Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209912 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Destario Metusala
"Komunitas anggrek (Orchidaceae) merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang terancam terhadap stres kekeringan akibat perubahan iklim. Komunitas anggrek di Indonesia mengembangkan dua bentuk hidup utama, yaitu epifit dan terestrial. Penelitian bertujuan untuk membandingkan adaptasi anatomi daun dan akar antara anggrek epifit dan terestrial; membandingkan tingkat adaptasi terhadap stres kekeringan antara bentuk hidup epifit dan terestrial pada spesies anggrek toleran terang; membandingkan tingkat adaptasi terhadap stres kekeringan antara bentuk hidup epifit dan terestrial pada spesies anggrek toleran naungan; serta membandingkan tingkat adaptasi terhadap stres kekeringan antara spesies Eulophia spectabilis dari tropis basah dan E. petersii dari tropis kering. Analisis anatomi dilakukan dengan pengamatan sayatan paradermal dan sayatan melintang daun maupun akar. Analisis fisiologi dilakukan secara eksperimental dengan perlakuan kekeringan di rumah kaca selama 30 hari. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan strategi adaptasi anatomi daun dan akar antara anggrek epifit dengan terestrial. Anggrek epifit lebih mengutamakan penyesuaian ketebalan dan luasan jaringan penyusun organ daun maupun akar, sedangkan anggrek terestrial lebih mengutamakan penyesuaian luasan komponen pembuluh angkut daun dan akar, serta jumlah stomata dan luasan total stomata. Pada spesies anggrek toleran terang, kelompok epifit memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi terhadap stres kekeringan dibandingkan kelompok terestrial. Pada spesies anggrek toleran naungan, kelompok epifit memiliki tingkat adaptasi terhadap stres kekeringan dengan rentang variasi yang lebih lebar dan tidak berbeda nyata dengan kelompok terestrial. Spesies Eulophia petersii dari tropis kering memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi terhadap stres kekeringan dibandingkan Eulophia spectabilis dari tropis basah. Ciri anatomi pada komunitas anggrek tropis Indonesia terkait tingkat adaptasi yang lebih tinggi terhadap stes kekeringan meliputi: jaringan mesofil dan daun yang lebih tebal; lapisan kutikula yang lebih tebal; jaringan hipodermis yang berkembang; komponen pembuluh angkut daun yang lebih sempit, jaringan sklerenkim yang berkembang baik di sekitar pembuluh angkut primer daun; stomata dengan ukuran lebih besar, jumlah lebih sedikit, dan area total stomata yang lebih sempit; komponen pembuluh angkut akar yang lebih sempit; dan jaringan velamen yang lebih berkembang. Ciri fisiologi pada komunitas anggrek tropis Indonesia terkait tingkat adaptasi yang lebih tinggi terhadap stes kekeringan meliputi: selisih prolin yang lebih kecil, laju penurunan kandungan air relatif jaringan daun yang lebih rendah, dan nisbah klorofil a/b yang lebih tinggi.

The orchid community (Orchidaceae) is one of the most threatened plant's groups to drought stress due to climate change. Indonesian orchid community has developed two main life forms, as epiphyte and terrestrial. The aims of this study were to compare the anatomical adaptation of leaf and root between epiphytic and terrestrial life forms on the Indonesian tropical orchid community; to compare the adaptation level to drought stress between epiphytic and terrestrial life forms in sun-tolerant orchid species; to compare the level of adaptation to drought stress between epiphytic and terrestrial life forms in shade-tolerant orchid species; to compare the level of adaptation to drought stress between orchid Eulophia spectabilis from wet tropical and E. petersii from dry tropical. The anatomical analysis was performed with observations on paradermal and transverse sections of leaves and roots. The physiological analysis was conducted experimentally in the greenhouse with drought treatment for 30-days. The results showed that epiphytic orchids have prioritized the anatomical adaptation strategy by adjusting the thickness and area of leaf and root's tissues, while the terrestrial orchids through the adjustment of the area of leaf and root's vascular components, as well as the number and total area of stomata; in sun-tolerant species, epiphytic orchids have shown a higher adaptation level to drought stress than terrestrial orchids; in shade-tolerant species, epiphytic orchids have shown a wider range of adaptation level to drought stress and not significantly different with terrestrial orchids; Eulophia petersii from dry tropical showed a higher adaptation level to drought stress than E. spectabilis. The anatomical traits related to a higher adaptation level to drought stress were: thicker mesophyll and leaf tissue, thicker cuticle layer, well developed hypodermic tissue, narrower leaf vascular bundle components, well developed sclerenchyma tissue around the leaf's primary vascular bundle, broader size-but fewer stomata, narrower total stomatal area, narrower root vascular components, and a more developed velamen layer. The physiological traits related to a higher adaptation level to drought stress were: lower proline deviation, lower decline rate in leaf water content, and a higher chlorophyll a/b ratio. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
D2442
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arditti, Joseph
New York: John Wiley & Sons, 1992
584.15 ARD f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This book describes how plants have evolved defenses against environmental stress, including synthesis of osmolytes, osmoprotectants and antioxidants, and shows how phytoconstituents, hormones and plant-associated microbes help plants tolerate stress. "
New York: Springer, 2012
e20417667
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"This book provides a comprehensive overview of the multiple strategies that plants have developed to cope with drought, one of the most severe environmental stresses. Experts in the field present 17 chapters, each of which focuses on a basic concept as well as the latest findings.
The following major aspects are covered in the book, morphological and anatomical adaptations, physiological responses, biochemical and molecular responses, ecophysiological responses, and responses to drought under field conditions."
Berlin: Springer, 2012
e20417773
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Widoyono
Jakarta: Erlangga, 2008
616.988 3 WID p (3)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Pertanian lahan kering dihadapkan pada kendala kekeringan dan kesuburan tanah yang terus menurun akibat erosi. Teknologi konservasi secara berkelanjutan merupakan salah satu alternatif untuk mengelola kekritisan lahan kering. Teknologi ini dapat dilakukan secaraa organik dengan menggunakan kompos sebagai sumber bahan organik. Untuk memenuhi kebutuhan kompos perlu diusahakan cara yang lebih cepat dalam pembuatandan penyediaannya.Hal ini bisa dilakukan dengan menambah bahan simulator berupa mikroba terpilih (EM4), Trichoderma dan cacing tanah.. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis stimulator yang dapat menghasilkan kompos kualitas terbaik dan waktu pengomposan terpendek serta mengetahui kompos yang dapat menurunkan erodibilitas tanah, meningkatkan kesuburan tanah dan produksi tanaman jagung."
Bandung: IATPI (Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesia,
630 LTJ
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Kasabarno
"Siklon tropis merupakan sistem alam untuk mengatur dan mengendalikan sirkulasi umum
atmosfera, disamping daya rusaknya yang dahsyat. Unsur cmica yang dapat kita rasakan
akibat munculnya siklon tropis adalah hujan dan angin.
Secara klimatologis wilayah Indonesia dikelilingi oleh 4 daerah sumber siklon tropis,
yaitu: samudera Pasifik Barat Daya, samudera Hindia Barat Daya, laut sebelah Timur laut
Australia, dan laut sebelah Barat Daya Australia.
Dari beberapa kajian memperlihatkan bahwa siklon tropis di sebelah Utara katulistiwa,
umumnya terjadi pada saat di beberapa tempat di Indonesia kurang hujan atau musim
kemarau, dengan angin Timuran dominan bertiup di wilayah Indonesia. Sedangkan pada ยท
kejadian siklon tropis di Selatan katulistiwa umumnya di beberapa tempat di Indonesia
ban yak huj an dengan sistem angin Baratan dominan bertiup.
Dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah :
Bagaimana pengaruh Siklon tropis di Samudera Hindia terhadap Pola terjadinya hujan di
Jawa Timur?
Sedangkan metode yang digunakan adalah distribusi frekuensi terjadinya hujan di Jawa
Timur untuk setiap grid-grid letak Siklon tropis yang mempengaruhinya dan Klasifikasi
tingkat pengaruhnya.
Dari hasil pembahasan didapatkanjumlah peta Pola Hujan di Jawa Timur Karena Pengaruh
Siklon Tropis tiap-tiap grid sebanyak 46 peta, 7 peta Pola Sebaran Hujan Akibat Siklon
Tropis di Samudera Hindia dan 1 peta Tingkat Pengaruh Siklon Tropis di Samudera Hindia
Terhadap Pola Sebaran Hujan di Jawa Timur dengan 11 tingkatan klasifikasi. Sedangkan
Hasil yang didapat adalah :
Posisi Siklon Tropis dengan jumlah terbesar tepat pada saat Daerah Konpergensi Antar
Tropik ( DKAT) berada pada bulan denganjumlah terbesar
Posisi Siklon Tropis akan mempengaruhi pola sebaran terjadinya hujan
Semakin ke arah Tengah daerah lintasan Siklon Tropis, maka semakin luas daerah
lintasannya dan semakin tinggi tingkat pengaruhnya, sedangkan ke arah Timur atau Barat
akan semakin berkurang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geneva: World Health Organization, [date of publication not identified]
616.988 3 WOR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Coughlan, Robert
New York: Time Incorporated, 1962
960 COU t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Manson-Bahr, P.E.C.
London : Bailliere Tindall , 1982
616.988 3 BAH m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>