Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183237 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dinda Ayu Widhiyanti
"ABSTRAK
Industri periklanan Indonesia terus mengalami perkembangan seiring dengan persaingan bisnis yang semakin ketat. Berbagai cara dilakukan pemasar demi menaikkan penjualan, termasuk dengan menyewa jasa celebrity endorser . Penggunaan jasa celebrity endorser banyak ditemukan pada online shop di media sosial Instagram. Tulisan ini berfokus menganalisis etika dan aturan iklan pada empat iklan produk kosmetika yang diiklankan oleh selebgram Anya Geraldine dan Shannon Gabriella. Regulasi yang dianalisis adalah Etika Pariwara Indonesia dan aturan Badan POM mengenai iklan kosmetika. Berdasarkan pengamatan, terdapat beberapa indikasi pelanggaran yang dilakukan oleh Anya Geraldine dan Shannon Gabriella beserta online shop yang menyewa jasa mereka. Pelanggaran ini di antaranya: dua produk kosmetika tidak memiliki izin edar Badan POM, melanggar aturan klaim kosmetika, dan melanggar ketentuan mengenai testimony . Selain pelanggaran iklan produk kosmetika, ditemukan juga iklan produk suplemen kesehatan yang masuk dalam kategori obat. Iklan produk suplemen kesehatan ini tidak hanya melanggar Etika Pariwara Indonesia dan aturan Badan POM karena tidak memiliki izin edar, tapi juga melanggar Peraturan Menteri Kesehatan terkait dengan penggunaan alat kesehatan yang tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan.Kata Kunci: Iklan kosmetik, Selebgram, Etika Pariwara Indonesia, Peraturan Badan POM

ABSTRACT
Advertising industry in Indonesia continues to develop along with the increasingly tight business competition. Marketers do many strategies to increase sale, including hiring celebrity endorser. The appearance of celebrity endorser found in many online shops in social media, such as Instagram. This paper focuses on analyzing the ethics and regulations of advertising on four cosmetics ads advertised by selebgram Anya Geraldine and Shannon Gabriella. Ethics and regulations of the advertising reffer to Etika Pariwara Indonesia and cosmetics ads regulations by Badan POM. Based on obsevations, there are several violations indications committed by Anya Geraldine and Shannon Gabriella along with online shops that hire their services. These violations include: two cosmetics products do not have Badan POM authorization license, violate cosmetics claim, and violate rules about testimony. Further observations also found ads of health supplement products in drugs category. The ads of this health supplement products not only violate Etika Pariwara Indonesia and Badan POM regulations for not having authorization license, but also violate the regulations of the Ministry of Health related to the use of medical equipment not by health personnel.Keywords: Cosmetic ads, Selebgram, Etika Pariwara Indonesia, Badan POM regulations "
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Juliana Cicelia Dosi
"ABSTRAK
Khalayak kini lebih mempercayai ulasan dan pengalaman penggunaan produk yang mereka dapatkan di internet ketimbang pesan iklan. Salah satu strategi yang dilakukan oleh pemasar untuk dunia online adalah dengan menggunakan strategi influencer marketing. Influencer adalah mereka yang bertindak sebagai endorser, baik selebriti atau konsumen biasa yang dibayar untuk mem posting foto/tulisan/video pada laman media sosial pribadinya dengan tujuan promosi sebuah produk maupun jasa. Strategi ini digunakan untuk meningkatkan kesadaran khalayak terhadap suatu brand maupun jasa melalui media sosial yang dianggap dekat dengan khalayak. Media sosial kini menghadirkan konsep selebriti baru yaitu selebriti online, pada Instagram dikenal dengan Selebgram. Ketenaran dan tingginya respon khalayak pada Selebgram inilah yang dimanfaatkan pengiklan sebagai influencer, salah satu brand yang menggunakan Selebgram dalam strategi pemasarannya adalah UNIQLO Indonesia. Walaupun UNIQLO merupakan brand fashion yang berasal dari Jepang tetapi mereka memiliki akun khusus untuk Indonesia dan cukup aktif. UNIQLO Indonesia secara rutin menggunakan banyak selebgram untuk mempromosikan produknya di Instagram. Tiap bulannya UNIQLO Indonesia menggunakan banyak selebgram untuk mendukung lebih dari tiga produknya. Selebgram yang dinilai berdasarkan market reach, frequency of impact, quality of impact, dan closeness to decision.

ABSTRACT
Nowadays, audiences tend to trust reviews and experience they get from the internet rather than advertising. So, marketers use influencer marketing to reach the audiences. Influencers are those who act as an endorser, either celebrities or ordinary consumers who are paid to post a photo article video on their social media account with the aim of promotion of a product or service. This strategy is used to increase brand or services awareness through social media which has significantly impacted most of their audiences daily live. Social media is now presenting a new concept of celebrity, an online celebrity, that on Instagram was known as Selebgram. Advertiser uses Selebgram rsquo s fame and the high engagement rate to influence their audience about their brands or services. One of the brands in Indonesia that uses Selebgram in their marketing strategy is UNIQLO Indonesia. Even though UNIQLO is a fashion brand from Japan, but they have an impressive social media presence in Indonesia. Constantly, UNIQLO Indonesia uses Selebgram to promote their products in Instagram. The measurement criteria for influencers are market reach, frequency of impact, quality of impact, and closeness to decision."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Widhiatama
"ABSTRAK
Ketatnya persaingan dalam industri makanan ringan membuat para produsen berlomba-lomba melakukan promosi demi mencapai positioning yang teratas pada targetnya. Kegiatan promosi yang dilakukan sangat beragam dengan tingkat kreativitas yang tak terduga. Salah satunya adalah dengan menggunakan tokoh agama sebagai brand endorser, yang dilakukan produsen Biskuit Kokola dalam kegiatan promosinya. Sayangnya hal ini melanggar pedoman Etika Pariwara Indonesia (EPI). Analisis ini akan membahas pelanggaran terhadap EPI dengan ketentuan penggunaan tokoh agama sebagai brand endorser dan eksploitasi kata “halal”, juga implementasi pada kegiatan-kegiatan promosi yang dilakukan, hingga pencapaian target dalam market positioning.

ABSTRACT
Intense competition in the snack food industry makes the producers vying promotion to achieve top positioning on the target. Promotional activity varies with the level of creativity that is unexpected. One of them is to use a religious figure as a brand endorser, which used by biscuit manufacturer Biskuit Kokola in its promotional activities. Unfortunately it is in violation of ethics guidelines Etika Pariwara Indonesia (EPI). This paper will discuss ethics violations against EPI against the use of religious figure as a brand endorser and exploitation of word “halal”, with the implementation to promotional activity to market positioning achievement."
2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nicholas Pandu Djiwandono
"Ketatnya persaingan dalam industri sepeda motor di Indonesia berimbas pada persaingan iklan-iklan dari beraneka ragam merek sepeda motor. Tak terkecuali untuk iklan televisi. Persaingan dalam iklan tersebut kerap kali memunculkan persaingan yang tidak sehat dengan memunculkan iklan yang merendahkan produk pesaing. Tak hanya itu, kreativitas yang menjadi salah satu senjata utama dalam iklan juga tak jarang melewati batas-batas etika yang telah diatur dalam Etika Pariwara Indonesia (EPI), seperti penggunaan kata superlatif, menampilkan adegan yang berbahaya, dan unsur pornografi. Tulisan ini akan menganalisis delapan iklan sepeda motor, yaitu Yamaha MX King 150, Bajaj Pulsar, Suzuki Satria 150 FU Injeksi, Suzuki Nex, Kymco Jetmatic Free, TVC Rockz, TVS Apache RTR 160, dan Yamaha Jupiter MX 135. Kedelapan iklan sepeda motor tersebut menampilkan beberapa pelanggaran EPI. Sanksi pelanggaran EPI yang berupa sanksi etik nampaknya masih kurang diindahkan oleh para pengiklan. Oleh karena itu, untuk dapat menegakkan EPI perlu ditingkatkan koordinasi dan pengawasan untuk memperkuat MoU antara P3I dengan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) yang sudah ada sebelumnya untuk dapat memberikan sanksi yang dapat lebih membuat efek jera bagi para pengiklan yang melanggar dan mencegah kembali tayangnya iklan yang sudah diputuskan melanggar dan diberi peringatan.

Intense competition in the motorcycle industry in Indonesia impact on advertisements competition of diverse brands of motorcycles. No exception for television advertising. Competition in these ads often raises unfair competition by generating ads that disparage a competitor's product. Not only that, creativity is becoming one of the main weapons in the ad are also not infrequently pass ethical boundaries that have been set in Indonesia Advertisements Ethics (EPI), such as the use of superlatives, featuring dangerous scene, and pornography. This paper will analyze the eight motorcycles ads: Yamaha MX King 150, Bajaj Pulsar, Suzuki Satria FU 150 Injection, Suzuki Nex, Kymco Jetmatic Free, TVC RockZ, TVS Apache RTR 160, and Yamaha Jupiter MX 135. These eight motorcycle ads display multiple violations of EPI. Ethical sanctions for EPI’s offenders still seems to be ignored by advertisers. Therefore, to be able to enforce EPI needs to be improved coordination and supervision to strengthen the preexisting MoU between P3I with KPI (Indonesian Broadcasting Commission) so it can impose sanctions that could be making a deterrent effect for advertisers who abuse and prevent re-broadcast advertising that had been decided violate and given a warning."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Della Lineri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pembentukan personal branding Selebgram melalui media sosial Instagram. Selain itu penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan dalam diri Selebgram sebagai pelaku personal branding. Penelitian berfokus pada pembentukan personal branding dari dua Selebgram di Indonesia, yakni Qonitah Al Jundiah dan Cheryl Raissa. Dari hasil penelitian diketahui bahwa personal branding yang dibentuk dengan pribadi asli yang mewakili keseharian, tampil dengan konten berbeda dan konsisten serta memiliki citra yang baik akan lebih mudah dikenali oleh audiensnya. Personal branding dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi seseorang untuk menjadi populer di media sosial. Dalam interaksinya dengan significant others, tidak ada yang berubah dalam diri Selebgram selama proses pembentukan personal branding. Namun dalam hal kegiatannya, banyak perubahan dan harapan dalam diri mereka yang berusaha dievaluasi secara terus menerus agar dapat lebih profesional.

This research aims to find out about the formation of Selebgram rsquo s personal branding through social media. In addition, this research was carried out as well to know about the self of Selebgram as a personal branding performer. This research focuses on the process of the formation of personil branding from two Indonesian names Qonitah Al Jundiah and Cheryl Raissa. Of research results can be noted that personal branding formed with an original personality which representative of everyday life, come into being a content specialist and consistent with it, and have the good image would easy to be known by the audience. The personal branding could give a chance and opportunity for the person to becomes popular on social media. Nothing is changed from the interactions of the significant others and Selebgram during this process of formation of personal branding. However this activities, give transformations and prospects for themself who tried to evaluate continuously, for being more professional.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T47406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astika Mara Nur Fatima
"Berbagai bentuk toko daring di Instagram kian menjamur di Indonesia, salah satunya adalah toko daring yang menjual produk jilbab. Diperlukan strategi promosi dan branding yang tepat untuk menghadapi persaingan daring. Skripsi ini membahas mengenai brand dengan salah satu strategi promosi yakni selebgram endorsement pada salah satu toko daring jilbab yakni toko daring jilbab Miracholecct. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian antara identitas, pemosisian dan citra brand terhadap penggunaan selebgram endorsement Miracholecct. Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivistismedengan pendekatan kualitatif dan berjenis dekriptif eksploratif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan analisis isi dan wawancara mendalam, serta menggunakan teknik analisis tematik untuk mengolah data. Subjek pada penelitian ini adalah para konsumen Miracholecct yang dikategorikan sesuai dengan target market Miracholecct. Hasil penelitian ini adalah toko daring jilbab Miracholecct memiliki identitas, pemosisian dan citra brand yang sesuai dengan penggunaan selebgram endorsement-nya, yang dilihat dari perspektif brand. Penelitian ini juga menemukan bahwa para konsumen toko daring jilbab Miracholecct melakukan identifikasi dan mengikuti selebgram yang memiliki kesamaan hidup dengan mereka. Maka dari itu, pemilihan selebgram berdasarkan kategori sosial target market menjadi penting.

Various forms of online stores on Instagram are increasingly in Indonesia, one of them is an online store that sells hijab products. The right promotion and branding strategies are needed to deal with online competition. This thesis discusses the brand from one of promotion strategy, which is a selebgram endorsement at one of the online hijab stores, namely Miracholecct. The purpose of this study is to know suitability of identity, the position and brand image of the selebgram endorsement's support. This study uses the post-positivist paradigm with a qualitative, and type approach is explorative descriptive. Data collection which is used in this study is content analysis and in-depth interviews. Then, thematic analysis techniques is used to process data. The subject of this study is Miracholecct's consumers, which is according to the Miracholecct market target. The result of this study is Miracholecct online store has an identity, position and brand image that is consistent with the use of selebgram endorsement, which are viewed from a brand perspective. The study also found that the consumers of the Miracholecct Hijab online store were identified by selebgrams who had the same life characteristic with them. Therefore, the choice of selebgram based on the target market is important."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinny Setiadini Utami
"Artikel ini menjelaskan mengenai penegakan kode etik kedokteran yang dilakukan terhadap kasus pelanggaran etik oleh dokter yang terjadi di rentang tahun 1980-an. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) adalah sebuah pedoman yang disusun bagi dokter dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Namun dengan berlakunya Kode Etik Kedokteran Indonesia, tidak menutup kemungkinan akan selalu terbuka celah bagi seorang dokter untuk melakukan tindakan yang melanggar pedoman tersebut. Dalam penelitian kali ini, tindakan pelanggaran tersebut dilakukan oleh dokter Gunawan Simon dari Bandung pada tahun 1984-1987. Pelanggaran yang dilakukan adalah mengobati pasien dengan metode pengobatan yang tidak sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran dan memberikan obat hasil racikan sendiri yang belum teruji secara ilmu kedokteran kepada pasien. Tindakan tersebut merupakan pelanggaran terhadap pasal dalam KODEKI yang saat itu berlaku. Fokus utama pembahasan dalam penelitian ini adalah upaya penegakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen Kesehatan (Depkes), Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK). Sanksi yang diberikan atas pelanggaran tersebut adalah pemberhentian keanggotaan dan pencabutan izin praktik oleh IDI dan MKEK sebagai lembaga yang berwenang. Menurut penulis, Depkes, IDI dan MKEK sudah menerapkan upaya sebaik-baiknya, namun sanksi yang diberikan belum tegas sehingga tidak memberikan efek jera kepada dokter-dokter lainnya di tahun-tahun berikutnya. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri atas proses heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dalam proses heuristik, penelitian ini mengangkat berita dan artikel dari surat kabar yang terbit antara tahun 1984-1987. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana keberhasilan implementasi penegakan etik kedokteran berdasarkan KODEKI oleh Depkes, IDI dan MKEK pada tahun 1984-1987.

This article describes the enforcement of the medical code of ethics that was carried out on cases of ethical violations by doctor that occurred in the 1980s. The Indonesian Medical Code of Ethics (KODEKI) is a guideline that prepared for doctors in carrying out their duties. However, with the enactment of the Indonesian Medical Code of Ethics, there will still be a possibility to a doctor to violate the guidelines. In this study, the violation was carried out by doctor Gunawan Simon from Bandung in 1984-1987. The Violations committed were treating patients with treatment methods that are not in line with the rules of medical science and giving patients their own concoction of medicine that have not been tested by medical science. This action was a violation of the provisions of the KODEKI at that time. The main focus of discussion in this study is enforcement efforts carried out by the government through the Ministry of Health, the Indonesian Doctors Association (IDI), and the Medical Ethics Honorary Council (MKEK). The penalty given for such violations are termination of the membership and cancellation of practice licenses by IDI and MKEK as authorized institutions. According to the author, the Ministry of Health, IDI and MKEK have implemented their best efforts, but the penalty given have not been firm so that they do not have a deterrent effect to other doctors in the following years. This study uses historical methods consisting of heuristics, criticism, interpretation, and historiography processes. In the heuristic process, this study picks up news and articles from newspapers published between 1984-1987. The aim of this study is to find out how successful the implementation of medical ethics enforcement based on KODEKI by the Ministry of Health, IDI, and MKEK was in 1984-1987."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nataya Aviani Moelyani
"ABSTRAK
Kemajuan teknologi membawa dampak dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan adanya kemajuan teknologi yang mempengaruhi berbagai bidang-bidang lainnya. Salah satunya ialah media informasi. Media informasi ini memudahkan para penggunanya dalam mendapatkan informasi dari berbagai media. Salah satu media informasi kini ialah media online . Media online yang banyak digunakan khalayak kini ialah aplikasi Instagram. Aplikasi ini memudahkan penggunanya dalam berbagai kejadian yang dialaminya berupa foto maupun video ke pada pengguna lainnya. Dengan adanya wadah untuk berbagi tersebut, memberikan peluang bagi para perusahaan untuk memasarkan produk mereka. Sehingga, lahirlah istilah Selebgram. Seorang Selebgram, dapat dikatakan sebagai Selebgram apabila pengikutnya followers mencapai ribuan hingga jutaan pengguna. Dalam karya ilmiah ini, melihat Selebgram sebagai salah satu strategi baru Marketing Public Relations dalam memasarkan dan membangun citra produk perusahaan. Dalam memasarkan dan membangun citra perusahaan, seorang Selebgram dapat menggunakan pengaruhnya yang berupa pengikutnya followers yang jumlahnya besar, dapat memberikan masukkan sebelum membeli atau menggunakan produk perusahaan tersebut. Hasil dari karya ilmiah ialah strategi ini dapat menjadi strategi yang dapat berdampak positif oleh perusahaan maupun Selebgram itu sendiri.

ABSTRACT
The advancement of technology gives impact to many aspects of human life. For instance, there are many ways to fulfill our daily needs now than it used to. The example of technology advancement is media Information. Media information could help users to get information easier from various media, one of the media that we could use right now is online media. Instagram has grown to be one of the most popular social networking sites in online media. Instagram makes user easier to share their moment from photo and video to other users. The users ranged from ordinary citizens, celebrities, athletes to world leaders, as well as businesses. This makes Instagram a big market for companies to sell their products. There are also aself made Instagram celebrities with thousands of followers and come from an ordinary citizen, hence the term Selebgram, which is also a part of the mentioned big market. In this paper, I would like to explain about company 39 s product image building and marketing trough using Selebgrams as a Marketing Public Relations strategy. A company could benefit from selebgrams by giving their product for free endorse which will be used or worn by the Selebgrams. By doing so, Selebgrams could use their influence which indicated by a big number of followers. Selebgrams could promote the product as well as giving some feedback to the product. The result from this paper would be a strategy that could give a positive impact to the company and the selebgrams themselves."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mervat Lutfia
"Hubungan dokter dan apoteker adalah berkaitan dengan pembuatan resep dan pemproduksian resep untuk pasien berkaitan dengan kosmetika. Obat-obatan beretiket biru digunakan untuk perawatan kulit menjadi obat khusus yang mana pemberian serta pemberlakuannya harus disesuaikan dengan kebutuhan setiap pasien. Namun praktiknya penjualan kosmetika beretiket biru diperdagangkan secara bebas dengan tetap adanya pencantuman dokter dan apoteker yang melakukan praktik kefarmasian. Permasalahan hukum ini yang cenderung merugikan konsumen akibat penggunaan kosmetika beretiket biru yang diperdagangkan bebas dan dibuat tidak sesuai dengan kebutuhan setiap orang. Rumusan masalah yang digunakan oleh penulis adalah: Bagaimana tanggung jawab hukum dokter dan apoteker atas beredarnya kosmetik etiket biru di pasar bebas?, Bagaimana tanggung jawab profesi berdasarkan kode etik terhadap dokter dan apoteker yang diduga melakukan perdagangan dan penjualan bebas kosmetik beretiket biru?, dan Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen terkait  kosmetik etiket biru illegal? Penulis menggunakan penelitian hukum doktrinal yang sifatnya adalah preskriptif dengan menggunakan bahan hukum sekunder dengan sumber hukum primer, sekunder, tersier. Hasil penelitian menjelaskan bahwa tanggung jawab dokter dan apoteker atas beredarnya obat atau kosmetika etiket biru harus dilandasi dengan teori pertanggungjawaban hukum dan pembuktian bahwa telah terjadi kerugian yang dirasakan oleh konsumen sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1365 KUHPer. Adapun pedoman yang digunakan untuk menilai atau menentukan adanya kesalahan tersebut adalah standar profesi apoteker yang menyangkut pekerjaan keprofesian apoteker di apotek khususnya dalam pelayanan obat berdasarkan resep dokter. Kode etik profesi apoteker diatur dalam Keputusan Kongres Nasional XVIII/2019 yang dikeluarkan oleh Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia Nomor 006/KONGRES XVIII/ISFI/2009 Tentang Kode Etik Apoteker Indonesia. Sedangkan kode etik dokter diatur di dalam pengaturan mengenai kode etik kedokteran dalam hal ini diatur dan dijelaskan di dalam Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia yang dikeluarkan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia Ikatan Dokter Indonesia. Dalam menyelesaikan permasalahan jual beli etiket biru atas obat atau kosmetika yang menimbulkan kerugian bagi konsumen, maka konsumen yang dirugikan dalam hal ini dapat memilih penyelesaian sengketa secara litigasi dan non litigasi. Pilihan antara litigasi dan non litigasi sangat penting, tergantung pada keinginan dan kebutuhan para pihak yang bersengketa. 

The relationship between doctors and pharmacists is related to making prescriptions and producing prescriptions for patients related to cosmetics. Medicines with the blue label used for skin care are special medicines whose administration and application must be adjusted to the needs of each patient. However, in practice, the sale of cosmetics with the blue label is traded freely, with the inclusion of doctors and pharmacists who practice pharmacy. This legal problem tends to be detrimental to consumers due to the use of cosmetics with blue labels which are traded freely and are not made to suit each person's needs. The problem formulation used by the author is: What are the legal responsibilities of doctors and pharmacists for the circulation of blue label cosmetics on the free market? form of legal protection for consumers regarding illegal blue label cosmetics? The author uses doctrinal legal research which is prescriptive in nature using secondary legal materials with primary, secondary and tertiary legal sources. The research results explain that the responsibility of doctors and pharmacists for the distribution of blue label medicines or cosmetics must be based on the theory of legal responsibility and proof that there has been harm felt by consumers as explained in Article 1365 of the Civil Code. The guidelines used to assess or determine the existence of these errors are the pharmacist professional standards which concern the professional work of pharmacists in pharmacies, especially in providing medicines based on doctor's prescriptions. The professional code of ethics for pharmacists is regulated in the Decree of the XVIII/2019 National Congress issued by the Indonesian Pharmacy Graduate Association Number 006/KONGRES XVIII/ISFI/2009 concerning the Code of Ethics for Indonesian Pharmacists. Meanwhile, the doctor's code of ethics is regulated in the regulations regarding the medical code of ethics, in this case it is regulated and explained in the Guidelines for Implementing the Indonesian Medical Code of Ethics issued by the Indonesian Medical Ethics Honorary Council of the Indonesian Doctors Association. In resolving the problem of buying and selling blue labels for medicines or cosmetics which causes losses to consumers, consumers who are disadvantaged in this case can choose litigation and non-litigation dispute resolution. The choice between litigation and non-litigation is very important, depending on the desires and needs of the parties to the dispute."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aditya Wicaksono
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat makna yang diberikan oleh pengikut celebgram terhadap simbol dan status celebgram. Peneliti berpendapat bahwa dalam proses menjadi seorang celebgram, perlu memiliki legitimasi popularitas pengguna untuk menjadi seorang celebgram. Memberi legitimasi biasanya dilihat dari jumlah suka yang diberikan atau jumlah pengguna lain yang mengikuti selebriti. Untuk mengetahui lebih dalam tentang makna yang dimiliki oleh para pengikut celebgram dan apa yang membentuk makna tersebut, penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif untuk memperoleh data secara lebih detail dan mendalam terkait dengan penelitian ini. Hasil akhir dari penelitian ini menemukan bahwa pengikut celebgram melihat status celebgram sebagai sumber ekonomi dan status sosial yang ditandai oleh jumlah pengikut, jumlah suka, dan kegiatan pengesahan. Tiga simbol melekat pada makna status celebgram karena mereka memiliki kesamaan dengan selebriti konvensional, yaitu keberadaan kepentingan publik dalam perbedaan seseorang dan kepentingan media. Norma dan nilai sosial di lingkungan pengikut juga cukup berpengaruh dalam pembentukan makna. Dalam kasus pengikut Mimi Peri ada hubungan timbal balik antara konten yang menjadi miliknya dengan perubahan nilai dan norma pengikut yang dimungkinkan melalui unsur humor. Adanya perubahan ini memungkinkan Mimi Peri untuk mendapatkan tiga simbol yang melegitimasi statusnya sebagai selebriti

ABSTRACT
This study aims to see the meaning given by celebgram followers to the symbol and status of celebgram. Researchers argue that in the process of becoming a celebgram, it is necessary to have legitimacy in the popularity of users to become a celebgram. Giving legitimacy is usually seen from the number of likes given or the number of other users who follow celebrities. To find out more about the meanings of celebgram followers and what shapes these meanings, this study will use qualitative methods to obtain data in more detail and depth related to this research. The final results of this study found that celebgram followers see celebgram status as a source of economic and social status that is marked by the number of followers, number of likes, and endorsement activities. Three symbols are attached to the meaning of celebgram status because they have similarities with conventional celebrities, namely the existence of public interests in one's differences and the interests of the media. Social norms and values ​​in the environment of followers are also quite influential in the formation of meaning. In the case of Mimi Peri followers there is a reciprocal relationship between the content that belongs to him and the change in the values ​​and norms of followers made possible through humor. This change allows Mimi Peri to get three symbols that legitimize her status as a celebrity."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>