Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135624 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Cherry Rondang Cattleya Ndoen
"Konstruksi perempuan ideal Indonesia mdash;yang dilekatkan dengan sosok ibu, kerap menyulitkan posisi para perempuan tanpa suami, terutama bagi para janda. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa konstruksi tersebut menyebabkan para janda mdash;terutama yang berada di akar rumput mdash;harus berhadapan dengan masalah kemiskinan. Merespons hal tersebut, dibentuk lembaga pemberdayaan bernama Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga Pekka. Capaian hasil pemberdayaan menunjukkan hasil yang berbeda-beda, ada daerah yang mampu berkembang dengan baik, namun ada pula daerah yang menunjukkan peningkatan kesejahteraan yang kurang signifikan, seperti di Kabupaten Cianjur.
Berangkat dari hal tersebut, maka penelitian ini mengkaji bagaimana lembaga Pekka berperan dalam memberdayakan perempuan kepala keluarga di akar rumput dan hambatan-hambatan seperti apa yang harus dihadapi. Karena secara khusus membahas studi kasus di Kabupaten Cianjur, maka penting untuk memahami bagaimana perempuan kepala keluarga memaknai konstruksi perempuan ideal dalam kondisi sosial budaya di Kabupaten Cianjur, bagaimana Pekka merespos pemaknaan tersebut, dan apa pengaruhnya terhadap proses kerja lembaga Pekka. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk memahami kompleksitas dan penyebab aktual kemiskinan yang dialami para perempuan kepala keluarga di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan cultural studies.
Temuan data lapangan menunjukkan bahwa lembaga Pekka memosisikan diri sebagai wali bagi para perempuan yang diberdayakan. Hal tersebut membuat lembaga Pekka berada dalam posisi problematis, karena menimbulkan hambatan bagi proses pemberdayaan yang mereka jalankan. Lebih lanjut, hasil temuan data lapangan juga menunjukkan ada hambatan yang datang dari luar lembaga Pekka, yaitu dari budaya dan pemerintah. Pemerintah yang menjalankan asas negara kesejahteraan dan penerapan budaya sunda yang berbasis ajaran Islam telah mereduksi agensi para perempuan tersebut dan membuat para perempuan kepala keluarga di Kabupaten Cianjur menjadi individu yang pasif. Kesimpulannya, kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Cianjur merupakan akibat dari perampasan kapabilitas dan pengabaian keberfungsian para perempuan dalam masyarakat.

The construction of ideal women in Indonesia mdash symbolized through the figure mother , often puts husbandless women in difficult positions, especially for janda. Previous research has shown that this construction caused janda to live in poverty, especially those who live at the grassroots. A Women Headed Household Empowerment Institution Lembaga Pekka or Pekka was formed to respond to this problem. The outcome of empowerment programs show different results, there are well developed regions, but some regions still show insignificant welfare improvement, such as in Cianjur Regency.
From those facts, the researcher will analyze Pekka lsquo s role in empowering female household heads on grassroots level and what obstacles they have to face. Because it specifically analyzes case studies in Cianjur Regency, it is important to understand how the women define the construction of ideal women in the socio cultural condition in Cianjur Regency, how Pekka responds to that, and how it impacts Women Headed Household Empowerment Institution. The purpose of this research is to understand the complexity and actual causes of poverty experienced by the female household heads in Cianjur Regency. This research applies qualitative methods with Cultural Studies approach.
The results show that Pekka has placed itself as a trustee for those empowered women. It puts Pekka in a problematic position, because the trustee position may hinder the empowerment process. Furthermore, the results also show that some obstacles come from external culture and the government. The government, with the principle of welfare state and Sundanese culture that based itself on Islamic teachings, has reduced the women 39 s agency and made female household heads in Cianjur Regency become passive individuals. In conclusion, poverty in Cianjur Regency is caused by capability deprivation and neglect functioning of women in society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T49927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ngurah Aditia Tjandra Asmara
"[ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang perempuan yang memutuskan untuk menjadi penampil di dalam musik metal underground sebagai upaya counter-culture terhadap sistem kebudayaan yang patriarkis. Penelitian ini menggunakan dimensi analisa culture as crime dalam kajian kriminologi budaya mengingat terdapat praktik-praktik di dalam kebudayaan metal yang dilihat sebagai praktik-praktik yang menyimpang karena dianggap tidak sesuai dengan moralitas yang ada di masyarakat dominan. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan kajian teori feminis radikal-libertarian dan feminis sosialis sebagai dasar dalam memaknai upaya yang dilakukan perempuan sebagai bentuk counter-culture. Sebuah band dengan personel keseluruhannya yang adalah perempuan menjadi subyek dalam penelitian ini, yakni Psychotic Angels. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi kasus feminis dan critical social science guna memaknai keputusan perempuan untuk menjadi penampil di dalam musik metal underground sebagai upaya counter-culture.
ABSTRACT
This thesis discusses about the choices that women made to be a performer in metal underground music as a way to make counter-culture to the patriarchy culture. This thesis using the culture as crime dimension analysis in cultural criminology because there are so many aspect in metal music culture that people view it as a forms of deviance that does not analogous with the dominant morality in society. This thesis also using radical-libertarian feminist and socialist feminist theory as a core to understand the way the women use to do counter-culture. The subject of this research is a full women personel band, named Psychotic Angels. This thesis using the qualitative methods with feminist case study and critical social science perspective to understand the women choices to be a metal underground music performer in order to do counter-culture.;This thesis discusses about the choices that women made to be a performer in metal underground music as a way to make counter-culture to the patriarchy culture. This thesis using the culture as crime dimension analysis in cultural criminology because there are so many aspect in metal music culture that people view it as a forms of deviance that does not analogous with the dominant morality in society. This thesis also using radical-libertarian feminist and socialist feminist theory as a core to understand the way the women use to do counter-culture. The subject of this research is a full women personel band, named Psychotic Angels. This thesis using the qualitative methods with feminist case study and critical social science perspective to understand the women choices to be a metal underground music performer in order to do counter-culture., This thesis discusses about the choices that women made to be a performer in metal underground music as a way to make counter-culture to the patriarchy culture. This thesis using the culture as crime dimension analysis in cultural criminology because there are so many aspect in metal music culture that people view it as a forms of deviance that does not analogous with the dominant morality in society. This thesis also using radical-libertarian feminist and socialist feminist theory as a core to understand the way the women use to do counter-culture. The subject of this research is a full women personel band, named Psychotic Angels. This thesis using the qualitative methods with feminist case study and critical social science perspective to understand the women choices to be a metal underground music performer in order to do counter-culture.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chatarina Wahyurini
"Proses penanaman identitas sebagai laki-laki maupun perempuan merupakan sebuah proses sejarah yang panjang yang merupakan bagian dari sosialisasi masa kanak-kanak dan berlanjut dibalik konstruksi ekonomi, sosial, politik, budaya yang membentuk wacana dan yang mempengaruhi bagaimana manusia memahami eksisitensi perempuan dan laki-laki dalam komunitasnya.
Peranan media dalam turut mempelopori keadilan gender memang sudah selayaknya. Hal ini mengingat peranan media massa sebagai alat pembentukan opini sangat efektif. Fenomena ketimpangan gender di media massa tidak hanya pada pemberitaan semata, namun mencakup pula pada proses pengambilan kebijakan perusahaan atau manajemen media. Selain itu bias gender dalam pemberitaan para telah menyebabkan tersosialisasikannya ideologi gender dalam masyarakat pembaca atau penontonnya yang tentu saja semakin memperlemah posisi perempuan ketika berhadapan dengan ego budaya patriarki yang telah dibentuk selama berabad-abad lamanya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : Mendeskripsikan berbagai peran gender yang dikonstruksikan dalam tokoh perempuan atau laki-laki dalam majalah remaja Kawanku selama periode tahun 1995 sampai dengan tahun 2003. Dan menjelaskan landasan ideologi gender apa yang digunakan sebagai konsep dasar majalah Remaja di Indonesia yang diwakili majalah Kawanku.
Kerangka Pemikiran yang melandasi adalah paradigma kritis. Asumsi yang mendasari digunakannya paradigma kritis ini disebabkan persoalan gender (feminisme) menekankan kajiannya pada adanya penindasan dan distribusi kekuasaan yang tidak seimbang di masyarakat terhadap kaum perempuan oleh kaum laki-laki. Sedangkan teori feminis yang digunakan adalah perspektif feminisme sosialis . Hal ini disebabkan perspektif ini memberikan kerangka yang komprehensif pada adanya penindasan terhadap kaum perempuan di media massa. Perspektif feminis sosialis memandang media sebagai instrumen utama dalam menyampaikan stereotip patriarkhal dan nilai-nilai hegemoni mengenai perempuan dan feminitas. Media berfungsi sebagai mekanisme kontrol social Menurut perspektif ini , media menampilkan kapitalisme dan skema patriarki . Kontrol social secara langsung menjadi tidak perlu karena ideologi dominan telah diterjemahkan menjadi `sesuatu yang wajar atau dapat diterima secara umum (common sense).' Media memenuhi kebutuhan- kebutuhan struktural dalam masyarakat kapitalis, patriarkis, dan demokratis dengan menstranmisikan nilai-nilai dominan mengenai perempuan yang telah didistorsinya.
Paradigma Penelitian yang digunakan adalah paradigma kritis yang bersifat kualitatif dengan metode analisisnya critical discourse analysis yang melakukan text analysis dan multi level analysis secara intertekstual.
Adapun analytical framework yang digunakan mengacu pada critical discourse analisisnya Norman Fairclough yang terbagi menjadi 3 dimensi yaitu Analisis Text, Analisis Discourse Practice dan Analisis Sociocultural .
Kesimpulannya Peran perempuan yang ditampilkan Kawanku adalah perempuan yang aktif di luar rumah (wilayah publik) tapi tetap `harus' bertanggung jawab terhadap urusan rumah tangga (wilayah domestik) atau peran ganda yang sebenarnya beban ganda. Sedangkan peran laki-laki yang ditampilkan Kawanku adalah laki-laki sebagai pemimpin , pencari nafkah dan lebih bertanggung jawab atau lebih mempertahankan fungsi-fungsi produktif. Tokoh laki-laki ditempatkan sebagai pencari nafkah yang harus bekerja di luar rumah, melindungi dan `mengatur' perempuan.
Kawanku ternyata terjebak pada ideologi patriarki dan kapitalisme. Dibangunnya gagasan peran gender yang masih stereotip dan sub-ordinasi perempuanke dalam benak pembaca Kawanku tidak terlepas dari konteks sosial budaya tempat majalah ini dan para pembacanya tumbuh. Konteks ini adalah lingkungan budaya patriarki yang melingkupi sistem nilai di Indonesia dan sistem kapitalis yang menjadikan perempuan sebagai komoditas. Stereotip dan subordinasi perempuan justru dipelihara dan terus dikembangkan karena diperlukan untuk menghidupkan roda ekonomi yang bersifat bisnis tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madeline Evadne Nikijuluw
"Perempuan seringkali harus menghadapi pilihan untuk menjadi seorang ibu rumah tangga atau wanita karir, hal ini terjadi karena adanya pemahamaan tentang peran gender yang masih melekat di masyarakat Indonesia melalui budaya yang dipegang teguh. Padahal seorang ibu seharusnya bisa melakukan kedua hal tersebut tanpa harus memilih untuk menjadi salah satu. Mulai banyak para ibu rumah tangga yang mencari jalan keluar dari keadaan tersebut hingga akhirnya berhasil membangun perusahaan dari identitas mereka sebagai ibu rumah tangga dan menciptakan sistem kerja yang ramah bagi ibu rumah tangga melalui flexible working. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mencakup observasi partisipan serta wawancara mendalam dengan adanya keterlibatan dari founder perusahaan hingga anggota-anggota di dalam perusahaan Mothers on Mission. Pencarian data juga didasari dengan sudut pandang antropologi bisnis dan gender dengan melihat bagaimana perusahaan tersebut bisa berkembang pesat dan menjadi jalan keluar bagi para perempuan, secara khusus ibu rumah tangga hingga akhirnya bisa meruntuhkan stereotipe gender dalam perusahaan yang melekat di masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, telah diketahui bahwa identitas sosial sebagai ibu rumah tangga menjadi strategi bisnis yang berhasil karena telath mengikat suatu kelompok masyarakat dengan identitas yang sama untuk bisa membangun sistem kerja yang dibutuhkan yaitu melalui flexible working. Penelitian ini juga membuktikan bahwa stereotipe terhadap ibu yang bekerja tidak akan menghasilkan output yang optimal tidak benar karena sebenarnya selama ini mereka bisa tetap bekerja optimal terutama apabila kebijakan dan sistem perusahaan memadai bagi para ibu.

Women often have to face the choice to become housewives or career women, this happens because there is an understanding of gender roles that is still inherent in Indonesian society through a deeply held culture. A mother should be able to do both of these things without having to choose to be one. Many housewives started to seek a way out of this situation until they finally succeeded in building a company from their identity as housewives and creating a friendly work system for housewives through flexible working. This study used a qualitative method which included participant observation and in-depth interviews with the involvement of the founder of the company to members of the Mothers on Mission company. The search for data is also based on the perspective of business and gender anthropology by looking at how the company can grow rapidly and become a way out for women, especially housewives, so that it can finally break down gender stereotypes in companies that are inherent in society. Based on the research results, it is known that social identity as a housewife is a successful business strategy because it has tied together a group of people with the same identity to be able to build the required work system and support namely through flexible working. This research also proves that the stereotype of working mothers will not produce optimal output is incorrect because so far they can still work optimally, especially if the company's policies and systems are adequate for mothers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashari Rahmadi
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai Performativitas Gender yang terdapat pada manga JoJo no Kimyou na Bouken : Steel Ball Run. Teori Performativitas Gender digunakan untuk menjelaskan bentuk-bentuk performa yang terjadi pada gender karakterkarakter yang ada pada manga ini. Hasil dari artikel ini akan menjelaskan bentuk Performativitas Gender yang terjadi pada beberapa karakter Manga JoJo no Kimyou na Bouken : Steel Ball Run.

ABSTRACT
This study discusses the Gender Performativity found in the JoJo no Kimyou na Bouken manga : Steel Ball Run. The Gender Performativity Theory is used to explain the forms of performance that occur in the characters of the gender in this manga. The results of this article will explain the form of Gender Performativity that occurs in some of JoJo no Kimyou na Bouken s Manga characters: Steel Ball Run."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Septia Winduwati
"Penelitian ini membahas mengenai nilai-nilai kesetaraan jender dan karakter perempuan yang dikonstruksikan dalam anime. Anime biasanya memuat nilai-nilai yang ada dalam realitas sosial dan budaya Jepang saat anime tersebut ditayangkan, namun anime Sailor Moon justru memuat konstruksi perempuan yang tidak sesuai dengan realitas sosial dan budaya Jepang yang berbudaya patriarki. Maka dari itu, tujuan penelitian dengan menggunakan tiga level analisis CDA Fairclough ini adalah untuk melihat bagaimana nilai-nilai kesetaraan jender dikonstruksikan dalam anime ini serta bagaimana infiorman menanggapi hal tersebut. Dari keseluruhan hasil analisis atas tiga level CDA Fairclough bahwa hasil analisis teks ketika bersinergi dengan hasil analisis sosiocultural practise justru menunjukkan walaupun dalam anime Sailor Moon perempuan digambarkan tangguh dan kuat sebagaimana laki-laki, namun dalam budaya Jepang perempuan tetap berada di bawah dominasi laki-laki terutama di wilayah domestik. Hal ini mengindikasikan bahwa realitas yang dikonstruksikan dalam media tidak selalu sesuai dengan realitas sosial yang ada sesungguhnya.

This study discusses about the values of gender equality and female character that is constructed in the anime. The anime usually contains values that exist in Japanese social culture. However, The Sailor Moon anime contains the construction of women which is different from women portrayal in the cultural and social reality of the Japanese patriarchy culture. The purpose of this study is to examine critically how these gender equality values are constructed in the anime. Therefore, the three levels of Fairclugh?s CDA analysis was used to see how the audiences interpret those values. The synergy of the text analysis and the sociocultural practise analysis result on the three levels of Fairclough's CDA analysis shows the women in the Sailor Moon anime was portrayed as tough and strong women just like the men. It is contrary to the reality in Japanese culture where the women still lives under the male domination especially in the domestic field. The result found the reality constructed by the media is not always the same with the actual social reality."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mahendra Adhikara Putra
"ABSTRAK
Bahasa tidak hanya satu tetapi bahasa beragam-ragam. Salah satunya adalah ragam bahasa berdasarkan gender. Penelitian ini bermaksud untuk mencari tahu bagaimana bentuk bahasa yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan ketika melihat gambar laki-laki dan perempuan sebagai acuan. Penelitian ini menggunakan foto dan komentar pada Instagram sebagai sumber data. Dari foto-foto tersebut dilihat ragam bahasa laki-laki dan perempuan pada kolom komentar yang ada. Temuan dalam penelitian ini ada yang sesuai dengan teori, yakni laki-laki memakai kata-kata bernada seks dan kasar serta perempuan memakai bahasa yang lebih halus, sedangkan temuan yang tidak sesuai, yakni perempuan memakai kata-kata kasar untuk menghina serta laki-laki memakai pengulangan kata sehingga tidak langsung pada intinya.

ABSTRACT
Language has many varieties. One of the language variety is gender. This research aims to find out how the form of language used by men and women when looking at pictures of men and women as a reference. This research used photos and comment in instagram as data source. From the photos, we can see how men and women giving comment. The result of the study that matches with the theory is, men use words that refer to sex and rude and women use more polite forms. However there is another result, namely women also use harsh words to insult and men use repetitive word so they are not straight to the point."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Mudzakkir
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2022
305.42 AMI f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Crawford, Mary (Mary E.)
Boston: McGraw-Hill, 2000
305.42 CRA w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Chanter, Tina
London: Continuum, 2006
305.420 1 CHA g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>