Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52513 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chitra Mukti
"Jurnal ini membahas salah satu seni bela diri yang berasal dari Cina yaitu seni bela diri Bagua Zhang. Seni bela diri Bagua Zhang diprakarsai oleh Dong Haichuan muncul pada zaman dinasti Qing 1644-1911 . Walaupun Bagua Zhang termasuk seni bela diri yang baru berkembang tetapi seni bela diri ini dianggap ideal untuk memelihara kesehatan serta melindungi diri. Fokus penelitian jurnal ini terletak pada penamaan seni bela diri Bagua Zhang karena seni bela diri ini memiliki penamaan yang sama dengan salah satu konsep filsafat Cina yaitu Bagua. Melalui studi pustaka, jurnal ini akan menjabarkan keterkaitan antara filsafat Bagua dengan seni bela diri Bagua Zhang serta memaparkan bagaimana filsafat Bagua mempengaruhi setiap gerakan Bagua Zhang.

This journal discusses one of the martial arts originating from China which is called Bagua Zhang. Bagua Zhang, which was initiated by Dong Haichuan, emerged during Qing Dynasty 1644-1911 . Although Bagua Zhang was a newly developed martial arts, it was considered ideal for maintaining health and protecting oneself. The focus of this journal is the naming of Bagua Zhang, because this martial arts has the same name as one of Chinese philosophical concept, Bagua. Through literature study, this journal will describe the linkage between Bagua rsquo;s philosophy and the Bagua Zhang, and also describes how Bagua rsquo;s philosophy influences every movement in Bagua Zhang.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yu, Yan
Beijing China : Intercontinental Press, 2008
SIN 732.71 YUY b (1);SIN 732.71 YUY b (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dwima
"Seni bela diri adalah salah satu aset berharga bagi Cina sejak ribuan tahun yang lalu. Seni bela diri Cina secara umum disebut wushu dan salah satu alirannya adalah Xingyi Quan ? ? . Xingyi Quan adalah seni bela diri tradisional Cina yang didasari oleh nilai filosofis konsep Wu Xing ? ?. Konsep Wu Xing yang diusung dalam seni bela diri Xingyi Quan adalah salah satu konsep penting dalam filsafat Cina. Konsep ini menjadi dasar untuk mendeskripsikan berbagai interaksi dan fenomena alam yang terjadi di alam semesta. Selain itu, konsep ini juga menjadi dasar dari eksistensi semua hal yang ada di dunia baik benda maupun ilmu pengetahuan. Jurnal ini akan membahas bagaimana konsep Wu Xing memengaruhi Xingyi Quan.

Martial arts is one of the most valuable assets for China since thousands years ago. Chinese martial arts are generally called wushu and one of its branch is Xingyi Quan. Xingyi Quan is a Chinese traditional martial arts which is based on the philosophical value of Wu Xing concept. Wu Xing 39;s concept in Xingyi Quan is one of the important concepts in Chinese philosophy. This concept is used as a basic concept to describe various interaction and nature phenomenon which is existed in the universe. In addition, this concept also becomes the basic principle of the existence of all things mdash;both objects and science mdash;that exist in the world. This journal will discusses about the influence of Wu Xing concept on Xingyi Quan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Febriola
"Masyarakat urban dalam melakukan segala aktivitasnya tanpa sadar dipengaruhi oleh adanya berbagai konstruksi sosial yang dibentuk untuk menggambarkan kehidupan mereka yang “ideal”. Akibatnya, pikiran mereka selalu bercabang, khawatir dan cemas apabila mereka tidak dapat memenuhi kehidupan dengan standar “ideal” yang telah dikonstruksikan tersebut. Menjadi anggota Muay Thai kemudian merupakan salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka akan kehidupan yang “ideal” tersebut sebab motivasi awal mereka mengikuti kegiatan adalah untuk mendapatkan bentuk tubuh yang indah, ingin mengikuti tren, ingin terlihat keren, atau pun ingin menunjukan nilai prestise (gengsi) dari mengikuti kegiatan ini. Muay Thai sendiri sebagai seni bela diri merupakan kegiatan yang kental dipengaruhi oleh nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Buddhisme. Mindfulness (berpikir dengan sadar secara penuh) merupakan sebuah wacana yang berakar dari ajaran Buddhisme yang kemudian ditanamkan kepada para anggota Muay Thai tersebut. Dengan menjadi anggota Muay Thai, mereka dilatih untuk menjalankan segala aktivitas dengan pikiran yang penuh kesadaran, tidak melayang ke masa lalu maupun masa depan, melupakan segala hal yang memberikan distraksi atau gangguan dalam pikiran mereka. Masyarakat yang menjadi anggota Muay Thai pun kemudian mendapatkan efek ketenangan setelah dapat menerapkan kemampuan mindfulness dalam kehidupannya sehari-hari dan tidak lagi merasakan tekanan akibat berbagai konstruksi sosial mengenai kehidupan “ideal”. Hal ini menyebabkan Muay Thai dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dapat memberikan efek healing bagi para pelakunya, terlepas dari apa pun kepercayaan yang diyakininya. Untuk mendapatkan dan mendalami informasi, dalam penelitian ini saya menggunakan teknik observasi partisipatori dan wawancara mendalam untuk mendapatkan data. Saya kemudian ikut bergabung menjadi anggota Muay Thai dalam waktu enam bulan untuk keperluan data tersebut.

People in urban society such as Jakarta are affected by social constructions toward which the image of their "ideal life” is directed. As a result, they tend to be consumed with the thinking of the past or the future, worrieness and feeling of anxiety, when they could not meet that standard of “ideal life”. Joining the martial art Muay Thai becomes then a way of fulfilling their needs to meet that "ideal life”, since their initial motivation of joining this activity is for getting a beautiful body shape, for following the trend, for being able to look cool, or for showing-off the prestige of this activity. However, Muay Thai itself as martial arts is strongly influenced by the values and teachings of Buddhism. Mindfulness is a discourse that is rooted in the teachings of the Buddhism which are then implanted to the members of the Muay Thai. By becoming a member of Muay Thai, they are trained to perform all activities with mindfulness, not to drift into the past or the future, and to forget everything that might cause a distraction in their minds. Those who become Muay Thai members, contrary to their init"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Puspita Sari
"Taekwondo merupakan salah satu representasi jenis cabang olah raga beladiri berasal dari Korea Selatan yang sudah dikenal dan tersebar di kalangan komunitas internasional. Seiring dengan perkembangan budaya popular Korea (Hallyu) yang di dalamnya meliputi film, drama TV, musik popular (K-pop), fashion, bahasa, dan makanan, hallyu memberi dampak positif terhadap popularitas beladiri Taekwondo sebagai bagian dari seni beladiri pertunjukan. Taekwondo tidak hanya dilihat sebagai jenis beladiri dan olahraga yang dipertandingkan, tetapi juga telah dijadikan sebagai seni pertunjukan da hiburan yang dapat dinikmati banyak orang. Seni pertunjukan Taekwondo ini dipopulerkan oleh salah satu tim Taekwondo di Korea yang bernama K-Tigers. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana tim K-tigers mengkomodifikasikan seni beladiri Taekwondo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan menggunakan sumber-sumber data sekunder dan sumber-sumber daring (online) dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada tiga hal komodifikasi budaya dalam seni beladiri Taekwondo yang dilakukan oleh tim K-Tigers antara lain (1) Taekwondo dance; (2) Taekwondo dijadikan sebagai seni pertunjukan `K- Tigers Live Show`; dan (3) modifikasi baju Taekwondo (dobok) yang digunakan sebagai kostum pertunjukan.

Taekwondo is a representation of a type of martial arts branch from South Korea well known and spread among international community. Along with teh development of Korean popular culture (Hallyu) which includes films, TV dramas, popular music (K-pop), fashion, language, and food, Hallyu TEMPhas a positive impact on teh popularity of Taekwondo martial arts as part of martial arts performance. Taekwondo is not only seen as a type of martial arts and sports dat are contested, but also been used as a performance and entertainment art can be enjoyed by many people. Taekwondo performance art was popularized by one of teh Taekwondo teams in Korea called K-Tigers. Based on teh description above, dis study aims to analyze how Taekwondo martial art commodified by K-Tigers team. dis research uses library research methods using secondary data and online sources with qualitative descriptive analysis. Teh results of dis study indicate dat there are three things of cultural commodification of Taekwondo martial art by K-Tigers team, including (1) Taekwondo dance; (2) Taekwondo become performance art called `K- Tigers Live Show`; and (3) modification of Taekwondo clothes (dobok) used as performance costumes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zhang, Zhijie
Tai bei shi: Zhengzhong Shuju Yinhang, [date of publication not identified]
SIN 597.96 ZHA h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Facal, Gabriel
"On pencak silat, the traditional martial arts from Banten Province, Indonesia"
Jakara: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016
796.81 FAC k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Limbong, Yolanda Margaretha
"Skripsi ini menganalisis kekuatan unsur instrinsik alur dan latar yang ada dalam cerpen 'Shorblac' karya Zhang Xianliang. Dalam cerpen 'Shorblac' unsur alur dan latar cerita yang disajikan oleh penulis cerpen, nampak sangat kuat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan kekuatan alur dan latar yang disajikan dalam cerpen 'Shorblac'. Pendekatan objektif dipilih dalam penelitian ini karena pendekatan objektif memusatkan perhatian pada analisis unsur-unsur instrinsik dalam karya sastra. Analisis terhadap penyajian alur dalam cerpen serta teori mengenai simbol dalam karya sastra menjadi landasan bagi penulis untuk memaparkan kekuatan latar dan alur dalam cerpen 'Shorblac'. Kesimpulan yang didapat penulis dari penelitian ini ialah penyajian unsur instrinsik alur dan latar yang kuat dalam cerpen 'Shorblac' dibuat demi menyampaikan nilai moral secara lebih mendalam bagi para pembaca.

This thesis analyzes the strength of the elements of plot and setting that is in the short story ldquo Shorblac rdquo by Zhang Xianliang . In the ldquo Shorblac rdquo short story element of the plot and setting of the story presented by the author of the short story, appears to be very strong. The purpose of this research is to expose the strength of the plot and the setting in the ldquo Shorblac rdquo short story. Objective approach chosen in this study because the objective approach focuses on analysis on intrinsic elements in literary work. An analysis of the representation of the plot in the short story as well as a theory of symbols in literary works become the foundation for the author to expose the power of the plot and the setting in ldquo Shorblac rdquo short story. The conclusions that the author get in this research is the strong presentation of the plot and the setting in ldquo Shorblac rdquo short story was made for the sake of conveying the moral values in more depth for readers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Fathya
"Film To Live《活着》merupakan film drama karya Zhang Yimou yang dirilis pada tahun 1994. Film ini mengisahkan tentang sebuah keluarga di sebuah kota kecil di Tiongkok Utara yang menyesuaikan diri dengan peran baru mereka di masyarakat Komunis dan melewati berbagai asam garam kehidupan di bawah gejolak rezim Partai Komunis Tiongkok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa aspek Pemikiran Mao Zedong yang terepresentasi dalam film. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik yang berfokus pada aspek Pemikiran Mao Zedong yang muncul dalam alur cerita film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film To Live merupakan bentuk kritik terhadap dampak Pemikiran Mao Zedong yang pada masa itu dianggap sebagai ‘pedoman revolusioner untuk mendirikan Tiongkok Baru’, namun pada prakteknya masyarakat Tiongkok harus melewati berbagai macam kesulitan dan menemui nasib yang tragis hanya demi idealisme semata.

To Live《活着》is a drama film by Zhang Yimou released in 1994. This film tells the story of a family in a small town in North China adjusting to their new role in Communist society and going through various ups and downs of life under the turmoil the Chinese Communist Party regime. This study aims to analyze the aspects of Mao Zedong's thoughts that are represented in the film. This study uses a qualitative research method with an intrinsic and extrinsic approach that focuses on aspects of Mao Zedong's thoughts that appear in the storyline of the film. The results of the study show that the film To Live is a form of criticism of the impact of Mao Zedong's Thought which at that time was considered a 'revolutionary guide to establishing a New China', but in practice the Chinese people had to go through various difficulties and meet a tragic fate just for the sake of idealism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adiany Salsabila
"Coming Home (归来 guīlái) adalah film Tiongkok dengan latar belakang romansa dan latar waktu saat Revolusi Kebudayaan tahun 1966-1976 yang rilis pada tahun 2014. Peristiwa Revolusi Kebudayaan harus selalu diingat agar tidak terulang kembali di masa yang akan datang. Penelitian ini membahas tentang makna asosiatif dari kata 归来 guīlái di dalam film Coming Home (归来 guīlái) yang disutradarai oleh Zhang Yimou. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kata 归来 guīlái dari faktor-faktor di luar bahasa, yaitu melalui adegan, dialog, penokohan, dan alur. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data dokumentasi, observasi dan studi pustaka untuk menulis penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah makna kata 归来 guīlái atau ‘pulang’di dalam film bukan hanya sekedar kembali ke rumah, namun masih ada makna mendalam lainnya dari setiap adegan yang muncul di dalam film. Kata ‘pulang’ jika dikaitkan dengan adegan-adegan di dalam film Coming Home dapat diasosiasikan dengan mengingat kembali kejadian di masa lalu karena ketiga tokoh utama, yaitu Lu Yanshi, Feng Wanyu dan Dandan tidak merasakan ‘pulang’ dengan makna yang sesungguhnya. Makna asosiatif dari kata ‘pulang’ jika dikaitkan dengan adegan-adegan di dalam film bersifat negatif menjadi perpisahan, pengkhianatan dan pengalaman traumatis.

Coming Home (归来 guīlái) is a Chinese film with a romantic background and a time setting during the 1966-1976 Cultural Revolution, which was released in 2014. The events of the Cultural Revolution must always be remembered so that they do not happen again in the future. This study discusses the associative meaning of the word 归来 guīlái in the film Coming Home (归来 guīlái), directed by Zhang Yimou. The purpose of this study is to examine the word 归来 guīlái from factors outside of language, namely through scenes, dialogues, characterizations, and plot. The author uses qualitative research methods with documentation data collection techniques, observation, and literature study to write this research. This study concludes that the meaning of the word 归来 guīlái or 'going home' in the film is not just returning home, but there is another more profound meaning in every scene that appears in the film. The word 'going home' when associated with scenes in the film Coming Home can be associated with recalling past events because the three main characters, Lu Yanshi, Feng Wanyu, and Dandan, do not feel 'going home' in an absolute sense. The associative meaning of the word 'coming home' when associated with the scenes in the film is negative to separation, betrayal, and traumatic experiences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>