Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100738 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Linia Tuddiana
"ABSTRAK
Kesenjangan Pembiayaan Program Gizi Pada Dinas KesehatanKabupaten Bekasi Tahun 2016-2017Penanganan masalah gizi sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumberdayamanusia. Salah satu input untuk dapat mencapai target Standar Pelayanan Minimal SPM program gizi adalah kecukupan pendanaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikesenjangan kebutuhan pembiayaan yang membandingkan antara kebutuhan berdasarkanperhitungan biaya SPM dengan realisasi belanja program gizi di tahun 2016 dan 2017.Penelitian ini juga sekaligus mendapat gambaran proses perencanaan, penganggaran dankesenjangan anggaran yang ada. Penelitian kualitatif ini menggunakan rancangan potonglintang. Hasil penelitian menunjukkan adanya kenaikan realisasi anggaran program giziyang cukup tinggi di Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, dari Rp 3.931.449.461 di tahun2016 menjadi Rp. 9.146.251.165 di tahun 2017. Pemanfaatan realisasi anggaran tersebutpaling banyak digunakan untuk kegiatan preventif berupa pemberian makanan tambahanuntuk ibu hamil Kekurangan Energi Kronis KEK dan balita kurus yaitu sebesar 66,55 pada tahun 2016 dan sebesar 59,35 di tahun 2017. Hasil penelitian ini mengungkapbahwa total realisasi belanja lebih besar daripada total kebutuhan biaya berdasarkan SPM.Besarnya kebutuhan biaya SPM program gizi tahun 2016 dari 4 jenis pelayanan dasardalam SPM adalah sebesar Rp 1.779.095.450 pada tahun 2016 dan Rp. 2.347.821.493tahun 2017. Terdapat kelebihan sebesar Rp. 2.152.354.011 pada tahun 2016 dan Rp.6.798.429.672 pada tahun 2017. Berdasarkan hasil wawancara mendalam diketahuibahwa dalam proses perencanaan sudah dilakukan analisa masalah, penetapan tujuan dandilakukan identifikasi kegiatan. Proses penganggaran yang dilakukan sudah berbasiskinerja karena telah membuat anggaran berdasarkan skala prioritas dan telah menetapkanindikator kinerja.Kata Kunci: Kesenjangan biaya, Program Gizi, Perencanaan Penganggaran.

ABSTRACT
Budgeting Gap on Nutrition Program at Bekasi MunicipalHealth Office in 2016 2017Increasing nutrition and overcoming the issues surrounding it is essential in increasingthe quality of human resources in Indonesia. One of the important input aspects to achieveminimum standard services SPM is sufficient budget allocation. This study aims touncover the discrepancy between budget realization and budget estimations of minimumstandard services SPM for the nutrition program in 2016 and 2017 as well as tounderstand the planning and budgeting process. This was a qualitative study with a crosssectional design, utilizing resources of financial data and program implementation.Results of the study revealed that budget realization of nutrition program at BekasiMunicipal Health Office in 2016 and 2017 were Rp 3,931,449,461 and Rp. 9,146,251,165respectively. The majority of the budget was directed to preventive programs where in2016 comprised of 66.55 and in 2017 was 59.35 of the total nutrition budget. Totalspending realized was higher than the yearly total budget estimations based on minimumstandard services SPM . There was excess in budget in 2016 of Rp. 2,152,354,011 andRp. 6,798,429,672 in 2017. In depth interviews revealed the planning process alreadyincludes extensive problem analysis, objective determination and activities identification.The budgeting process is already based on work performance due to it priority scalebudgets and established. Bekasi Municipal Health Office should continue to pursue itscommitment in improving health budget planning and budget efficiency.Key words Budget Gap, Nutrition Program,Health Planning and Budgeting"
2018
T49835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Reski Andriani
"Pembiayaan kesehatan khususnya pembiayaan program dalam era otonomi sangat tergantung pada komitmen daerah dan prioritas program daerah, terntama pembiayaan yang bersumber dari pemerintah. Sistem pembiayaan program di daerah perlu dikembangkan agar isu pokok dalam pembiayaan kesehatan khususnya program daerah, yaltu mobilisasi, alokasi, efektifitas, efisiensi, dan keberlanjutan pembiayaan dapat terselenggara dengan baik sehingga menjamin pemerataan, mutu, dan kesinambungan pelaksanaan program serta pembangunan kesehatan daerah. Tersedianya data pembiayaan kesehatan khususnya pembiayaan prograra menjadi sangat penting dan diperlukan untuk penentuan kebijakan dan strategi pembiayaan program kesehatan di daerah.
Sampai saat ini belum pernah dilakukan analisis pembiayaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat bersumber pada Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar alokasi biaya program selama 3 tahun berturut turut yaotu tahun 2003, 2004, dan 2005, secara total maupun per kapita, sumber pembiayaan, realisasinya, bagaimana peruntukan dilihat dari fungsi pelayanan kesehatan, dan diketahuinya perkiraan kebutuhan pembiayaan program berdasarkan kewenangan wajib Standar Pelayanan Minimal (SPM), serta resource gap dalam pembiayaan program.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Indramayu pada seksi Gizi dan sub dinas lain di lingkungan Dinas Kesehatan sebagai financing agents pembiayaan kesehatan bersumber dari Pemerintah. Studi ini menggunakan pendekatan District Health Account (DHA).

Health financing especially program financing in autonomy era is depend on local commitment and local program priority, especially government financing. Program financing system in local needs developed as main issue in health financing especially district program, which are mobilization allocation, effectiveness, efficiency and financing continuity could conducted well so that guarantee equality, quality and program conduction continuity and district health development. Health financing data availability especially program financing JS very important that needed for policy purpose and program financing strategy in districts.
Until now never conducted an financing analysis of Public Nutrition Remedial Program with government basis in Indramayu District, because of that this research conducted to recognize how much program finance allocation for 3 consecutive years that are 2003, 2004 and 2005. Looked as totally per capital, financing resources, realization, allotment referred from health service function, and program financing needs estimation based on essential authorization of Minimal Service Standard (SPM) and resource group in program financing.
This research conducted in Indramayu District on Nutrition Section and other sub-agencies in Health Office environment as financing agents of health financing with government basis. This Study use District Health Account (DHA) method.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Hardianto
"Program kesehatan pokok untuk mencapai Indonesia Sehat 2010 diantaranya pengembangan manajemen pembangunan yang bertujuan meningkatkan fungsi perencanaan kesehatan. Perencanaan adalah hal yang penting pada era desentralisasi, karena itu daerah dituntut mempunyai kemampuan menyusun program kesehatan secara akurat dan sesuai kebutuhan daerah, termasuk penyusunan program perbaikan gizi dan kesehatan keluarga yang menjadi program unggulan Departemen Kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang mekanisme sistem perencanaan program perbaikan gizi dan kesehatan keluarga di Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat tahun 2001.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan telaahan dokumen data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan mekanisme sistem bottom up planning telah dilaksanakan di Kabupaten Bekasi dengan melibatkan puskesmas, Dinkes dan Kessos, Bappeda dan DPRD. Kegiatan program yang sebelumnya dibiayai APBN maka pada tahun 2001 pembiayaannya diusulkan dari anggaran block grant (DAU) dan pada masa transisi penyusunan program di daerah tetap mengacu pada program kesehatan di Depkes pusat.
Kedudukan unit perencanaan di bawah bagian tata usaha dan tingkat eselon yang tidak setara dengan Subdin teknis program dapat menghambat pelaksanaan sistem perencanaan di Dinkes dan Kessos. Perubahan struktur organisasi baru belum banyak berpengaruh terhadap kinerja perencanaan program. Secara kuantitas tenaga perencana yang ada sudah cukup memadai, namun secara kualitas masih perlu ditingkatkan lagi.Tidak tersedia dana khusus di unit perencanaan untuk penyusunan program kesehatan. Target program disusun tidak berdasarkan pagu anggaran tapi sesuai dengan kebutuhan program. Sarana komputasi dan telekomunikasi masih belum memadai, sedangkan sarana transportasi sudah mencukupi. Secara kuantitas data yang ada sudah cukup baik sedangkan secara kualitas data kurang valid.
Komponen proses berkaitan dengan langkah-langkah perencanaan telah dilaksanakan untuk penyusunan program perbaikan gizi dan kesehatan keluarga dengan memperhatikan juga usulan tahun lalu. Kontribusi dari pusat kepada daerah berupa bimbingan teknis dan memberikan arahan berkaitan dengan pembiayaan program. Pelaksanaan koordinasi lintas program sudah cukup baik, namun dalam koordinasi lintas sektor perlu memberikan pemahaman lebih dalam kepada Bappeda tentang program kesehatan. Petunjuk perencanaan yang digunakan berasal dari Bappeda (sumber dana DAU dan APBD II) dan pedoman satuan biaya yang digunakan berasal dari Pemda. Jadwal kegiatan penyusunan program perbaikan gizi dan kesehatan keluarga telah dibuat dan pelaksanaannya relatif tepat waktu.
Komponen keluaran berkaitan dengan kualitas dokumen perencanaan secara umum cukup baik, namun jenis kegiatannya tidak beda dengan program tahun lalu. Pembiayaan program perbaikan gizi tahun 2001 meningkat 26,8% dan kesehatan keluarga meningkat dananya 3,1% jika dibandingkan tahun 2000.
Saran untuk jangka pendek dapat dibuat tim perencana di kabupaten, peningkatan kualitas tenaga perencana, penyediaan dana khusus perencanaan. peningkatan sarana komputasi, peningkatan kualitas data dan advocacy terutama dengan Rappeda/Pemda.

Planning System of Nutrition Improvement and Family Health Program Analysis in Bekasi District, West Java, 2001The among main health programs for achieving "Healthy Indonesia 2010" is expansion of development program which has to increase planning function as a purpose. Planning is the most important part in decentralization era. Therefore local government is pursuit for having ability to arrange health programs accurately and conform to local necessity including the arrangement of nutrition improvement and family health program that is the prime program in Health Department.
The aim of this research is having a description of planning system mechanism about nutrition improvement and family health program in Bekasi District, West Java, 2001.
The method of research is a qualitative approach and data collection is using broaden interview, observation, and analyse secondary data document.
Result of this research shows that bottom-up planning system mechanism have already implemented in Bekasi District which is involving Public Health Service, Local Health and Social Welfare Office, Provincial Level Development Planning Agency, and Provincial Level People's Representative Council. The previous activity program was cost by National Budget (APBN) and in year 2001. the budgeting is proposed from block grant budget (DAU) and in transition era, the program in region will still pointed in health program at Central Health Department.
The position of planning unit is under Administration Department and echelon level which not equal with technical program Sub-service can impede planning system implementation in Local Health and Social Welfare Office. The change of new organization structure influence a little for planning program activity. Amount of planner is enough in quantity but for quality still have to improve. There is no special budget in planning unit to arrange health program_ The target of program composed by program necessity not budget ceiling. Computer and means of telecommunication are not sufficient while means of transportation are sufficient. The presence data in quantity is quite enough but invalid as quality.
Process component that related with planning of nutrition improvement and family health program arrangement have been done by take note of proposal last year. The central gives contribution to local health with technical guidance and direction on program budgeting. Implementation of cross-program coordination is good while cross-sector coordination in Provincial Level Development Planning Agency needs comprehension about health program. Planning instruction based on Provincial Level Development Planning Agency (budget source from DAU and APBD Ill and financial unit guidelines comes from Local Government. The schedule of nutrition improvement and family health program arrangement has been made and implemented punctuality.
Output component that related with quality of planning document generally is good whereas the activity grogram is not different from last year. The expenses of nutrition improvement year 2001 are increased 26,8 % and family health program increases 3,1% compared with last year.
Suggested for a short term can make the planner team in district, the increasing a quality planner power, to prepare a specialist planning fund , the increasing a computacy facilities, the increasing a quantity data and the most important to approarch with the Provincial Level Development Planning Agency or Local Goverment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2682
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Teni Safira
"Edukasi dan konseling gizi telah terbukti banyak menyelesaikan masalah seputar gizi. Metode telehealth yang mulai dikembangkan untuk pelayanan kesehatan juga menyasar bidang gizi (teledietetics). Di Indonesia sendiri saat ini belum banyak penelitian mengenai telehealth di bidang kesehatan, termasuk di bidang gizi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian pendampingan gizi mencakup pemberian edukasi dan konseling gizi terhadap pengetahuan gizi dan perilaku makan subjek. Penelitian ini menggunakan desain studi kuasi-eksperimental pre-test – post-test. Sejumlah 39 pekerja kantor yang terbagi menjadi 21 subjek kelompok perlakuan dan 18 subjek kelompok kontrol menjadi subjek pada penelitian ini dan diberikan metode pendampingan gizi yang berbeda: metode telehealth (perlakuan) dan metode face-to-face (kontrol). Subjek diminta untuk mengisi kuesioner yang berisikan 11 pertanyaan seputar materi intervensi serta melakukan recall asupan 1x24 jam setiap satu kali dalam seminggu. Perbedaan rata-rata antara kedua kelompok dianalisis menggunakan uji independent t-test. Metode telehealth dianggap menjadi metode yang lebih baik untuk meningkakan pengetahuan gizi dibandingkan metode fae-to-face (p<0,05). Selain itu, rata-rata selisih jawaban benar lebih juga lebih tinggi pada metode telehealth (3,00 ± 1,61) dibandingkan dengan metode face-fo-face (1,55 ± 1,34).

Nutrition education and counselling have proven to overcome nutritional problems. Telehealth which starting to thrive in Indonesia’s health service also targeting nutrition field (teledietetics). There is still lack of research about telehealth in Indonesia. Hence, this present study aimed to evaluate the effect of nutrition assistance including nutritional education and counselling on nutrition knowledge and dietary intake. This research is using a pre-test – post-test quas-experiment design. There are 39 academic staffs who participate and becoming the subjects of this study. The subjects then divided into two groups, telehealth group and face-to-face group. The subjects will asked to answer 11 questions about nutrition knowledge and do the 1x24 hour food recall once a week on weekday. The results shows that on increasing nutrition knowledge, telehealth group has better result (P<0,05). On comprehension assessment, telehealth group (3,00 ± 1,61) also showed higher deviation between before and after intervention rather than faceto- face group (1,55 ± 1,34)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tahira Fulazzaky
"Kompetensi merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesiapan guru PAUD dalam aspek kompetensi gizi dan kesehatan menurut survei daring yang diadakan oleh SEAMEO RECFON dengan melihat gambaran hasil kompetensi berdasarkan karakteristik peserta dan menilai kualitas pengukuran kompetensi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, sampel yang digunakan total sampling sebanyak 78.711 guru PAUD. Analisis meliputi analisis butir soal (tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda soal, distribusi jawaban dan rasch model) dan analisis deskriptif terhadap karakteristik responden. Hasil penelitian terhadap butir soal didapatkan 3 item soal yang dinyatakan tidak layak, 8 item soal yang diterima dengan perbaikan, dan ke 29 soal item lainnya sudah cukup baik untuk mengukur kemampuan peserta. Pengukuran menggunakan rasch model, didapatkan keseluruha soal ujian sudah fit secara statistik dan sudah memiliki variasi tingkat kesukaran item yang baik. Hasil analisis Reliabilitas Kuder Ridchardson (KR21) sebesar 0,742 menunjukkan reliabilitas soal dapat diterima.Secara keselurahan kompetensi gizi dan kesehatan guru PAUD belum baik dengan tingkat kelulusan sebesar 33,6%, standar kelulusan menggunakan nilai cut off point 70%. Semakin tinggi tingkat pendidikan persentase kelulusan semakin baik, namun tidak berlaku untuk tingkat pendidikan Doktor hal ini dikarenakan adanya kemungkinan memegang peran manajemen PAUD. Semakin lama pengalaman mengajar persentase kelulusan kompetensinya semakin baik. Domisili terbanyak yang menjadi peserta ujian tinggal di wilayah Indonesia Barat. Peserta dengan riwayat pelatihan (DIKLAT dasar dan pelatihan gizi-kesehatan) persentase kelulusannya lebih baik dibanding kelulusan peserta yang tidak ikut pelatihan. Peserta yang terlibat menjadi kader posyandu persentase kelulusan kompetensinya lebih baik dibanding persentase kelulusan guru yang bukan kader posyandu.

Competence is a basic ability that must be possessed by someone to achieve success in work.This study aims to assess the readiness of ECE teachers in nutritional and health competency aspects according to an online survey conducted by SEAMEO RECFON by looking at the picture of competency results based on participant characteristics and assessing the quality of competency measurement. This research is a study quantitative descriptive, the sample used is a total sampling of 78,711 ECE teachers. The analysis includes item analysis (item difficulty level, item discrimination, distribution answers, Rasch model) and descriptive analysis of the respondent's characteristics. The results of the research on the items obtained 3 items that were declared not feasible, 8 items were received with improvement, and the other 29 item items were good enough to measure the ability of participants. Measurement using the Rasch model, obtained all exam questions are statistically fit and already have a good variation in the level of difficulty items. The results of the Kuder Ridchardson Reliability Analysis (KR21) of 0.742 indicate the reliability of the questions is acceptable. Overall, the nutrition and health competence of PAUD teachers is not good with a graduation rate of 33,6%, the passing grade uses a 70% cut off point value. The higher the level of education the better percentage of graduation, but it does not apply to Doctoral education leves because of the possibility of holding PAUD management roles. The longer teaching experience the better percentage of graduation. Most domiciles who become test takers live in Western Indonesia. Participants with a history of training (basic training and nutrition-health training) the percentage of graduation is better than graduation of participants who did not participate in the training. Participants who were involved in becoming Posyandu cadre graduation rate were better than the graduation percentage of teachers who were not Posyandu cadres."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Rabbaniyah
"Pada tahun 2015 terdapat 71 kasus gizi buruk yang terjadi di Kota Bogor. Pada tahun 2016 menurun menjadi 65 kasus gizi buruk dan terdapat 522 kasus balita dibawah garis merah (BGM). Pada tahun 2017 kasus gizi buruk di Kota Bogor 63 kasus, tetapi pada kasus balita dibawah garis merah menurun menjadi 370 kasus. Anggaran kesehatan Kota Bogor mengalami penurunan dari tahun 2015-2017. Anggaran kesehatan Kota Bogor terus menurun dari tahun 2015 hingga tahun 2017.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pembiayaan program perbaikan gizi bersumber publik di Kota Bogor pada tahun 2015-2017.
Pada penelitian ini dilakukan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode crossectional yaitu dengan cara membandingkan besaran pembiayaan kesehatan program perbaikan gizi di Kota Bogor pada tahun 2015-2017 dengan pendekatan District Health Account (DHA).
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa biaya untuk program perbaikan gizi di Kota Bogor meningkat setiap tahunnya, sumber pembiayaan paling besar berasal dari APBD Kota Bogor. Berdasarkan analisis seluruh dimensi biaya program perbaikan gizi di Kota Bogor paling besar digunakan untuk kegiatan pemberian PMT.

In 2016 decreased to 65 cases of malnutrition and there were 522 cases of children under five under the red line (BGM). In 2017 cases of malnutrition in Bogor City 63 cases, but in ix cases of children under five under the red line decreased to 370 cases. Bogor City's health budget has decreased from 2015-2017. Bogor City health budget continues to decline from 2015 to 2017.
The purpose of this study is to analyze the financing of publicly sourced nutrition improvement programs in Bogor City in 2015-2017.
In this study a quantitative descriptive approach was conducted using a cross-sectional method by comparing the amount of health financing for nutrition improvement programs in Bogor City in 2015-2017 with the District Health Account (DHA) approach.
The results of this study found that the cost for nutrition improvement programs in Bogor City increased every year, the largest source of funding came from the Bogor City Budget. Based on the analysis of all dimensions of the cost of nutrition improvement programs in the city of Bogor, the largest is used for PMT giving activities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54959
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pollack, Robert L.
Philadelphia: Lea & Febiger , 1985
617.601 POL n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Holden, Chris
London: Bailliere Tindall , 2000
613.2 HOL n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tifanne Winesa
"Presentase gizi kurang pada balita mencapai 13.8% dari total penduduk di Indonesia (Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Kesehatan, 2018). Beberapa faktor resiko terjadinya gizi kurang pada balita khsusunya di wilayah perkotaan adalah kondisi sosial ekonomi, penyakit infeksi, faktor lingkungan, tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan orangtua. Salah satu upaya mengatasi gizi kurang adalah dengan peningkatan jumlah asupan nutrisi anak dengan gizi seimbang. Peningkatan asupan nutrisi harus memperhatikan jenis makanan, porsi makanan dan jadwal pemberian makan. Hasil penelitian menunjukan 60% orangtua balita dengan gizi kurang belum mengetahui porsi makan yang sesuai dengan gizi seimbang untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas intervensi keperawatan pengaturan porsi makan sesuai gizi seimbang untuk meningkatkan berat badan balita dengan gizi kurang. Hasil analisis penelitian yang dilakukan selama 1 bulan menunjukan terdapat peningakatan berat badan sebanyak 0,1 Kg dalam satu minggu. Hasil penelitian ini merekomendasikan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai intervensi keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita.

Percentage of malnutrition in children under five reached 13.8% of the total population in Indonesia (Ministry of Health of Indonesia Center for Health Data and Information, 2018). Some risk factors for malnutrition in toddlers especially in urban areas are socio-economic conditions, infectious diseases, environment, level of knowledge and a level of parent education. One of solution to overcome malnutrition is to increase the amount of nutritional intake for children with balanced nutrition. Increased nutritional intake underlined the food types, food portions and feeding schedules. The results showed 60% of parents of children under five with less nutrition did not know the recommended food portion with balanced nutrition to support children's growth and development. This study aims to determine the effectiveness of nursing interventions to regulate food portions according to balanced nutrition to increase the weight of toddlers with under nutrition. The results of research conducted for 1 month showed that there was an increase in body weight by 0.1 kg in one week. The results of this study recommend the need for further research regarding other nursing interventions that can be done to overcome the problem of malnutrition in infants."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Rifky Fail Hassan
"Mie instan merupakan produk olahan makanan kemasan yang sangat populer di Indonesia. Menurut Susenas, Indonesia menjadi negara dengan konsumsi mie instan terbesar kedua di dunia. Namun, konsumsi mie instan secara berlebihan memiliki efek meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti hipertensi dan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi konsumsi mie instan serta mengetahui perbedaan tingkat konsumsi mie instan berdasarkan karakteristik individu, penggunaan label pangan, pengaruh klaim produk, kepentingan konsumen terhadap produk, ketersediaan mie instan di rumah, perilaku merokok dan pengaruh keluarga pada mahasiswa Universitas Indonesia tahun 2022. Data dikumpulkan melalui kuesioner secara daring kepada mahasiswa UI dengan yaitu 253 mahasiswa aktif semester 4 dan 6. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dan menggunakan analisis statistik univariat serta bivariat (Chi-Square). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 69,2% mahasiswa UI mengonsumsi mie instan kategori tinggi (≥1x/minggu) dalam satu bulan terakhir. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara pengaruh keluarga dengan konsumsi mie instan. Peneliti menyarankan agar mahasiswa dapat lebih sadar pentingnya membatasi konsumsi mie instan untuk makan sehari-hari serta mengajak teman untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat. Pada orang tua agar memberikan contoh pola makan yang sehat sehingga menjadi pengaruh baik kepada anaknya. Universitas Indonesia dapat memberikan edukasi kebutuhan gizi dan makanan sehat kepada mahasiswa.

Instant noodles are packaged food products that are very popular in Indonesia. According to Susenas, Indonesia is the country with the second largest consumption of instant noodles in the world. However, excessive consumption of instant noodles has the effect of increasing the risk of non-communicable diseases such as hypertension and obesity. This study aims to determine the prevalence of instant noodle consumption and to determine differences in the level of instant noodle consumption based on individual characteristics, use of food labels, the effect of product claims, consumer interests in the product, the availability of instant noodles at home, smoking behavior and the influence of families on University of Indonesia students in 2022. Data were collected through online questionnaires to 253 Universitas Indonesia active students in semesters 4 and 6. The design of this study was cross-sectional and used univariate and bivariate (Chi-Square) statistical analysis. The results showed that 69.2% of UI students consumed high category instant noodles (≥1x/week) in the past month. The results of the bivariate analysis showed that there was a significant difference in the proportion between the family influence and the consumption of instant noodles. Researchers suggest that students can be more aware of the importance of limiting the consumption of instant noodles for daily meals and influence friends to eat healthier foods. Parents should provide examples of healthy eating patterns so that they become a good influence for their children. Universitas Indonesia can provide education on nutritional needs and healthy food to students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>