Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70102 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Febynya Fannyo
"ABSTRAK
Artikel ini berfokus pada negosiasi identitas dan diskriminasi dalam naturalisasi yang dialami oleh perempuan zainichi ndash; yaitu orang Korea yang tinggal di Jepang ndash; generasi ketiga. Penulis berargumen bahwa diskriminasi yang diterima perempuan zainichi menyebabkan negosiasi identitas dan mendorong mereka melakukan naturalisasi. Namun, naturalisasi tersebut juga merupakan bentuk diskriminasi karena perempuan hanya diberikan pilihan melahirkan keturunan Jepang agar keberhasilan naturalisasinya terjamin. Studi-studi sebelumnya tentang Korea zainichi menempatkan penelitian mereka dalam bidang politik dan sosial budaya. Berbeda dengan hal tersebut, artikel ini membahas dari sisi perempuan Korea zainichi melalui karya puisi. Puisi yang akan dianalisis berjudul The Consultation Corner karya Cheon Mihye. Puisi ini menceritakan tentang diskriminasi yang dialami pengarang sebagai perempuan Korea zainichi. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah close reading, yaitu melakukan pemahaman mendalam pada setiap kata atau bahasa bacaan yang dibaca. Untuk memperdalam analisis, penulis mengumpulkan data, seperti artikel, buku dan situs internet yang berkaitan dengan penelitian ini.
ABSTRACT
This article is focused on the identity negotiation and discrimination in naturalization experienced by third generation Zainichi women ndash; Korean people who live in Japan ndash;. The author argues that the discrimination Zainichi women received has caused identity negotiation and encouraged them to naturalize. However, the naturalization is also a form of discrimination because women are only given choice to give birth to Japanese descent in order to ensure the success of the naturalization. The previous studies on Korean Zainichi put their researches in politic and socio-culture fields. Contrary from those studies, this article discusses Korean Zainichi from Korean Zainichi women rsquo;s side through poetry. The poetry that will be analyzed is The Consultation Corner written by Cheon Mihye. This poetry shows the discrimination experienced by the writer as Korean Zainichi woman. The method which is used in this research article is close reading method, an in-depth understating of every word or language. Author collected data, such as articles, books and internet sites related to this research to deepen the analysis."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nosa Rufaidah
"ABSTRAK
Jurnal ini menganalisis tiga puisi yang berjudul ldquo;Jeolmeunideulege ?????? rdquo;, ldquo;Gunsinsong ??? rdquo;, dan ldquo;Singapur Hamnak ??? ?? rdquo; karya Noh Cheon Myeong, seorang penyair Korea yang pernah masuk ke dalam golongan pro-Jepang. Karya-karyanya tersebut berisi propaganda yang menunjukkan kelebihan bangsa Jepang kepada masyarakat Korea. Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui isi puisi pro-Jepang dan teknik-teknik propaganda salah satu penyair pro-Jepang. Jurnal ini menggunakan metode analisis teks. Setelah dianalisis, tidak semua teknik propaganda ditemukan dalam puisi-puisi tersebut. Dari ketiga puisi, hanya ditemukan enam teknik dari tiga belas teknik propaganda yang ada. Keenam teknik propaganda tersebut adalah teknik propaganda name calling, glittering generalities, plain folks appeal, argumentum ad populum, faulty cause and effect, dan card stacking. Dari segi isi, ditemukan adanya pesan tersirat tentang ajakan untuk mendukung Jepang.

ABSTRACT
This journal is an analysis of three poems entitled ldquo Jeolmeunideulege rdquo , ldquo Gunsinsong rdquo , dan ldquo Singapur Hamnak rdquo by Noh Cheon Myeong, a Korean poet who once entered the pro Japanese group. Her works contain propaganda that shows the greatness of Japan to the Korean society. This journal aims to find out the contents of pro Japannese poetry as well as the use of propaganda techniques. This research uses text analysis method. Based on the analysis result, it was found that, not all of the propaganda techniques are used in the poems. From three poems that were analyzed, there are only six propaganda technique used out of thirteen propaganda techniques that exist. Those six techniques are name calling, glittering generalities, plain folks appeal, argumentum ad populum, faulty cause and effect, and card stacking. From the contens, it was found that there are implied message about supporting Japan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf;
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ariantini Yudhasari
"ABSTRAK
Disertasi ini membahas karya Lee Yangji yang berjudul Koku 1984 dan Yuhi 1988 yang bercerita tentang pengalaman diaspora tokoh perempuan Zainichi Korea generasi kedua. Penelitian ini merupakan penelitian kualitiatif dengan menggunakan pendekatan kajian sastra berperspektif feminis serta memanfaatkan teknik fokalisasi untuk mengamati isi fokalisasi yang disampaikan oleh fokalisator di dalam cerita. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa perempuan Zainichi Korea mengalami ketercerabutan dari akar budaya tanah leluhurnya sehingga mengalami kegamangan akan identitasnya. Proses pencarian identitas dan gejala ketercerabutan dari akar yang dialami tokoh perempuan Zainichi Korea ditemukan melalui narasi feminis dan diaspora. Melalui narasi feminis ditemukan bahwa tokoh perempuan dapat memposisikan dirinya sebagai subjek dalam aspek seksualitas dan relasi gender. Sementara itu, dalam narasi di spora ditemukan bahwa identitas diaspora bersifat cair dan fleksible serta akan terus bergerak dalam proses menjadi becoming melalui beragam bentuk negosiasi identitas dalam rangka diposisikan dan memposisikan diri. Pengalaman diaspora yang dialami tokoh perempuan Zainichi Korea merupakan bentuk diaspora pengalihan yaitu terjadinya proses pengalihan budaya dari budaya tanah leluhur ke dalam budaya yang membesarkan di tempat baru melalui aspek bahasa, negara, lingkungan, dan kultural. Dapat disimpulkan bahwa adanya pengalihan budaya dari budaya tanah leluhur ke budaya tempat baru mengakibatkan tokoh perempuan Zainichi Korea generasi kedua mengalami ketercerabutan dari akar.

ABSTRACT
This dissertation is a study on the novels written by Lee Yangji, Koku 1984 dan Yuhi 1988 , which narrate the story of a second generation of Zainichi Korean women. This study is a qualitative study that uses literature studies with feminist perspective and utilizes focalization technique to observe the focalization content that is deliverd by the focalizer in the story. The finding of this study showed that a Zainichi Korean women experiences cultural shock which consequently creates disorientation on her own identity. Through feminist and diaspora narration, the study found the process of the ripping of a Zanichi Korean women from her root. On the other side, the narration of diaspora reveals the fluidity and flexibility of diasporic identity and that identity is continually progressing from the process of becoming through various forms of identity negotiation in terms of self positioning. The diasporic experience of the Zainichi Korean women character in Koku and Yuhi is a form of diasporic transition of transforming one s homeland s culture to the culture where she grows up. This transformation takes form in the aspect of language, country, surrounding, and culture. It is concluded that that transformation forces the female character of 2nd generation of Korean Zainichi experiences separation from her root. "
2017
D2305
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Noor Anggraheni
"Skripsi ini membahas tentang pembentukan identitas etnis generasi ketiga orang Korea Zainichi yang terbentuk melalui interaksi antara faktor internal ─ apa yang kita pikirkan tentang identitas kita ─ dan eksternal ─ bagaimana orang melihat kita ─ di dalam proses sosialisasi mereka di dalam masyarakat Jepang. Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif. Melalui lima contoh studi kasus yang diberikan, akan terlihat bahwa generasi ketiga orang korea Zainichi telah mencapai tingkat asimilasi yang cukup tinggi dan memiliki gaya hidup bersosialisasi yang beragam, dan karenanya telah mulai membangun identitas mereka sendiri, identitas "Zainichi", identitas etnis sebagai orang Korea Zainichi.

The focus of this study is the ethnic identity formation of third generation of Zainichi Korean which formed in a dialectical relationship between internal ─ what we think our identity is ─ and external factors ─ how others see us ─ in the process of socialization within Japanese society. This research is written based on analyzed-descriptive literature method. Using five of third generation Zainichi Korean's life experience as case studies, we can see that their lives become much more integrated into Japanese society and have diverse lifestyles in socialization. Therefore, they began to embody their own ethnic identity, "Zainichi" identity, as Zainichi Korean."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13798
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunasti Pratiwi Nur Malitasari
"ABSTRAK
Gerakan perempuan di Korea Selatan dipicu sejak Korea berada di bawah penjajahan Jepang. Noh Cheon-myeong adalah seorang perempuan penulis asal Korea yang aktif pada era tersebut. Dalam karya-karya Noh, terdapat unsur-unsur eksistensialisme. Tulisan ini menganalisis anasir-anasir eksistensialisme feminis yang terdapat dalam puisi Ireum Eobsneun Yeoin-i Doieo karya Noh menggunakan teori eksistensialisme dan konstruksi sosial dari feminisme. Sosok perempuan yang ada di dalam puisi Ireum Eobsneun Yeoin-i Doieo, yang berarti Perempuan Tak Bernama, memiliki keinginan untuk menjadi sesosok perempuan tanpa memiliki nama. Tujuan dari tulisan ini adalah memahami sosok perempuan dalam puisi tersebut sebagai ikon eksistensialisme feminis melalui anasir-anasir eksistensialisme feminis yang penulis temukan pada diri sosok tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sosok perempuan tersebut merupakan benar ikon eksistensialisme feminis pada puisi Noh dan Noh Cheon-myeong terbukti sebagai seorang feminis beraliran eksistensialis.

ABSTRACT
Women s movements in South Korea have been thriving since Korea was under Japanese colonisation. Noh Cheon-myeong is a Korean female writer who was active in that era. In Noh s works, there are elements of existentialism. This paper analyses the elements of feminist existentialism found in Noh s poetry titled Ireum Eobsneun Yeoin-i Doieo using the theory of existentialism and social constructs of feminism. The female figure in the Ireum Eobsneun Yeoin-i Doieo poetry, which means Nameless Woman, has the desire to become a woman with no name. The purpose of this paper is to understand the female figure in the poetry as an icon of feminist existentialism through the elements of feminist existentialism that the writer finds within the figure. The results of this study indicates that the female figure is truly an icon of feminist existentialism in Noh s poetry and Noh Cheon-myeong herself has been proven to be an existentialist feminist."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Corner, E.J.H.
New York: The World Publishing Company, 1964
581.9 COR l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Anggraeni
"Pi Cheon Deuk adalah tokoh sastrawan yang tersohor di Korea. Terkenal dengan esai-esainya yang banyak menceritakan kehidupannya, Pi Cheon Deuk memiliki pemikiran yang unik mengenai kehidupan, termasuk dalam esainya yang berjudul 토요일 (Toyoil). Esai ini ditulis dengan bahasa yang awalnya terkesan lugu, namun jika diteliti lebih dalam dapat ditemukan adanya makna yang lebih dalam. Ditinjau dari sistem tanda yang dikembangkan oleh Saussure (1916) dalam bidang semiologi, konsep konotasi Barthes (1957), dan konsep Ohaeng serta Obangsaek, 파란 토요일 (paran toyoil) atau Sabtu hijau dalam esai ini memiliki arti bahwa kehidupan tidak akan berhenti setelah menerima cobaan. Manusia akan menerima kebahagiaan dan awal baru untuk kembali hidup.

Pi Cheon Deuk is one of the most prized literature figures in Korea. Recognized by his essays that tell his own life story, Pi Cheon Deuk had a unique insight about life, included also in one of his work titled 토요일 (Toyoil). It is written with such innocent words, yet there is so much more meaning embedded in it. Inspected based on Saussures language sign on semiology (1916), Barthes connotation theory (1957), and Koreas Ohaeng and Obangsaek concept, the term 파란 토요일 (paran toyoil) or green Saturday from the essay means that life will never stop after any trials. Humans will receive happiness and new beginning to live their life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Faradilla Ichmawati
"ABSTRAK
Penjajahan Jepang di Korea membuat masyarakat Korea kehilangan kebebasan untuk berkarya sehingga muncul kelompok penyair yang hanya menulis puisi dengan tema kehidupan. Kelompok yang muncul sejak tahun 1930 ini dikenal dengan nama Saengmyeongpa. Yoo Chi-Hwan merupakan salah satu penyair representatif dari kelompok ini. Penelitian ini membahas perbedaan karakteristik kehidupan masyarakat Korea masa pra dan pasca kemerdekaan melalui tanda-tanda verbal pada puisi Saengmyeongeui Seo yang ditulis oleh Yoo Chi-Hwan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan perbedaan kehidupan masyarakat Korea pada masa pra dan pasca kemerdekaan Korea melalui tanda verbal yang digunakan penyair. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan semiotik untuk mencari makna dari suatu tanda yang merepresentasikan realitas keadaan masyarakat. Analisis menunjukkan bahwa dalam puisinya, Yoo Chi-Hwan menggambarkan keadaan masyarakat Korea melalui tanda-tanda yang berhubungan kehidupan dan alam. Kata yang dominan pada masa pra kemerdekaan adalah kata yang berhubungan dengan kehidupan, sedangkan pada masa pasca kemerdekaan adalah kata yang berhubungan dengan alam. Hal ini menunjukkan bahwa ada perkembangan di kehidupan masyarakat Korea saat itu meskipun secara garis besar tetap diliputi kesedihan dan perbedaan. Banyaknya penggunaan simbol alam daripada simbol kehidupan pada masa pasca kemerdekaan menunjukkan bahwa masyarakat sudah bisa melihat keindahan alam dan tidak fokus hanya pada masalah kehidupan.
ABSTRACT
Japanese colonization in Korea made the Korean people lose their freedom to create a work that leads the group of poets can only write life theme poetry. The group that emerged since 1930 is known as Saengmyeongpa. Yoo Chi-Hwan is one of the representative poets of this group. This study discusses differences in the characteristics of pre and post-independence Korean society life through verbal signs on Saengmyeongeui Seo 39;s poetry written by Yoo Chi-Hwan. The purpose of this study is to explain the differences of Korean society life in pre and post-independence Korea through the verbal signs used by poets. This research uses qualitative method with semiotic approach to find meaning from a sign representing reality of society condition. Analysis shows that in his poetry, Yoo Chi-Hwan describes the state of Korean society through life-related signs and nature. The dominant words in the pre-independence period are related to life, while in the post-independence period the words are related to nature. This shows that there are developments in the life of Korean society at that time even though the broad outline remains filled with sadness and difference. The many uses of natural symbols rather than the symbols of life in the post-independence period indicate that people can see the beauty of nature and do not focus only on the issues of life. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Seoul: Gwang myeong chul pan sa, 1976
KOR 909.519 GOO h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Chung, Kangryol
"Hate speech, a new type of racismn against zainichi korean, has become a social issue in Japan since the 2000s. The purpose of this paper is to explain attitudes that zainichi korean forms toward this new racism."
Tokyo: Center for Asian and Pacific Studies, Seikei University, 2022
915 RAPS 47 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>