Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152452 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggun Rizki Nurhani
"Latar Belakang. Industri sulam tapis merupakan industri informal khas Provinsi Lampung dengan proses kerjanya dilakukan secara tradisional yang membutuhkan ketelitian tinggi dan waktu lama 1-3 bulan . Proses menyulam dilakukan dengan posisi duduk tanpa sandaran punggung, sandaran lengan dan leher menunduk. Proses tersebut dilakukan dalam waktu lama sekitar 4-6 jam per hari sehingga mengakibatkan keluhan ketidaknyamanan pada bahu. Penelitian ini merancang kursi meja sulam kain tapis dengan pendekatan ergonomi agar tercapai postur kerja yang ideal, sehingga dapat mengurangi ketidaknyamanan bahu pada pekerja perempuan sulam tapis di Bandar Lampung.Metode. Desain eksperimen one group pre-post test dengan intervensi kursi meja sulam tapis selama 2 dua hari dalam 6 jam kerja/hari. Metode pengambilan data dengan cluster sampling n=22 di 2 industri tapis Bandar Lampung pada bulan Mei-Juni 2018.Hasil. Rerata skor VAS ketidaknyamanan bahu sebelum intervensi sebesar 5.48 0.64, sedangkan skor VAS selama 2 hari intervensi adalah 0.77 0.21. Penurunan skor VAS pra dan post intervensi sebesar 4,71 0,73 p< 0,001 .Kesimpulan. Terdapat penurunan rerata skala VAS ketidaknyamanan bahu yang bermakna antara pra dan post intervensi kursi meja sulam tapis selama 2 hari.
Background Tapis weaving is an informal sector industrial Lampung Province with a traditional method which need a high accuracy in a work process. It is need 1 ndash 3 months for made every sheet of tapis weaving. Weaving process doing by sitting without arm and back rest and bowing position. The duration for working is about 4 6 hours per day which caused a shoulder discomfort symptom. This study was to designed chair ndash table for tapis weaving by the ergonomic approach, aiming to reduce shoulder discomfort among female tapis weaving workers at Bandar Lampung.Methods One group pre post test examination design, intervention using chair table tapis weaving for 2 days in 6 hours day. Cluster sampling method data n 22 from 2 industrial sectors of tapis weaving in May ndash June 2018.Results Pre intervention mean of Visual Analog Scale VAS score for shoulder discomfort is 5.48 0.64, and mean post intervention is 0.77 0.21. Means of VAS score decreased 4,71 0,73 p"
Lengkap +
2018
T55529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Trijayanthi Utama
"Latar Belakang. Proses pembuatan kain tapis membutuhkan waktu lama dan ketelitian tinggi. Pekerja bekerja dengan menggunakan peralatan sulam tenun tradisional yang tidak memperhatikan aspek ergonomi. Proses menyulam dilakukan dengan posisi duduk bersila di lantai mengakibatkan timbulnya ketidaknyamanan tungkai dan berdampak pada produktivitas sulam. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kursi meja kerja yang ergonomis dan melihat pengaruhnya terhadap penurunan skala ketidaknyamanan tungkai dan peningkatan produktivitas sesudah intervensi pada pekerja kain tapis.Metode Penelitian. Desain yang digunakan adalah eksperimental one group pre-post intervensi dengan pembuatan media intervensi berupa kursi meja yang ergonomis. Sampel diambil menggunakan metode cluster sampling perusahaan tapis. Pada penelitian dilakukan pengumpulan data skala VAS ketidaknyamanan dan panjang sulam setiap akhir kerja. Analisis data dilakukan dengan program statistik SPSS Statistics 20.0.Hasil Penelitian. Telah didapatkan kursi meja kerja yang ergonomis bagi pekerja sulam tapis. Median skala VAS ketidaknyaman tungkai sebelum intervensi sebesar 7,0 4,5-8,5 . Median skala VAS ketidaknyamanan tungkai sesudah intervensi sebesar 1,0 0,5-1,5 . Median selisih skala VAS ketidaknyamanan sebelum dan sesudah intervensi sebesar 6,0 3,0-7,5 p

Background. The process of making a tapis takes a long time with high accuracy. Workers work using traditional embroidering equipment that does not pay attention to the ergonomics aspect. The embroidering process is done by sitting cross legged on the floor resulting in legs discomfort and impact on the work productivity. This study aims to get an ergonomic working desk chair for embroidering tapis cloth and see its effect on decrease the lower limb discomfort visual analogue scale VAS score and increase the productivity of tapis cloth workers after the interventionMethod. The study design was an experimental one group pre post intervention with the creation of intervention media in the form of ergonomic desk chair. Samples were taken using cluster sampling on tapis companies in Bandar Lampung City. The lower limb discomfort VAS score and length of tapis cloth at the end of work before and after the intervention were compared. Data analysis was performed by SPSS Statistics 20.0 statistics program.Results. An ergonomic working desked chair for embroidering tapis cloth is available. The median interquartile range of lower limb discomfort VAS score before the intervention was 7.0 4.5 8.5 . The median of lower limb discomfort VAS score after the intervention was 1.0 0.5 1.5 . The median of lower limb discomfort VAS score difference before and after the intervention was 6.0 3.0 7.5 p"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T55547
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Muhammad Adi Pranaya
"ABSTRAK
Latar Belakang : Lebih dari sepertiga pekerja pembuatan batubata mengalami keluhan nyeri pada bahu. Perlu di identifikasi penyebab atau faktor yang berhubungan dengan terjadinya nyeri bahu, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan di tempat kerja dengan harapan terjadi peningkatan derajat kesehatan pekerja pembuatan batu bata.Metode : Penelitian menggunakan desain potong lintang dengan pemilihan sampel secara total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan cara kerja. Variabel yang diteliti adalah umur, indeks massa tubuh, masa kerja, lama kerja, aktivitas olahraga, kebiasaan merokok, pekerjaan rumah tangga, posisi kerja lengan atas, lama posisi lengan atas sewaktu istirahat, posisi duduk ketika bekerja. Dilakukan pengukuran nyeri dan disabilitas juga menggunakan instrumen shoulder pain and disablity index SPADI Hasil : Jumlah responden adalah 92 orang lelaki. Didapatkan prevalensi nyeri bahu 57,6 dengan skor pain index 40 tahun ROs 30,62 IK95 7,16-131,01 , tidak aktivitas olahraga ROs 8,97 IK95 1,30-61,76 Faktor pekerjaan yang berhubungan; lama kerja > 8 jam ROs 5,71 IK95 1,56-20,80 , masa kerja > 5 tahun ROs 5,00 IK95 1,30-19,13 , serta posisi duduk bungkuk ROs 5,13 IK95 1,20 ndash;21,95 . Kesimpulan dan saran : Prevalensi nyeri bahu pada pekerja pembuatan batubata adalah 57,6 . Faktor yang berhubungan adalah; umur > 40 tahun, tidak aktivitas olahraga, lama kerja > 8 Jam, masa kerja > 5 tahun, posisi duduk bungkuk. Saran agar desain tempat kerja agar sesuai dengan posisi bekerja dan dianjurkan untuk berisitirahat yang cukup bagi pekerja seteleh bekerja 8 jam sehari. Kata Kunci : Nyeri bahu, pekerja informal, pembuat batu bata, aktivitas olahraga, lama kerja, masa kerja, posisi duduk.

ABSTRACT
Analysis of shoulder pain and associated risk factors among male brick making workers Study in Cibarusah sub district, Bekasi district Background More than one third of brick making workers suffer from shoulder pain. It is necessary to identify causes or related factors to shoulder pain among them, so that prevention measures in the workplace can be implemented so that it can improve the health status of brick making workers. Method The study used cross sectional design with total sampling. Data collection was done by interviewing and observing the workers. The variables studied were age, body mass index, work period, duration of work, sport activity, smoking habit, housework, upper arm position, upper arm position during rest, sitting position at work. Pain index and disability index was measured using shoulder pain and disablity index SPADI instrument. Result The number of respondents were 92 people consisting of all men. The prevalence of shoulder pain was 57,6 . Pain index score 40 years AOR 30,62 95 CI 7,16 131,01 , no sport activity AOR 8.97 95 CI 1.30 61,76 . Related work factors duration of work 8 hours AOR 5.71 95 CI 1.56 20.80 , working period 5 years AOR 5.00 95 CI 1.30 19.13 , and AOR hunched position 5.13 95 CI 1,20 21,95 . Conclusion and suggestion The prevalence of shoulder pain in brick making workers was 57.6 . Related factors are age 40 years, no sports activity, duration of work 8 hours, work period 5 years, hunched position. Suggestions for the design of the workplace to fit the working position and it is advisable to have adequate rest for workers after work 8 hours a day. Key words Shoulder pain, informal workers, brick makers, sports activities, work period, duration of work, sitting position at work. "
Lengkap +
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harumiti Ramli
"Pekerja bagian produksi di perusahaan elektronik bekerja dengan sistim ban berjalan sehingga banyak melakukan gerakan berulang lengan alas dalam menyelesaikan tugasnya. Gerakan berulang bila dilakukan secara terus menerus dan dengan frelcuensi yang tinggi dapat menyebabkan timbulnya Work Related Musculoskeletal (WMSD), salah satunya adalah Sindroma Nyeri Bahu (SNB). Oieh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui prevalensi serta faktor-faktor apa yang berhubungan dengan timbulnya SNB.
Metoda penelitian :
Desain. penelitian adalah k:ros seksional/potong lintang, dengan membandingkan prevalensi di bagian produksi dan quality control pada departemen produksi. Populasi adalah pekerja wanita. Didapatkan sampel sebesar 106 orang dari bagian produksi dan 48 orang dari bagian quality control. Pengumpulan data dilakukan antara bulan Maret sampai Juni 2005. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner, observasi dan pemeriksaan fisik,termasuk tes neurologi. Data suhu lingkungan kerja didapatkan dari data sekunder.
Basil penelitian :
Didapatkan prevalensi SNB sebesar 29,2 % untuk seluruh departemen produksi, dengan prevalensi di bagian produksi 36,8 % dan quality control 12,5 %. Faktor yang berhubungan dengan SNB adalah jenis pekerjaan, kebiasaan olah raga, riwayat pekerjaan, status reproduksi, jenis gerakan lengan was > 45 ° dan jumlah gerakan berulang. Faktor jumlah gerakan berulang kategori tinggi (>1.200 gerakan/jam) merupakan faktor yang paling berperan dengan SNB (OR suaian =3,749 ; 95 % CI
1,45-9,70)
Kesimpulan dan saran :
Prevalensi SNB di perusahaan ini sebesar 29,2 %. Gerakan berulang kategori tinggi berhubungan bermakna dengan SNB, sehingga perlu dilakukan rotasi kerja antara kedua bagian pekerja tersebut.

Workers in the production department of electronic factory have to work on conveyor line system which requires repetitive movement of upper arm with high frequencies for doing the job. Continuous repetitive movement will cause work related musculoskeletal disorder, one of them is Shoulder Pain Syndrome. This study was conducted to identify the association between Shoulder Pain Syndrome and other related factors.
Methodology :
The design of this study was cross sectional with comparison of two sites production department were production section and quality control section. The selected respondent were 106 workers from production section and 48 workers from quality control section. Data collection was conducted from Mach to June 2005. The data collection method used were guided interviews, observation and physical examination, including neurology test. Room temperature was obtained from secondary data.
Results
The prevalence of Shoulder Pain Syndrome was 29,2 % in the production department, 36,8 % in production section and 12,5 % from quality control section. Several risk factor were related to Shoulder Pain Syndrome such as job description, sport activity, reproduction status, upper arm > 45 degree and frequency of repetitive movement. The determinant variable showed significant relationship with Shoulder Pain Syndrome is the frequency of repetitive movement (OR =3,749 ; 95 % CI =1,45-9,70)
Conclusion and Recommendation :
Prevalence of Shoulder Pain Syndrome was found high among female electronic workers. It was concluded that high repetitive movement had a significant relationship with Shoulder Pain Syndrome, so that job rotation between these two sections is needed.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, James Eden
"Latar belakang : Seiring dengan dominasi penggunaan komputer di tempat kerja, dampak terhadap kesehatan pekerja termasuk nyeri bahu pun meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara nyeri bahu dengan posisi janggal dan faktor-faktor risiko yang berhubungan pada pengguna komputer.
Metode : Penelitian ini menggunakan disain cross sectional , dilakukan di perusahaan X pada bulan Mei-Juli 2010. Responden dipilih dengan mctode consecufive sampling Faktor-faktor yang diteliti ialah sosiodemogmfi, gaya hidup dan pekeljaan. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner, pemeriksaan iisik, wawancara dan pengukuran tempat kerja. Analisis multivariate dengan metode regresi logistik digunakan untuk mcncntukan variabel-variabel predictor dengan interval kepercayaan 95% dan batas kemaknaan 0,05.
Hasil : Terpilih 78 responde dari 402 populasi .Prevalensi nyeri bahu 47,4% dengan posisi janggal paling sering dijumpai ialah ante fleksi 2 60°. Faktor-falctor risiko signitikan adalah posisi janggal (OR=l3,58; 95%CI:2,25-82,18), perempuan (0R:4,54; 95%CI:l,l0-l8,73), kcbiasaan berolah raga (OR=2,65;95%CI:0,72-9,83), lama mcnggunakan komputer >8 jam (OR:7,46; 95%CI:l,77~3l,35), pelatihan crgonomi (0R:3,43; 95%CI:O,93-l2,60).

Background: In alignment with dominant use of computers at the workplace, the toward worker health impact as well shoulder pain is increasing. This study aims to determine the relationship between shoulder pain with awkward position of the upper arm and others related risk factors.
Methods: This cross sectional study was conducted at company X during May to July 2010. Respondents were selected by consecutive sampling method. Risk factors included in this study were sociodetnographic, lifestyle and work environment. Data were collected by using questionnaires, conducting physical examinations, interview and workplace measurements. Multivariate analysis with logistic regression method has been used to identify detemtinant factors with 95% confidence interval and significance linrit of 0.05.
Results: There are 78 respondents of 402 total population. Prevalence of shoulder pain 47.4% with the most frequent awkward position is forward flexion 260°. Signijicant risk factors were awkward position (OR=13,58; 95%CI:2,25-82,l8), fema1e(OR:4,54; 95%CI:l,l0-l8,73), physical exercise (OR=2,65;95%CI:0,72-9,83), using computer 28 hrs per day (OR:7,46; 95%CI:1,77-3l,35), ergonomic training (0R:3,43; 95%CI:0,93-l2,60).
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32301
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Martina Wiwie
"Hubungan antara disabilitas dengan kondisi psikik pasien nyeri punggung ba~ah kronik perlu diperhatikan pada dalam melakukan penatalaksanaan / program rehabilitasi, oleh permasalahan nyeri kronik erat kaitannya dengan hal - hal emosional. Pendekatan yang bersifat biopsikososial mengikutsertakan berbagai disiplin sangat bermanfaat mengatasi disabilitas.
Penelitian ini bertujuan melihat sejauh mana korelasi kondisi psikik dengan derajat disabilitas, khususnya keadaan ansietas dan depresi pada pasien nyeri punggung bawah kronik. Disamping itu juga meninjau hubungan kondisi fisik serta intensitas nyeri terhadap disabilitas.
Penelitian dilakukan terhadap 65 orang pasien NPBK yang berobat jalan di poliklinik Unit Rehabilitasi Medik RSCM selama bulan Agustus - Oktober 1994. Instrumen yang dipergunakan adalah DAS , PPDGJ II, HDRS, HARS, VAS dan tes Schober. Analisa hubungan antara variabel variabel tersebut dilakukan dengan tehnik korelasi matriks dan regresi bertahap.
Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang bernakna secara statistik antara disabilitas dengan kondisi psikik, dan tidak ada korelasi bermakna dengan intensitas nyeri maupun kondisi fisik Diperoleh hasil korelasi yang bermakna secara statistik antara derajat depresi dengan tingkat kinerja peran sosial ( r = 0,46 ) dan dengan tingkat disabilitas perilaku keseluruhan (r = 0,43). Kondisi psikik dspresi memberikan sumbangan sebanyak 21 % varians kinerja peran sosial. Penilaian psikopatologi dengan PPDGJ II mendapatkan 58,4 % pasien NPBK mengalami gangguan yang termasuk dalam kelompok Depresi.
Keterbatasan fungsi pasien NPBK yang tampak menonjol disfungsinya adalah underactivity, slowness, marital afective, marital sexual, sexual relation, work'performance dan interest in
job."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Diyanti Yaumil Sulfa
"Tesis ini disusun dengan metode evidence-based case report (EBCR) yang merupakan metode pelaporan sebuah masalah klinis dengan pendekatan berbasis bukti. Pasien laki-laki, 39 tahun, dengan cedera medulla spinalis paraplegia kronis pengguna kursi roda manual datang dengan keluhan nyeri pada kedua bahu VAS 4. Keluhan nyeri dirasakan dalam 4 bulan terakhir dan dirasakan terutama saat transfer dan mengayuh kursi roda. Pertanyaan klinis dari kasus ini yaitu apakah pemberian latihan penguatan otot-otot ekstremitas atas dapat mengurangi nyeri bahu dan meningkatkan kemampuan fungsional individu cedera medula spinalis paraplegia pengguna kursi roda manual dan wheeling mandiri dengan nyeri bahu. Pencarian literatur dilakukan pada pusat data Cochrane, Pubmed, Scopus, Science Direct, dan Sage Journals. Dari seleksi judul dan abstrak berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dan pembacaan jurnal secara menyeluruh diperoleh tiga artikel yang sesuai dengan pertanyaan klinis. Dilakukan analisis ketiga artikel tersebut dengan menilai kualitasnya berdasarkan validitas, kepentingan dan aplikabilitasnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa latihan penguatan otot-otot bahu dengan intensitas sedang pada pasien cedera medulla spinalis paraplegia pengguna kursi roda manual selama 8 hingga 12 minggu berujung pada perbaikan bermakna nyeri bahu kronis yang dinilai dengan Visual Analog Pain Scale (VAS) dan Wheelchair User’s Shoulder Pain Index (WUSPI). Hasil analisis subgrup juga menunjukkan perbaikan bermakna kemampuan fungsional sendi bahu yang dinilai dengan Physical Examination of the Shoulder Scale (PESS), the 36-item Short Form Health Survey (SF-36), the subjective quality of life scale (SQoL), dan Patient Global Impression of Change Scale. Kesimpulan penelitian ini adalah latihan penguatan ekstremitas atas pada pasien cedera medula spinalis paraplegia yang menggunakan kursi roda manual dengan nyeri bahu memiliki manfaat positif dalam penurunan nyeri bahu dan perbaikan kemampuan fungsional sendi bahu dalam aktivitas sehari-hari.

This was an evidence-based case report (EBCR) designed to figure out the effects of upper extremities strengthening exercise towards shoulder pain experienced by spinal cord injury paraplegic patients who were manual wheelchair users. EBCR referred to a clinical case report with evidence-based approach method. A 39 year old paraplegic male patient came to the outpatient clinic with complaints of bilateral shoulder pain, VAS 4, in the past 4 months, especially felt during transfer and wheeling propulsion. This raised a clinical question whether upper extremities strengthening exercise would be able to reduce pain and improve shoulder function in paraplegic patients who were manual wheelchair users. Literature search in accordance with the clinical question was conducted on Cochrane, Pubmed, Scopus, Science Direct, and Sage Journals databases. Selection of titles and abstracts based on inclusion and exclusion criteria, multiple screening and thorough reading of the journal articles resulted in three suitable articles. Analysis was carried out on these articles by assessing their quality based on their validity, importance and applicability. The result of our analysis showed that shoulder strengthening exercises in moderate intensity performed in duration of 8 to 12 weeks demonstrated significant improvement in pain reduction assessed with Visual Analog Pain Scale (VAS), and Wheelchair User’s Shoulder Pain Index (WUSPI). Subgroup analysis showed significant improvement in shoulder function with improvement in Physical Examination of the Shoulder Scale (PESS), the 36- item Short Form Health Survey (SF-36), the subjective quality of life scale (SQoL), and Patient Global Impression of Change Scale. In summary, shoulder strengthening exercises have been demonstrated to improve shoulder pain dan function significantly in spinal cord injury paraplegic patients who used manual wheelchair for mobility on daily basis."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tita Dewi Maharani
"Umumnya pasien post operasi ORIF setelah 24 jam bedrest sehingga dapat terjadinya keterbatasan aktivitas mobilisasi dini yang dilakukan oleh perawat di ruangan dapat memperbaiki sirkulasi mengurangi komplikasi imobilisasi post operasi mempercepat pemulihan peristaltik usus mempercepat pemulihan pasien post operasi Metode penelitian ini adalah deskriftif gambaran implementasi mobilisasi dini oleh perawat pada fraktur ektermitas bawah adalah pendidikan pengalaman kerja pelatihan orthopaedi mobilisasi dini dan sumber ilmu yang didapat tentang mobilisasi dini pada pasien Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling yaitu berjumlah 31 orang perawat
Dari hasil uji statistic univariat didapatkan bahwa implementasi mobilisasi dini oleh perawat pada pasien post ORIF fraktur ekstermitas bawah dominan perawat melakukan mobilisasi dini sebanyak 16 orang 51 6 dan tidak melakukan sebanyak 15 orang 48 4 dari hasil tersebut hanya selisih 1 yang berarti tingkat melakukan mobilisasi dini masih rendah Selanjutnya dapat dilakukan penelitian serupa dengan jumlah responden dari rumah sakit lainnya.

Generally post ORIF patient should be bedrest for 24 hours It cause activity limitation Early mobilizatio ndash that is performed by nurse ndash can improve circulation reduce complication of post operative immobilization accelerate intestinal peristalsis recovery accelerate the recovery of postoperative patients This research method is descriptive Description of the implementation of early mobilization by nurse on lower extremity fracture are education work experience training of orthopedic early mobilization and source of knowledge gained about early mobilization Sampling was done by total sampling of 31 nurses
From the results of univariat estatistical tests showed that the implementation of early mobilization by nurses on lower extremity fractures post ORIF patients dominan yearly mobilization perform by 16 nurses 51 6 and did not do early mobilizaton as many as 15 nurses 48 4 of these results only difference 1 nurse which means the rate of early mobilization is low Further research can be done similar with respondents from other hospitals.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Innosensius Ibnu Ishwara
"ABSTRAK
Nama :Innosensius Ibnu IshwaraProgram Studi :Magister Kedokteran Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaJudul :Hubungan Gerakan Berulang Lengan Atas Terhadap Intensitas Nyeri Bahu Pada Pekerja Pengemasan Bagian Produksi Manufaktur Dengan Belt ConveyorLatar Belakang :Nyeri muskuloskeletal menjadi penyebab utama gangguan kerja pada usia produktif. Nyeri bahu merupakan penyebab terbanyak ketiga penyakit nyeri muskuloskeletal. Keluhan nyeri bahu kebanyakan bersifat simptomatik tanpa diagnostik secara klinis, namun menurut beberapa penelitian lain hal tersebut dapat menjadi prediktor terhadap suatu dampak terjadinya penyakit bahu di masa depan. Kriteria nyeri bahu yang dipakai oleh peneliti adalah keluhan nyeri bahu subyektif dan pengukuran nyeri dengan Visual Analogue Scale.Metode :Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Penelitian dilakukan di perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pangan di Bekasi pada bulan Desember 2016. Sampel dihitung menggunakan uji dua proporsi dengan kelompok terpapar dipilih secara total sampling dan kelompok tidak terpapar dipilih secara random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, kuesioner, pemeriksaan fisik dan rekaman video. Variabel yang diteliti adalah umur, tinggi badan, panjang lengan, kebiasaan merokok, olahraga, masa kerja, lama kerja, frekuensi gerakan berulang lengan atas, posisi sudut lengan atas terhadap bahu.Hasil :Dari total 80 orang responden, didapatkan prevalensi kejadian nyeri bahu sebanyak 38 responden 47,5 . Faktor masa kerja ge; 1 tahun OR=3,30 dengan 95 CI 1,25 ndash;8,74 , lama mini breaks < 5 menit dalam 1 jam OR=2,70 dengan 95 CI 1,07 ndash;6,81 dan gerakan berulang lengan atas dengan median 1140 180-4800 OR 1,002 dengan 95 CI 1,001 ndash;1,003 memiliki hubungan bermakna dengan kejadian nyeri bahu.Kesimpulan dan saran :Faktor risiko paling dominan terhadap kejadian nyeri bahu adalah gerakan berulang lengan atas dengan p=0,002 dan nilai OR 1,002 95 CI 1,001 ndash; 1,003 . Perlu dilakukan pengaturan terkait dengan rolling kerja dalam tim pada pekerja dengan gerakan berulang. Pekerja dianjurkan dan diajarkan mengenai gerakan relaksasi setelah bekerja.Kata kunci :Nyeri bahu, gerakan berulang

ABSTRACT
Name Innosensius Ibnu IshwaraStudy Program Postgraduate Program Occupational Medicine, Faculty of Medicine, University of IndonesiaTitle The relation of repetitive motion of upper arm with the intensity of shoulder pain among packing workers at manufacture company that using belt conveyor. Background Muscle pain is the most caused of disruption due to work relation at productive ages. Shoulder pain is the third common in muscle pain. Mostly, the shoulder pain is symptoms only without specific diagnostic. But in many researches, that symptom can be useful for shoulder pain predictor in the future. The shoulder pain criteria is subjective symptom and self pain measurement with Visual Analogue Scale.Method This study uses cross sectional design with total sampling and simple random sampling. It was conducted in manufacture company in Bekasi during December 2016. Data collection was conducted by interview with subject, questionnaire, physical examination and video recording. Variables studied are age, height, length of arm, smoking habit, sport habit, phase of work, duration of work, repetitive motion of upper arm and the maximum angle of upper arm to shouder. Result The studied recruited 80 workers, with the prevalence of shoulder pain is 38 workers 47,5 . A risk factor identified, were length time of work ge 1 years OR 3,30 , minibreaks duration "
Lengkap +
2017
T55699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Bahri Bratakusuma
"Latar Belakang: Nyeri bahu dapat disebabkan oleh posisi kerja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan posisi kerja lengan dan faktor-faktor lain terhadap nyeri bahu pada tenaga kerja Bagian Speed Frame dan Ring Spinning di Pabrik Benang PT.X Karawang.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional pada 112 responden. Kriteria nyeri bahu didasarkan atas anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan Range of Motion dan Visual Analog Scale. Variabel bebas adalah umur, jenis kelamin, status gizi, masa kerja, lama kerja, riwayat pekerjaan, kebiasaan olah raga, kebiasaan melakukan pekerjaan rumah tangga, dan posisi lengan atas sewaktu bekerja. Sedangkan variabel terikat adalah nyeri bahu. Analisis bivariat dan multivariate dilakukan dengan program STATA 10.
Hasil: Didapatkan prevalensi nyeri bahu sebanyak 30,6%. Dari analisis multivariat didapat 2 variabel yang berhubungan dengan nyeri bahu, yaitu posisi kerja lengan atas dengan sudut ≥45° OR=3,86 (95% CI 1,54-9,68) dan kebiasaan olah raga rutin OR= 4,11 (95% CI 1,42-11,92).
Kesimpulan: Posisi kerja lengan atas dengan sudut ≥45° mempunyai risiko untuk meningkatkan terjadinya nyeri bahu. Walaupun bermakna, masih perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut terhadap hubungan olah-raga dengan nyeri bahu.

Background: Shoulder pain can be caused by work position. The study aim is know the relationship between work position of upper arm and shoulder pain among workers, who worked at in Textile Factory PT.X Karawang.
Methods: A cross sectional study was conducted among 112 workers. Shoulder-pain was based on anamnesis, physical examination, examination of Visual Analog Scale and Range of Motion. Independent variables were age, gender, BMI, duration of work, time of work, story of work, routine of sport, routine of house work, and work position of upper arm. Dependent variable was shoulder pain. Bivariate and multivariate analysis was done through STATA 10.
Results: The prevalence rate of shoulder pain was found 30.36%. Based on multivariate analysis, a significant relationship was found between shoulder pain with position of upper arm ≥45° OR=3.86 (95% CI 1.54-9.68) and routine of sport OR= 4.11 (95% CI 1.42-11.92)
Conclusion: Work position of upper arm ≥45° increase risk of shoulder pain 3.86 times. Even though routine sport found increase risk of shoulder pain, this need further research.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>