Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119895 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Fauzi
"ABSTRAK
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di daerah perkotaan berdampak terhadap peningkatan angka kecelakaan lalu lintas. Cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum ditemui pada penderita kecelakaan lalu lintas dan seringkali disertai dengan penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran pada jangka waktu yang lama dapat menyebabkan deprivasi sensori. Terapi musik diketahui dapat membantu meningkatkan kesadaran pada pasien dengan penurunan kesadaran. Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis dampak intervensi stimulasi auditori terhadap tingkat kesadaran klien Tn. M yang menderita cedera kepala sedang dengan penurunan kesadaran GCS: 10 . Stimulasi auditori dilakukan 3 hari berturut-turut selama 8 jam dengan memutar rekaman murottal lewat gawai. Hasil menunjukkan bahwa klien mengalami peningkatan skor GCS 10 pada hari pertama intervensi menjadi skor 13 pada hari kedua intervensi menjadi dan skor 15 pada hari ketiga. Hasil ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kesadaran klien setelah diberikan intervensi stimulasi auditori. Perawat disarankan untuk menerapkan stimulasi auditori sebagai intervensi non-farmakologis untuk meningkatkan kesadaran pasien dengan penurunan kesadaran. Kata kunci: Cedera kepala sedang, Glasgow Coma Scale, stimulasi auditori, tingkat kesadaran

ABSTRACT
Rising number of vehicles results in an increase in traffic accidents in urban areas. Head injury is frequently seen in such victims and often accompanied with loss of consciousness. Loss of consciousness in long term may lead to sensory deprivation. Music therapy was revealed to be able to improve consciousness on patient with neurologic deficit. This paper aimed to identify and analyze impact of auditory stimulation on level of consciousness of Mr. M which was affected by moderate head injury and lose of consciousness GCS: 10 . Auditory stimulation was applied in 3 consecutive days for 8 hours per day by playing recording of murottal through gadget. The result indicated that client demonstrated a gradual improvement of GCS score from 10 in the first day of intervention into score 13 in second day of intervention and score 15 in the third day. This suggested that there was an improved level of consciousness following the auditory stimulation. Nurses are suggested to apply auditory stimulation as non-pharmacological intervention to improve patient rsquo;s level of consciousness."
2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sardy Syahri
"Penyakit Ginjal Terminal PGT merupakan masalah yang banyak dihadapi masyarakat perkotaan. PGT memerlukan tindakan berupa restriksi cairan yang sulit dilaksanakan oleh penderita PGT karena karena banyaknya faktor yang menyulitkan. Selain itu, pada PGT terdapat masalah lain yang semakin menyulitkan restriksi cairan, yaitu masalah uremia dan hipokalsemia yang dapat menyebabkan gangguan sekresi saliva.
Studi ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan kesehatan masalah perkotaan pada PGT dan intervensi stimulasi saliva dengan mengunyah permen karet untuk mengurangi xerostomia. Evaluasi intervensi menggunakan Thisrt Distress Scale dan Visual Analog Scale.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengunyah permen karet dapat mengurangi xerostomia. Dengan berkurangnya xerostomia, klien lebih mudah untuk menjalani restriksi cairan. Kesimpulan dari studi ini adalah mengunyah permen karet dapat membantu klien dalam restriksi cairan. Rekomendasi dari studi ini adalah permen karet dapat digunakan pada seluruh klien dengan kemampuan mengunyah yang baik.

End Stage Renal Disease ESRD is a problem which faced by urban communities. ESRD requires action in the form of fluid restriction that is difficult to implement by ESRD patients because of the many factors that make it difficult. In addition, there are other problems in ESRD that increasingly complicate the restriction of fluids such as uremia and hypocalcaemia that can cause disruption of salivary secretion.
This study attempted to analyze nursing care in urban perspective with ESRD problem and salivary stimulation interventions by chewing gum to relieve xerostomia. To evaluate the intervention, this study use Thisrt Distress Scale and Visual Analog Scale.
The results showed that chewing gum can reduce xerostomia. Therefore, the reduced of xerostomia problem may help clients are more likely to undergo fluid restriction. The conclusion of this study is chewing gum can help clients in fluid restriction. The recommendation of this study is chewing gum can be used on all clients with good chewing ability.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Widani
"Perbandingan Tindakan Keperawatan Oral Care menggunakan Povidone-iodine 1% dengan Chlorhexidine 0.2% Terhadap Jumlah Bakteri di Mulut Klien Penurunan Kesadaran di Pelayanan Kesehatan Sint Carolus Jakarta Oral care klien penurunan tingkat kesadaran tidak boleh diabaikan dan membutuhkan antiseptik oral yang mempunyai sifat antibakteri (Timby, 2009). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen dengan kelompok kontrol, pre dan post test untuk mengidentifikasi perbandingkan povidone iodine 1% dengan chlorhexidine 0.2% terhadap jumlah koloni bakteri di mulut klien penurunan kesadaran.
Hasil penelitian pada 30 responden yang diambil secara consecutive sampling dibagi tiga kelompok. Didapatkan ada perbedaan yang signifikan penurunan jumlah koloni bakteri sebelum dan setelah oral care pada povidone iodine (p=0.007), chlorhexidine (p=0.001) dan air (p=0.001). Perbandingan selisih jumlah bakteri povidone iodine 1% dengan chlorhexidine 0.2% tidak signifikan (p=0,343). Disimpulkan chlorhexidine 0.2% , povidone iodine 1% dan air minum masing-masing mempunyai kemampuan yang signifikan menurunkan koloni bakteri dan dapat digunakan sebagai pembilas oral care. Disarankan secara ekonomis air minum digunakan dalam oral care apabila klien penurunan kesadaran tidak mengalami infeksi mulut, dan chlorhexidine 0.2% atau povidone iodine 1% digunakan bila ada infeksi mulut.

The oral care of unconscious patient should not be ignored and requires the oral antiseptics that have antibacterial properties (Timby, 2009). This research was quantitative research study with quasi experimental design with control groups, using pre-post test design the study was aimed to compere the amount of bacteria colonies after povidone iodine 1% and chlorhexidine 0.2% on the patient with disturbance of consciousness level. Using consecutive sampling technique, 30 eligible respondences were devided into three group.
The results of this study identifided that t - test of pre-post test of povidone iodine with p= 0.007, chlorhexidine with p=0.001 and water oral care with p=0.001. Mean while there was no significan different betwent povidone iodine with chlorhexidine with p value 0,343. Concluded chlorhexidine0.2%, povidone iodine 1% and water each has a significant ability to reduce colonies of bacteria and can be used as an oral care. Economically advisable to the water used in oral care if clients do not experience a decrease awareness of oral infections, and chlorhexidine 0.2% or povidone iodine 1% is used when there is infection of the mouth."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28423
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maela Holipah
"Kondisi lingkungan perkotaan yang padat dan polusi udara di perkotaan dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti TB paru. TB paru merupakan penyakit kronis dengan pengobatan lama yang dapat menimbulkan ansietas bagi penderitanya. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk melaporkan hasil asuhan keperawatan klien ansietas dengan TB paru. Implementasi keperawatan yang dilakukan selama lima hari meliputi, teknik relaksasi napas dalam, hipnosis lima jari, distraksi dan spiritual.
Hasil dari penerapan intervensi ini didapatkan bahwa pasien dapat mengontrol atau mengatasi ansietasnya, yaitu dengan menunjukan tanda-tanda ansietass berkurang. Penanganan masalah psikososial ansietas yang dimulai dari mengenal ansietas sampai pilihan teknik mengontrol ansietas, seperti relaksasi napas dalam, hypnosis lima jari, distraksi dan spiritual perlu dikembangkan di unit keparawatan lainnya.

Urban environment condition are dense and many air pollution that can cause health problems such as pulmonary tuberculosis (TB). TB is a chronic disease with a long treatment which can cause anxiety for the patient . This purpose of this final scientific nurse paper is to illustrate family nursing care on anxiety related to TB. Nursing implementation was applied for 5 days including deep breath relaxation technique, five fingers hypnosis, distraction and spiritual.
The result of this intervention is patient can control her anxiety, with the decreasing sign and symptom of anxiety. Management of anxiety start from knowing what the anxiety until thecnique to control the anxiety such as deep breathing relaxation, five finger hypnosis, distraction and spiritual need to be developed on another nursing care unit.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puput Puspita Sari
"Ansietas adalah masalah psikososial yang dapat terjadi pada klien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang disebabkan dari proses patogenesis penyakit klien yang bermanifestasi menjadi tanda gejala klinis dimana hal tersebut dapat menyebabkan perburukan kondisi klien. Karya ilmiah akhir ners (KIAN) ini akan bertujuan untuk menjabarkan hasil analisa asuhan keperawatan psikososial ansietas pada klien dengan PPOK di ruang Antasena RS dr. H Marzoeki Mahdi Bogor. Asuhan keperawatan yang diberikan sudah disesuaikan dengan matriks asuhan keperawatan kesehatan jiwa psikososial; sementara pengukuran evaluasi dilakukan dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Intervensi keperawatan untuk mengatasi ansietas pada klien dengan PPOK berhasil dilakukan dan menjadi lebih optimal dengan adanya keterlibatan keluarga sebagai sistem pendukung utama klien. Dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara masalah psikososial (ansietas) dan fisik (PPOK) pada klien sehingga diperlukan rancangan tindakan keperawatan yang terintegrasi (secara psikis dan fisik) untuk mengatasi ansietas klien secara komprehensif.

Anxiety as psychosocial problems can occur in patients with chronic obstructive pulmonary chronic (COPD) as the result from diseases pathogenesis process which manifested as clinical signs and symptoms that can aggravate the patients medical condition. The purpose of this scientific work is to outlining the analysis result of psychosocial nursing care plans for anxiety in patient with COPD in Antasena Care Unit at dr. H Marzoeki Mahdi Hospital Bogor. Nursing care for anxiety which was given to the patient already customized with psychosocial mental health nursing care matrix and this thesis using Hamilton Anxiety Rating Scales (HARS) to evaluate the work. Managing the anxiety of the patient with COPD successfully done and with the family engagement presence as patients main support system the intervention can be more optimal. These result suggest that integrated nursing care plans (mentally & physically) is required to solve anxiety problems in patient with COPD comprehensively."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Iffata Fauziya
"Tingginya angka masyarakat perkotaan di Indonesia menimbulkan permasalahan kesehatan berupa tuberkulosis paru. Bakteri Mycobacterium tuberculosis yang ada di paru dapat menyerang ke meningen dan parenkim otak sehingga menyebabkan tuberkulosis meningitis. Penurunan atau kerusakan fungsi tubuh telah dilaporkan sebagai akibat dari sistem saraf pusat penderita yang terlibat. Disabilitas yang terjadi dapat mengakibatkan penurunan kualitas hidup penderita terganggu dan mengarah pada masalah psikososial gangguan citra tubuh akibat hilangnya fungsi, bentuk dan struktur tubuh.
Karya ilmiah ini melaporkan analisis masalah dan intervensi keperawatan psikososial gangguan citra tubuh pada klien dengan tuberkulosis meningitis. Evaluasi hasil akhir menunjukkan adanya penurunan tanda dan gejala gangguan citra tubuh serta hasil klinis yang lebih baik. Pengembangan dan implementasi asuhan keperawatan psikososial gangguan citra tubuh perlu diterapkan di ruang rawat umum, khususnya pada klien dengan masalah kesehatan perkotaan tuberkulosis meningitis.

The high number and one of them person's lung can tuberculous meningitis. The decrease and damage in functions have been reported as the result of the affected central nervous system. This will eventually lead to decreasing the person's quality of life and resulting in physical and psychosocial problems such as body image disturbance due to loss of form, function, and structure of the body. This paper reports the analysis of problems and psychosocial nursing interventions of body image disturbance in person with tuberculosis meningitis.
The final results showed a decrease in signs and symptoms of body image disturbance and better clinical outcomes. The psychosocial nursing care plan for body image disturbance needs to be applied in the general ward, particularly for the clients with urban health problems tuberculosis meningitis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shopiati Merdika Nugraha
"Tuberkulosis adalah penyakit yang sering muncul pada masyarakat miskin perkotaan. Spondilitis Tuberkulosis merupakan komplikasi dari TB yang dapat menyebabkan perubahan struktur dan kekuatan tulang belakang dengan resiko kelumpuhan dan cedera tulang belakang dan biasanya ditandai dengan gejala awal nyeri. Nyeri tersebut diakibatkan pertumbuhan abnormal kuman Tuberkulosis yang menjadi massa pada tulang belakang dan menyebabkan tertekannya jaringan saraf spinal. Treatment Operasi debridemen akan mengakibatkan nyeri pasca operasi dilakukan. Peran perawat dalam mengatasi masalah nyeri tersebut adalah dengan edukasi manfaat pemasangan spinal brace, sehingga klien tidak takut akan terjadi nyeri saat melakukan mobilisasi. Setelah dilakukan intervensi, pengetahuan klien bertambah, nyeri klien berkurang dan dapat melakukan mobilisasi.

Tuberculosis is a disease that often occurs in the poor urban. Spondylitis tuberculosis a complication of of TB that can cause the sea and strength of the spine with risk paralysis and spinal cord injury and usually characterized by the initial symptoms of pain. The pain caused by an abnormal growth germ tuberculosis who into a mass on the spinal cord and cause pressured nerve tissue spinal. Treatment operation debridement will result in pain postoperative do. The role of nurse in to overcome the problem of pain was to education benefits the installation of spinal brace, that clients not afraid will happen pain on do mobilization. After conducted intervention, knowledge client?s increase, pain client?s reduced and can do mobilization."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Fithrotunnisa
"Kesulitan dalam melakukan pergerakan dan mobilisasi merupakan masalah yang umum dialami lansia. Hal tersebut terjadi akibat adanya perubahan fungsi sistem muskuloskeletal yang menurun seiring dengan penuaan yang dialami lansia. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan hasil asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik di Panti Sasana Tresna Werdha (PSTW) Budhi Mulya 1 Cipayung. Penulis berperan sebagai perawat yang akan melakukan asuhan keperawatan lansia di PSTW Budhi Mulya 1 Cipayung mulai tanggal 18 April – 7 Mei 2022. Intervensi yang dilakukan adalah terapi latihan kekuatan otot dengan elastic band. Hasil intervensi dari latihan menunjukkan adanya penurunan waktu dalam Timed Up and Go test (TUG test), yaitu pada lansia kelolaan dari 23 detik menjadi 11 detik, lansia resume 1 dari 19 detik ke 9 detik, dan lansia resume 2 dari 30 detik ke 16 detik. Hal tersebut membuktikan bahwa adanya peningkatan kemampuan mobilisasi secara fungsional dan kekuatan otot pada lansia. Selama proses intervensi terdapat faktor perancu dan limitasi yang terjadi. Sebagai faktor perancu adalah usia dan motivasi yang dimiliki klien yang dapat memengaruhi interpretasi hasil dan proses perbandingan hasil intervensi. Limitasi yang dihadapi adalah waktu praktik yang sempit dan ditemuinya kontraindikasi latihan yang terjadi pada klien yang membuat proses intervensi harus dihentikan sementara. Kontraindikasi latihan diantaranya peradangan sendi, nyeri, dan fisik yang tidak bugar pada klien yang akan melakukan latihan. Rekomendasi selanjutnya bagi pihak PSTW adalah pengembangan latihan kekuatan otot yang dapat dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan serta dapat dievaluasi keberhasilannya secara berkala untuk mengatasi dan mencegah terjadinya masalah hambatan mobilitas fisik pada lansia. Bagi keperawatan agar dapat mengaplikasikan intervensi latihan kekuatan otot elastic band ini sebagai salah satu pilihan aktivitas intervensi terkait hambatan mobilitas fisik agar dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup lansia.Kata Kunci : Lansia, hambatan mobilitas fisik, terapi kekuatan otot, keperawatan

Difficulty in movement and mobilization is a common problem experienced by the elderly. This occurs due to changes in the function of the musculoskeletal system which decreases with aging experienced by the elderly. This scientific work aims to describe the results of nursing care given to the elderly with nursing problems with physical mobility barriers at the Panti Sasana Tresna Werdha (PSTW) Budhi Mulya 1 Cipayung. The author acts as a nurse who will provide nursing care for the elderly at PSTW Budhi Mulya 1 Cipayung from April 18 to May 7 2022. The intervention carried out was muscle strength training therapy with elastic bands. The results of the intervention from the exercise showed a decrease in time in the Timed Up and Go test (TUG test), namely in the elderly managed from 23 seconds to 11 seconds, the elderly resumed 1 from 19 seconds to 9 seconds, and the elderly resumed 2 from 30 seconds to 16 seconds. This proves that there is an increase in functional mobility and muscle strength in the elderly. During the intervention process there are confounding and limiting factors that occur. As confounding factors are the age and motivation of the client which can influence the interpretation of the results and the process of comparing the results of the intervention. The limitations faced are the limited practice time and the presence of exercise contraindications that occur in the client which makes the intervention process have to be stopped temporarily. Contraindications to exercise include joint inflammation, pain, and physical unfit for the client who will do the exercise. The next recommendation for PSTW is the development of muscle strength training that can be carried out consistently and continuously and its success can be evaluated periodically to overcome and prevent the occurrence of problems with physical mobility barriers in the elderly. For nursing to be able to apply this elastic band muscle strength training intervention as a choice of intervention activities related to physical mobility barriers in order to improve the health and quality of life of the elderly. Keywords: Elderly, physical mobility barriers, muscle strength therapy, nursing"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Des Anggraeni Runiasiwi
"Gangguan integritas kulit merupakan masalah yang umum ditemukan pada lansia sebagai akibat dari proses penuaan yang menurunkan fungsi fisiologis. Salah satu masalah kulit yang banyak dialami lansia adalah xerosis atau kulit kering. Faktor risiko yang berpengaruh terjadinya xerosis pada lansia, di antaranya faktor usia, jenis kelamin perempuan, asupan cairan, dan faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan paparan sinar matahari. Lansia dengan keluhan xerosis perlu mendapatkan intervensi perawatan kulit untuk mengatasai kulit kering dan mencegah perburukan lebih lanjut. Skin cleansing dan emollient therapy adalah penerapan dari intervensi keperawatan perawatan kulit menggunakan agen topikal. Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan intervensi skin cleansing dan emollient therapy dalam mengatasi masalah gangguan integritas kulit pada lansia dengan xerosis. Hasil analisis menunjukkan setelah dilakukan intervensi selama 10 hari terdapat penurunan skala Overall Dry Skin Score (ODSS) dari 3 (parah) menjadi 1 (ringan). Kesimpulannya, intervensi skin cleansing dan emollient therapy dapat menjadi salah satu perawatan dasar untuk gangguan integritas kulit terutama dalam mengatasi masalah xerosis pada lansia. Intervensi ini akan lebih optimal apabila diterapkan dengan konsisten setiap hari berturut-turut dengan didampingi asupan cairan yang adekuat, menghindari paparan sinar matahari, menggunakan tabir surya, dan modifikasi lingkungan.

Impaired skin integrity is a common problem among the elderly caused by the aging process that leads to the declines of physiological functions. One of the common skin problems experienced by the elderly is xerosis or dry skin. The risk factors associated with xerosis in the elderly are age, female gender, fluid intake, and environmental factors, such as temperature, humidity, and sun damage. Elderly with xerosis symptoms need to get skin care interventions to overcome dry skin and prevent further worsening. Skin cleansing and emollient therapy are the implementation of nursing interventions for skin care using topical treatments. This case study aims to explain the implementation of skin cleansing and emollient therapy interventions to overcome the problem of impaired skin integrity among the elderly with xerosis. The result of the analysis shows that after the intervention for 10 days there was a decrease in the Overall Dry Skin Score (ODSS) from 3 (severe) to 1 (mild). In conclusion, the intervention of skin cleansing and emollient therapy can be one of the basic treatments for impaired skin integrity, especially in overcoming xerosis in the elderly. This intervention can be better optimized if implemented consistently for every consecutive day and done along with adequate fluid intake, avoiding sun exposure, using sunscreen, and environmental modification."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luciana Kabang
"Halusinasi merupakan salah satu gejala skizofrenia paranoid. Halusinasi merupakan persepsi sensorik palsu yang tidak berkaitan dengan stimulus eksternal yang nyata. Tujuan laporan kasus ini adalah untuk menyampaikan asuhan keperawatan halusinasi pada Tn. R dengan skizofrenia paranoid. Proses asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan standar asuhan keperawatan generalis kepada Tn. R yang berusia 28 tahun selama 11 hari rawat pada tanggal 7 ndash; 18 Mei 2018. Implementasi keperawatan berfokus pada kemampuan klien mengenal dan mengontrol halusinasinya serta mengikuti program pengobatan secara optimal. Intervensi keperawatan memberikan dampak yang positif kepada klien terlihat dari penurunan tanda dan gejala halusinasi yang diperlihatkan oleh klien serta kemampuan klien mengaplikasikan kegiatan yang dilatih. Rencana tindak lanjut pelayanan keperawatan diharapkan dapat dimaksimalkan baik secara individu, keluarga dan kelompok.

Hallucination is one of clinical manifestations of paranoid schizophrenia. Hallucination is a false sensory perception which has no association with the actual external stimulus. This study case aimed to elaborate on nursing care provided for Mr. R with hallucination and paranoid schizophrenia. The nursing care was provided for Mr. R, 28 year old male, for 11 days long starting from 7th to 18th of May 2018 by referring to standards of generalist nursing care. The nursing intervention emphasized on client rsquo;s ability to recognize and control his hallucination as well as to comply with the regimen program properly. The interventions provide positive impact on client as manifested by relieved signs and symptoms of hallucination and his proficiency in applying trained activities. Follow-up plan of care is supposed to be promoted for individual, family, group, and community."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>