Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71693 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifa Andini Salsabila
"ABSTRAK
Artikel ini membahas penulis blog makanan kreatif food creative bloggers sebagai structural hole memiliki peran dalam mempromosikan wisata kuliner Bandung dalam media sosial instagram. Studi sebelumnya menyebutkan bahwasannya dalam konteks masyarakat digital, seorang food creative bloggers memiliki peran sebagai pegiat wisata kuliner food-enthusiast , humas, pendukung iklan endorser , jurnalis dan prosumer produsen-konsumen . Akan tetapi, studi terdahulu belum menjelaskan bahwa seorang food creative bloggers di era digital ini juga memiliki peran sebagai structural hole yang mampu mendorong pamor dan meningkatkan keuntungan ekonomi usaha kuliner Bandung. Hasil studi ini menunjukkan bahwa food creative bloggers merupakan structural hole strategis yang dengan efektif mampu menjembatani pelaku usaha kuliner dan masyarakat konsumen. Selain mampu mendorong pamor pengusaha kuliner dan meningkatkan keuntungan ekonomi, studi ini juga mengemukakan bahwa food creative blogger juga di sisi lain dapat mematikan usaha kuliner. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu observasi dan wawancara mendalam kepada beberapa penulis blog makanan kreatif food creative bloggers yang memiliki akun Instagram. Selain itu, penulis juga mewawancarai narasumber pendukung pengusaha kuliner, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung dan pengikut akun penulis blog kreatif makanan di Instagram.

ABSTRACT
This article discusses how creative bloggers as structural holes have a role in promoting Bandung culinary tourism. Previous studies have suggested that in the context of the digital society, a food creative bloggers has a role as food-enthusiast, public relation, an endorser, journalist and as a prosumer producer-consumer . However, previous studies have not explained that a food creative bloggers in this digital era also has a role as a structural hole through their social media account can share culinary information to consumer society. The results of this study shows that food creative bloggers is a strategist structural hole who could effectively bridge between culinary entrepreneurs and consumer society. Even though food creative blogger could help culinay industry, but it also can destroy the entrepreneur itself. This study uses qualitative approach with observation and indepth interview method to several creative bloggers as a main interviewees. The author also conducted triangulation of data by interviewing culinary entrepreneurs, Bandung City Department of Tourism and Culture, as well as followers of creative blog account in instagram."
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rindang Muharza Viawan
"ABSTRAK
Salah satu produk wisata Kota Bandung yang berpotensi berkembang pesat adalah kuliner. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran tentang bagian-bagian Kota Bandung sebagai model yang menjelaskan sebaran produk wisata kuliner yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan berupa suasana menikmati kuliner bagi wisatawan. Memahami lokasi dan pola ruang produk wisata ini akan dapat membantu dalam mengenal kapasitas wilayah dalam pembangunan wisata kuliner melalui perspektif ruang. Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk memperoleh pola keruangan wisata kuliner yang dikaitkan dengan fasilitas wisata, aksesibilitas, dan organisasi keruangan kota. Analisis yang dipergunakan adalah analisis proses keruangan dari wilayah dalam membentuk suasana dan pola ruang dari variabel fasilitas wisata dan aksesibilitas dalam penentuan lokasi. Hasil penelitian mendapatkan tiga suasana, yaitu terbentuk suasana sejarah (historic ambient), transisi perkotaan (urban transition), dan gentrifikasi peripheral (gentrification-perpheral). Produk wisata kuliner di Kota Bandung menyebar dari pusat kota dengan suasana sejarah menuju arah timur laut pinggir kota dengan suasana gentrifikasi peripheral dan pada kawasan transisi kotanya merupakan wisata kuliner dengan suasana transisi perkotaan. Produk wisata Kuliner dengan suasana sejarah membentuk pola acak, suasana transisi perkotaan membentuk pola mengelompok linear dan suasana gentrifikasi peripheral membentuk pola acak.

ABSTRACT
Culinary is one of potentially developing tourism product in Bandung City. This study is aiming to provide an overview of part of city spaces as a model to describe distribution of culinary tourism product which meets needs and desire of tourist to experiencing ambient cluster to enjoying the culinary. Understanding the spatial patterns and location preferences of culinary tourism product would escalated knowledge of carrying capasities in developing culinary tourism through space perspectives. In particular, this study is carried on in order to figure out spatial patterns where this research observing with city spatial organization, accessibility, tourism facilities as variable. It uses spatial process analysis to detemine how and where the ambient clustered and pattern analysis to describe the spatial interaction between variable. This study come to outcome that has been three ambient which is called as historic, urban transition, and gentrification-peripheral ambient. Culinary tourism product spreading in one direction from city core on historic ambient to peripheral zone in east north on gentrification-peripheral ambient and in transition zone on urban transition ambient. Historic ambient culinary tourism product forming a random pattern, urban transition ambient form a linear clusttered pattern, and gentrification-peripheral forming random pattern.
"
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Fajriati Tazkia
"Wisata kuliner merupakan wisata khusus yang sudah digandrungi oleh wisatawan sedari dulu. Perkembangan IPTEK dan kemajuan teknologi menciptakan media sosial seperti Instagram dan situs web Pergikuliner.com menjadi wadah bagi wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata kuliner. Kota Bandung merupakan destinasi wisata favorit di Indonesia yang menyajikan berbagai macam aktivitas wisata, seperti wisata belanja dan wisata kuliner. Salah satu destinasi wisata kuliner dan wisata belanja di Kota Bandung adalah Jalan Riau. Penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisis bagaimana karakteristik tempat serta motivasi dari wisatawan yang berkunjung dalam memilih tempat tujuan wisata kuliner dalam bentuk pola keruangan yang berada di Jalan Riau, Kota Bandung. Analisis yang digunakan merupakan analisis spasial dan analisis deskriptif yang didapatkan dari hasil observasi lapangan dan pendekatan netnografi pada media sosial Instagram dan situs web  Pergikuliner.com. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemilihan tempat wisata kuliner di Jalan Riau dipengaruhi oleh karakteristik tempat yang diminati oleh wisatawan adalah destinasi wisata kuliner dengan aspek fungsional, yaitu cita rasa dari produk utama rumah makan dan restoran di Jalan Riau, khususnya makanan khas suatu daerah atau yang termasuk kedalam specialities restaurant yang persebarannya didominasi berada di ruas 4 dan ruas 6 Jalan Riau. Ruas 4 dan ruas 6 juga memiliki karakteristik lokasi wisata kuliner yang berada dekat destinasi wisata belanja yang berada di Jalan Riau. Pemilihan tempat tujuan wisata kuliner di Jalan Riau berdasarkan motivasi wisatawan dipengaruhi oleh motivasi pengalaman dalam kebaruan makanan seperti aktivitas mencoba hidangan baru serta reputasi dari rumah makan dan restoran yang berada di Jalan Riau. Pemilihan tempat tujuan wisata kuliner berdasarkan media sosial Instagram dengan minat tinggi berada pada ruas 6 dan ruas 8 Jalan Riau yang memiliki destinasi wisata kuliner yang  instagramable dengan pada rentang usia ≤ 23 tahun yang didominasi  oleh perempuan. Pemilihan tempat tujuan wisata kuliner berdasarkan situs web Pergikuliner.com dengan minat tinggi berada pada ruas 4 dan ruas 6 Jalan Riau yang memiliki cita rasa serta konsep dari produk kuliner yang unik dengan wisatawan pada rentang usia 24-39 tahun yang didominasi oleh perempuan. Didapatkan bahwa wisatawan cenderung memilih lokasi wisata kuliner pada ruas 6, yaitu destinasi wisata kuliner yang memiliki reputasi baik dan bervariasi serta lokasinya yang berdekatan dengan destinasi wisata belanja dan kehadiran PKL. 

Culinary tourism is a special tour that has been loved by tourists for a long time. The development of science and technology and advances in technology have made social media such as Instagram and the Gokuliner.com website a place for tourists to carry out culinary tourism activities. The city of Bandung is a favorite tourist destination in Indonesia which offers various kinds of tourism activities, such as shopping tours and culinary tours. One of the destinations for culinary tourism and shopping tourism in the city of Bandung is Jalan Riau. This study aims to analyze the characteristics of places and the motivations of visiting tourists in choosing culinary destinations in the form of spatial patterns located on Jalan Riau, Bandung City. The analysis used is spatial analysis and descriptive analysis obtained from the results of field observations and netnographic approaches on social media Instagram and the website Perkikuliner.com. The results of the study show that the selection of culinary tourism spots on Jalan Riau is influenced by the characteristics of places that are of interest to tourists, namely culinary tourism destinations with functional aspects, namely the taste of the main products of restaurants and restaurants on Jalan Riau, especially regional specialties or those included in the specialty restaurants whose distribution is dominated in sections 4 and 6 on Jalan Riau. Sections 4 and 6 also have the characteristics of culinary tourism locations which are near shopping tourism destinations on Jalan Riau. The choice of culinary tourism destinations on Jalan Riau based on tourist motivation is influenced by experience motivation in food novelty such as the activity of trying new dishes and the reputation of restaurants and restaurants on Jalan Riau. The selection of culinary tourism destinations based on Instagram social media with high interest is on sections 6 and 8 Jalan Riau which have instagramable culinary tourism destinations with an age range of ≤ 23 years which are dominated by women. The selection of culinary tourism destinations based on the website Pergikuliner.com with high interest is on sections 4 and 6 Jalan Riau which have the taste and concept of unique culinary products with tourists in the age range of 24-39 years who are dominated by women. It was found that tourists tend to choose culinary tourism locations on section 6, namely culinary tourism destinations that have a good reputation and are varied and located close to shopping tourism destinations and the presence of street vendors."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Ramadhan
"Tesis ini menganalis proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi collaborative governance dalam menyiapkan kawasan strategis pariwisata Kota Bandung sebagai destinasi pariwisata halal. Penelitian ini menggunakan paradigma post positivism dengan jenis penelitian kualitatif-deskriptif. Temuan penelitian ini menunjukkan proses kolaborasi dalam menyiapkan kawasan strategis pariwisata Kota Bandung sebagai destinasi pariwisata halal berupa dialog tatap muka, membangun kepercayaan, komitmen terhadap proses, pemahaman bersama, dan outcomes jangka menengah. Proses kolaborasi tersebut dipengaruhi oleh kondisi awal di mana ketidakseimbangan kekuasaan, sumberdaya, dan pengetahuan serta sejarah kerjasama dan konflik mempengaruhi dorongan untuk berpartisipasi. Desain kelembagaan dan kepemimpinan yang mendukung juga mempengaruhi proses kolaborasi. Hal tersebut menyebabkan empat kawasan strategis pariwisata Kota Bandung dinyatakan siap sebagai destinasi pariwisata halal, sementara dua kawasan strategis pariwisata Kota Bandung lainnya dinyatakan tidak siap sebagai destinasi pariwisata halal.

This thesis analyzes the process and the factors that influence collaborative governance in building the readiness of the Bandung City tourism strategic area as halal tourism destination. This research uses post positivism paradigm with qualitative-descriptive type of research. The findings of this research indicate the collaboration process in building the readiness of the Bandung City tourism strategic area as halal tourism destination consist of face-to-face dialogue, trust building, commitment to process, shared understanding, and intermediate outcomes. The starting conditions in which the power, resources, and knowledge asymetries as well as the prehistory of cooperation or conflict affect the incentives for and constraints on participation in the collaborative process. The institutional design and facilitative leadership also affects the collaboration process. These conditions have caused four tourism strategic areas of Bandung City are ready as halal tourism destination. While two tourism strategic area of Bandung City are not ready as halal tourism destination.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardian Eko Nurseto
"Makan dan Makanan bagi manusia bukan hanya mengacu pada kebutuhan biologis semata, ada aspek budaya yang mengaturnya. Manusia dan pengetahuannya, termasuk makanan tidak dapat terpisahkan dari sosio-kultural dan lingkungan yang mereka buat. Baik dan buruknya makanan dipengaruhi oleh pengetahuan kita yang secara kultural belajar mengenai kriteria-kriteria terkait makanan. Restoran sebagai industri makanan, menyediakan arena untuk memberikan pengalaman makan pada konsumennya. Pengelola restoran menata dekorasi, memberikan pelayanan untuk mempengaruhi cita rasa konsumen. Cita rasa tidak hanya dipengaruhi oleh keahlian juru masak menciptakan makanan. Pelayanan dan suasana di restoran juga berpengaruh pada cita rasa.
Penelitian ini bertujuan menggambarkan usaha pengelola restoran untuk menarik konsumen serta melihat relasi yang terjadi dalam pengelolaan restoran. Penelitian yang dilakukan pada Oktober 2013 hingga Mei 2014 ini, menggunakan metode etnografi untuk menggali lebih dalam aspek-aspek kultural yang terjadi dalam pengelolaan restoran. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa konsumen dan pengelola restoran mentransformasi makanan, pelayanan dan suasana menjadi sebuah komoditi. The art of cuisine yang membuat makanan terlihat cantik telah membuai mata konsumen hingga menengelamkan informasi nutrisi yang ada dalam makanan tersebut. Pelayanan yang ramah, suasana yang nyaman menjadi sebuah komoditi yang harus dibayar bersama makanan yang dimakan. Komodifikasi dalam upaya menarik konsumen tidak dilakukan oleh pengelola restoran saja, aktor-aktor lain diluar karyawan restoran juga turut andil. Seniman, komunitas, fotografer, dan media turut membantu dalam upaya menarik konsumen.

For a human, food and eating not only refer as biological needs, but also refer to the cultural aspect that governs it. Human and their knowledge, including food, cannot be separated from the socio-cultural and the environment they built. The goodness and the badness of food is affected by our cultural knowledge in learning of the criterias concerning food. Restaurants in the food industry provide an arena of experiencing food for their customers. Restauranteurs decorate and serve in a way that would affect the customer's taste. Taste is not only determined by the chef's expertise to process food, but also the ambience and service available in a restaurant.
This research aims to explain the effort of restauranteurs in attracting customers and to see the relations in progress in restaurant management. The Research that conducted in October 2013 and Mei 2014 used ethnographic method to dig deeper into the cultural aspects within restaurant management. The result of this research shows how customers and restauranteurs have transformed food, service, and ambience into a form of commodity. The art of cuisinie has made food to appear more beautiful, hence spoiling customers to put aside the nutritional information regarding the food they consume. Friendly, service, and comfortable ambience became commodities to spend your money on, along with the food itself. Commodification as an effort the lure customers in to the restaurant is not only done by the restauranteurs, but also other actors such as restaurant employees. Artists, communities, photographers, and media also take part in this effort.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariana Conchita Syafrudin
"ABSTRAK
Setiap negara tentu memiliki keunikan dan ciri khas kulinernya masing-masing. Tidak terkecuali Jepang, kuliner Jepang banyak yang memiliki pengaruh dari negara lain terutama dari negara Cina. Salah satu bahan makanan yang tidak terlepas dari kuliner Jepang adalah pemakaian kedelai dalam setiap masakan, baik sebagai bahan bumbu maupun bahan makanan. Kedelai pertama kali dibudidayakan di Cina dan masuk ke Jepang melalui peninsula Korea lebih dari 2000 tahun yang lalu seiring dengan penyebaran agama Buddha. Sh?yu dan miso merupakan bahan bumbu dasar yang penting dalam cita rasa masakan Jepang. Selain itu bangsa Jepang juga banyak mengkonsumsi bahan makanan berbahan dasar kedelai seperti Natto dan Tofu. Peran Kedelai tidak hanya dalam budaya kuliner Jepang, tetapi kedelai juga digunakan oleh bangsa Jepang dalam salah satu perayaan/festival tahunan yaitu festival Setsubun Mamemaki festival melempar kedelai . Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan atas peran kedelai dalam budaya kuliner Jepang dan salah satu festival tahunan musim semi dalam budaya Jepang.

ABSTRACT
Every country has their own culinary uniqueness and characteristics. Japan is no exception, Japanese cuisine has a lot of influences from other countries, especially China. One of the ingredients that cannot be separated from Japanese cuisine is the use of soybean in each of Japanese cooking, both as a seasoning or an ingredient. Soybeans were first cultivated in China and brought into Japan through the Korean Peninsula over 2000 years ago with the spread of Buddhism. Sh yu and miso are both main ingredients that are essential in the taste of Japanese cuisine. Japanese people consume a lot of soy bean based food such as Natto and Tofu. The role of soybean is not only in Japanese culinary culture, but it is used in one of Japan rsquo s yearly festivals called Setsubun Mamemaki bean throwing festival . This study aims to answer the role of soybeans in Japanese culinary culture and the role in one of the Spring yearly festivals in Japanese culture. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhsan Maulana Mulya
"Kabupaten Bandung Barat selain memiliki keindahan wisata alam yang terkenal, tetapi juga memiliki wisata lain yang terkenal yaitu wisata kuliner. Lokasi-lokasi wisata kuliner di Kabupaten Bandung Barat sudah berkembang pesat dan memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Pemilihan berbagai lokasi wisata kuliner tidak terlepas dari karakteristik lokasi dan juga karakteristik wisatawan yang berada di setiap lokasi wisata kuliner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah karakteristik lokasi dan wisatawan di setiap lokasi wisata kuliner di Kabupaten Bandung Barat serta menganalisis hubungan antara karakteristik lokasi dengan karakteristik wisatawan di lokasi wisata kuliner. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik lokasi dan karakteristik wisatawan yang terdiri dari indikator jarak dari lokasi wisata alam atau buatan, jaringan jalan, penggunaan tanah, jenis makanan, asal wisatawan dan teman perjalanan. Metode yang digunakan adalah analisis komparasi keruangan dan analisis statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik lokasi wisata kuliner dengan jenis makanan tradisional dan memiliki lokasi strategis menjadi yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, dan karakteristik wisatawan asal Jawa Barat bersama keluarga menjadi yang paling banyak mengunjungi lokasi wisata kuliner. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik lokasi wisata kuliner dengan karakteristik wisatawan di lokasi wisata kuliner Kabupaten Bandung Barat.

West Bandung Regency, besides having the beauty of famous natural attractions, but also has another renowned tourism such as culinary tourism. Culinary tourism in West Bandung Regency has developed rapidly. Many new culinary tourism locations have emerged with different characteristics from other regions. The selection of various culinary tourism locations inseparable from the characteristics of the location and the characteristics of tourists who come in each culinary tourist location. This research aims to determine how the characteristics of locations and tourists in each culinary tourism location in West Bandung Regency and analyze the relationship between the location characteristics with the characteristics of tourists in culinary tourism locations. In this research, the variables used are characteristic of tourists location and characteristics, consisting of indicators of distance from natural or artificial tourist sites, road networks, land use, types of food, the origin of tourists, and travel companions. The methods used are spatial comparison analysis and chi-square statistical analysis. The results showed that the characteristics of culinary tourism with a traditional food type and has the strategic location were mostly visited by tourists and the characteristics of tourists from West Java, with their families being the most visited culinary tourism locations. Chi-square statistical test results show that there is a significant relationship between the characteristics of culinary tourism locations with the characteristics of tourists in culinary tourism locations in West Bandung Regency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Raihan Nikoputra
"Keragaman pangan merupakan konsumsi berbagai jenis kelompok bahan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bagi Kesehatan yang optimal. Keragaman pangan dalam suatu wilayah juga akan mempengaruhi kuliner yang ada pada wilayah tersebut. Kuliner sendiri merupakan ragam jenis masakan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Menurut Indeks Ketahanan Pangan Tahun 2022, Kabupaten Badung memiliki indeks ketahanan pangan terbaik kedua tahun 2022 dengan nilai 91,29. Peringkat tersebut meningkat dari tahun 2021, yaitu di peringkat ketiga dengan nilai 89,38. Hasil yang diharapkan pada penelitian ini ialah bagaimana pola keruangan pengaruh keragaman pangan terhadap kuliner makanan sebagai identitas budaya dan bagaimana hubungan konsumsi dengan identitas budaya di Kabupaten Badung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dalam faktor jenis pangan yaitu menjadi bervariatif lalu pada faktor kandungan dan dalam jenis kuliner pun menjadi beragam. Kuliner tradisional dan identitas budaya juga memiliki hubungan karena dengan banyaknya acara adat yang menggunakan kuliner tradisional babi guling dan ayam betutu sehingga membuat masyarakat menjadi lebih banyak mengkonsumsi kuliner tradisional tersebut dan menjadikan kedua kuliner makanan tersebut menjadi suatu identitas yang terbentuk di Kabupaten Badung.

Food diversity is the consumption of various types of food groups that can meet the nutritional needs for optimal health. Diversity of food in an area will also affect the culinary in that region. Culinary itself is a variety of types of cuisine originating from various regions in Indonesia. According to the 2022 Food Security Index, Badung Regency has the second best food security index for 2022 with a value of 91.29. This rating has increased from 2021, which is in third place with a value of 89.38. The expected results of this study are how spatial patterns influence food diversity on food culinary as a cultural identity and how consumption relates to cultural identity in Badung Regency. This study used a qualitative method with a descriptive analysis approach. The results show that there is an influence on the type of food factor, namely it becomes varied and then on the culinary type factor it also becomes diverse. Traditional culinary and cultural identity also have a relationship because with the many traditional events that use traditional culinary suckling pig and betutu chicken, it makes people consume more of these traditional culinary delights and makes these two culinary foods an identity that is formed in Badung Regency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rayhan
"Berdasarkan data BPS 2020, DKI Jakarta memiliki 5.159 tempat kuliner, dengan 1.424 di Jakarta Selatan. Jakarta Selatan juga memiliki pengguna internet terbanyak, dengan lebih dari 90% menggunakan media sosial. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi karakteristik tempat kuliner sebagai wisata kuliner di Jakarta Selatan dan pengaruh placemaking dari media sosial pada persepsi konsumen. Metode analisis yang digunakan meliputi analisis deskriptif dan spasial menggunakan data dari Twitter, wawancara, observasi, dan data spasial. Hasil penelitian menunjukkan kesamaan karakteristik tempat kuliner di Gultik Blok M dan Sate Sambas karena berada di Kawasan Blok M yang dipengaruhi stasiun MRT dan Terminal Blok M. Taichan Senayan, meskipun di Kebayoran Lama, dipengaruhi kawasan Senayan, pusat perbelanjaan, akomodasi, olahraga, perkantoran, stasiun Palmerah, dan halte transportasi. Persebaran Konsumen dari Jabodetabek hingga luar kota menunjukkan fenomena sosial dan potensi tempat wisata kuliner. Media sosial berperan penting membentuk persepsi Konsumen dan identitas tempat. Analisis word cloud dan sentimen menunjukkan kesan positif terhadap ketiga tempat kuliner. Terbentuklah identitas baru tempat-tempat tersebut sebagai wisata kuliner.

Based on BPS 2020 data, DKI Jakarta has 5,159 culinary places, with 1,424 in South Jakarta. South Jakarta also has the most internet users, with more than 90% using social media. This study aims to evaluate the characteristics of culinary places as culinary tourism in South Jakarta and the influence of placemaking from social media on consumer perceptions. The analysis methods used include descriptive and spatial analysis using data from Twitter, interviews, observations, and spatial data. The results showed similarities in the characteristics of culinary places in Gultik Blok M and Sate Sambas because they are located in the Blok M area which is influenced by the MRT station and Terminal Blok M. Taichan Senayan, although in Kebayoran Lama, is influenced by the Senayan area, shopping centers, accommodation, sports, offices, Palmerah station, and transportation stops. The distribution of visitors from Jabodetabek to outside the city shows the social phenomenon and potential of culinary attractions. Social media plays an important role in shaping visitor perceptions and place identity. Word cloud and sentiment analysis showed a positive impression of the three culinary places. A new identity of these places as culinary tourism is formed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refine Fuaini
"Besarnya daya serap tenaga kerja industri kreatif serta kontribusinya yang massif terhadap PDB menyebabkan pemerintah terus mendorong perkembangan industri kreatif. Namun pada kenyataannya para pekerja industri kreatif masih diliputi kerentanan dan mengalami beragam bentuk viktimisasi. Tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan data sekunder dari literatur ilmiah dan laporan yang diterbitkan oleh SINDIKASI. Hasilnya menemukan bahwa praktik pengaturan sistem kerja fleksibel yang dilakukan oleh pekerja industri kreatif pada masa Labor Market Flexibelity atau pasar tenaga kerja fleksibel dalam rezim neoliberalisme telah membuka ruang untuk dilakukannya praktik yang disebut flexploitation. Pemerintah yang secara tidak langsung abai untuk melindungi pekerja ini diidentifikasi menyebabkan viktimisasi struktural terhadap pekerja industri kreatif.

The large capacity of creative industry workers and their massive contribution to GDP causes the government to continue to encourage the development of creative industries. However, in reality creative industry workers are still vulnerable and experience various forms of victimization. This paper uses a qualitative approach by using secondary data from the scientific literature and reports published by SINDIKASI. The results found that the practice of regulating a flexible work system carried out by creative industry workers during the Labor Market Flexibility in the neoliberalism regime has opened up space for a practice called flexploitation. The government which indirectly neglects to protect these workers is identified as causing structural victimization of creative industry workers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>