles, and reliable news websites.This research finds that as the host of the 2018 Asian Games, Indonesia successfully implemented an effective sports diplomacy strategy. Specifically, Indonesia created a sports diplomacy strategy that emphasized inclusivity—building a wide, diverse, and collaborative network of actors, accommodating the interests of all involved parties. This strategy was driven by two principles: meeting the demands of the Olympic Council of Asia (OCA) and the principle of diplomasi membumi. The network of actors includes both state and non-state actors at domestic and international levels. Various actors collaborated under a shared vision of a successful 2018 Asian Games. These interactions played diverse and specific roles in producing a successful Asian Games in 2018. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Lumintuarso
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kegiatan humas dalam organisasi olahraga di Indonesia yang meliputi berbagai aspek seperti keberadaan dan fungsinya, pelaksanaannya, kekuatan dan kelemahan humas pada organisasi olahraga agar organisasi olahraga di Indonesia mampu mengkaji dan memanfaatkan kegiatan humas dengan baik untuk memajukan organisasinya.
Penelitian ini merupakan studi survey ke seluruh Induk Organisasi Cabang Olahraga di Indonesia. Untuk pengumpulan data digunakan kuesioner dan wawancara sebagai data primer, sedangkan untuk data sekunder digunakan berbagai dokumen yang ada di Induk Organisasi dan di KONI Pusat sebagai induknya. Pengolahan dan Interpretasi data digunakan analisis prosentasi dari tiap-tiap faktor kegiatan humas. Pengolahan juga dilakukan dengan statistik cluster untuk mengelompokkan organisasi olahraga berdasarkan pola kegiatan kehumasannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kegiatan humas pada organisasi olahraga di Indonesia secara umum masih belum ditangani secara profesional. Humas pada organisasi olahraga hanya kuat pada aspek internal organisasi, namun untuk aspek-aspek eksternal sebagian besar belum digarap dengan baik. Dilihat dari segi kehumasan dikaitkan dengan marketing maka organisasi olahraga masih belum banyak yang mampu bergerak untuk memasarkan olahraga dengan baik. Mereka baru mampu memasarkan olahraganya pada kalangan internal.
Hasil dari analisis cluster menunjukkan ada 31% organisasi olahraga yang humasnya masih bersifat amatir dimana humas tidak bekerja secara terencana dan hanya bersifat insidental. 31% organisasi bersifat birokrat dimana struktur humas daiam organisasi sudah ada, kegiatan internal cukup baik namun untuk kegiatan eksternal masih sangat tergantung pada pejabat struktural di atasnya dan masih bersifat insidental. Sementara itu 38% organisasi dapat dikategorikan aktifitas humasnya profesional, mereka telah merencanakan dan melaksanakan kegiatan mereka dengan hasil yang baik.
Hambatan terbesar pada lemahnya program humas dalam organisasi olahraga ini adalah popularitas cabang olahraga yang rendah miasalnya beberapa cabang olahraga tidak digemari oleh masyarakat. Prestasi olahraga yang jelek juga merupakan kendala dari kinerja humas. Perhatian elit pengurus organisasi terhadap bidang humas termasuk salah satu masalah dalam organisasi olahraga yang menyebabkan humas organisasi olahraga belum mampu bekerja secara optimal.

The pattern of Public Relation Activities of the Sport Organization in Indonesia This research is aiming to distinguish the pattern PR activity of the Sports Organizations in Indonesia, covering various aspects, such as its existence and functions, how it carried out its activity. This also aimed to spot where its strength does and weaknesses lie. It is hoped that the Sports Organizations in Indonesia would be able to look into this result and make the most of PR activity to their advantage.
This research constitutes a survey study in all of the Sports Organization in Indonesia. For compilation of primary data, it has been collected through the result of questionnaires and interviews, whereas for secondary data was through available documents of the Organizations and the Indonesian National Sports Committee (KON1). For data processing and interpretation, percentage analyses of each PR factor activity were used. Cluster statistic was also used in m the data processing as a way to group the sports organizations into the pattern that based on their PR activity.
The result shows that, in general, the management of the PR activity of the Sports Organizations in Indonesia has not been professionally handled, for the PR has only had its strength in internal aspect, while external aspect has not been properly processed. Seen from the PR point of view and in relations to the marketing, there had not been many of sports organizations which were able to properly market their sport. They had only been able to do it within internal circle.
According to the result of cluster analyses there were 31% sports organizations with amateurish PR, for they worked only incidentally and without plan. There were 31% bureaucratic sports organizations with structured PR that has had sufficient internal activity, while for external activity they have much depended on their above bureaucratic officials, and also still incidentally. In the mean time there are about 38% organizations, which can be put in the category of organizations with professional PR activity; they worked according to planned schedule and carried out their activities with satisfactory result.
The problems that mostly hamper the PR activity in the sports organizations were the less popular sports among the people. Low performances of athletes in sports have also been one of the obstacles in the PR activity. Lack of elite sports officials attention on the PR section has become one of the main problems of organizations for it caused the PR to unable carry out their work optimally."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T4082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosyarbi Alkaromi
"Tingginya populasi gamers di Indonesia yakni sebanyak 34 juta jiwa,serta pencapaian prestasi esports di Indonesia menjadikan esports di Indonesia layak untuk dijadikan olahraga prestasi. Pemerintah Indonesia melalui Kemenpora bersama Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) meresmikan esports sebagai cabang olahraga prestasi di Indonesia, dan menunjuk Pengurus Besar Esports Indonesia (PB ESI) sebagai induk cabang olahraga esports. Kebijakan keolahragaan secara umum memuat kebijakan-kebijakan terkait dukungan dana, kelembagaan olahraga, partisipasi, pembinaan prestasi, dan penyediaan fasilitas yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 11 Tentang Keolahragaan Tahun 2022, dan Peraturan Presiden Nomor 86 Tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) Tahun 2021. Kebijakan-kebijakan keolahragaan tersebut dilakukan sebagai upaya membenahi permasalahan keolahragaan yang salah satu diantaranya adalah pembinaan prestasi belum dilakukan secara sistematis, dan penyediaan fasilitas menjadi masalah utama yang dihadapi berbagai cabang olahraga. Dalam pelaksanaan keolahragaan pencapaian maupun kendala yang muncul dalam keolahragaan akan dapat dilihat dengan mengkaji pelaksanaan kebijakan keolahragaan pada cabang olahraga esports yang relatif masih baru, namun telah memberikan prestasi terukur dalam waktu relatif singkat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan implementasi kebijakan keolahragaan bidang esport sebagai cabang olahraga prestasi di Indonesia ditinjau dari faktor determinannya yakni teori Edward III tentang implementasi kebijakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-positivist, Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam untuk mendapatkan data primer, studi literatur sebagai, dan dokumentasi sebagai data skunder serta teknik analisis yang digunakan menggunakan illustrative methode. Hasil dalam penelitian ini adalah secara normatif Kemenpora, PB ESI, dan KONI telah mengimplementasikan kebijakan keolahragaan, kendati demikian olahraga esports masih dalam tahap proses adaptasi menjadi olahraga prestasi. Adapun faktor determinan yang paling memberpengaruh terimplementasinya kebijakan keolahragaan di bidang esports yakni partisipasi stakeholders yang berada di ekosistem esports yang sangat mendukung.

The population of gamers in Indonesia reach 34 million people and the achievement of esports in Indonesia has made esports as performance sports in Indonesia. The Government of Indonesia with Ministry of Youth and Sports (Kemenpora) and National Comitee of Sports Indonesia (KONI) decided esports as performance sports and choose PB ESI as the association who handle esports in Indonesia. The sports policy generally contain some policy related to financial support, sports institutions, participation, and performance development, and facilities as contained in Undang-Undang Nomor 11 Tentang Keolahragaan Tahun 2022, and Peraturan Presiden Nomor 86 Tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) Tahun 2021. These sports policies are carried out as an effort to solved sports problem, which is that performance sportst hasn’t yet been carried as systematically, and the provision of facilities is the main problem that various sports faced. In the implementation of sports, the achievement and an obstacles that arise in sports can be seen by examining the implementation of sports policies in esports, that which are relatively new, but has measureable achievement in a relatively short time. This study aims to explain the implementation of sports policies in the field of esports as a performance sports in Indonesia that analayze by the determinant factor that Edward III told about theory of policy implementation. The method that used in this research is post-positivist approach, data collection techniques with in-depth interviews to obtain primary data, literature studies and documentation as secondary data, and analysis technique used illustrative method. The results in this reseach showed that normatively Kemenpora, PB ESI, and KONI have implemented sports policies, even though esports are still in the process of adaptation to performance sports. The determinant factor that most influences the implementation of sports policies in esports is the participation of stakeholders is very supportive as esports ecosystem."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>