Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89706 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Nur Fa`izah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah kompleksitas agensi diri dimulai dari lapisan terkecil, yaitu pemaknaan diri, pengelolaan tubuh, hingga lapisan terbesar pada otonomi dalam relasi sosial. Metode yang digunakan untuk memperoleh data, yaitu melalui wawancara mendalam kepada lima orang perempuan HIV positif, observasi pasif, serta studi literatur. Beberapa temuan dari penelitian ini adalah 1 pemaknaan diri perempuan HIV positif sangat dinamis, berkaitan dengan knowing dan knowledge terhadap informasi kesehatan seksual dan reproduksi; 2 pengelolaan tubuh perempuan HIV positif dipengaruhi oleh relasi kuasa yang berada di luar dirinya, namun mereka berupaya untuk mengontrol tubuhnya dengan caranya sendiri ataupun dari bantuan orang lain; 3 otonomi pada relasi sosial perempuan HIV positif, baik sebagai pasangan, ibu, anak dan menantu di dalam keluarga, maupun di lingkungan yang lebih luas memperlihatkan bahwa agensi diri bersifat cair dan ditunjukkan pada konteks tertentu. Temuan penelitian ini adalah agensi diri perempuan HIV positif tidak bersifat bebas, melainkan dinamis dan relasional. Pemaknaan diri, pengelolaan tubuh, dan otonomi pada relasi sosial saling bernegosiasi secara terus menerus di dalam relasi kuasa. Implikasi dari penelitian ini adalah diperlukan penanganan serius terkait informasi dan layanan kesehatan yang efektif guna mendorong kemampuan agensi diri perempuan HIV positif.

ABSTRACT
This study aims to examine the complexity of self agency starting from the smallest layer, namely self meaning, body management, to the largest layer of autonomy in social relations. The method used to collect data of this study, are in depth interviews to five HIV positive women, passive observation, and literature study. The main findings of this study are 1 self meaning of HIV positive women is very dynamic, related to knowing and knowledge of sexual and reproductive health information 2 the management of the body of HIV positive women is influenced by external power relationships, but they seek to control their bodies in their own way or from the help of others 3 autonomy in the social relations of HIV positive women, both as a spouse, mother, son and daughter in the family, as well as in the wider environment shows that self agency is fluid and is shown in a particular context. The findings of this study are HIV positive women 39 s agency is not independent, but dynamic and relational. Self meaning, body management, and autonomy in social relations are continuously negotiating in power relationships. The implications of this study are the need for serious handling of effective information and health services to encourage the self agency capability of HIV positive women."
2018
T51306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Nur Faizah
"ABSTRAK
Fenomena penularan HIV AIDS menempatkan perempuan pada situasi
yang sulit. Kehilangan anggota keluarga seperti suami akibat AIDS
membuat perempuan yang hidup dengan HIV positif harus berjuang
guna mengakses sumber sumber penghidupan. Kondisi diri sebagai
ODHA, kekhawatiran mendapatkan stigma, mengasuh anggota
keluarga, serta mencari nafkah adalah beban hidup dan beban kerja
yang mereka hadapi. Berkaitan dengan hal tersebut, tulisan ini
menggali kompleksitas kerja perempuan dengan HIV positif. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif berperspektif feminis guna
mendapatkan gambaran utuh mengenai penghidupan perempuan
dengan HIV positif. Berdasarkan wawancara pada lima orang
perempuan dengan HIV positif, didapat temuan adanya keterkaitan
antara kategori sosial, identitas, dan gender yang memengaruhi
penghidupan mereka. Perempuan dengan HIV positif juga melakukan
transformasi sebagai diri yang normal dengan menunjukkan diri
sebagai sosok yang sehat, mampu bekerja, memiliki kualitas, serta
mandiri. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap
stigma yang dilekatkan pada ODHA. "
Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2018
305 JP 23:4 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Irvani Dewi
"Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan Grounded Theory. Tujuan penelitian ini adalah diidentifikasinya stres dan koping perempuan hamil yang didiagnosis HIV/AIDS. Sejumlah 6 orang partisipan berpartisipasi dalam penelitian. Pengumpulan data dengan teknik Observasi, wawancara mendalam dan telaah literatur. Hasil analisis didapatkan 7 tema: 1) khawatir terhadap keselamatan janin, 2) diperlakukan berbeda dari perempuan hamil Iainnya, 3) banyak membutuhkan biaya pengobatan, 4) tidak nyaman didiagnosis HIV/AIDS, 5) kebutuhan dukungan dari keluarga dan teman, 6) koping, dan 7) harapan memiliki anak yang sehat. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sumber stres perempuan hamil yang didiagnosis HIV/AIDS adalah khawatir terhadap keselamatan janin, diperlakukan berbeda dari perempuan hamil lainnya, banyak membutuhkan biaya pengobatan dan tidak nyaman didiagnosis HIV/AIDS. Untuk membantu perempuan hamil dalam penelitian ini, mereka membutuhkan dukungan dari keluarga dan teman, koping yang digunakan adalah koping adaptif seperti menonton TV, banyak beribadah, banyak makan dan koping mal adaptif seperti merokok dan menggunakan narkoba. Motivator terbesar bagi perempuan hamil didiagnosis HIV/AIDS adalah harapan memiliki anak yang sehat. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengelolaan dan memahami stres yang dialami perempuan hamil yang didiagnosis HIV/AIDS, sehjngga asuhan keperawatan yang diberikan efektif dan optimal. Penelitian ini memberikan implikasi berupa informasi yang bermanfaat untuk penentuan kebijakan bagi pemerintah dan LSM yang terkait dalam pengelolaan perempuan hamil yang didiagnosis HIV/AIDS, perawat yang bekerja di area keperawatan maternitas dan penelitian selanjutnya sehingga akan meminimalkan resiko morbiditas dan mortalitas ibu dan janin."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T22875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chenia Ilma Kirana
"ABSTRAK
Pada tahun 2018, menurut UNHCR, di Indonesia tercatat  sekitar 14.000  pengungsi yang  datang  dari  luar  negeri. Indonesia bukanlah negara yang meratifikasi Konvensi 1951 dan Protokol 1967 sehingga Indonesia tidak diwajibkan untuk memberikan hak para pengungsi yang tercantum dalam kedua perjanjian internasional tersebut. Di Indonesia sendiri, lebih dari 50%  pengungsi berasal dari  Afghanistan dan banyak dari mereka adalah perempuan. Perempuan pengungsi Afghanistan di DKI Jakarta mengalami berbagai bentuk masalah seperti; sulit mengakses kebutuhan dasar, terlantar, dimarginalisasi, hingga mengalami berbagai bentuk kekerasan. Penelitian ini berusaha menjelaskan pengalaman dan kompleksitas kekerasan yang dialami para perempuan pengungsi Afghanistan di DKI Jakarta dan dianalisis dengan teori Interseksionalitas Crenshaw dan teori Susan Forbes Martin. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi kepada 6 subjek penelitian. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan berperspektif gender untuk menggali lebih dalam pengalaman perempuan pengungsi Afghanistan. Hasilnya, dari awal mereka memutuskan menjadi pengungsi sampai mereka tinggal di Indonesia, terdapat keputusan-keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membentuk diri mereka sebagai perempuan. Perempuan pengungsi Afghanistan mengalami kompleksitas kekerasan yang berbeda-beda sesuai dengan identitas berlapis yang mereka miliki seperti status kewarganegaraan, ekonomi, kelas sosial, pendidikan, budaya, agama, maupun status pernikahan.

ABSTRACT
In 2018, according to UNHCR, in Indonesia there were around 14,000 refugees coming from various countries. More than 50% of refugees in Indonesia are from Afghanistan and many of them are women. Afghan refugee women in DKI Jakarta experience various forms of problems such as; difficult to access basic needs, neglected, marginalized, and experience various forms of violence. This research attempts to explain the experience and complexity of the violence experienced by Afghan refugee women in DKI Jakarta. This research uses Crenshaw's Intersexionality theory and Susan Forbes Martin's theory. This study uses a qualitative approach with case study method. Data obtained through in-depth interviews and observations to 6 research subjects. The research also uses a gender perspective approach to explore the experiences of Afghan refugee women. As a result, from the beginning they decided to become refugees until they lived in Indonesia, their decisions influenced by many factors that formed themselves as women. Afghan refugee women experience the complexity of violence which varies according to their multi-layered identity such as citizenship status, economy, social class, education, culture, religion, and marital status."
2019
T55355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wine Hasianna
"DKI Jakarta merupakan provinsi yang penduduknya paling beresiko tertular HIV. Penderita HIV/AIDS di DKI Jakarta sebagian besar berasal dari dalam kota Jakarta dan hanya sebagian kecil penderita HIV/AIDS yang berasal dari luar. Perilaku seks bebas dan penggunaan narkotika suntik yang semakin marak menjadi penyebab semakin bertambahnya kasus HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui wilayah rentan penyakit HIV/AIDS dan persebaran penderita HIV/AIDS per rumah sakit berdasarkan wilayah rentan. Analisa data yang digunakan analisa spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DKI Jakarta di dominasi wilayah dengan tingkat kerentanan yang tinggi dan persebaran penderita HIV/AIDS dengan klasifikasi tinggi mendominasi wilayah dengan tingkat kerentanan yang tinggi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34220
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joula Timisela
"Dukungan sosial diperlukan perempuan positif HIV untuk menghadapi stigma HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial dengan stigma HIV pada perempuan positif HIV. Desain penelitian ini yaitu potong lintang analitik. Sampel penelitian berjumlah 106 perempuan positif HIV, berusia 15-60 tahun. Penilaian dukungan sosial menggunakan kuesioner MOS-SS yang telah dimodifikasi, sedangkan penilaian terhadap stigma HIV menggunakan kuesioner Berger Stigma Scale versi bahasa Indonesia.
Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan stigma HIV (p=0,024, α:0,05). Dari kelima bentuk dukungan sosial, ditemukan dukungan instrumental (p =0,043), dukungan informasional (p˂ 0,0001), dukungan integritas sosial (p=0,011) berhubungan dengan stigma HIV. Dukungan emosional (p=0,061) dan dukungan penghargaan (p=0,881) tidak berhubungan dengan stigma HIV. Dukungan informasional merupakan bentuk dukungan sosial yang paling memengaruhi stigma HIV (OR 11,64). Dukungan sosial dapat direkomendasikan sebagai salah satu intervensi untuk mengurangi stigma HIV, dengan prioritas utama pada dukungan informasional.

Social support is needed by HIV-positive women to face the HIV stigma. This study aimed to identify the correlation between the social support and the HIV stigma in HIV-positive women. This research applied a cross sectional analytic design. The sample were 106 HIV-positive women, aged 15-60 years. The social support assessment used a modified MOS-SS questionnaire, while the assessment of the HIV stigma used the Indonesian version of Berger Stigma Scale questionnaire.
The results showed that there was a correlation between the social support and the HIV stigma (p=0,24 α: 0.05). Among five forms of social support, the instrumental support (p=0.043), informational support (p˂ 0.0001), and support for social integrity (p=0.011) were correlated to the HIV stigma. While emotional support (p=0.061) and rewarding support (p=0.881) were not correlated to the HIV stigma. The informational support was the most influencing factor of the HIV stigma (OR 11,64). Giving social support can be recommended as one of the interventions to minimize the HIV stigma, with the informational support as the priority.
"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T44818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktarinda
"Latar belakang masalah. Epidemi HIV/AIDS membawa berbagai dampak bagi kehidupan individu. Dan berbagai laporan dunia, ada kecenderungan peningakatan kasus pada perempuan. Saat ini perempuan berisiko tertular HIV/AIDS karena risiko tinggi yang dimiliki oleh pasangannya. Kerentanan perempuan terhadap HIV/AIDS antara lain karena perempuan rentan secara biologis, sosial, ekonomi, ketidakadilan gender, dan kultural. Berdasarkan atas kenyataan ini peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang perempuan yang terpapar HIV dari pasangannya.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran stigmatisasi, diskriminasi, dan ketidaksetaraan gender pada ODHA perempuan, serta perjuangannya untuk hidup karena HIV/AIDS yang disandangnya.
Metodologi. Penelitian kualitatif dengan berperspektif perempuan dengan pendekatan life history. Penelitian dilakukan di Jakarta selama 6 bulan pada tahun 2005 dengan teknik pengumpulan data melalui wawaneara mendalam lebih dari sate kali dan observasi selama wawancara. Enam informan (ODHA perempuan yang terpapar HIV/AIDS karena berhubungan seksual) berhasil diwawancara.
Hasil. Stigmatisasi dan diskriminasi masih dialami oleh informan terutarna di pelayanan kesehatan. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa informan terinfeksi HIV antara lain karena adanya pemaksaan secara seksual dan penggunaan kondom yang rendah karena ketidaktahuan dan merasa tidak enak terhadap pasangannya untuk meminta menggunakan kondom. Dampak HIV/AIDS menyebabkan informan harus bekerja lebih keras untuk menghidupi keluarga dan dirinya sendiri. Dukungan dari lembaga peduli AIDS menyadarkan mereka untuk menyuarakan pengalaman mereka kepada masyarakat terutama perempuan agar pengalaman tersebut tidak dialami oleh perempuan lagi.

Background. HIV/AIDS epidemic has brought impacts on individual life. Worldwide reports there is increasing trends of women being infected HIV. Nowadays, many women who have less risk of being infected HIV eventually have been infected by high-risk HIV partners who for example have IDU history or have many sexual partners. Women who are biologically, socially, economically, and culturally vulnerability have led women's vulnerability.
Objective. This study aims at investigating stigmatization, discrimination, and gender inequity suffered by an HIV positive women and their struggle against those mentioned above.
Method. This study is qualitative study with women perspective using life history approach. The study conducted in Jakarta during 6 months in 2005. The data collection gathered by in-depth interview and conducted more than once and observation for six women informants who have HIV positive from her partners.
Result. Stigmatization and discrimination are experienced by informants especially at health services. This Study also found that women infected HIV among others through sexual force, absence of condom using due to their ignorance or reluctance asks their partner. Being infected, women have to work much harder as the sole breadwinner to replace their already deceased husbands' roles. Support from NGOs care for HIV have pushed them to expose their experience to so as prevents women from having similar experiences.
"
2005
T18136
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Damayanti
"Hidup sebagai perempuan single parent dengan HIV positif memunculkan beragam stigma dimasyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran stigma pada perempuan single parent dengan HIV positif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriftif dengan pendekatan konten analisis. Tehnik pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam yang dilakukan pada 13 partisipan. Tehnik sampling yang digunakan purposive sampling. Data dianalisis dengan tehnik analisis konten konvensional.
Hasil penelitian membentuk 5 tema yaitu:1) mengalami stigma internal, 2) mengalami stigma eksternal dan diskriminasi, 3) memiliki anak sebagai motivator hidup tertinggi, 4) mengalami kelelahan fisik berlebih, 5) mengalami masalah dalam memulai interaksi dengan calon pasangan hidup baru.
Kesimpulan penelitian ini adalah perempuan single parent mengalami stigma ganda dengan status sebagai single parent dan HIV positif. Pada penelitian ini direkomendasikan bahwa perempuan single parent dengan HIV membutuhkan dukungan yang lebih, dibandingkan perempuan HIV yang lain, oleh karena double stigma yang mereka emban.

Life as a single parent women with HIV positive experienced various stigma in community. This study aimed to obtain a picture stigma felt by single parent women with HIV-positive. This study used qualitative methods with the content analysis approach. The participants ware recruited with purposive sampling. In depth interviews conducted with 13 participants, single parent woman with HIV positive in Bandar Lampung city Lampung province. Data were analyzed by conventional content analysis techniques.
Finding showed five themes, as follows : 1) having an internal stigma, 2) having external stigma and discrimination, 3) having children as a highest life motivator, 4) excessive physical fatigue, 5) having problems in getting started interaction with prospective new life partner.
The finding highlight that single parent women experience double stigma , due in their status as HIV positive and as single parent. The present study suggest that single parent women need more support stsyems, compared with women living with HIV another, because of the double stigma they have.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florentina Mariane Rahardja
"Tujuan penelitian awal lni adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian laktoferin sapi terbedap jumlah limfosit CD4+ penderita HIV positif dewasa. Penelitian dilakukan di POKDISUS AIDS RSUPNCM Jakarta, mulai bulan Februari 2010 sampai dengan bulan April2010. Dua puluh delapan subyak yang diseleksi dari pasien HIV positif dengan metode consecutive sampling mengikuti penelitian ini dari awal sampai akhir. Semua subyek diberi kapsul berisi 200 mg laktoferin sapL Kapsul diminum setiap hari satu butir selama enam minggu. Data dikumpulkan sebelum dan sesudah pemberian kapsul laktoferin melalui wawanoara, pengukuran antropometrik, dan pemerikarum laboratorium darah untuk penentuan jumiah limfosit CD4'. Data asupan makanan direntukan dengan menggunakan metode food recall lx24 jam dan food record 3x24 jam pada awal dan akhir penelitian.
Nilai rerata jumlah limfosit CD4+ sebelum pemberian laktoferin adalah 231,85 ± 122,89 seVL (50,00-731,00 seVf!L) sesudah enam minggu perlakuan. Uji Wilcoxon terhadap kadua nilai tersebut, tidak berbeda bermakna (p=0,22). Sahelum diberikan laktoferin, nilai rerata jumlah limfusit CD4+ subyek yang belum mendapat ARV adalah 302,33 ± 132,79 seV tL dan meningkat menjadi 345,33 ± 202,33 sell tL pada akhir penelitian. Respon serupa ditemukan pula pada subyek yang telah mendapat ARV di mana jumiah limfosit CD4' sebelum pemberian laktoferin adalah 178,00 ± 84,77 seii L, 122,66 seV tL. Uji t be!pasangan terhadap peningkatan jumlah Jimfosit CD4+ antara subyek yang sudah dan belum mentiapat ARV, temyata tidak berbeda bermakna (p=0,12). Perbaikan jumlah limfosit CD4+ sesudah pemberian laktoferin terjadi pada 7 (58,33%) dari 12 subyek yang belum mendapat ARV dan pnda 9 (56,25%) dari 16 subyek yang mendapat ARV. Uji Chi-Square menunjukkan bahwa perbaikan jumlah limfosit CD4+ pada kedua kelompok.

The aim of this preliminary study is to find out the effect of bovine lactoferin administration on CD4+ lymphocyte count of adult H!V-infected patients. "!he study was conducted from February to April 2010, at POKDJSUS AIDS Department of Internal Medicine, Central District Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSUPNCM) Jakarta. Subjects were selected from HIV-positive patients and only 2& were fully participated in the study. Capsules containing 200 mg of bovine lactoferrin were taken orally by all subjects once a day fur six weeks. Data were collected before and after bovine lactoferrin administration by interview, anthropometric measurement, and laboratory examination of blood for determining CD4+ lymphocyte count. Daily dietary intake data were determined by using I x 24 hour food recall and 3 x 24 hour food record at the beginning and at the end of the study.
Mean value of CD4.._ lymphocyte count before lactoferrin administration was 231.85 ± 122.89 cells/j.tL and increased to median value of 236.50 cells/j.tL (50.00-731.00 cellslj.tL) after six weeks intervention. Wilcoxon test on the above values showed no significant difference (IF0.22). Mean value of CD4+ lymphocyte count of untreated subjects with ARV before lactoferrin administration was 302.33 ± 132.79 cellsiJ.lL and increased to 345.33 ± 202.33 cells/j.!L at the end of study. 1he same response was also found in treated subjects with ARV where the mean value of CD4'" lymphocyte count increased from 78.00 ± 84.77 cells/).IL before lactoferrin administration to 204.38 ± 122.66 cells/J.tL, thereafter. Paired t-test on the increased CD4+ lymphocyte count between treated and untreated subjects with ARV showed no significant difference (JFO.I2). The improvement of CD4+ lymphocyte count after lactoferrin administration was seen in 7 out of 12 untreated subjects (58.33%) and in 9 out of 16 treated subject? with ARV (56.25%). Chi-Square's test showed that the improvement on both groups was not significant (p 0.91).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32408
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Nastiti Kusumawardani
"Kejadian HIV yang terjadi pada seorang anak karena anak tersebut ditularkan oleh ibunya pada saat proses kehamilan, persalinan atau menyusui. Penularan HIV tertinggi pada saat proses persalinan. Penularan HIV terendah pada saat proses pemberian ASI eksklusif. PPIA atau Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak merupakan intervensi pada ibu hamil dengan cara melakukan pemeriksaan HIV dan pemberian ARV pada ibu hamil dengan HIV. Tujuan dari penelitian ini yaitu mempelajari implementasi layanan PPIA di Provinsi DKI Jakarta, dengan wawancara mendalam kepada pemegang program di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta selatan, dan analisis data dari sistem pelaporan data HIV-AIDS SIHA pada tahun 2014-2016.
Hasil yang didapatkan bahwa subjek yang mengikuti layanan PPIA di DKI Jakarta terbanyak pada usia reproduktif 20 - 49 tahun dan terdapat pada kelompok pasangan risiko tinggi. Selain itu, ada kecenderungan penurunan kegiatan layanan PPIA di DKI Jakarta pada tahun 2014 - 2016. Kurangnya dan adanya keterlambatan dalam pelaporan merupakan masalah dalam SIHA. Oleh sebab itu, dibutuhkannya pengembangan terhadap Program PPIA dan memperkuat SIHA, dengan meningkatkan pelatihan untuk petugas kesehatan disemua fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan antenatal dan mempromosikan sistem pelaporan wajib SIHA dengan sistem pelaporan yang lebih lengkap dan akurat.

Infant with HIV are transmitted from mother with HIV during pregnancy, delivery or breastfeeding period. Most of HIV tranmission could happened during delivery process. The lowest risk of HIV transmission among mother who practice exclusive breastfeeding. PMTCT or prevention of mother to child transmission is interventions by reaching pregnant women, by HIV screaning and providing ARV among mother with HIV. The objective of my paper is to study the barriers of PMTCT implementation in DKI Jakarta provinc, by using depth interview with program amangers at DKI Jakarta Provincial Health Office, West Jakarta, East Jakarta and South Jakarta districs, and analyzing the data from HIV AIDS Reporting System SIHA at period 2014 2016.
The results showed that subjects who followed PMTCT services in DKI Jakarta at most at reproductive age 20 49 years and risk group of high risk couple. In addition there is a declining trend in PMTCT services activities in Jakarta in 2014 2016. In addition, there is a decreasing in PMTCT services in DKI Jakarta in 2014 2016. Under reporting and delayed of reporting are the problem in SIHA. Need improving of PMTCT Program ans strengthening the SIHA, by increasing capacity training for health workers in all health facilities that provide antenatal services on the PMTCT and promoting mandatory reporting system SIHA with the complete and accurate of reporting systems.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>