Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86172 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rudy Kurniawan Putra
"Latar belakang dan tujuan: Kebakaran hutan di Indonesia telah menjadi masalah regional terutama di Asia Tenggara. Pada bulan Juni-Desember 2015 sebaran titik panas akibat kebakaran hutan tertinggi terdapat di Provinsi Riau. Data dari Dinas Kesehatan 2015 terdapat peningkatan gangguan kesehatan di masyarakat provinsi Riau. Sampai saat ini belum terdapat data mengenai faal paru pada petugas pemadam kebakaran di Provinsi Riau.
Metode: Penelitian cross sectional / potong lintang pada petugas pemadam kebakaran kota Pekanbaru di kantor pusat dinas pemadam kebakaran kota Pekanbaru pada bulan Mei 2016 pasca kebakaran pada tahun 2015.
Hasil: Pada penelitian ini terdapat65 petugas pemadam kebakaran didominasi jenis kelamin laki-laki 96,9 , umur 53,8 di 30-39 tahun, tingkat pendidikan terbanyak SLTA 73,8 , 66,2 perokok, dengan indeks brinkman sedang 33,8 , 56,9 yang memakai APD, 38,5 obesitas, lama terpajan 58,5 dengan durasi 2-5 jam dan lama kerja terbanyak di 5-10 tahun sebanyak 67,7 . Keluhan pernapasan yang dialami bulan Mei tahun 2016 terbanyak adalah batuk berdahak 43,1 , sesak dada atau napas 32,3 dan batuk 20 . Gambaran faal paru pada bulan Mei tahun 2016 terbanyak gambaran normal sebanyak 49,2 , restriksi 43,1 , obstruksi 4,6 , dan campuran 3,1 . Nilai rerata kavasitas vital paksa KVP 3223,92 630,190, rerata nilai volume ekspirasi paksa detik pertama VEP1 2685,82 571,862 dan VEP1/KVP sebesar 87,9754 8,23283.
Kesimpulan: Faktor-faktorkarakteristik sosiodemografi yang dominan pada pemadam kebakaran di Riau pasca kebakaran hutan 2015 adalah jenis kelamin laki-laki, umur 30-39 tahun, pendidikan SLTA, perokok dengan indeks brinkman sedang, obesitas, dengan lama terpajan 2-5 jam, dominan yang menggunakan APD, lama kerja 5-10 tahun. Pada pemeriksaan spirometri terdapat gangguan restriksi sebanyak 43,3 , gangguan obstruksi 4,4 dan gangguan campuran 3,3 . Keluhan respirasi yang terbanyak adalah batuk berdahak. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti efek asap kebakaran hutan jangka panjang pada pemadam kebakaran dengan melakukan pemeriksaan faal paru secara berkala

Background:Forest fires in Indonesia have become a regional problem especially in Southeast Asia. In June-December 2015 hot spots caused by the highest forest fire in Riau Province. Data from the Health Office 2015 there is an increase in health problems in the Riau provincial community. Until now there has been no data about lung function in firefighters in Riau Province.
Methods: Cross sectional study at Pekanbaru firefighters at Pekanbaru fire department head office in May 2016after the forest fire in 2015
Results: Sample of this study was 65 firefighters were male dominated 96.9 , age 53.8 in 30-39 years, 73.8 highest level of education is senior high school, 66.2 of smokers, with brinkman index classification of moderate smokers 33,8 , 56.9 were using personal protective equipment PPE , 38.5 obesity, 58.5 exposure duration and 2-5 hours duration and duration of 5-10 years were 67.7 . Respiratory complaints that occurred in May of 2016 most are cough with phlegm 43.1 , chest tightness or shortness of breath 32.3 and cough 20 . The lung function in May of 2016 was normalized by 49.2 , restriction 43.1 , obstruction 4.6 , and 3.1 mixture. The mean expiratory forced vital capacity FVC value is 3223,92 630,190, the mean expiration volume value in one second FEV1 is 2685,82 571,862 and FEV1 / FVC is 87,9754 8,23283.
Conclusion: The dominant sociodemographic characteristics of firefighters in Riau after the 2015 forest fires were male gender, age 30-39 years old, senior high school education, smokers with moderate brinkman index, obesity, with 2-5 hours of exposure, dominant use of PPE, 5-10 year work duration. On spirometry examination there are 43.3 restriction disorder, obstruction disorder 4.4 and mixed disorder 3.3 . Most respiratory complaints are cough with phlegm. Further research is needed to investigate the effects of long-term forest fire fumes on firefighting by regularly checking lung function."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58624
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Martinus
"ABSTRAK
Pendahuluan: Polusi udara akibat kepadatan kendaraan merupakan bahaya serius bagi kesehatan sehingga orang yang terpajan polutan terus menerus mengalami peningkatan risiko terjadinya penurunan faal paru. Polisi lalulintas merupakan subjek yang terus menerus terpajan dengan emisi gas buang kendaraan sebagai risiko dari pekerjaannya.Gas buang kendaraan terdiri dari nitrogen oksida, karbon monoksida, bahan partikel dan lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan bronkiolus terminal dan menurunnya kompains serta kapasitas vital paru. Penelitian ini bertujuan menilai status faal paru polisi lalulintas Jakarta Pusat dan apakah terdapat hubungan antara pajanan terhadap polusi gas buang kendaraan dengan penurunan faal paru. Disamping itu juga dilakukan analisis hubungan antara penurunan faal paru dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Metode: Penelitian potong lintang ini melibatkan 170 polisi lalulintas di polres Jakarta Pusat, usia 20-55 tahun, masa kerja minimal 2 tahun. Data kesehatan secara keseluruhan diamati menggunakan Kuesioner Proyek Pneumomobile Indonesia dan pemeriksaan fisis dan status kesehatan paru secara khusus diamati menggunakan foto toraks dan spirometri. Kadar CO-ekshalasi juga dianalisis. Analisis statistik dikerjakan menggunakan SPSS versi 17.
Hasil: Dalam penelitian ini didapatkan sampel total adalah 130 subjek tetapi 9 subjek dropout karena tidak menyelesaikan pemeriksaan secara lengkap dan benar. Data subjek yang dilakukan analisis adalah sebanyak 121 dengan karakteristik 33,9% memiliki usia antara 41-50 tahun dengan rerata usia 37,0 tahun (SD 8,8); 57,9% memiliki berat badan lebih; 55,4% merupakan perokok aktif; 64,5% menggunakan alat pelindung diri secara buruk; 47,9% memiliki masa kerja >10 tahun; 100% bekerja 56 jam seminggu.Rerata kadar CO-ekshalasi adalah 8,7 (SD 5,0). 9,9% subjects memiliki foto toraks normal,hanya 16,7% yang merupakan kelainan paru dan 83,3% merupakan kelainan nonparu. 19% subjek memiliki kelainan faal paru yaitu 60,9% kelainan restriksi ringan dan 39,1% kelainan obstruksi ringan dan sedang. Tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara variabel independen usia, status nutrisi, riwayat merokok, penggunaan alat pelindung diri, durasi kerja terhadap variabel dependen pemeriksaan spirometri.Hanya variabel masa kerja subjek yang semakin lama memiliki hubungan bermakna secara statistik terhadap penurunan hasil pemeriksaan spirometri dengan p=0,0014.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan lamanya masa kerja polisi lalulintas berhubungan bermakna secara statistik dengan penurunan faal paru.

ABSTRACT
Introduction: Air pollution due to road traffic is a serious health hazard and thus the persons who are continuously pollutant exposed, may be at an increased risk. In this respect, traffic policemen are at a risk, since they are continuously exposed to emissions from vehicles, due to the nature of their job. Automobile exhaust consists of oxides of nitrogen, carbon monoxide, particulate matter, and others, which cause injury to the terminal bronchioles and a decrease in the pulmonary compliance and vital capacity. The present study was aimed at assessing the pulmonary function status in traffic policemen in Central Jakarta whether prolonged exposure to vehicular exhausts had any detrimental effect on their lung functions. The relationship between decrements of lung function and various influencing factors also analyzed.
Methods: Across-sectional study was conducted in 170 traffic policemen in Central Jakarta, age 20-55 years, working periods at least 2 years. The data of overall health status was observed using Indonesia Pneumomobile Project Questioner and physical examinations and lung health status was observed using thorax X-ray and spirometry. Level of CO-exhalation was also analyzed. The statistical analysis was carried out with SPSS PC software version 17.
Results: Total samples included in this study were 130 subjects, 9 subjects were dropped out because uncompleted study’s tests. Analyzed subjects were 121 whose characteristics were 33,9% were in age classifications 41-50 years and mean age was 37,0 (SD 8,8); 57,9% overweight; 55,4% active smokers; 64,5% bad masker application; 47,9% in working periods >10 years; 100% had 56 working hours in a week. Mean CO-exhalation level was 8,7 (SD 5,0). 9,9% subjects had abnormal thorax X-ray that16,7% were lung abnormality and 83,3% were nonlung abnormality. 19% subjects recorded lung function decreased included 60,9% mild restriction and 39,1% mild and moderate obstruction. There were no statistical significant between age, nutrition’s classifications, smoking history, protective mask applications, working duration as independent variables and spirometry parameters as dependent variables. Longer working periods were the only dependent variable had statistical significant with decreasing spirometry results with p=0,0014.
Conclusion: This study showed that working periods had statistical significant with lung function decrement."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Talitha Rosa
"Salah satu komponen alveolus yang berperan penting dalam proses pertukaran gas adalah septum interalveolar. Diketahui bahwa dengan bertambahnya usia, terjadi perubahan-perubahan dalam komponen interstitial seperti serat elastin dan kolagen yang dapat berpengaruh pada ketebalan septum interalveolar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi perubahan ketebalan septum interalveolar dengan usia selama proses pematangan paru. Desain penelitian ini berupa analitik observasional menggunakan metode cross sectional dengan subjek penelitian tikus Sprague-Dawley berusia 2, 4, 10, dan 16 hari. Paru tikus yang sudah dijadikan sediaan histologis dan diwarnai dengan pewarnaan Trichrome Masson difoto di bawah mikroskop cahaya, kemudian diukur dengan Optilab Image Raster. Ketebalan septum interalveolar diukur menggunakan proporsi panjang total septum interalveolar dengan panjang total lapang pandang di garis sepertiga tengah lapang pandang foto. Data dari pengukuran ketebalan septum interalveolar (0,434 pada usia dua hari, 0,412 pada usia empat hari, 0,394 pada uia 10 hari, dan 0,407 pada usia enam belas hari) diolah dengan program IBM SPSS Statistics 11.5 dan diuji dengan uji korelasi Spearman; didapatkan p= 0,861 dengan nilai r= -.038. Disimpulkan bahwa terdapat penurunan ketebalan septum interalveolar seiring bertambahnya usia, namun tidak terdapat korelasi signifikan antara keduanya.

One of the alveoli component that plays an important role in oxygen and carbon dioxide gas exchange is interalveolar septum. It is known that with increasing age, changes occur in the interstitial components such as elastin and collagen fibers that can affect the thickness of the interalveolar septum. This study aimed to determine the correlation of interalveolar septum thickness changes with age during lung maturation. This research is an analytic observational with cross-sectional method to study the subject of Sprague-Dawley rats aged 2, 4, 10, and 16 days. Rats’ lung histological preparations that have been made and stained with Trichrome Masson staining were photographed under a light microscope and then measured with an Optilab Image Raster. Interalveolar septum thickness was measured using the proportion of one-third the length of the visual field divided by the total length of visual field. Data from the measurement of interalveolar septum thickness (0,434 at the age of two days, 0,412 at the age of four days, 0,394 at the age of ten days, and 0,407 at the age of sixteen days) processed by the IBM SPSS Statistics 11.5 program and tested with Spearman's test, p = 0.861 obtained with a value of r = -.038. From these results, it can be concluded that there is a decrease in the thickness of the interalveolar septum with age, but there is no significant correlation between the two.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akmal Primadian Suprapto
"Pada paru yang menua, terjadi perubahan pada komponen penyusun jaringan alveolus dan jaringan interstitial paru. Perubahan morfologi ini berpengaruh terhadap proses pertukaran gas yang terjadi di alveolus serta penurunan fungsi faal paru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara ketebalan septum dan rongga udara alveolus pada paru yang mengalami penuaan dengan menggunakan model hewan coba tikus Sprague-Dawley. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectionalanalitic observational. Pengukuran ketebalan septum dan rongga udara alveolus dilakukan pada jaringan paru tikus Sprague-dawley yang dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu: kelompok usia 2 hari, 16 hari, 3-4 bulan, dan lebih dari 12 bulan. Hasil pengukuran rata-rata ketebalan septum interalveolar sesuai dengan urutan kelompok usia adalah 0,436 ± 0,059 μm , 0,399 ± 0,022 μm, 0,474 ± 0,043 μm, 0,512 ± 0,020 μm. Sedangkan rata-rata diameter rongga udara alveolus secara berurutan adalah 0,467 ± 0,038 μm, 0,410 ± 0,052 μm, 0,370 ± 0,046 μm, 0,378 ± 0,028 μm. Berdasarkan uji korelasi Pearson, didapatkan hasil bahwa ketebalan septum alveolus mempunyai berkorelasi sedang dengan rongga udara alveolus (r = -0,528). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada penuaan tikus Sprague-Dawley, ketebalan septum interalveolar akan bertambah dan rongga udara alveolus akan berkurang.

Aging process on the lung gives a result in morphological changes of alveolus and its interstitial components. These changes alter the respiratory function of the lung as marked as increasing lung residual volume and decreasing lung vital capacity. The aim of this research is to study the morphological changes of alveolus including septum thickness and alveolar air space changes in aging lung. We used cross sectional-analitic observational study to conduct this research. The microscopic observation has been done on Sprague-Dawley rats’ lung preparation from different age group of rats (2 days, 16 days, 3-4 months, and more than 12 months). The means of interalveolar septum measurement are 0.436 ± 0.059 μm, 0.399 ± 0.022 μm, 0.474 ± 0.043 μm, and 0.512 ± 0.020 μm respectively. The means of alveolar air space measurement are 0.467 ± 0.038 μm, 0.410 ± 0.052 μm, 0.370 ± 0.046 μm, and 0.378 ± 0.028 μm respectively. The Pearson correlation study show that there is a moderate correlation between septum thickness and alveolar air space (r = -0.528). As the age of the rats increased, the alveolar septum thickness increased and alveolar air space reduced.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rambe, Seira Yuana Putri Boru
"ABSTRAK
Latar BelakangWorld Resources Institute WRI berdasarkan kebakaran hutan di Indonesia pada tahun 2014, terdapat 3.101 titik api dipulau Sumatera dan 87 dari jumlah tersebut ditemukan di Provinsi Riau. Asap yang berasal dari kebakaran hutan menghasilkan senyawa karsinogenik yaitu Benzo a pyrene dengan metabolit utamanya Benzo a pyrene-diol epoxide BPDE yang bersifat mutagenik tinggi sehingga menyebabkan kerusakan DNA dan meningkatkan terjadinya risiko kanker termasuk kanker paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar BPDE serum pada petugas pemadam kebakaran pasca kebakaran hutan tahun 2015 di Provinsi Riau.MetodePenelitian dengan desain potong lintang yang dilakukan pada Mei 2016 bertempat di kantor pusat pemadam kebakaran kota Pekanbaru, terhadap 70 orang petugas pemadam kebakaran yang ikut memadamkan api kebakaran hutan di Provinsi Riau periode Agustus-Oktober 2015. Dilakukan pengambilan darah untuk pengukuran kadar BPDE serum, pengukuran kadar CO ekspirasi menggunakan alat CO analyzer, pengisian kuesioner data dasar, status merokok, keluhan respirasi, fagerstorm dan penggunaan APD.HasilNilai tengah kadar BPDE serum dan kadar CO ekspirasi yaitu 16 ng/ml 1,93-71,13 dan 9 ppm 0-54 . Kadar BPDE serum pada perokok 15,26 ng/ml 1,93-48,47 , bukan perokok 15,63 8,42-50,51 dan bekas perokok 22,07 13,46-71,13 nilai p = 0,025. Kadar BPDE serum pada kelompok yang tidak menggunakan APD dan yang menggunakan APD 17,15 ng/ml vs 15,63 ng/ml . Kadar CO ekspirasi pada perokok 11,52 ppm 0-54 , bukan perokok 7,02 ppm 0-45 dan bekas perokok 7,00 ppm 0-27 nilai p = 0,05. Keluhan respirasi terbanyak berupa dahak/reak sebanyak 44,3 .KesimpulanKadar BPDE serum lebih tinggi pada bekas perokok dan pada responden yang tidak menggunakan APD Kadar CO ekspirasi didapatkan lebih tinggi pada perokok Keluhan respirasi terbanyak adalah dahak/reak.Kata kunci : Benzo a pyrene diol epoxide, asap kebakaran hutan, pemadam kebakaran
BackgroundWorld ,hr> ABSTRACT
Resources Institute WRI based on the 2014 forest fires in Indonesia, showed 3.101 firespots in the Sumatera island and 87 of them were located in the Riau Province. Forestfire smoke produced carcinogenic compound, Benzo a pyrene, with its main metabolic which is Benzo a pyrene-diol epoxide BPDE . It had a high mutagenic characteristic and could cause damage to DNA and increased the risk of cancer, especially lung cancer. This study rsquo;s purpose was to know serum BPDE levels in firefighters after forestfire 2015 at Riau Province.Method A cross sectional study conducted in May 2016 at Pekanbaru rsquo;s Fire Departement, involve 70 firefighters who took part in extinguishing at the Riau rsquo;s forestfires between August-October 2015. Blood samples were taken to check the serum BPDE levels, the level of exhale carbon monoxide CO during expiration using a CO analyzer and filling questionaire about smoking status, respiratory symptoms, fagerstrom and universal precaution. ResultMedian for serum BPDE levels and CO expiration levels to be 16 ng/ml 1,93-71,13 and 9 ppm 0-54 . Serum BPDE levels in smokers 15,26 ng/ml 1,93-48,47 , non-smokers 15,63 8,42-50,51 and ex-smokers 22,07 13,46-71,13 with p=0,025. Serum BPDE levels in firefighters not using universal precautions were higher than the firefighters who did 17,15 ng/ml vs 15,63 ng/ml . CO expiration level was higher in smokers 11,52 ppm 0-54 , non-smokers 7,02 ppm 0-45 and ex-smokers 7,00 ppm 0-27 , with p=0,05. Sputum was the major respiratory symptoms 44,3 .ConclusionSerum BPDE levels are higher in firefighters who are ex-smokers and firefighters who not using universal precautions compared with those who use. CO expiration levels are higher in smokers and the major respiratory complaints is sputum."
2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Doloksaribu, Jasukar Edison
"Kota pada umumnya berkembang secara laissez-faire, yaitu tanpa dilandasi perencanaan kota yang menyeluruh, terpadu, dan tidak betul-betul dipersiapkan atau direncanakan untuk dapat menampung pertumbuhan penduduk yang besar dalam waktu yang relatif pendek.
Oleh karena itu, bukanlah suatu pemandangan yang aneh jika kota-kota di Indonesia menampilkan wajah ganda. Terlihat perkembangan pembangunan yang serba mengesankan dalam wujud arsitektur modern dan pasca modern di sepanjang tepi jalan kota. Sungai yang semula mengalir jernih dan mengemban fungsi sebagai salah satu sumber kehidupan penduduk, tidak dapat lagi melanjutkan fungsinya karena kadar pencemaran yang melampaui baku mutu.
Lingkungan resapan air yang strategis pun menjalankan tugasnya secara prima sebagai penjaga gawang ekologis, dengan serta merta berubah menjadi kawasan permukiman, perdagangan, perhotelan dan kegiatan komersial lainnya.
Kota Pekanbaru sebagai ibu kota provinsi Riau, banyak melakukan pembangunan fisik. Pembangunan fisik di Kota Pekanbaru berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan hidup, yaitu semakin menurunnya kualitas air sungai di Kota Pekanbaru terutama Sungai Siak sebagai sumber air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Pekanbaru, semakin menyulitkan masyarakat memperoleh air bersih.
Pembangunan fisik Kota Pekanbaru membawa implikasi perubahan fungsi lahan dan kepadatan penduduk, baik secara alamiah maupun pertambahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi). Dengan tingkat pertumbuhan rata rata (4,6%). Dengan pertambahan peduduk yang tinggi ini semakin menyulitkan PDAM dalam pelayanan air bersih, sehingga masyarakat memilih alternatif lain yaitu air tanah.
Pengambilan air tanah yang berlebihan atau tidak dikelola dengan baik, dampak lingkungan adalah penurunan tinggi permukaan air tanah dan bentuk cekungan permukaan air tanah (cone of depression), dampaknya pada penurunan permukaan tanah (amblasan).
Jika air tanah turut tercemar maka semakin memperparah keadaan masyarakat, dan akan berdampak pada timbulnya berbagai penyakit, dan biaya mahal yang dikeluarkan oleh masyakat. Hal ini dapat memicu konflik sosial antara yang mampu dengan yang tidak mampu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Mengetahui dan menganalisis ketidak mampuan PDAM dalam penyediaan air bersih bagi kebutuhan masyarakat kota Pekanbaru,
2. Mengetahui dan menganalisis hubungan antara pengambilan air tanah oleh penduduk dengan kondisi air tanah,
3. Mengetahui hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan perubahan fungsi lahan/tanah,
4. Mengetahui kualitas hidup masyarakat yang tidak mendapatkan air dari PDAM.
Berdasarkan teori dan permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara pertambahan jumlah penduduk dengan eksploitasi air tanah oleh masyarakat.
2. Terdapat hubungan pertambahan penduduk dengan kondisi air tanah. Tempat penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru, sebagai ibu kota Provinsi Riau. Peneliti memilih kota Pekanbaru sebagai wilayah penelitian, karena kota ini menunjukkan pertumbuhan penduduk dan pembangunan fisik yang relatif tinggi yang berdampak pada sumberdaya air dan lingkungan.
Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Jumlah penduduk, kemampuan PDAM sebagai variabel bebas,
2. Perubahan fungsi lahan, kondisi air tanah, pengambilan air tanah sebagai variabel terikat.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara purposive, sample ditentukan dengan acak sederhana (random sample). Pengumpulan data sekunder dengan cara penelaahan kepustakaan yakni berupa buku-buku, karangan ilmiah, serta tulisan-tulisan dan dengan instansi yang ada hubungan dengan tujuan penelitian ini. Penyampaian data dilakukan secara deskriptif dengan data kuantitatif yaitu korelasi dengan rumus pearson, untuk memudahkan operasi perhitungan menggunakan perangkat lunak komputer.
Berdasarkan uji korelasi, memperlihatkan bahwa adanya hubungan negatif antara ketidak mampuan PDAM dengan eksploitasi air tanah oleh masyarakat, dan hubungan positif antara pertambahan penduduk dengan penurunan permukaan air tanah.

A city in general is expanding in laissez faire way, this means has not been based on a comprehensive, integrated city plan, and not simply prepared or planned to be able accommodate the growth of massive population in relatively short time.
Therefore it is not, a strange view when cities in Indonesia put forward a double fold face. The development of construction seems to be very impressed in the form of modern architectures and ultra modern along the main cities streets. The rivers, which are originally, flows fresh water and bearing the function of people's life source, presently, are no more having the function due to contamination level beyond standard quality.
The environmental water absorption naturally has been for centuries functioning primarily as ecological equilibrium, is now changed all of sudden to become area of settlement, trades, hotels and other commercial activities.
The city of Pekanbaru as the capital city of Riau Province, had much to do with physical constructions, because the impact of the decrease in the quality of river water mainly in Soak River that supply raw water for PDAM (Public Water Supply Company) has become increasingly difficult to treat, in producing potable water.
The physical development of Pekanbaru city has brought implication to functional change of soil and population density both naturally and the increase in migration from rural to urban area the average growth rate of 4, 6%. With this high growth rate is becoming more and more difficult to PDAM in supplying ample clean water, so that people prefer to choose alternative i.e. ground water.
Excessive exploitation of ground water and it doesn't managed perfectly will result in the lowering of ground water level and the cone of depression, the impact in lowering of land surface (subsidence).
If the ground water is contaminated it would aggravated the people's condition and to have impact in the spreading of various water borne diseases, which in turn able to trigger a social conflict between the have and the have not.
This research is intended to identify the following matters:
1. To find out and to analyze the incapability of PDAM in supplying clean water to the people of Pekanbaru.
2. To find out and to analyze relationship between ground water exploitation by inhabitant and the condition of ground water.
3. To identify the relationship between the growth of people and the change of soil function.
4. To identify the quality of people's life who are not getting enough water supply from PDAM.
Based on the theory and the problems able to put forward put to the front in this research the following hypothesis:
1. There is relationship between the population growth and exploitation ground water.
2. There are relationship between the population growth and the condition of ground water.
This research was conducted in the City of Pekanbaru, the capital city of Riau Province. This city is selected as area of research, because it indicated the population growth and relative-high physical development that bring the impact to water resources and surroundings.
Variables are found in this research as follows:
1. Growth populations and the capacity of PDAM, are as independent variable;
2. Change in soil function, the condition of ground water, and water exploitation, are as dependent variable.
The primary data collection that was performed by way of purposive manner was defined by random sample. The secondary data by way of bibliography research that is bound from books, scientific papers, and writings from existing agency in relation to the goal of this research.
The presentation of data is conducted descriptively with quantitative data with correlation by applying person formulation. To make the counting operation easy using computer soft ware.
Based on correlation-test, it indicated that there are negative correlation between the incapability of PDAM and the exploitation of ground water by people, and positive correlation between the growth of population and the lowering of ground water surface.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Kharisma
"Kota Pekanbaru merupakan salah satu kota di Pulau Sumatera yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat. Berawal dari kota yang berukuran kecil, Kota Pekanbaru berkembang menjadi kota besar dan bersama-sama dengan tiga kabupaten tetangganya, akan dibentuk menjadi kawasan metropolitan pertama di Riau. Pembentukan “Pekansikawan” pada tahun 2019 dilakukan karena perkembangan dan pertumbuhan Kota Pekanbaru yang sudah mencapai daerah pinggir Kota Pekanbaru. Perkembangan dan pertumbuhan yang pesat ini tentu mempengaruhi bagaimana pusat pelayanan yang terdapat di Kota Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pusat pelayanan yang terdapat di Kota Pekanbaru pada tahun 2019 serta ingin mengetahui hubungannya dengan empat faktor pembentuk pusat pelayanan berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh Kota Pekanbaru yaitu faktor lokasi strategis, faktor aglomerasi, faktor sumber daya alam, dan faktor investasi pemerintah daerah. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis keruangan dan analisis statistik Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pusat pelayanan di Kota Pekanbaru pada tahun 2019 terletak pada kepadatan penduduk sedang dengan jumlah penduduk yang tergolong tinggi, yang meliputi enam kelurahan yaitu Kelurahan Air Dingin, Kelurahan Tangkerang Utara, Kelurahan Tangkerang Tengah, Kelurahan Sidomulyo Timur, Kelurahan Tuah Karya, dan Kelurahan Labuh Baru Timur. Hasil statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan yang terjadi antara pusat pelayanan dengan faktor lokasi strategis, faktor aglomerasi, faktor sumber daya alam, dan faktor investasi pemerintah daerah.

Kota Pekanbaru is one of the cities of the Sumatera Island, that is experiencing rapid growth and development. Started as a small city, Kota Pekanbaru developed into a large city and together with the three neighboring districts, will become the first metropolitan area in Riau. The formation of "Pekansikawan" in 2019 was carried out due to the development and growth of Kota Pekanbaru, which has reached the outskirts of Kota Pekanbaru. This rapid development and growth has affected the service centers of Kota Pekanbaru. This study aims to find out how service centers of Kota Pekanbaru in 2019 are and want to know their relationships between the four factors forming service centers based on the capabilities possessed by Kota Pekanbaru, strategic location factors, agglomeration factors, natural resource factors, and local government investment factors. The analytical methods used in this research are spatial analysis and Chi square statistical analysis. The results showed that service centers of Kota Pekanbaru in 2019 are located in Kelurahan Air Dingin, Kelurahan Tangkerang Utara, Kelurahan Tangkerang Tengah, Kelurahan Sidomulyo Timur, Kelurahan Tuah Karya, and Kelurahan Labuh Baru Timur that have moderate populations density with high populations. Statistical results showed that there are no significant relationships between service centers with strategic location factors, agglomeration factors, natural resource factors, and local government investment factors."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Dwi Putra
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai kedudukan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) sebagai bukti dari perolehan hak atas tanah di pemerintah kota Pekanbaru Provinsi Riau. Berbeda dengan keterangan ganti rugi yang dianut oleh beberapa daerah di Indonesia yang diberikan oleh negara kepada pemilik tanah dalam suatu bentuk ganti rugi karena tanahnya digunakan untuk kepentingan umum. Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) di daerah Kota Pekanbaru digunakan untuk suatu bentuk penguasaan fisik dalam suatu bidang tanah dan juga sebagai bentuk peralihan penguasaan fisik bidang tanah yang masih berstatus tanah negara. Peralihan yang dilakukan dalam suatu bentuk Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) bukan merupakan suatu bukti perolehan hak atas tanah melainkan hanya dalam peralihan penguasaan fisik. Tidak diaturnya pengaturan tentang penggunaan dan pengaplikasian Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) mengakibatkan banyaknya salah penafsiran dalam penggunaan Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR). Contoh realistisnya adalah masih banyak dari masyarakat Provinsi Riau yang mengartikan bahwa dengan memegang Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) maka mereka sudah memegang suatu bukti perolehan hak atas tanah, yang padahal tidak lain dan tidak bukan hanya sebagai bentuk penguasaan fisik dan bentuk peralihan suatu tanah negara. Penelitian tesis ini bertujuan untuk mengetahui kegunaan dan peran dari suatu Surat Keterangan Ganti Rugi (SKGR) terhadap suatu bidang tanah khususnya di Daerah Provinsi Riau. Penelitian tesis ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat ekspalanatoris. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder.

ABSTRACT
This thesis discusses the position of the Certificate of Compensation (SKGR) as evidence of the acquisition of land in the province of Riau Pekanbaru city government. In contrast to the description of compensation adopted by several regions in Indonesia were granted by the State to landowners in a form of compensation for land used for public purposes. Letter of Indemnity (SKGR) in Pekanbaru City area used for some form of physical mastery in a field of soil as well as an intermediate form of physical control of parcels of land are still a state land. The transition is done in a form of Letter of Indemnity (SKGR) is not a proof of acquisition of land, but only in the transition of physical mastery. That the exclusion of regulations on the use and application of Certificate of Indemnity (SKGR) resulted in many misinterpretations in the use of Certificate of Indemnity (SKGR). Example of realistic is still a lot of people Riau Province which means that by holding a Certificate of Compensation (SKGR) then they already hold a proof of acquisition of land, which when none other not only as a form of physical control and an intermediate form a ground state , This thesis research aims to determine the usefulness and role of a Certificate of Compensation (SKGR) on a plot of land particularly in the province of Riau. This thesis is a normative legal research ekspalanatoris. Data used is secondary data.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhri Rafi
"Kota Pekanbaru belum terlayani air bersih seluruhnya oleh PDAM. Hal ini menyebabkan semakin banyak masyarakat membuat sumur air tanah dangkal. Pada kecamatan Bukit Raya keberadaan air tanah dangkal yang masih melimpah di daerah Kota Pekanbaru. Situasi ini, air tanah dangkal dapat semakin menurun daya dukungnya akibat bertumbuhnya populasi dan menurunnya lahan terbuka. Interaksi antara manusia dengan sumber daya air tanah dangkal menjadi perhatian untuk diteliti. Karenanya tujuan penelitian untuk menganalisis sumber, daerah resapan, kualitas, ketersediaan, daya dukung air tanah dangkal, pengetahuan, sikap, tindakan, perilaku kebutuhan air tanah dangkal oleh rumah tangga, dan deskripsi model keberlanjutanya. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner, dan analisis air tanah dangkal. Analisis penelitian ini dengan metode analisis interpretasi, statistik dan deskriptif. Hasil penelitian sumber air tanah dangkal berasal dari pasir, daerah resapan yang cenderung menurun dalam 5 tahun, kualitasnya pada kondisi cemar. Analisis statistik pengetahuan, sikap dan tindakan memiliki pengaruh 32,4% terhadap perilaku kebutuhan rumah tangga. Ketersediaan air tanah dangkal hingga tahun 2030 adalah sedangkan kebutuhan air bersih hingga tahun 2030 adalah. Status daya dukung air tanah dangkal aman. Model keberlanjutan air tanah dangkal untuk kebutuhan rumah tangga masih berlanjut dengan skenario hemat air dan peningkatan distribusi air PDAM.

The city of Pekanbaru has not been fully served by clean water by the PDAM. This causes more and more people to make shallow groundwater wells. In Bukit Raya District, shallow groundwater is still abundant in Pekanbaru City. This situation, ground air is decreasing, increasing support, and decreasing open land. Talk between humans and groundwater resources Therefore, the purpose of the study is to analyze sources, regions, quality, participation, air carrying capacity, knowledge, attitudes, actions, needs, groundwater, households, and description of the sustainability model. The research data collection was carried out by distributing questionnaires, and analysis of shallow groundwater. The analysis of this research was interpretive, statistical and descriptive analysis methods. The results of groundwater research from sand, catchment areas that tend to decline in 5 years, the quality is in polluted conditions. Statistical analysis of knowledge, attitudes and actions has a 32.4% influence on household needs behavior. The need for ground water up to 2030 is 251,117,828.62 m3, while the need for clean water until 2030 is 71,485,794.97 m3. The carrying capacity of shallow groundwater is safe. The groundwater sustainability model for household needs still uses air-saving schemes and increases PDAM water distribution.
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T54585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Rahma Citra Lestari
"Masalah kebakaran hutan dan lahan telah menjadi isu nasional yang patut mendapat perhatian serius dari pemerintah. Kejadian ini terjadi setiap tahun secara berulang, khususnya pada lahan gambut. Perlu dipahami bahwa, instansi pemerintah dan masyarakat, termasuk petani, perusahaan-perusahaan perkebunan dan HTI, merupakan mata rantai yang tidak terputus yang terkait langsung dengan kebakaran hutan dan lahan ini. Pada penelitian ini dibuat sebuah hubungan antara kebakaran hutan yang dilihat dari parameter hotspot terhadap nilai parameter pencemar udara (ISPU) dan tingkat kesehatan masyarakat kota Pekanbaru. Parameter hotspot yang diteliti adalah semua lokasi yang terdapat di provinsi Riau dari tahun 2005 sampai tahun 2009. Sedangkan resiko pencemaran kualitas udara dan kesehatan masyarakat yang diteliti adalah di kota Pekanbaru pada tahun 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data sekunder. Penelitian ini menghasilkan hubungan yang erat antara jumlah hotspot yang terdapat di berbagai daerah di provinsi Riau terhadap peningkatan nilai ISPU di kota Pekanbaru. Peningkatan nilai ISPU di kota Pekanbaru seiring dengan peningkatan jumlah hotspot yang terdapat di provinsi Riau. Peningkatan nilai ISPU ini juga berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat kota Pekanbaru. Jumlah penderita penyakit meningkat 1 bulan sampai 2 bulan setelah kenaikan nilai ISPU di kota Pekanbaru.

Problem of land and forest fires have become national issues that deserve serious attention from the government. This event happens every year, especially on peatlands. It should be understood that, government agencies and communities, including farmers, companies and timber plantations, is an unbroken chain which is directly related to this land and forest fires. This study is to learn a relationship between forest fire from the hotspots parameters against the value of air pollutant parameters (ISPU) and the level of public health in Pekanbaru city. Hotspot parameters studied are all the locations contained in Riau province from 2005 until the year 2009. While the risk of pollution of air quality and public health research is in the Pekanbaru city in the year 2009. The method used in this research is secondary data analysis. This research produced a strong correlation between the number of hotspots in the various regions in the Riau province on the increase of the value of ISPU in the Pekanbaru city. Increasing the value of ISPU in the Pekanabaru city along with the increasing number of hotspots located in Riau province. Increasing the value of ISPU is also an effect on people's health in Pekanbaru city. The number of patients increased by one month until two months after the increase in value of ISPU in the Pekanbaru city."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50493
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>