Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153609 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Hidayati Febriana Sari
"Plutonium dan Americium merupakan produk fisi dari aktivitas fasilitas nuklir. Operasional fasilitas nuklir kemungkinan melepas radioisotop tersebut ke lingkungan. Dalam lingkungan perairan laut Pu dan Am terspesiasi menjadi beberapa bentuk senyawaan kimia. Perna viridis mampu mengakumulasi kedua radioisotop tersebut yang dipengaruhi oleh bentuk spesiasinya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bioindikator kontaminan Pu dan Am menggunakan Perna viridis. Percobaan dilakukan mulai dari pengambilan biota, bioakumulasi dan depurasi. Parameter biokinetika yang diteliti meliputi faktor konsentrasi (CF), konstanta laju pengambilan (ku), konstanta laju pelepasan (ke), faktor biokonsentrasi (BCF), dan waktu paruh biologis (tb1/2). Pada studi ini dilakukan pengamatan organ sasaran bioakumulasi Pu dan Am pada Perna viridis. Spesiasi 242Pu (Pu3+ dan Pu4+) dan 243Am (Am3+ dan Am4+) menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan Perna viridis mengakumulasi Pu dan Am. Pada percobaan diperoleh salah satunya parameter biokinetika dengan nilai CF Pu3+ pada insang, pencernaan dan sisa organ berturut-turut sebesar 7,0 mL.g-1; 8,8 mL.g-1 dan 8,0 mL.g-1. Nilai CF Pu4+ pada insang, pencernaan dan sisa organ berturut-turut sebesar 8,8 mL.g-1; 10,4 mL.g-1 dan 9,8 mL.g-1. Nilai CF Am3+ pada insang, pencernaan dan sisa organ berturut-turut sebesar 18 mL.g-1; 22,5 mL.g-1 dan 19 mL.g-1. Nilai CF Am4+ pada insang, pencernaan dan sisa organ berturut-turut sebesar 16,5 mL.g-1; 20 mL.g-1 dan 17 mL.g-1. Isotop Pu4+ dan Am3+ terakumulasi lebih tinggi dan tertahan lebih lama di kompartemen tubuh P. viridis daripada Pu3+ dan Am4+. Isotop Pu4+ dan Am3+ terdistribusi paling tinggi di kompartemen tubuh bagian pencernaan daripada di bagian insang. Berdasarkan eksperimen diasumsikan bahwa Perna viridis dapat dijadikan sebagai bioindikator.

Plutonium and Americium are fission products from the activities of nuclear facilities. The operation of nuclear facilities is likely to release the radioisotope into the environment. In the marine environment Pu and Am form speciation into several forms of chemical compounds. Perna viridis can accumulate the two radioisotopes which are affected by the shape of the speciation. One of the parameters that influence the accumulation ability is Pu and Am speciation.This study aims to obtain Pu and Am contaminant bioindicators using Perna viridis. Experiments were carried out starting from taking biota, bioaccumulation, and depuration. Biokinetics parameters, such as concentration factors (CF), uptake rate constants (ku), elimination rate constants (ke), bioconcentration factors (BCF), and biological half-life (tb1/2), were investigated. In this study, observation of Pu and Am bioaccumulation target organs in Perna viridis. Speciation of 242Pu (Pu3+ dan Pu4+) dan 243Am (Am3+ dan Am4+) affected the ability of Perna viridis to accumulates plutonium and americium. In this study Pu observed the target organ of Pu and Am bioaccumulation at Perna viridis. In the experiment, one of them was biokinetics parameters with CF value of Pu3+ on the gills, digestive glands and organ remains are 7.0 mL.g-1, 8.8 mL.g-1 and 8.0 mL. g-1 respectively. CF value of Pu4+ on the gills, digestive glands and organ remains are 8.8 mL.g-1, 10.4 mL.g-1 and 9.8 mL.g-1 respectively. CF value of Am3+on the gills, digestive glands and organ remains 18 mL.g-1, 22.5 mL.g-1 and 19 mL.g-1 respectively. CF value of Am4+ on the gills, digestive glands and organ remains are 16.5 mL.g-1, 20 mL.g-1 and 17 mL.g-1 respectively. Isotopes of Pu4+ and Am3+ accumulate higher and hold longer in the body compartment of P. viridis than Pu3+ and Am4+. Isotopes of Pu4+ and Am3+ are highest distributed in the body compartment of the digestive glands rather than in the gills. Based on the experiment it is assumed that Perna viridis can be used as a bioindicator."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49864
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Fritania
"Studi bioakumulasi logam berat Zn dilakukan selama 7 hari pada kerang hijau yang berasal dari Muara Kamal. Selanjutnya dilakukan proses bioakumulasi melalui jalur air laut dan proses depurasi. Pada proses bioakumulasi dilakukan variasi salinitas dan konsentrasi Zn. Sedangkan, pada proses depurasi terdapat 2 metode yaitu metode laju alir air berulang dan perendaman asam sitrat. Proses bioakumulasi didapatkan salinitas optimum pada pada salinitas 29 dan konsentrasi Zn optimum pada konsentrasi 0,15 ppm dengan nilai Concentration Factor berturut-turut sebesar 38,07 mL/g dan 10,99 mL/g. Nilai konstanta laju pengambilan (ku) optimum pada variasi salinitas sebesar 4,3139 mL/g.hari dan pada variasi konsentrasi Zn sebesar 2,0489 mL/g.hari. Sedangkan, nilai konstanta laju pelepasan (ke) dari proses depurasi dengan metode pengaliran alir air berulang pada variasi salinitas adalah 6,3854 mL/g.hari dan variasi konsentrasi Zn adalah 7,4992 mL/g.hari.
Proses depurasi dengan metode perendaman asam sitrat pada kerang hijau yang berasal dari Muara Kamal dilakukan dengan variasi konsentrasi asam sitrat 0,025 %, 0,05 %, 0,075 % dan 0,1 % selama 30 menit, 60 menit, 120 menit dan 180 menit. Aktivitas 65Zn yang terdapat pada tubuh kerang hijau di analisis menggunakan alat instrumentasi Spektrometer Gamma. Ditentukan juga kadar protein pada kerang hijau sesudah proses depurasi dengan metode Kjeldahl. Metode ini diharapkan dapat mengurangi kadar logam berat Zn pada kerang hijau sehingga aman untuk dikonsumsi (keamanan pangan) dan dapat dipergunakan dalam skala rumah tangga dan restoran.

Bioaccumulation study of Zn heavy metal is carried out for 7 days on green mussels originated from Muara Kamal, then the bioaccumulation process is done through seawater pathway and depuration process. The bioaccumulation process is done throughout variations in salinity and Zn concentration. Meanwhile, the depuration process is done with 2 method which are circulating water flow and submersion of citric acid. The bioaccumulation process obtained optimal salinity at salinity 29 and optimal Zn concentration at a concentration of 0,15 ppm with Concentration Factor values 38,07 mL/g and 10,99 mL/g. The optimal value of the retrieval constant (ku) for the salinity variation is 4,3139 mL/g.days and for the Zn concentration variation is 2,0489 mL/g.days, where the release constant (ke) depuration process with the circulating water flow method for salinity variation is 6,3854 mL/g.days and variation in Zn concentration is 7,4992 mL/g.day.
Depuration process with submersion method using citric acid on green mussels originated from Muara Kamal is done with citric acid concentration variations of 0,025 %, 0,05 %, 0,075 % and 0,1 % for 30 minutes, 60 minutes, 120 minutes and 180 minutes. The 65Zn activity in the body of green mussels ares analyzed using Gamma Spectrometer instrumentation. Protein levels are also determined in the green mussels after the depuration process using the Kjeldahl method. This method is expected to reduce zinc levels in green mussels in order for green mussels to be safe for consumption (food safety) and can be used on a household and restaurant scale.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Samosir, Octavin Exaudina author
"Studi bioakumulasi ion logam berat kadmium dilakukan selama sepuluh hari pada kerang hijau yang berasal dari Pulau Laki dan didapatkan kadar logam berat kadmium yang terakumulasi di tubuh kerang hijau sebesar 4,03 mg/kg.hari. Selanjutnya dilakukan proses depurasi dengan metode pengaliran air berulang selama tiga hari dan didapatkan kadar ion kadmium sebesar 1,91 mg/kg. Sebagai pemodelan, didapatkan nilai konstanta pengambilan ku sebesar 0,48 mg/kg.hari dan nilai konstanta pelepasan ke dari proses depurasi adalah 0,18 mg/kg.hari. Dari nilai tersebut, hasil perhitungan nilai BCF adalah sebesar 2,67 mg/kg.hari dan nilai BAF sebesar 41,27 mg/kg.hari.
Sebagai tambahan, dilakukan juga proses depurasi dengan pengaliran air berulang dan perendaman menggunakan asam asetat dan asam sitrat pada kerang hijau yang berasal dari Muara Kamal dengan variasi konsentrasi 0,375, 0,75, dan 1,125 selama 150 menit. Kadar ion logam kadmium yang terdapat pada tubuh kerang hijau di analisis menggunakan alat instrumentasi AAS Spektroskopi Serapan Atom. Ditentukan juga kadar protein pada kerang hijau sebelum dan sesudah proses depurasi dengan metode Kjeldahl. Metode ini diharapkan dapat mengurangi kadar logam berat kadmium pada kerang hijau sehingga aman untuk dikonsumsi keamanan pangan dan dapat dipergunakan dalam skala rumah tangga dan restoran.

Bioaccumulation study of heavy metal cadmium ion was carried out for ten days on the green mussels which obtained from Laki Island, Kepulauan Seribu and the heavy metal content of cadmium accumulated in green mussel body obtained of 4,03 mg kg.day. Furthermore, the process of depuration method using water flow recirculating was analyzed for three days and the levels of cadmium ions contained of 1,91 mg kg. As the modeling, the uptake value ku obtained of 0,48 mg kg.day and the depuration value ke obtained of 0,18 mg kg.day. From that value, the BCF value equal to 2,67 mg kg.day and BAF value equal to 41,27 mg kg.day.
In addition, there was also a depuration process with water flow recirculating and depuration using acetic acid and citric acid in green mussels derived from Muara Kamal with concentration variations of 0,375, 0,75, and 1,125 for 150 min. Also, the levels of protein in the green mussel determined by Kjeldahl method. This method is expected to reduce the heavy metal content of cadmium in green mussels food safety so it is safe for consumption and can be used in household and restaurant scale.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska Winda Asrini
"Telah dilakukan penelitian bioakumulasi plutonium dan americium oleh Babylonia spirata dari Teluk Jakarta menggunakan perunut 242Pu dan 243Am. Eksperimen akuaria menggunakan dua jenis tingkat oksidasi. dan. dengan tiga kali pengulangan. Percobaan dilakukan melalui. tahapan, yaitu akumulasi dan depurasi. Bioavailabilitas 242Pu Pu3 dan Pu4 dan 243Am Am3 dan Am4 di air laut pada Babylonia spirata telah dipelajari. Parameter biokinetika yang diteliti meliputi faktor konsentrasi CF, konstanta laju pengambilan ku, konstanta laju pelepasan ke, faktor biokonsentrasi BCF, dan waktu paruh biologis tb1/2. Spesiasi 242Pu Pu3 dan Pu4 dan 243Am Am3 dan Am4 menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan B. spirata mengakumulasi Pu dan Am. Bentuk Pu4 dan Am3 terakumulasi lebih tinggi dan tertahan lebih lama di kompartemen tubuh B. spirata. Radionuklida 242Pu dan 243Am terdistribusi paling tinggi pada cangkang dan sisa organ, dan terdistribusi paling rendah pada insang dan ginjal B. spirata.

The research of bioaccumulation Plutonium and Americium of Babylonia spirata from Jakarta Bay using 242Pu and 243Am radiotracers has been conducted. The aquaria experiments were applied by two oxidation states of Pu and Am speciation with three replications. The experiment was carried out by. steps, such as uptake and depuration. The bioavailability of 242Pu and 243Am in the III and IV oxidation states through sea water pathway has been studied for Babylonia spirata. Biokinetics parameters, such as concentration factors CFss, uptake rate constants ku, elimination rate constants ke, bioconcentration factors BCF, and biological half life tb1 2, were investigated. Speciation of 242Pu Pu3 dan Pu4 dan 243Am Am3 dan Am4 affected the ability of B. spirata to accumulates plutonium and americium. The research shows that Pu4 and Am3 are potentially accumulated in greater value than Pu3 and Am4 by B. spirata, in which Pu and Am are more rapidly distributed and retained longer in shells and remainders, and shorter in gills and kidneys.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T50334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska Winda Asrini
"Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah merencanakan pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE). Dalam pengoperasiannya akan terjadi pelepasan radionuklida ke lingkungan, salah satunya adalah 137Cs. Untuk itu diperlukan bioindikator untuk mengidentifikasi adanya pencemaran 137Cs. Kinetika proses bioakumulasi 137Cs melalui jalur air laut pada kerang hijau (Perna viridis) dan udang mantis (Harpiosquilla raphidea) dari Teluk Jakarta telah diteliti dengan mengamati pengaruh variasi bobot biota. Eksperimen akuaria dilakukan terhadap empat kelompok ukuran dengan dua kali pengulangan. Percobaan dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu akumulasi/pengambilan, depurasi/pelepasan serta pemodelannya.
Hasil penelitian menunjukkan kenaikan bobot biota menurunkan laju pengambilan dan laju pelepasan 137Cs oleh Perna viridis dan Harpiosquilla raphidea. Nilai faktor biokonsentrasi (BCF) Perna viridis dengan bobot 2,89 g; 6,13 g; 10,27 g; dan 12,26 g berturut-turut adalah sebesar 4,29 mL g-1; 3,35 mL g-1; 3,20 mL g-1; dan 2,86 mL g-1, sedangkan nilai faktor biokonsentrasi (BCF) Harpiosquilla raphidea dengan bobot 38,27 g; 40,19 g; 50,89 g; dan 61,22 g berturut-turut adalah sebesar 10,39 mL g-1; 10,32 mL g-1; 10,20 mL g-1; dan 9,88 mL g-1. Dibandingkan dengan Perna viridis, Harpiosquilla raphidea lebih cocok digunakan sebagai bioindikator pencemaran 137Cs berdasarkan akumulasi pada keseluruhan tubuh.

National Nuclear Energy Agency (BATAN) has already decided to build an experimental nuclear reactor. In the operational process, this reactor will release some radionuclides to the environment and one of them is 137Cs. Due to this phenomenon, researchers need some bioindicators to determine the contamination of 137Cs. The kinetics of 137Cs bioaccumulation through seawater pathway on green mussel (Perna viridis) and mantis shrimp (Harpiosquilla raphidea) have been investigated by observing the effects of varying body sizes. An aquaria experiment is applied to four body size groups with two replications. The experiment was carried out by 3 steps such as: uptake, depuration, and modelling.
The results showed that the uptake and elimination rates decreased along with the increasing body size. The values of bioconcentration factor (BCF) on Perna viridis 2,89 g; 6,13 g; 10,27 g; and 12,26 g were found to be 4,29 mL g-1; 3,35 mL g-1; 3,20 mL g-1; and 2,86 mL g-1, while on Harpiosquilla raphidea 38,27 g; 40,19 g; 50,89 g; and 61,22 g were found to be 10,39 mL g-1; 10,32 mL g-1; 10,20 mL g- 1; and 9,88 mL g-1, respectively. Compared to Perna viridis, Harpiosquilla raphidea can be considered as a convenient bioindicator on the basis of the whole body accumulation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Meisya
"Dalam penelitian ini dilakukan suatu simulasi pencemaran logam berat timbal Pb melalui jalur pakan. Sehingga didapatkan pemodelan bioakumulasi ion Pb pada Perna viridis yang diperoleh dari Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Perna viridis dalam mendapatkan makanannya dengan cara menyaring zooplankton, fitoplankton, detritus, diatom dan bahan organik dari perairan. Cara mendapatkan makanan yang demikian memungkinkan logam berat yang terlarut didalamnya ikut masuk kedalam tubuh Perna viridis. Oleh karena itu, untuk mengurangi kadar ion logam Pb yang terkandung di dalam Perna viridis dibutuhkan metode depurasi.
Metode depurasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengaliran air berulang. Setelah itu, dilihat pengaruh metode depurasi pengaliran air terhadap kandungan pada protein Perna viridis.
Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai ku yang didapat dari perlakuan paparan ion logam Pb selama 10 hari adalah 3,70 mg/Kg.hari-1. Nilai ke untuk perlakuan depurasi dengan metode pengaliran air berulang adalah 0,14 mg/Kg.hari-1. Nilai BCF pada jalur pakan adalah 26,43 mg/Kg.hari-1. Nilai BAF yang diperoleh adalah 214,29 mg/Kg.hari-1. Dilakukan pula pengukuran kadar logam Pb pada Perna viridis yang berasal dari Muara Kamal, Jakarta Utara dengan metode depurasi pengaliran air berulang dan perendaman asam asetat dan asam sitrat dengan berbagai konsentrasi dan waktu. Hal ini dilakukan sebagai informasi tambahan dalam upaya pemenuhan kondisi food safety, yang dapat diaplikasikan pada skala rumah tangga maupun restoran.

This research was conducted on heavy metal contamination of lead Pb through food pathway. The bioaccumulation model of Pb ion was analyzed in Perna viridis which obtained from Laki Island, Kepulauan Seribu, North Jakarta. Perna viridis in getting food by filtering zooplankton, phytoplankton, detritus, diatoms and organic matter from water environment. Based on that way, heavy metals may dissolve in Perna viridis. Therefore, to reduce the level of Pb metal ion contained in the Perna viridis needs depuration method.
The method of depuration carried out in this research is the method of water flow recirculating. After that, seen the influence of depuration method of water flow recirculating depuration on protein content.
Based on the analysis results uptake value ku obtained from metal ion Pb exposure during 10 days is 3.70 mg Kg.day 1. The value to for depuration ke treatment with a water flow recirculating method is 0.14 mg Kg.day 1. The value of BCF in food pathway is 26,43 mg Kg.day 1. BAF values obtained were 214.29 mg Kg.day 1. Similarly, the measurement of Pb metal content in Perna viridis derived from Muara Kamal, North Jakarta with the method of depuration of water flow recirculating and depuration using acetic acid and citric acid with various concentrations and time. As additional information of fulfilling food safety conditions, which can be applied at a household and restaurant scale.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasqia Putri Soniansi
"Pada penelitian ini dilakukan simulasi pencemaran logam berat Seng (Zn) pada kerang hijau (Perna viridis). Proses bioakumulasi kerang hijau melalui jalur pakan dengan perunut radioaktif 65Zn. Pakan yang digunakan dengan diberikan kontaminasi logam seng yakni Botryococcus braunii. Proses Bioakumulasi dilakukan pada variasi suhu air laut 30, 31, dan 32°C. Setiap hari seluruh hewan percobaan dianalisis menggunakan spektrometer gamma untuk memperoleh data pengambilan kontaminan dari aktivitas 65Zn. Untuk mengurangi kandungan logam yang terdapat pada biota uji dilakukan metode depurasi.
Metode depurasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengaliran air berulang dan perendaman asam. Pada metode perendaman asam digunakan asam asetat dengan variasi waktu selama 30 menit, 60 menit, 120 menit dan 180 menit serta variasi konsentrasi 0.025 %, 0,050%, 0,075%, dan 0,100 %. Setelah selesai, kemudian dilihat pengaruh metode depurasi terhadap kandungan pada protein Perna viridis dengan metode kjehdahl.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai ku yang didapat dari nilai faktor konsentrasi paparan ion logam Zn selama 7 hari yakni 0,17 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 30oC, 0,18 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 31oC dan 0,27 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 32°C. Sementara nilai ke untuk perlakuan depurasi dengan metode pengaliran air berulang didapatkan 0,10 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 30°C, 0,09 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 31°C, dan 0,07 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 32°C. Selanjutnya pada penelitian ini didapatkan nilai BAF sebesar 21,13 Bq/gram.hari untuk variasi suhu 30°C, 26,67 Bq/gram.hari untuk suhu 31°C, dan 61,67 Bq/gram.hari untuk suhu 32°C.

In this study a simulation of heavy metal zinc (Zn) ion contamination in green mussel (Perna viridis) was carried out. Bioaccumulation process of green mussel through food pathway using 65Zn radioactive tracer. Botryococcus braunii was used to be food of heavy metal zinc contamination. The bioaccumulation process is carried out at variations in sea water temperature 30, 31 and 32°C. Every day all green mussels were analyzed using a gamma spectrometer to obtain contaminant retrieval data from 65Zn activities. To reduce the metal content found in the test biota, needs depuration method.
The depuration method used in this study is a method of repetitive water flow recirculating depuration and using acid. The acid method uses acetic acid with a variation of time is 30 minutes, 60 minutes, 120 minutes and 180 minutes and variations in concentration of acetic acid 0.025%, 0.050%, 0.075%, and 0.100%. After that, the effect of the depuration method on green mussels was analyzed by kjehdahl method.
Based on the results, uptake value (ku) obtained from metal ion Zn exposure during 7 days is 0.17 Bq /gram.day for 30oC sea water temperature variation, 0.18 Bq/gram.day for 31oC sea water temperature variation, 27 Bq/gram.days for 32°C sea water temperature variations. While the depuration value (ke) treatment with water flow method is obtained 0.10 Bq/gram.days for variations in sea water temperature of 30oC, 0.09 Bq/gram.days for variations in sea water temperature of 31°C, and 0.07 Bq/gram.days for 32°C sea water temperature variations. Furthermore, in this study the BAF value was 21.13 Bq/gram.days for temperature variations of 30°C, 26.67 Bq/gram.days for 31°C, and 61.67 Bq/gram.days for 32°C.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradilla Maulina
"Operasional Reaktor Serba Guna (RSG) 30 MW di kawasan Puspitek, Serpong yang memungkinkan terjadinya pelepasan radionuklida yang akan mengkontaminasi sistem perairan, salah saatunya adalah Cesium-137. Biota laut mampu mengakumulasi zat radioaktif sehingga konsentrasinya pada tubuh biota menjadi berlipat dibandingkan konsentrasi zat radioaktif di lingkungan. Kontaminasi dapat terjadi melalui jalur internal (ingesti) maupun jalur eksternal (radiasi lingkungan). Didukung oleh hal tersebut maka dilakukan studi bioakumulasi 137Cs oleh ikan kerong-kerong (Therapon jarbua) dari perairan Teluk Jakarta melalui jalur air laut.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari mekanisme bioakumulasi 137Cs dengan faktor pengaruh salinitas dan suhu air pada T. jarbua dengan menggunakan metode biokinetika kompartemen tunggal melalui tiga tahap percobaan yaitu, aklimatisasi, kontaminasi dan depurasi serta dilakukan pengukuran aktivitas 137Cs dengan spektrometer gamma HPGE. Hasil penelitian menunjukkan Nilai faktor biokonsentrasi (BCF) pada salinitas 26?; 29?; 32?; dan 35? berturut-turut adalah 2.22; 2.14; 1.56; dan 6.17 mL g-1, sedangkan nilai BCF pada suhu 28˚C; 31 ˚C;34 ˚C; dan 37 ˚C berturut-turut adalah sebesar 2.78; 3.25; 3.79; dan 3.51 mL g-1.

The 30MW-Serba Guna Reactors (RSG) in puspitek ,Serpong may allow the release of the radionuclides that would contaminate the water system, one of them, is Caesium-137. Marine organisms are capable of accumulating the radioactive substances, resulting a higher concentration of it inside their body in contrast to the environment. Contamination can occur through internal pathways (ingestion) or external pathway (radiation in the environment). Supported by these statement, the 137Cs bioaccumulation study was performed by observing Target Fish (Therapon jarbua) from the Jakarta Bay.
This research is intended to study the bioaccumulation's mechanism of 137Cs with the influence of salinity and water temperature on T. jarbua using a single-compartment biokinetic model by doing three experimental processes, namely acclimatization, contamination, and depuration. The activity of 137Cs was measured by High-purity Germanium (HPGE) gamma spectrometer. The results shows the values of bioconcentration factor (BCF) on T. jarbua at 26 ?; 29 ?; 32 ?; and 35 ? salinity, which are 2.22; 2.14; 1.56; and 6.17 mL g-1, respectively. On the other hand, the BCF values at 28°C; 31 °C; 34 ° C; and 37 ° C temperature are 2.78; 3.25; 3.79; and 3.51 mL g-1, respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Alifiana Aziz
"Kerang hijau Perna viridis merupakan makan laut favorit, yang memiliki kandungan protein yang baik dan harga yang ekonomis. Kekhawatiran mengkonsumsi kerang hijau karena habitat kerang hijau telah tercemar logam berat akibat aktivitas industri. Dilakukan studi bioakumulasi logam berat untuk mengetahui proses akumulasi logam berat pada biota dengan menggunakan dosis tertentu. Digunakan logam berat kadmium untuk paparan pada biota Kerang Hijau sebanyak setengah LC50 yaitu 0.1 ppm. Dilakukan proses depurasi untuk mengurangi kadar logam kadmium pada kerang hijau.
Digunakan metode depurasi pengaliran air selama tujuh hari, perendaman asam asetat dan asam sitrat dengan variasi konsentrasi 0.75 , 1.5 , dan 2.25 dalam variasi waktu 24, 48, 72, 96, 120 menit. Kadar kadmium pada kerang hijau dilakukan pengukuran menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom. Didapatkan penurunan konsentrasi terendah pada depurasi pengaliran air 3,05 mg.Kg-1, depurasi perendaman asam asetat 1,7 mg.Kg-1, perendaman asam sitrat 0,65 mg.Kg-1.

Green mussel Perna viridis is a favorite seafood, which has good protein content and economical price. Concerns consume green mussel due to the habitat of green mussels have been polluted heavy metals due to industrial activity. Bioaccumulation heavy metal study was conducted to determine the process of heavy metal accumulation in biota by using a certain dosage. Used heavy metals cadmium for exposure to biota as much as half LC50 is 0.1 ppm.
Perform depuration process to reduce the levels of cadmium metal in green mussel. A seven day drainage depuration method was used, immersing acetic acid and citric acid with variations of concentration 0.75 , 1.5 , and 2.25 in 24, 48, 72, 96, 120 minute variations. Levels of cadmium in green mussel were measured using Atomic Absorption Spectrophotometry. The lowest concentration decrease in depuration of water drainage was 3.05 mg.Kg 1, deposition of immersion of acetic acid 1,7 mg.Kg 1, soaking of citric acid 0,65 mg.Kg 1.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>