Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64000 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desi Kurniawati
"Pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan bagian penting dalam proses asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit infeksi. Tujuan studi kasus ini adalah untuk memberikan gambaran pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak melalui penerapan intervensi oral hygiene menggunakan pendekatan model konservasi Levine. Pengkajian dilakukan berdasarkan konservasi Levine terhadap lima kasus terpilih yang menunjukkan gangguan pemenuhan nutrisi. Hipotesis, intervensi dan respon organismic ditujukan untuk mencapai adaptasi serta membuat klien mencapai keutuhan wholeness . Intervensi oral hygiene terbukti efektif menurunkan derajat kerusakam membrane mukosa oral dalam membantu optimalisasi pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Fulfillment of nutritional needs is an important part in the process of nursing care in children with infectious diseases. The purpose of this case study is to provide an overview of the fulfillment of nutritional needs in children through the application of oral hygiene interventions using the Levine conservation model approach. The assessment was conducted based on the Levine conservation of five selected cases demonstrating nutritional impairment. Hypotheses, interventions and organismic responses are aimed at achieving adaptation and making the client wholeness. Oral hygiene intervention has been shown to effectively lower the degree of oral mucous membrane damage in helping to optimize the fulfillment of nutritional needs."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dovian Emely Suteja
"Tongue coating merupakan lapisan pada dorsum lidah yang berpotensi menjadi fokus infeksi dan sering ditemukan pada lansia karena berbagai faktor. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kebersihan mulut dengan tongue coating pada lansia mandiri di Kota Depok serta hubungannya dengan faktor-faktor sosiodemografi. Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada lansia mandiri di Kota Depok, Jawa Barat. Tingkat kebersihan mulut diukur menggunakan Simplified Oral Hygiene Index OHI-S . Keberadaan tongue coating dinilai secara visual. Data faktor-faktor sosiodemografi diperoleh dari pengisian kuesioner Hasil: Penelitian melibatkan 89 subjek dengan rentang usia 60-90 tahun. Rata-rata OHI-S ialah 2,94 1,02. Tingkat kebersihan mulut buruk ditemukan pada 41 48,3 subjek. Prevalensi tongue coating ialah 31,5 . Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat kebersihan mulut dan tongue coating pada lansia p>0,05 . Faktor-faktor sosiodemografi tidak berhubungan secara signifikan baik terhadap tingkat kebersihan mulut maupun tongue coating p>0,05 . Kesimpulan: Mayoritas subjek lansia mandiri memiliki tingkat kebersihan mulut yang buruk dan tidak mengalami tongue coating. Tingkat kebersihan mulut tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan tongue coating. Faktor-faktor sosiodemografi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan keduanya.

Introduction Tongue coating is a layer on the dorsum of tongue that could potentially become a focus of infection and often found in elderly due to various factors. Objectives This study aims to determine the relationship between oral hygiene status and tongue coating among independent elderly in Depok and their relationship with sociodemographic factors. Methods A cross sectional study was conducted on 89 subjects in Depok, West Java. The oral hygiene status was measured using Simplified Oral Hygiene Index OHI S . The presence of tongue coating was assessed visually. Sociodemographic factors data are obtained from questionnaires. Results The study included 89 independent elderly subjects, ranging from 60 to 90 of age. The mean OHI S score is 2.94 1.02. Poor oral hygiene was found in 41 48.3 subjects. The prevalence of tongue coating was 31.5 . No statistically significant association was found between the oral hygiene status and tongue coating among elderly p 0.05 . Sociodemographic factors were not significantly associated with oral hygiene and tongue coating. p 0.05 . Conclusion Most independent elderly subjects have poor oral hygiene and no tongue coating. Oral hygiene is not significantly associated with tongue coating. Sociodemographic factors do not significantly affect the association between both of them.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Lestari Yuwono
"Latar belakang: Penggunaan alat ortodonti dikatakan dapat mempersulit prosedur membersihkan gigi sehingga dapat menurunkan kesehatan rongga mulut. Untuk mengatasi hal tersebut, kontrol plak kimiawi lewat penggunaan obat kumur berbahan antimikroba dikatakan dapat memberikan hasil yang lebih superior. Akan tetapi mengingat minimnya penggunaan obat kumur pada masyarakat umum, pasta gigi berbahan antimikroba seperti cetylperydinium chloride (CPC) pun dikembangkan.
Tujuan: Membandingkan efektivitas penggunaan pasta gigi CPC dan kombinasi pasta gigi dan obat kumur CPC pada pasien ortodonti.
Metode: Penelitian randomized, single blind clinical trial dilakukkan dengan membagi 63 subjek penelitian menjadi kelompok pasta gigi CPC (kelompok A) dan kombinasi pasta gigi dan obat kumur CPC (kelompok B). Oral profilaksis dilakukan dua minggu sebelum pemeriksaan pertama (T0). Pemeriksaan ke dua (T1) dan ke tiga (T2) dilakukan tiga dan sembilan minggu paska penggunaan. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan klinis (indeks gingiva/GI, indeks perdarahan gingiva saat probing/BOMP, dan indeks plak/PI) dan mikrobiologis (jumlah total bakteri plak lewat RT-PCR).
Hasil: Ke dua kelompok menunjukkan tidak terdapat perbedaan baik pada T0, T1, dan T2 baik secara klinis maupun mikrobiologis.
Kesimpulan: Penggunaan pasta gigi CPC berhasil menunjukkan efektivitas yang setara dengan penggunaan kombinasi pasta gigi dan obat kumur CPC.

Background: Fixed orthodontic appliances may hinder oral hygiene procedures, leading to aggravated overall oral health. Thus, chemical plaque control through the use of mouthrinse containing antimicrobial agents may give better results. Unfortunately, the use of mouthrinse as chemical plaque control is not used as a daily oral hygiene routine in majority. Therefore, toothpaste containing antimicrobial agents, such as ceytlperydinium chloride (CPC), was developed to assist chemical plaque control.
Aims: To study and compare the effectiveness between CPC toothpaste and combination of CPC toothpaste and mouthrinse usage in orthodontic patients.
Methods: A randomized, single blind clinical trial was conducted on 63 subjects wearing orthodontic appliances, divided into CPC toothpaste group (group A) and combination of CPC toothpaste and mouthrinse group (group B). Oral prophylaxis was done two weeks prior first examination (T0). Second (T1) and third (T2) examinations were carried out after three and nine weeks of usage. Both clinical examination (gingival index/GI, bleeding on marginal probing/BOMP, and plaque index/PI) and microbiological examination (total bacterial count thorough RT-PCR) were done in each examinations.
Results: There were no statistically significant differences found between groups either at T0, T1, or T2 both clinically or microbiologically.
Conclusion: CPC toothpaste usage successfully showed an equal effectiveness compared to combination of CPC toothpaste and mouthrinse usage.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margareta Olivia Supangat
"Latar Belakang: Permasalahan gigi dan mulut pada anak di usia mixed dentition di Indonesia masih tinggi, salah satunya di daerah Jawa Barat. Permasalahan gigi dan mulut dapat disebabkan oleh status kesehatan oral yang buruk. Status kesehatan oral dapat dinilai dari nilai OHI-S. Status kesehatan mulut buruk ditandai dengan penumpukan plak (salah satunya plak supragingiva) dapat menyebabkan peningkatan jumlah bakteri, salah satunya bakteri Veillonella parvula. Bakteri Veillonella parvula berperan dalam proses adhesi dan metabolisme bakteri late colonizer seperti Treponema denticola yang berperan dalam patogenesis penyakit periodontal. Bakteri Veillonella parvula dan Treponema denticola memiliki protein berupa VtaA dan Msp yang berperan dalam proses adhesi ke biofilm. Sampai saat ini, belum ada penelitian yang meneliti hubungan kedua protein tersebut dengan status kebersihan rongga mulut. Tujuan: Mengetahui apakah ada hubungan dan korelasi antara ekspresi gen Msp dan VtaA dengan status kebersihan rongga mulut. Metode: Penelitian menggunakan 40 sampel plak supragingiva yang diambil dari anak berusia 9-12 tahun di SD Sukaluyu dan dikelompokkan berdasarkan kategori skor OHI-S. Sampel kemudian diekstraksi RNA dan DNA, lalu dianalisis menggunakan Real Time PCR. Hasil kuantifikasi DNA dianalisis menggunakan absolute quantification untuk mengidentifikasi jumlah bakteri, sedangkan hasil kuantifikasi RNA dianalisis menggunakan relative quantification untuk membandingkan ekspresi gen. Hasil: Terdapat korelasi positif bermakna (p=0.008) antara jumlah bakteri Treponema denticoladengan memburuknya nilai OHI-S. Terdapat perbedaan bermakna antara jumlah bakteri Treponema denticola pada OHI-S sedang dan buruk (p=0.016). Korelasi positif tidak signifikan ada pada jumlah bakteri Veillonella parvula dan ekspresi gen Msp, sedangkan korelasi negatif tidak signifikan ditemukan pada VtaA. Kesimpulan: Ada hubungan antara menambahnya jumlah bakteri Treponema denticola seiring dengan memburuknya status kesehatan oral. Tidak ditemukan korelasi dan perbedaan antara jumlah bakteri Veillonella parvula, ekspresi gen Msp dan VtaA jika dibandingkan dengan kategori OHI-S.

Latar Belakang: Dental and oral problems in children with mixed dentition in Indonesia are still highly prevalent, especially in West Java. These problems are caused by poor oral health status, which can be assessed by OHI-S score. Poor oral health status, which is characterized by plaque accumulation, can cause the quantity of bacteria in mouth to increase. One of those bacterias is Veillonella parvula, a bacteria which plays a role in the adhesion process and metabolism of late colonizer bacteria. Treponema denticola is a late colonizer bacteria which contributes to the progression of periodontal diseases. In order to adhere to a biofilm, Treponema denticola produces protein called Msp, while Veillonella parvula produces VtaA. However, the relationship between these proteins to oral health status has not been well studied. Objective : The aim of this study is to analyze the relationship and correlation between Msp and VtaA gene expression and oral health status. Methods: 40 samples are collected from supragingival plaque of children between the ages of 9-12 years old in SD Sukaluyu and grouped into 3 categories (poor, moderate, good) based on each samples’s OHI-S score. Samples are then extracted and analized by real-time PCR. DNA quantification results are analyzed using absolute quantification to identify the amount of bacteria present. RNA quantification results are analyzed using relative quantification to identify each gene expression relative to calibrator samples. Results: There is a significant positive correlation (p=0.008) found between the quantity of Treponema denticola and OHI-S score. A significant difference (p=0.016) is found between the amount of Treponema denticola in moderate OHI-S and poor OHI-S category. There is a non-significant positive correlation between the amount of Veillonella parvula and Msp gene expression and OHI-S score. VtaA gene expression showed a non-significant negative correlation. Conclusion: This study demonstrated there is a relationship between the increasing quantity of Treponema denticola and the worsening state of oral health status. There is no relationship between Msp and VtaA gene expression and the quantity of Veillonella parvula and oral health status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bako, Mery Rosalin
"Masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi keluarga telah menjadi persoalan yang mengemuka di negara ini semenjak terjadi krisis ekonomi tahun 1997. Masalah ini paling berat dirasakan oleh kelompok masyarakat Indonesia berpenghasilan rendah, dimana sehubungan dengan rendahnya pendapatan rumah tangga yang diterima tidak dapat mengimbangi membumbungnya harga bahan-bahan kebutuhan pokok, terutama kebutuhan makanan yang terjadi sebagai akibat dari krisis ekonomi.
Namun demikian sebagai kebutuhan hidup pokok dan harus dipenuhi, maka orang akan berusaha untuk mencukupinya. Bagaimana respons kelompok masyarakat berpenghasilan rendah di daerah perkotaan, khususnya di Jakarta menghadapi krisis ekonomi terutama dalam pemenuhan kebutuhan makanan anggota keluarga atau rumah tangga dan strategi apa yang ditempuh dalam mengatasi masalah tersebut, dibahas dalam tesis ini.
Penelitian yang dilakukan terhadap kelompok rumah tangga berpenghasilan rendah di RW 06 Kelurahan Paseban Jakarta Pusat menemukan bahwa untuk mengatasi masalah krisis makanan dalam rumah tangga, maka rumah tangga-rumah tangga berpenghasilan rendah yang diteliti melakukan dua strategi adaptasi yaitu, pertama : strategi internal rumah tangga, terdiri dari 1) merubah menu makanan; 2) mengurangi pengeluaran kebutuhan lain di luar makanan dan membatasi menu makan; 3) merubah pola makan dan 4) mencari penghasilan tambahan. Kedua, strategi eksternal rumah tangga dimana individu-individu dalam rumah tangga aktif memanfaatkan jaringan hubungan yang ada dalam masyarakat untuk mencapai kepentingan memenuhi kebutuhan makanan. Jaringan hubungan yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah jaringan kerabat, jaringan tetangga dan jaringan campuran kerabat dan tetangga.
Penelitan ini menemukan bahwa jaringan sosial yang ada dalam masyarakat memberikan kontribusi yang berarti bagi pemenuhan kebutuhan nutrisi rumah tangga yang diteliti. Jaringan sosial merupakan salah satu strategi penting yang memberikan rasa aman bagi anggota rumah tangga ketika mengahadapi situasi sulit, khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Bertolak dari temuan ini, maka saya mengusulkan agar dalam penelitianpenelitian yang berhubungan dengan cara pemenuhan kebutuhan makanan khususnya pada masyarakat kompleks atau setting perkotaan, agar memperhatikan aspek jaringan sosial dalam masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khouw Loanita Theresiana
"Jendela paling kritis kurang gizi terletak pada usia 6-12 bulan karena air susu ibu (ASI) saja sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi. Sehingga diperlukan makanan pelengkap ASI yaitu makanan pendamping ASI (MP-ASI). Praktek pemberian MP-ASI dipengaruhi berbagai faktor antara lain faktor biologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan pelayanan kesehatan sehingga menimbulkan banyak permasalahan dalam praktek pemberian MP-ASI tersebut. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai praktek pemberian MP-ASI dan faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek pemberian MP-ASI pada bayi 4-11 bulan di Kabupaten Tangerang.
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang / cross sectional pada bayi umur 4-11 bulan di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, di mana pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret 2002. Sebagai sampel adalah ibu yang mempunyai bayi berusia 4-11 bulan yang diambil sesuai dengan metode survei cepat (Ariawan, 1996), menggunakan rancangan cluster dengan cara probability proportional to size (pps), sehingga didapat jumlah sampel sebesar 300 responden, dan pada waktu pelaksanaan ternyata 1 responden sudah pindah sehingga akhirnya diperoleh data dari 299 orang ibu yang mempunyai bayi 4-11 bulan.
Pengumpulan data dilakukan oleh 6 orang alumni Akademi Gizi Jakarta yang telah dilatih lebih dahulu. Variabel dependen yaitu praktek pemberian MP-ASI dan variabel independen adalah umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan gizi ibu, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga dan peran petugas kesehatan. Untuk melengkapi data pada variabel praktek pemberian MP-ASI, juga dilaksanakan diskusi kelompok terarah di 2 desa cluster yang masing-masing dihadiri oleh ± 10 orang tokoh masyarakat, tokoh agama dan kader posyandu. Sedangkan untuk variabel peran petugas kesehatan dilengkapi dengan wawancara langsung terhadap 29 oang pembina desa di lokasi penelitian. Analisis yang dilakukan adalah univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi 59,2% praktek pemberian MP-ASI yang baik dan 40,8% dengan praktek pemberian MP-ASI yang kurang balk. Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan praktek pemberian MP-ASI adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, dan peran petugas kesehatan (p < 0,005), sedangkan variabel umur ibu, pengetahuan gizi dan pendapatan keluarga tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek pemberian MP-ASI (p > 0,005). Hasil analisis multivariat regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan praktek pemberian MP-ASI adalah peran petugas kesehatan dengan OR 3,6 yang berarti ibu yang tidak mendapatkan peran petugas kesehatan mempunyai peluang 3,5697 kali untuk praktek pemberian MP-ASI yang kurang baik dibandingkan dengan ibu yang mendapat peran petugas kesehatan yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa praktek pemberian MP-ASI di Kabupaten Tangerang belum optimal karena masih ada 40,8% dengan praktek pemberian MP-ASI yang kurang baik. Untuk itu disarankan adanya dukungan langsung dari pembuat kebijakan dengan lintas sektor terkait untuk meningkatkan pendidikan, adanya tempat penitipan bayi di sekitar tempat kerja, meningkatkan pemeliharaan ternak di tingkat keluarga. Untuk instansi kesehatan dalam hal ini Dinas Kesehatan , Puskesmas dan Organisasi Profesi didalamnya seperti IDI, IBI agar meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan motivasi mengenai praktek pemberian MP-ASI dengan tepat dan benar. Untuk peneliti lain agar dapat dilanjutkan dengan penelitian kohort mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan fisiologi pengeluaran ASI pada hari-hari pertama yang menyebabkan tingginya pemberian makanan prelakteal.

The most critical window of malnourished is on age 6-12 months, since the only breast-feeding is not enough to complete the nutrition need of infant. So it is need food complete the breast-feeding, that is food for complementary feeding. The practice in giving complementary feeding is influenced some factors, among others biology, economy, social culture, technology and health service, so raise a lot of problem in practice of giving the complementary feeding. The objective of this study was to obtain the information on the practice in giving complementary feeding and the factors that related to the practice of giving complementary feeding on infant age 4-11 months in Tangerang District.
This study design was cross-sectional on infant age 4-11 months in Tangerang District, Banten Province, where the data was conducted on March 2002. The sample was the mothers having infant age 4-11 months that taken based on rapid survey method (Ariawan, 1996), using cluster design by probability proportional to size (pps), so it obtained the number of sample was 300 respondents. On the implementation, the fact that 1 respondent had moved, so finally it obtained 299 mothers having infant age 4-11 months.
The data was collected by 6 alumnus of Nutrition Academy of Jakarta, which trained in advance. Dependent variable was the practice of giving complementary feeding and independent variable were mother's age, mother's education, mother's occupation, the knowledge of mother's nutrition, the number of family, family income and role of health provider. To complete the date on practice in giving complementary feeding variable, it also conducted the Focus Group Discussion at 2 cluster villages, where in each village attended by ± 10 community leaders, religion leaders and cadre. While for variable on the role of health provider it completed with in-depth interview to 29 village referrals at the study location. The analysis that conducted was univariate, bivariate and multivariate by logistic regression.
The result of this study showed that the proportion was 59.2% having good practice in giving complementary feeding and 40,8% was not good in practice in giving complementary feeding. Based on bivariate analysis known that the variable that having significant relationship with the practice in giving complementary feeding was mother's education, mother's occupation, number of family member, and the role of health worker (p<0.005). While the variable of mother's age, the knowledge on nutrition and family income have not significant relationship with practice in giving complementary feeding (p>0.005). The result of logistic regression multivariate analysis showed that the variable that the most dominant having relationship with practice in giving complementary feeding was the role of health provider with OR 3,5697. It means that the mother who had not get the role of health provider having tendency as 3.5697 times for practice in giving complementary feeding that was not good compared with mother whose obtain the role of good health provider.
Based on this study, it can be concluded that the practice in giving complementary feeding at Tangerang District is not optimal yet, since there is still 40,8% with practice in giving complementary feeding not good. It is recommended the availability of direct role from policy maker by related cross sector to improve education, the availability of day-care for infant at around the working place, and improving animal care at the family level. For health Institution, i.e. Local Health Service, Health Center and profession organization such as Association of Indonesia Medical Doctors, Association of Indonesian Midwives in order to improve their knowledge, skill and motivation on the practice in giving MP-ASI correctly and timely. For other researchers should continue cohort study on the factors that related to physiology breast-feeding expenses on the first day that caused to the high in giving the pre-lactation food.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryati
"Ikan sebagai bahan makanan telah diidentifikasi sebagai pangan yang memiliki keunggulan tertentu. Ikan menyediakan protein hewani yang relatif tinggi, juga memberikan asam-asam lemak tak jenuh yang esensial diperlukan bagi tubuh manusia. Ikan juga merupakan sumber vitamin A yang sangat terkenal, di samping sumber vitamin-vitamin lainnya dan berbagai mineral yang diperlukan bagi tubuh manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk Memperoleh Gambarat kebiasaan makan ikan serta hubungannya dengan status gizi anak usia 6-59 bulan pada keluarga nelayan harian di Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Variabel yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berat badan dan tinggi badan anak, karakteristik anak, karaktristik ibu, Kebiasaan makan ikan, penyakit infeksi, berat badan lahir. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan pegambilan data langsung di lapangan (data primer). Penelitian ini bersifat cross sectional, diperoleh dengan metode survey dan hasilnya diuraikan secara deskriptif. Sampel yang diperoleh berjumlah orang 42 orang.
Berdasarkan indikator BB/U ditemukan sebanyak 2,4% anak mempunyai status gizi buruk, dan 31% anak mempunyai status gizi kurang, berdasarkan indikator TB/U 26,2% anak mempunyai tinggi badan pendek, dan berdasarkan indikator BB/TB anak dengan kategori sangat kurus sebanyak 2,4% dan 26,2% anak termasuk dalam kategori sangat kurus. Ada hubungan antara kelompok umur anak balita dengan status gizi dengan indeks TB/U. Ada hubungan antara pemberian obat cacing dengan status gizi dengan indeks TB/U. Ada hubungan antara pemberian ASI dengan status gizi dengan indeks BB/U.
Sebaiknya dilakukan penelitian dengan menggunakan metode yang lebih kuantitiatif dan jumlah sampel yang lebih banyak dan Puskesmas Kelurahan Pulau Tidung perlu adanya peningkatan pemahaman kepada istri nelayan tentang keseimbangan zat gizi dan status gizi dan perlu adanya pelatihan tentang cara pengolahan ikan agar lebih variatif. Untuk Kelurahan Pulau Tidung perlu adanya peningkatan pendidikan nelayan dengan mengadakan program kejar Paket B dan C.

Fish as food substance has been identified as food with certain benefits. Fish provides high animal protein, and also giving essential unsaturated fatty acid which needs by human being body. Fish is one of Vitamin A source which very famous, instead other vitamins and minerals source that needed by human body.
This research was aimed to obtain the description about eating fish habit and its relation with nutrition status of children age 6-59 months at daily fishermen families in Tidung Island, Seribu Archipelago. The selected variable in this research is weight and height of the children, children and mother`s characteristics, eating fish habit, infection disease, and weight born. Research data were primary data. This is cross sectional research with survey method and the result explained descriptively. The samples obtained were 42 people.
Based on BB/U indicator found as 2,4% child having bad nutrition status and 31 children having lack of nutrient status. Based on TB/U indicator 26,2% children have short height, and based on BB/TB indicator children with very thin category as 2,4% and 26,2% include in thin category. There is relation between groups of baby under five year`s old age with nutrition status by TB/U index. There is relation between anthelmintic given with nutrient status by TB/U index. There is relation between mother`s milk with nutrient status by BB/U index.
It`s recommended for other researcher to doing research with more quantitative method and much more samples. The public health center of Tidung Island needs to improve the fishermen`s wife understanding about nutrient balance and status. The training in fish food producing for more varied is need. Tidung district needs fishermen education improvement by running Packet B and C programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kimbrough, Vickie J.
New Jersey: Pearson, Prentice Hall, 2006
617.601 KIM o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Written by distinguished experts in the fields of oral medicine, periodontology, epidemiology, and microbiology, The Oral-Systemic Health Connection: A Guide to Patient Care gathers the latest scientific information on the associations between the oral environment and overall health. With careful analysis, the authors weigh the latest evidence about the relationships between oral infections and systemic diseases and conditions such as diabetes, cancer, osteoporosis, heart disease, pulmonary disease, inflammation, obesity, and complications of pregnancy. Other chapters focus on cutting-edge research into areas such as infectious disease screening, bioinformatics, targeted cancer therapies, and salivary diagnostics. This book will help readers to better understand current and future evidence on the associations between oral health and general health and enable readers to examine with a critical eye the claims made by scientists working on this subject. More importantly, readers will be able to apply this information clinically to guide treatment decisions and recommend preventive strategies, for the benefit of their patients.
"
Chicago: Quintessence Publishing, 2014
617.6 GUI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Widianto
"ABSTRAK
Prevalensi gizi lebih pada remaja setiap tahunnya mengalami peningkatan. Salah satu penyebab dari gizi lebih adalah kurangnya konsumsi sayuran-buah dan aktifitas fisik. Keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi aktifitas dan konsumsi sayuran-buah pada remaja, sehungga diperlukan cara untuk membimbing keluarga yaitu melalui coaching kesehatan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi coaching kesehatan terhadap peningkatan perilaku makan sayur buah dan latihan fisik pada keluarga. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Jumlah sampel yang digunakan adalah 10 keluarga dengan remaja gizi lebih. kuesioner yang digunakan adalah pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang permasalahan gizi, food recall, dan activity daily recall. Penelitian ini menunjukan bahwa intervensi coaching kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap perilaku keluarga tentang praktik gizi lebih, peningkatan konsumsi sayuran-buah dan aktifitas fisik Kata kunci: Coaching Kesehatan, Aktivitas Fisik, Sayuran, Buah, Gizi Lebih, Obesitas, Remaja ABSTRACT
The prevalence of overweight iin adolescents each year has increased. One of the causes from overweight is the lack of consumption of fruit vegetables and physical activity. Family is a factor that affects the activity and consumption of vegetables in adolescents, so it takes a way to guide the family through health coaching. The purpose of this paper is to determine the effect of health coaching interventions on improving the eating behavior of fruit vegetables and physical exercise on the family. The purpose of this study was to determine the effect of health coaching intervention on increasing knowledge of family, attitudes and behaviors about overweight practices, improving the eating behavior of fruit vegetables and physical exercise on the family. The method used is case study. The number of samples used is 10 families with overweight adolescents. Questionnaires used are knowledge, attitude and skills about nutrition problems, food recall, and activity daily recall. This study demonstrates that health coaching interventions can increase knowledge, family behavior attitudes about overweight practices, increased consumption of fruit vegetables and physical activity.Keywords Health Coaching, phisycal Activity, Vegetables Fruits, Overweight, Obese, Adolescents"
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>