Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40495 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Walewangko, Olivia Cicilia
"Latar Belakang: Diabetes Melitus tipe 1 DMT1 merupakan penyakit kronis terbanyak yang membutuhkan pindah kelola dari anak ke dewasa. Sementara itu, penyandang DMT1 yang menjalani pindah kelola menunjukkan kendali glukosa darah yang buruk dan peningkatan risiko hospitalisasi. Profil dan faktor-faktor yang memengaruhi kendali glukosa darah penyandang DMT1 usai transisi di Indonesia belum diketahui.
Tujuan: Mendapatkan profil pencapaian target HbA1c dan faktor-faktor yang memengaruhinya pada penyandang DMT1 usia transisi.
Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang yang dilakukan pada 108 subyek DMT1 berusia 16-30 tahun. Data karakteristik subyek, Pemeriksaan Gula Darah Mandiri PGDM , status depresi dan ketersediaan asuransi kesehatan didapat dari anamnesis. Kadar HbA1c diperiksa dengan metode High Performance Liquid Chromatography HPLC . Hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan HbA1c dianalisis secara bivariat dengan chi square dan multivariat dengan regresi logistik menggunakan Statistical Package for the Social Sciences SPSS versi 21.0
Hasil: Seratus delapan subyek yang direkrut dalam penelitian ini memiliki rerata usia 20,89 SB 4,87 tahun dan rerata HbA1c 9,02 SB 2,13 . Sebanyak 58,35 subjek melakukan PGDM le;60 kali/bulan, 88 subjek telah memiliki asuransi kesehatan dan 70,4 subjek mengalami depresi minimal dengan rerata skor Beck Depression Inventory BDI adalah 11,31 9,32. Proporsi penyandang DMT1 usia transisi yang mencapai target HbA1c pada adalah sebesar 20,4 . Analisis bivariat dan multivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara usia p=0,639 , frekuensi PGDM p=0,170 , status depresi p=0,069 , dan asuransi kesehatan p=1,000 dengan pencapaian target HbA1C pada populasi ini.
Simpulan: Proporsi pencapaian target HbA1c pada pasien DMT1 usia transisi cukup rendah. Pada penelitian ini usia, frekuensi PGDM, depresi dan cakupan asuransi kesehatan tidak berhubungan dengan tercapainya target HbA1c.

Backgrounds: Type 1 Diabetes Mellitus T1DM is a chronic disease that requires transfer from pediatric to adult clinic. This group of population who underwent a transfer period experience poor blood glucose control and an increased risk of hospitalization, yet factors contributing to HbA1c target achievement in T1DM adolescent and young person is known.
Objective: To Obtain a profile of HbA1c target achievement and factors correlate to it in adolescent and young person with T1DM.
Methods: It is a cross sectional study including of 108 adolescent and young adults with T1DM, with ranges of age between 16 to 30 years old. Subject's characteristics, frequency of Self Monitoring Blood Glucose SMBG , depression and health insurance data are obtained from anamnesis. HbA1c level is examined by High Performance Liquid Chromatography HPLC method. The correlation between factors related to HbA1c was analysed bivariate with chi square and multivariate with logistic regression.
Results: Out of 108 subjects recruited in this study the median age is 20,89 SB 4,87 years old and HbA1C 9,02 SB 2,13 . Around 58,35 subject do the SMBG le 60 times month, 88 subject have health insurance, the mean Beck Depression Inventory BDI score is 11,31 9,32 in which 70,4 had minimal depression. HbA1c target achievement is 20,4 . Bivariate and multivariate analysis result in no significantly difference between age p 0,639 , SMBG frequency p 0,170 , depression p 0,069 , health insurance p 1,000 and HbA1c target achievement in adolescent and young person with T1DM.
Conclusions: The proportion of HbA1c target achievement in adolescent and young person with T1DM quite low. This study showed no statistically significant correlation between age, SMBG frequency, depression, health insurance and HbA1c target achievement in adolescent and young person with T1DM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Melisa Duha
"Penyakit metabolik yang sering ditemukan di usia kanak – kanak adalah Diabetes Melitus (DM) tipe 1 dengan defisiensi insulin yang diakibatkan oleh penghancuran sel beta pankreas sehingga meningkatkan kebutuhan metabolisme dan menyebabkan resiko anak mengalami fatigue. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi fatigue pada anak dengan DM tipe 1. Penelitian ini menggunakan cross sectional design dengan melibatkan 233 responden yang dipilih menggunakan non probabilty: consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara fatigue dengan usia (p value= 0,011), lama didiagnosis (p value= 0,011), gangguan tidur (p value= 0,000), kecemasan (p value= 0,000), dan depresi (p value= 0,000) serta faktor yang paling besar mempengaruhi fatigue pada anak dengan DM tipe 1 adalah gangguan tidur. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai asuhan keperawatan khususnya dalam memberikan pendidikan kesehatan untuk menurunkan gejala fatigue.

Metabolic disease that often found in children is type 1 diabetes mellitus with insulin deficiency which caused by the destruction of pancreatic beta cells, thereby increasing metabolic needs and causing the child’s fatigue risk. This study aims to analyze the dominant factors that affect fatigue in children with type 1 diabetes mellitus. This study used cross sectional design involving 233 respondents selected by non-probabilty: consecutive sampling. The results showed a meaningful relationship between fatigue and age (p value = 0.011), length of diagnosis (p value = 0.011), sleep disorders (p value = 0.000), anxiety (p value = 0.000), depression (p value = 0.000) and the factor that affects fatigue the most in children with type 1 diabetes mellitus is sleep disorders. The results of the study can be used as nursing care, especially in providing health education to reduce fatigue symptoms."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Mei Astuti
"Diabetes Melitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit yang memerlukan pengelolaan berkelanjutan khususnya dalam pengendalian kadar glukosa darah untuk mencegah atau memperlambat terjadinya komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengendalian kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 yang meliputi umur, jenis kelamin, durasi penyakit, kepatuhan minum obat, kepatuhan diet, asupan (karbohidrat, protein, lemak, serat), indeks glikemik, aktivitas fisik, pengetahuan dan dukungan keluarga. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan responden 86 pasien DM tipe 2 rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang pada bulan April-Mei 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kuesioner, food recall 1x24 jam, pengukuran berat badan dan tinggi badan serta pencatatan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dari catatan medik pasien. Analisis statistik menggunakan uji Chi square dan Anova. Hasil penelitian menunjukkan 61,6% responden memiliki pengendalian kadar glukosa darah buruk. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kepatuhan minum obat, kepatuhan diet, pengetahuan, asupan lemak dan dukungan positif keluarga dengan pengendalian kadar glukosa darah. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan petugas kesehatan dapat meningkatkan edukasi dan evaluasi terkait diet pasien kepada pasien dan keluarga pasien serta memberikan motivasi bagi pasien dan keluarga pasien mengenai pentingnya peran keluarga dalam pengelolaan diabetes.

Type 2 Diabetes Mellitus is a disease that requires continuous management particularly in blood glucose control to prevent or slowing complication. The objective of this study was to identify factors related to blood glucose control in type 2 Diabetes Mellitus includes age, gender, duration of disease, medication adherence, dietary adherence, intake (carbohydrate, protein, fat, fiber), glycemic index, physical activity, knowledge and family support. The design used in this study is cross sectional, with 86 outpatients at Internal Medicine Clinic Prof. Dr. Soerojo Psychiatric Hospital Magelang in April-May 2013 as respondent. Data were collected through interview with questionnaire, 1x24 hour food recall, weight and height measurement and record blood glucose assessment result from patient medical record. Statistical analysis used Chi square and Anova test. The result of this study showed that 61,6% respondents have poor blood glucose control. Bivariate analysis indicated that there were significance association between medication adherence, dietary adherence, knowledge, fat intake, and positive family support with blood glucose control. Based on that result, health workers are expected to improve education and evaluation for patient and their family regarding patient dietary and improve education and motivation for patient and their family regarding the importance of family support in diabetes management."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Rahmadiya
"Diabates Melitus tipe 2 adalah gangguan metabolik dikarenakan menurunnya produksi insulin oleh sel ß-pankreas atau tubuh tidak lagi mampu menggunakan insulin secara efektif. Gula darah yang tinggi atau hiperglikemia dapat dikendalikan dengan manajemen diri pada penyandang Diabetes melitus Tipe 2. Manajemen diri penyandang Diabetes melitus Tipe 2 mengalami kesulitan pada masa pandemic COVID-19. Selama pandemi covid-19 penyandang diabetes melitus mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan perawatan diri. Studi ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengarui manajemen diri penyandang DM Tipe 2 di masa pandemi COVID-19. Desain penelitian ini merupakan jenis korelasi dengan pendekatan metode cross sectional yang melibatkan 88 orang responden. Hasil penelitian ini menunjukkan responden dengan efikasi diri yang cukup pada 58 responden (92,1%) dan efikasi diri yang sangat yakin 17 responden (68,0%). Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square menunnujukkan adanya hubungan yang significant antara efikasi diri (p-value (0,007), Dukungan Sosial p value (0,010) Sedangkan jenis kelamin, usia, pendidikan, lama menderita DM, pengetahuan , kecemasan, tidak adanya hubungan yang signifikan dengan Manajemen Diri  p-value  pengetahuan (0,692), kecemasan (1,000), usia (0,116), lama menderita DM (0,743) , pendidikan (0,530) > 0,05. Kemudian didapatkan juga faktor yang paling mempengaruhi mananjemen diri  adalah efikasi diri  dengan nilai odds rasio (OR)=0,224. Peneliti berharap dengan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen diri penyandang DM Tipe 2 diharapkan pelayanan keperawatan dapat menentukan intervensi lanjut yang tepat untuk memaksimal kan manajemen diri dimasa pandemi ataupun post pandemi.

Diabetes Mellitus type 2 is a metabolic disorder due to decreased insulin production by pancreatic ß-cells or the body is no longer able to use insulin effectively. High blood sugar or hyperglycemia can be controlled by self-management for people with Type 2 Diabetes Mellitus. Self-management for people with Type 2 Diabetes Mellitus experienced difficulties during the COVID-19 pandemic. During the Covid-19 pandemic, people with diabetes mellitus experienced a decrease in their ability to carry out self-care. This study was conducted to analyze what factors influenced the self-management of people with Type 2 DM during the COVID-19 pandemic. This research design is a type of correlation with a cross sectional method approach involving 88 respondents. The results of this study showed that 58 respondents (92.1%) had sufficient self-efficacy and 17 respondents (68.0%) had very confident self-efficacy. Statistical test results using the Chi-Square test showed a significant relationship between self-efficacy (p-value (0.007), social support p-value (0.010) while gender, age, education, duration of diabetes mellitus, knowledge, anxiety, no relationship significant with self-management p-value knowledge (0.692), anxiety (1.000), age (0.116), duration of DM (0.743), education (0.530) > 0.05. Then it was also found that the factor that most influenced self-management was efficacy themselves with an odds ratio (OR) = 0.224. Researchers hope that by knowing the factors that influence self-management of people with Type 2 DM, it is hoped that nursing services can determine appropriate further interventions to maximize self-management during a pandemic or post-pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Wijaya
"Latar Belakang: Sindrom renal-retinal diabetes (SRRD) merupakan koinsidensi nefropati dan retinopati diabetik yang menimbulkan komplikasi serius berupa penurunan kualitas hidup dan peningkatan mortalitas dengan risiko kardiovaskular sebesar 4,15 kali lipat. Sementara itu, angka deteksi dini retinopati dan nefropati masih rendah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan SRRD pada penyandang DMT2 di Indonesia belum diketahui.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom renal-retinal diabetes pada DMT2 di RSCM.
Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang yang dilakukan pada 157 subjek DMT2 berusia > 18 tahun. Data karakteristik subjek didapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan foto fundus retina, dan pengambilan sampel darah dan urin. Hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan SRRD dianalisis secara bivariat dengan chi square dan multivariat dengan regresi logistik menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 21.0.
Hasil: Sebanyak 157 pasien terlibat dalam penelitian ini. Prevalensi SRRD adalah 28,7%, dengan rerata usia 56 (27-76) tahun, rerata IMT 25,7 (21,3-33,8) kg/m, median durasi DM 12 (1-25) tahun dengan HbA1c 8,6 (4,8-15,8) %, prevalensi hipertensi 86,7%, prevalensi dislipidemia 91%, 76,4% pasien tidak merokok, 33,3% pasien albuminuria derajat A2 dan 66,7% derajat A3. Pada SRRD, prevalensi derajat nefropati berdasarkan klasifikasi adalah 0% risiko rendah, 13,3% risiko sedang, 20% risiko tinggi, dan 66,7% risiko sangat tinggi dan prevalensi derajat retinopati diabetik adalah 42,2% NPDR, 55,6% PDR, 24,2% DME, dengan angka deteksi dini retinopati dan nefropati adalah sebesar 20% dan 17,8%. Analisis bivariat dan multivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara durasi DM (p=0,001) dan albuminuria (p=0,008) dengan kejadian SRRD.
Simpulan: Proporsi SRRD pada penyandang DMT2 cukup tinggi (28,7%) dan pada studi ini, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian SRRD pada DMT2 adalah durasi DM dan albuminuria.

Backgrounds: Diabetic renal-retinal syndrome (DRRS) is a coincidence of diabetic nephropathy and retinopathy that cause serious complications as decreased quality of life and increased mortality with cardiovascular event risk 4,15 times higher. Meanwhile, early detection rate of retinopathy and nephropathy are still low and associated factors of DRRS among Indonesian type 2 diabetes mellitus (T2DM) patients has not been known.
Objective: To obtain the factors related to DRRS among T2DM patients in Cipto Mangunkusumo hospital.
Methods: This was a cross-sectional study involving 157 T2DM subjects aged 18 characteristics were obtained from anamnesis, physical examination, retinal fundus, and blood and urine sample. Bivariate and multivariate analysis using statistical package for the social sciences (SPSS) version 21.0 was used to analyze the factors related to DRRS.
Results: 157 patients were included in this study. The prevalence of DRRS was 28,7% with median age was 56 (27-76) year old, mean BMI was 25,7 (21,3-33,8) kg/m2, median duration of DM was 12 (1-25) year old and HbA1c 8,6% (4,8-15,8%), prevalence of hypertension was 86,7%, prevalence of dyslipidemia was 91%, 76,4% patients were not smoker, 33,3% patients with albuminuria grade A2 and 66,7% patients with grade A3. In DRRS, the prevalence of nephropathy was classified as 0% low risk, 13,3% moderate risk, 20% high risk, and 66,7% very high risk and the the prevalence of diabetic retinopathy was 42,2% NPDR, 55,6% PDR, 24,2% DME with early detection rate of retinopathy and nephropathy were 20% and 17,8%. Bivariate and multivariate analysis showed significant correlation with duration of DM (p=0,001) and albuminuria (p=0,008) with DRRS.
Conclusions: DRRS proportion in T2DM was high (28,7%) and this study showed that duration of DM and albuminuria were correlated with DRRS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58926
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elni
"ABSTRAK
Nama : ElniProgram Studi : Magister Ilmu KeperawatanJudul : Studi Kualitatif tentang Proses Adaptasi Remaja Penyandang Diabetes Mellitus Tipe 1. Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan perkembangan fisik, emosional, dan hubungan sosial. Remaja yang telah didiagnosis dengan Diabetes Mellitus DM tipe 1 membutuhkan kesiapan untuk menjalani perubahan proses adaptasi biopsikososial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi proses adaptasi remaja setelah didiagnosis DM tipe 1. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan dianalisis dengan metode Colaizzi. Partisipan dalam penelitian ini adalah lima remaja yang didiagnosis dengan DM tipe 1 minimal satu tahun. Tujuh tema muncul yaitu 1 tahapan dan respon adaptasi remaja terhadap penyakit; 2 ritme pola aktivitas; 3 penguat dan penurun motivasi; 4 diperlakukan sama; 5 respon dan stigma terhadap remaja; 6 bantuan pengendalian diri; dan 7 pengelolaan DM remaja. Tema menggambarkan keberhasilan proses adaptasi remaja, yang mampu mengembangkan strategi koping positif secara bertahap sejak pertama kali didiagnosis dengan DM tipe 1. Faktor yang menjadi tantangan paling sulit bagi remaja adalah konsisten melakukan cek gula darah setiap hari. Dengan demikian, pendampingan yang berkelanjutan bagi remaja diperlukan untuk mengoptimalkan kepatuhan dalam manajemen DM.Kata kunci: Manajemen DM, proses adaptasi, remaja DM tipe 1, strategi koping

ABSTRACT
Name ElniStudy Programme Magister of Nursing Title A Qualitative Study on Adaptation Process of Adolescent with Type 1 Diabetes Mellitus. Adolescence is a period in which the change of physical, emotional development, and social relationships occur. The adolescents who have been diagnosed with type 1 Diabetes Mellitus DM requires their readiness to undergo the adaptation process of biopsychosocial changes. The purpose of this study was to explore the process of adaptation in adolescents after being diagnosed bytype 1 DM. This study used a qualitative method with a phenomenological approach. Data collected through in depth interviews and analyzed by Colaizzi method. Participants in this study were five teenagers who diagnosed by type 1 DM, a minimum of one year ago. Seven themes emerged 1 the adolescent rsquo s stage of adaptation response 2 rhythm of activity 3 booster and lowering of motivation 4 fairly treatment 5 response and stigma for an adolescent 6 help to self control and 7 diabetes management. The themes describe the successful adaptation process experienced by the adolescents since they gradually develop positive coping strategies when they first diagnosed by type 1 DM. The most challenging factor is to be consistent to conduct daily blood sugar check. Accordingly, continuous assistance for adolescents is needed in order to optimize their compliance in diabetes management. Keywords Adolescent with type 1 DM, coping strategies, management of DM, the process of adaptation. "
2016
T47099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tumakaka, Grace Yuliona Sirtin
"Anak dengan Diabetes Melitus Tipe 1 DMT1 sangat rentan mengalami gangguan tidur. Edukasi sleep hygiene merupakan intervensi yang dianjurkan untuk mengatasi gangguan tidur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh edukasi sleep hygiene terhadap kualitas tidur dan status glukosa darah pada anak DMT1 di Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Anak dan Remaja IKADAR. Jenis penelitian quasi experimen pre-post test with control group. Sampel penelitian adalah penderita DMT1 usia 6-18 tahun yang tergabung di IKADAR berjumlah 46 terbagi atas 23 anak kelompok intervensi dan 23 anak kelompok kontrol. Kelompok intervensi mendapat edukasi selama 10 menit melalui video yang berisi tips sleep hygiene yang kemudian diterapkan selama 3 hari dan kelompok kontrol mendapat intervensi standar. Kualitas tidur diukur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI . Data glukosa darah saat bangun pagi diperoleh berdasarkan rekapan hasil pemeriksaan secara mandiri oleh sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan kualitas tidur meningkat p

Children with Diabetes Mellitus Type 1 DMT1 are susceptible to sleep disorders. Sleep hygiene education is the recommended intervention for sleep disorders. The purpose of this study was to identified the effect of sleep hygiene education on sleep quality and blood glucose status in children DMT1 in Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Anak dan Remaja IKADAR . The type of this study was quasi experimental pre post test with control group. The sample was the patients aged 6 18 DMT1 who joined in IKADAR total 46 divided into 23 sample of the intervention group and 23 control group. The intervention group was educated for 10 minutes via a video containing sleep hygiene tips which are then applied for 3 days and the control group received standard intervention. Sleep quality was measured using the Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI . Data on blood glucose in the morning was collected based on a sample diary at home. The results of this study showed the sleep quality score increased p "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50587
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Puspasari
"Tujuan penelitian adalah diketahuinya pengaruh pemberian 100 gram tempe per hari selama empal minggu tcrhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus (DM) tipc 2 usia lanjut (usila). Penelitian ini merupakan uji klinis parael, acak, terbuka. Subyck penelitian adalah 30 orang pcndcxita DM tipc 2 usila yang tinggal di empat panti wredha di Jakarta. Alokasi acak dengan cara randomisasi blok diiakukan untuk membagi subyek menjadi dua kelompok. Seluruh subyek dibesikan pengaturan diet DM sesuai PERKENI. Kelompok sebanyak I6 orang yang diberikan 100 gram tempe, sedangkan kelompok K sebanyak I4 orang yang diberikan kacang-kucangan pengganti tcmpe. Data yang diambil meiiputi usia, jenis kelamin., berat badan dan indeks massa tumbuh (IMT), serta data asupan dengan metodc food record, Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (GDP) dan glukosa darah 2 jam poslprandial (GDPP) dilakukan pada awal dan akhir pcrlakuan. Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney dengan batas kemaknaan 5%. Subyek yang mengikuti penelilian secara lengkap sebanyak 27 orang yang terdiri dari 15 orang kclompok perlakuan dan i2 orang kelompok kontrol. Kcrata usia suhyek adalah ?70,4:b9,5 rahun. Mayoritas subyck (63,5%) adalah perempuan, dan hampir setengah jumlah subyek mempunyai status gizi normai berdasarkan lMT. Sebagian besar (80%) subyck bclum menerima obat DM. Pada awal penclitian, usia, jenis kelamin, IMT, asupan kalori dan zat gizi subyek tidak menunjukkan pcrbcdaan bermakna (p>0,05). Seluruh subyek tidak dapat mematuhi anjuran diet DM yang dibcrikan, asupan Iemak subyek tinggi sedangkan asupan secara rendah. Setelah perlakuan terlihat kecenderungan penurunan kadar GDP dan peningkatan kadar GDPP yang tidak bcfbeda bermakna antam keiompok P dan K. Pcmbcrian 100 glam tempc selama empat minggu tidak menumnkan kadar GDP dan GDPP.

Aim of this study was to investigate the effect of daily intake of 100 gram tempe for four weeks on plasma glucose level in elderly patients with type 2 diabetes mellitus. 'this study was a parallel randomized clinical trial. Subjects were 30 diabetic elderly living in four nursing homes in Jakarta. In the study, subjects were assigned into two groups using block randomization. All subjects had to take diabetic regiment with calorie and macronutrient following diabetic recommendation diet. The treatment group (n=I6) received tempe, while control group (n=14) received legumes other than tempe. Data collection included age, sex, body weight, body mass index, and nutrient intake using 3x24 hours food records. In addition isotlavone intake was also assessed. Fasting plasma glucose levels (FPG) and 2 hours postprandial plasma glucose (PPPG) levels were assessed before and after intervention Unpaired t-test and Mann Whitney wen: used to analysed data with the 5% significance level. There were 27 subjects completed the study: I5 of treatment group and I2 of control group. Mean of age were 70.4 :L 9.5 years. Majority (63.5%) of subjects were female, and almost half subjects had normal BMI. About 80% of subjects did not use diabetic medication. At base line age, BMI, sex, use of diabetic medication, calorie and macronutrient intake wene comparable. All subjects could not comply with diabetic regiment: high fat and low fiber intakes Far, tiber and isotiavoue intake were signiticantly higher in treatment group compare to control group. Decrease in FPG and increase in PPPG alter intervention were observed but were statisticaly insigniticant. In conclusion, daily intake of 100 gram tempc for four weeks did not decrease PPG and PPPG."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32291
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maureen
"ABSTRAK
Prevalensi diabetes melitus tipe 1 (DMT1) pada anak mengalami peningkatan. Upaya pengendalian sejak dini perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup anak. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan manajemen diet untuk mengontrol status glukosa darah anak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kepatuhan manajemen diet pada anak DMT1 dengan menggunakan studi potong lintang. Sampel penelitian ini berjumlah 37 anak dengan rentang usia 19 tahun. Instrumen yang digunakan adalah Perceived Dietary Adherence Questionnaire (PDAQ) untuk melihat kesesuaian kepatuhan manajemen diet pada anak DMT1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden berusia 10-14 tahun (usia sekolah) dan berpenghasilan di atas upah minimum. Hasil uji Fisher-exact ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan manajemen diet dengan status glukosa darah pada anak DMT (r = 0,413; p-value = 0,01; OR = 0,344). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada risiko kecil anak dengan kepatuhan manajemen diet yang tepat mengalami status glukosa darah tidak terkontrol.
ABSTRACT
The prevalence of type 1 diabetes mellitus (DMT1) in children has increased. Early control efforts need to be made to improve children's quality of life. One way is to implement dietary management to control the child's blood glucose status. This study aimed to examine the relationship between adherence to dietary management in children with DMT1 using a cross-sectional study. The sample of this study amounted to 37 children with an age range of 19 years. The instrument used is the Perceived Dietary Adherence Questionnaire (PDAQ) to see the suitability of dietary management compliance in children with DMT1. The results showed that the characteristics of the respondents were 10-14 years old (school age) and earning above the minimum wage. Fisher-exact test results found that there was a significant relationship between dietary management compliance with blood glucose status in DMT children (r = 0.413; p-value = 0.01; OR = 0.344). The results showed that there was a small risk of children with proper dietary management adherence to uncontrolled blood glucose status."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Himmatul Khaira
"Edukasi pada pasien DM merupakan salah satu bagian dari pilar DM, namun pada beberapa kondisi meskipun tenaga kesehatan telah memberikan edukasi, masih terdapat perilaku yang belum sesuai dengan manajemen diri pada diabetes. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara lebih mendalam mengenai pengalaman penyandang DM dalam penerapan manajemen diri diabetes melitus untuk menjaga kestabilan kadar glukosa darah. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif dengan model purposive sampling dan metode wawancara semi-terstruktur pada 10 penyandang DM tipe 2. Hasil penelitian ini terangkum dalam lima tema yaitu gejala klinis menentukan penerapan manajemen diri diabetes, kurangnya motivasi dalam pelaksanaan manajemen diet dan aktivitas, peran keluarga dalam manajemen diet diabetes, capaian dari manajemen diri diabetes belum sesuai harapan, dan kondisi psikologis yang menghambat manajemen diri diabetes. Penerapan manajemen diri diabetes yang ada pada diri pasien perlu untuk diidentifikasi dan dievaluasi lebih lanjut dari segi fisik, psikologis, kesadaran, motivasi, dan peran keluarga, agar dapat membantu penyandang DM tipe 2 dalam mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi terbaik untuk mencapai kestabilan kadar glukosa darah

Education in DM patients is one part of the pillars of DM, but in some conditions even though health workers have provided education, there are still behaviors that are not in accordance with self-management in diabetes. Therefore, this study aims to explore the application of self-management in patients with diabetes mellitus to maintain stable blood glucose levels. This study uses a descriptive phenomenological approach with a purposive sampling model and semi-structured interview method on 10 people with type 2 diabetes. The results of this study are summarized in five themes, including clinical symptoms of diabetes management implementation, lack of motivation in implementing diet and activity management, family role in management diabetes diet, the achievement of diabetes self-management has not been as expected, and psychological conditions that hinder diabetes management. The application of patient diabetes self-management needs to be identified and evaluated in aspect of physical, psychological, awareness, motivation, and family roles in order to help people with type 2 to diabetes identify problems and find the best solution to achieve stable of blood glucose levels."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>