Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120587 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amelia Devi
"ABSTRAK
Salah satu negara yang kental dengan sistem patriarkinya adalah Korea. Dengan melekatnya sistem tersebut dalam kehidupan orang Korea membuat perempuan sejak lahir dianggap tidak bebas menentukan hidupnya sendiri. Pada akhirnya gerakan untuk menuntut pembebasan perempuan semakin gencar dilakukan. Feminisme liberal pun menjadi dasar gerakan perempuan di Korea. Para perempuan ini memperjuangkan status sosial, hak perempuan dan wacana mengenai 39;perempuan modern rsquo;. Sementara itu, drama feminis memiliki karakter yang berbeda dengan stereotip perempuan Korea yang seringkali digambarkan. Perempuan Korea yang sering digambarkan dalam drama adalah orang yang taat, patuh, bergantung dan seorang pengikut. Maka dari itu, jurnal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa perempuan saat ini telah bergerak untuk memperjuangkan haknya masing-masing. Penulis akan membahas mengenai representasi perempuan modern yang ditunjukkan tokoh utama Cha Kiyoung dalam drama Choegoui Gyeolhon. Temuan dari penelitian ini adalah perempuan berpendidikan, perempuan mandiri, perempuan memiliki kebebasan untuk memilih dan perempuan setara dengan laki-laki. Sementara itu untuk menunjang penelitian, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Penulis mengumpulkan sumber data terkait dengan objek penelitian berdasarkan studi kepustakaan.

ABSTRACT
Korea is one of the countries that has the strongest patriarchal system. The system is inherent in the life of Koreans, so that since birth, women cannot determine their life choices. In the end, the movement to demand women rsquo;s liberation began. Liberal feminism became the base of women rsquo;s movement in Korea. These women fight for the social status, women rsquo;s rights and the discourse of lsquo;modern women rsquo;. On the other hand, feminist drama has women characters with different characteristics from the stereotype of Korean women who are often described as being obedient, submissive, dependent, and a follower in the drama. Therefore, this journal aims to prove that Korean women today are fighting for their respective rights. This journal will discuss about the representation of modern women shown on main character Cha Kiyoung in the drama Cheogoui Gyeolhon. The results of this research shows that women are educated, independent, have the freedom to choose, and equal to men. The research method that the author uses is descriptive qualitative. The author collected data sources related to the research based on literature study."
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Khaddafi Kirom
"ABSTRAK
Korea merupakan salah satu negara yang menanamkan sistem patriarki dalam kehidupan masyarakatnya. Tertanamnya sistem tersebut mengakibatkan kaum perempuan mengalami tekanan dan keharusan yang menghambat kebebasannya dalam menjalani kehidupannya sendiri. Gerakan perempuan pun marak dilakukan, beberapa di antaranya berdasar kepada ideologi feminisme liberal. Gerakan-gerakan ini pada umumnya memperjuangkan hak, kebebasan, hingga kesetaraan yang ditekan oleh sistem patriarki yang berlaku. Jurnal ini membahas tentang representasi unsur-unsur feminisme liberal yang terdapat dalam sosok tokoh protagonis utama Geumja dalam film Cinjeolhan Geumjassi. Jurnal ini bertujuan menganalisis kaum perempuan di Korea memiliki hak dan potensi yang setara tanpa adanya tekanan maupun tindasan dari kaum laki-laki yang tertuang dalam film Cinjeolhan Geumjassi. Metode yang digunakan untuk menunjang penelitian adalah metode deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan sumber data berdasarkan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini antara lain perempuan dapat melindungi dirinya sendiri tanpa perlindungan laki-laki, perempuan memiliki rasionalitas dan nalar yang setara, dan perempuan memiliki ambisi.

ABSTRACT
Korea is a country which instills patriarchal system in its society. That system resulted in women experiencing pressure and limiting the freedom in living their own lives. Women s movement is often initiated. Some of them are based on liberal feminism ideology. These movements generally fight for equal rights, freedom, and the pressure of patriarchal system in women s lives. This journal discusses the representation of liberal feminism elements which are portrayed in Geumja in Cinjeolhan Geumjassi. This journal aims to analyze that Korean women also have rights and potential which are equals to those of men and do not deserves to be oppressed that portrayed Cinjeolhan Geumjassi. The method used to support research is a qualitative descriptive method by collecting data sources based on literature studies.  The result of this study proves that women can protect themselves without men intervention, women have equal potential logic and rationality, and they have ambitions."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agnesya Arveila
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat representasi feminisme liberal dalam anime Attack on Titan: The Final Season serta menganalisis makna dari temuan representasi feminisme liberal tersebut. Penelitian ini menggunakan tiga teori sebagai kerangka analisis, yaitu feminisme liberal oleh Alison Jaggar (1983), teori kode televisi oleh John Fiske (2001), dan teori fantasi dalam kesusastraan modern Jepang oleh Susan Napier (1996). Hasil analisis menunjukkan bahwa representasi feminisme liberal yang terdapat dalam Attack on Titan berupa penokohan karakter tokoh perempuan yang berkontribusi dalam militer dan politik, tindakan para tokoh perempuan yang menunjukkan kemampuannya dalam militer, dan kesetaraan hubungan antar tokoh perempuan dan laki-laki di dalam organisasi militer. Representasi perempuan dalam anime Attack on Titan: The Final Season ini dapat dibaca sebagai refleksi terhadap realitas dinamika gender di Jepang pada era kontemporer.

The purpose of this study is to discover liberal feminism representations in Attack on Titan: The Final Season and to analyze the meaning of these representations. This study uses three theories as a framework for analysis: liberal feminism by Alison Jaggar (1983), television code theory by John Fiske (2001), and fantasy theory in modern Japanese literature by Susan Napier (1996). The results of the analysis show that the representation of liberal feminism presented in this anime is in the form of characterizations of female characters who contribute to politics and the military, the actions of female characters who show their capabilities in the military, and the equality among female and male characters in military units. The representation of women in the anime Attack on Titan: The Final Season can be interpreted as a reflection of the reality of gender dynamics in Japan in the contemporary era."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Finna Angeli
"Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan unsur-unsur feminisme dalam film Батальонъ/Batalion Karya Dmitry Meskhiev. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Untuk menguraikan unsur-unsur yang terdapat dalam film tersebut, dan juga kaitan feminisme dengan penggambaran wanita dalam film. Teori yang digunakan adalah teori feminisme liberalisme. Gambaran feminism liberal yang terdapat dalam film tersebut dianalisis melalui sembilan adegan. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat gerakan feminism liberal yang dapat dilihat dari indikator wanita dapat menentukan hak dan nasib hidupnya, wanita dengan tekad yang kuat, wanita dengan rasionalitas dan nalar. Indikator tersebut berdampak pada timbulnya rasa keinginan wanita untuk menunjukkan bahwa wanita dapat memperjuangkan hak kebebasan, hak politik, serta hak keadilan bagi kaum wanita.

This study aims to elaborate on the elements of feminism in Dmitry Meskhiev's film Батальонъ/Battalion. This study uses qualitative descriptive method. To elaborate on the elements contained in the film, and also the connection of feminism with the portrayal of women in the film. The theory used is the theory of feminism liberalism. The images of liberal feminism contained in the film were analyzed through nine scenes Based on this research, it can be seen that there is a liberal feminism movement that can be seen from the indicators that women can determine their rights and fate, women with strong determination, women with rationality and reason. These indicators have an impact on the emergence of a sense of women's desire to show that women can fight for Freedom, Political Rights, and the right to justice for women"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Purwani
"Jurnal penelitian ini memberi kontribusi untuk bidang studi gender, khususnya mengenai liberal feminisme dalam menuntut kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan di dunia fashion seperti dalam film Coco Chanel (2009). Film tersebut memperlihatkan bagaimana Chanel berjuang melawan sistem patriarki melalui dominansi para desainer pria di Prancis sekitar tahun 1890-1919 di bawah pengaruh era Victoria (1837-1901) dan era Edwardian (1901-1910). Jurnal penelitian ini membahas isu liberal feminisme yang dapat dilihat melalui karakter utama dalam film ini, Coco Chanel (Gabriella Chanel). Perempuan ketika itu diatur tidak hanya dalam tata cara mereka berpakaian, namun juga bahan pakaian yang mereka gunakan dan bentuk dari gaun yang mereka kenakan. Film ini memperlihatkan bagaimana Chanel datang sebagai desainer wanita yang melanggar aturan dalam industri fashion karena wanita membutuhkan kebebasan untuk mengekspresikan diri dengan memakai pakaian yang ingin mereka kenakan dan bagi Chanel fashion adalah kebebasan. Menggunakan konsep liberal feminisme dari Hughes, jurnal penelitian ini berkesimpulan bahwa perjuangan Chanel di industri fashion dapat dilihat sebagai perjuangan seorang feminis liberal karena dia berhasil berjuang melawan dominansi sistem patriarki dalam industri fashion.

This research paper gives contribution to the field of gender studies, particularly concerning to liberal feminism in demanding the equality between men and women in fashion as depicted in the movie Coco Chanel (2009). This can be seen on how she struggled against the patriarchal system through the dominant of male fashion designers in France around 1890-1919 under the influence of Victorian Era (1837-1901) and Edwardian Era (1901-1910). This paper examines the issue of liberal feminism that could be seen through the main character, Coco Chanel. Women had been ruled in the way they dressed even with the materials and the shapes of the dresses. The movie shows how Chanel came as a new female designer who broke the rules in the fashion industry because women needs freedom to express themselves by wearing what they want to wear and for Channel fashion is freedom. Using the concept of Hughes’ concept of liberal feminism, this research paper concludes that Chanel’s struggles in the fashion industry can be seen as a struggle of a liberal feminist because she successfully fought against the dominant of patriarchal system in the fashion industry.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Elgard Mario Wiandika
"Anime shonen seringkali melanggengkan kultur patriarki dengan memperlakukan karakter perempuannya sesuai dengan peran jender. Karena itulah Jujutsu Kaisen menjadi unik karena anime shonen ini memberikan ruang bagi karakter perempuannya untuk bersinar. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana nilai-nilai feminisme liberal terkandung dalam representasi karakter perempuan yang ada di anime tersebut. Kajian ini akan mengkaji episode 17 dan 24, di mana karakter perempuan di Jujutsu Kaisen dapat menunjukkan kemampuan tarungnya, serta pola pikir dan nilai yang dianut yang berbeda dari peran jender yang ada di masyarakat. Terlebih lagi, ditemukan pula nilai-nilai yang menormalisasi perilaku monoandrogini, sebagai sarana untuk melawan peran jender yang hanya terkotakkotakan di dalam maskulinitas dan feminitas yang ada di masyarakat.
Shonen Anime usually perpetuates the patriarchal culture by treating their female characters in accordance to gender roles. This is why Jujutsu Kaisen becomes unique, because it is a shonen anime that creates space for its female characters to shine. This research will discuss how liberal feminism values are incorporated in the representation of female characters in the anime. This research will analyze episode 17 and 24, where Jujutsu Kaisen’s female characters are able to show their fighting prowess, train of thought, and values that differ from existing gender roles. Furthermore, values that normalize monoandroynous behavior are discovered as a way to fight gender roles that box masculinity and femininity in the society"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Elgard Mario Wiandika
"Anime shonen seringkali melanggengkan kultur patriarki dengan memperlakukan karakter perempuannya sesuai dengan peran jender. Karena itulah Jujutsu Kaisen menjadi unik karena anime shonen ini memberikan ruang bagi karakter perempuannya untuk bersinar. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana nilai-nilai feminisme liberal terkandung dalam representasi karakter perempuan yang ada di anime tersebut. Kajian ini akan mengkaji episode 17 dan 24, di mana karakter perempuan di Jujutsu Kaisen dapat menunjukkan kemampuan tarungnya, serta pola pikir dan nilai yang dianut yang berbeda dari peran jender yang ada di masyarakat. Terlebih lagi, ditemukan pula nilai-nilai yang menormalisasi perilaku monoandrogini, sebagai sarana untuk melawan peran jender yang hanya terkotak-kotakan di dalam maskulinitas dan feminitas yang ada di masyarakat.
Shonen Anime usually perpetuates the patriarchal culture by treating their female characters in accordance to gender roles. This is why Jujutsu Kaisen becomes unique, because it is a shonen anime that creates space for its female characters to shine. This research will discuss how liberal feminism values are incorporated in the representation of female characters in the anime. This research will analyze episode 17 and 24, where Jujutsu Kaisen’s female characters are able to show their fighting prowess, train of thought, and values that differ from existing gender roles. Furthermore, values that normalize monoandroynous behavior are discovered as a way to fight gender roles that box masculinity and femininity in the society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Kurnia Sari
"Penelitian ini membahas tentang nilai nasionalisme yang direpresentasikan oleh tokoh Go Ae-shin dalam drama Mr. Sunshine. Mr. Sunshine merupakan drama Korea Selatan yang disutradarai oleh Lee Eung-bok dan tayang perdana pada pertengahan tahun 2018. Drama ini menceritakan tentang perjuangan lima tokoh dalam mempertahankan Joseon dari pengaruh Jepang dan berlatar belakang di akhir abad ke-19. Pada akhir abad ke-19 pula, paham nasionalisme dan pergerakan nasional di Korea pertama kali muncul. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan nilai nasionalisme yang direpresentasikan oleh tokoh Go Aeshin. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Representasi Stuart Hall dan nasionalisme Korea. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya perubahan peran perempuan Korea yang didasari oleh sikap nasionalisme yang direpresentasikan oleh tokoh Go Ae-shin. Selain itu, ada pula nilai nasionalisme Korea pada tokoh Go Ae-shin yaitu keinginan mempertahankan bangsa dan menentukan nasib bangsa sendiri, nilai kesetiaan dan rela berkorban, serta keterlibatan dalam gerakan nasionalis Euibyeong.

This study discusses the value of Korean nationalism represented by character Go Ae-shin in drama Mr. Sunshine. Mr. Sunshine is a South Korean drama directed by Lee Eung-bok and premiered in the mid-2018. This drama tells about the struggles of five characters in defending Joseon from Japanese influences in the late 19th century. At the end of the 19th century, the notion of nationalism and the national movement in Korea first emerged. The purpose of this study is to explain the value of nationalism represented by character Go Ae-shin. This research was conducted using a descriptive qualitative method. The theory used in this study is Stuart Hall’s Representation theory and Korean nationalism. The result of this study indicates a change in the role of Korean women based on the attitude of nationalism represented by the character Go Ae-shin. In addition, there is also the value of Korean nationalism in Go Ae-shin’s character, namely the desire to defend the nation and determine the fate of the nation itself, the value of loyalty and self-sacrifice, and involvement in the Euibyeong nasionalist movement."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Febriyan Indrojono
"Sebagai penyair di Korea, Na Hye-seok memiliki pemikiran feminisme yang kuat. Unsur feminisme liberal yang terdapat dalam dua puisi karya Na Hye-seok, yaitu yang berjudul 인형의 집 (A Doll’s House) dan 노라 (Nora), menjadi dasar pembahasan dalam penelitian ini. Peneliti mengkaji dua puisi tersebut karena feminisme liberal memiliki nilai-nilai yang dapat menjadi indikator utama dalam mengenali aliran feminisme ini. Peneliti menggunakan metode kajian pustaka untuk melengkapi apa yang belum diteliti pada penelitian-penelitian terdahulu, sedangkan pendekatan analisis yang digunakan adalah analisis strata norma.
Pendekatan analisis strata norma bersifat mengupas puisi menjadi beberapa strata, yang dapat membantu peneliti dalam mengkaji kedua puisi tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua puisi Na Hye-seok mempunyai nilai-nilai feminisme liberal.

As a poet in Korea, Na Hye-seok has strong feminist thoughts. The elements of liberal feminism contained in two of Na Hye-seok's poems, namely entitled 인형의 집 (A Doll's House) and 노라 (Nora), form the basis of the discussion in this research. The researcher examines the two poems because liberal feminism has values that can be the main indicators in recognizing this flow of feminism.
The researcher uses the literature review method to complement what has not been studied in previous studies, while the analytical approach used is strata norm analysis. The strata-norm analysis approach is to break down poetry into several strata, which can assist researchers in studying the two poems. The results of this study indicate that both of Na Hye-seok's poems have liberal feminism values.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Nawangwulan
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tokoh anak direpresentasikan dalam drama Jepang Kotaro wa Hitorigurashi (Kotaro Lives Alone) dan melihat makna dari representasi tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori representasi Hall (1997) sebagai konsep dasar dari penelitian serta pendekatan analisis film dengan karakterisasi tokoh tertentu yang dikemukakan oleh Petrie dan Boggs (2008). Dalam menganalisis penulis juga menggunakan acuan untuk mendapatkan makna dari setiap adegan menggunakan metode pengambilan gambar, pencahayaan, dan latar yang diungkapkan Petrie dan Boggs (2008). Dalam menganalisis data, penulis menyertakan tangkapan layar dari adegan yang menampilkan tokoh anak dari segi penampilan, kehidupan anak saat tinggal seorang diri, percakapan tokoh anak dengan orang-orang di sekitarnya, dan relasi anak dengan orang tuanya. Dari hasil dari analisis ditemukan bahwa tokoh anak digambarkan sebagai tokoh yang pemberani dan mandiri, karakter mandiri dan pemberani pada tokoh anak terjadi sebagai dampak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan penelantaran anak. Drama ini dapat dilihat sebagai kritik sosial terhadap isu kekerasan rumah tangga (KDRT) dan fenomena penelantaran anak oleh orang tua di Jepang.

This study aims to see how children's characthers are represented and their meaning in the Japanese drama Kotaro wa Hitorigurashi (Kotaro Lives Alone). The theory used in this research is the representation theory of Hall (1992) as the basic concept of the research and the film analysis approach characterization of certain characters proposed by Petrie and Boggs (2008). In analyzing, the author uses the reference to get the meaning of each scene using the method of taking pictures, lighting, and setting as stated by Petrie and Boggs (2008). In analyzing the data, the author includes screenshots of scenes that show the child's character in terms of appearance, the child's life when he lives alone, the conversation of the child's character with the people around him, and the child's relationship with his parents. The result found that child characters' representations are depicted as brave and independent characters. The brave and independent characters appear due to domestic violence (DV) and child neglect. This drama can be viewed as a social criticism of the domestic violence (DV) issue and the phenomenon of child neglect by parents in Japan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>