Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97909 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizqi Syafrudin
"ABSTRAK
Salah satu kecamatan yang rentan akan terjadinya bencana gas beracun adalah Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Untuk itu masyarakat yang tinggal di sekitar kawah harus selalu siap siaga supaya kejadian bencana nasional gas beracun yang pernah menewaskan 149 warga pada 20 Februari 1979 tidak terulang lagi. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat model kerentanan wilayah terhadap bencana gas beracun CO2 kawah Timbang di Kecamatan Batur dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kepala keluarga yang berada di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah yang berjumlah 37 kepala keluarga. Untuk mengambil sampel digunakan metode Simple Random Sampling. Teknik analisis data melalui pembobotan dari ketiga aspek yaitu keterpaparan, sensitivitas, dan kapasitas adaptif. pada setiap aspek miliki parameter yang diberi pembobotan dengan menggunakan masukan dari para ahli melalui metode AHP. Kerentanan wilayah terhadap bencana gas beracun CO2 ini diklasifikasi menjadi tiga tingkatan kerentanan wilayah yaitu, rendah, sedang, dan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Tingkat kerentanan di Kecamatan batur hanya dibagi menjadi dua kelas yaitu untuk kelas kerentanan sedang terdapat di 6 desa yaitu Desa Pekasiran, Pesurenan, Sumberejo, Karang Tengah, Bakal, dan Dieng Kulon, untuk kelas tinggi tinggi terdapat di 2 desa yaitu Desa Batur, dan Kepakisan. Hal ini terjadi dikarenakan tingkat keterpaparan dan sensitivitas jauh lebih tinggi dari pada tingkat kapasitas adaptif masyarakatnya.

ABSTRACT
One of the sub districts that are vulnerable to toxic gas disasters is Batur Sub district, Banjarnegara District.For that people living in the vicinity of the crater should always be ready for the national disaster of toxic gas that had killed 149 people on February 20, 1979 did not happen again.The purpose of this research is to make the model of vulnerability of area to toxic gas disasters of CO2 Timbang crater in Batur Sub District by using Analytical Hierarchy Process.The population in this study is the entire head of the family located in Batur Sub District, Banjarnegara District, Central Java Province, amounting to 37 heads of household.To take the sample used Simple Random Sampling method. Data analysis techniques through weighting of the three aspects are exposure, sensitivity, and adaptive capacity.In each aspect the parameters are weighted using input from the experts by the AHP method.The vulnerability of the area to the toxic gas catastrophic CO2 is classified into three levels of vulnerability are, low, medium, and high.Based on the research result, the vulnerability level in Batur sub district is only divided into two classes, namely for the vulnerability class being found in 6 villages are, Pekasiran Village, Pesurenan, Sumberejo, Karang Tengah, Bakal, and Dieng Kulon. For the high grade, there are 2 villages Batur, Kepakisan. This happens because the level of exposure and sensitivity is much higher than the adaptive capacity of the community."
2018
T50949
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Rizky Ramadhan
"Kabupaten Pandeglang memiliki kedekatan wilayah dengan zona subduksi dan wilayah pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia di Selat Sunda. Akibatnya Kabupaten Pandeglang memiliki tingkat kerawanan dan kerentanan gempa bumi, dan untuk itu wilayah rawan gempa bumi dan kerentanan terhadap gempa bumi perlu ditentukan sebagai upaya mitigasi bencana gempa bumi. Faktor - faktor seperti litologi, struktur geologi, lereng, dan nilai PGA (Peak Ground Acceleration) dapat digunakan untuk menentukan wilayah rawan gempa bumi dengan metode skoring. Kerentanan wilayah terhadap gempa bumi ditentukan dengan metode weighted overlay dengan pembobotan dalam aspek lingkungan, sosial, ekonomi, dan fisik. Kerawanan merupakan aspek lingkungan dalam penentuan kerentanan, sedangkan kepadatan penduduk, jumlah penduduk wanita, ratio ketergantungan, dan penyandang disabilitas digunakan dalam penentuan kerentanan aspek sosial. Kerentanan aspek ekonomi menggunakan indikator penduduk miskin dan kerentanan fisik menggunakan kepadatan bangunan. Hasil penelitian menunjukkan wilayah rawan gempa bumi sedang mendominasi Kabupaten Pandeglang dengan luas 64,99% dan mayoritas tersebar pada bagian timur dan selatan Kabupaten Pandeglang. Dalam kerentanan, wilayah kerentanan tinggi terdapat di Kecamatan Labuan dengan luas sebesar 36,07 % dari luas Kecamatan Labuan, sedangkan Kecamatan Sindangresmi dan Kecamatan Munjul merupakan kecamatan dengan kerentanan rendah dengan luas 73.93 % dari luas Kecamatan Sindangresmi dan 61.52 % dari luas Kecamatan Munjul.

Pandeglang Regency has a proximity to the subduction zone and the meeting area of ​​the Indo-Australian Plate and the Eurasian Plate in the Sunda Strait. So that Pandeglang District has an earthquake level of vulnerability and vulnerability. Areas prone to earthquakes and vulnerability to earthquakes need to be determined as an effort to mitigate earthquakes. Factors such as lithology, geological structure, slope, and PGA (Peak Ground Acceleration) values ​​can be used to determine earthquake prone areas by the scoring method. Regional vulnerability to the earth's herds is determined by the weighted overlay method by weighting in environmental, social, economic and physical aspects. Vulnerability is an environmental aspect in determining vulnerability, while population density, female population, dependency ratio, and people with disabilities are used in determining the vulnerability of social aspects. Vulnerability in economic aspects uses indicators of poor population and physical vulnerability using building density. The results showed that earthquake-prone areas were dominating Pandeglang Regency with an area of ​​64.99% and the majority was spread in the eastern and southern parts of the Pandeglang Regency. In susceptibility, the high vulnerability area is in Labuan Subdistrict with an area of ​​36.07% of the area of ​​Labuan Subdistrict, while the Sindangresmi Subdistrict and Munjul Subdistrict are sub-district with low vulnerability with an area of ​​73.93% of the area of ​​Sindangresmi Subdistrict and 61.52% of the total area of ​​Munjul Subdistrict."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apriliana Cahya Khayrani
"Kerentanan merupakan derajat tingkat dimana manusia dengan sistem
lingkungannya mengalami gangguan/tekanan akibat adanya bahaya yang terjadi
dan dapat menimbulkan bencana atau tidak. Secara umum kajian terbaru tentang
kerentanan sekarang ini telah mengalami pergeseran dari penilaian kerentanan
tradisional yang hanya berkonsentrasi pada satu tekanan faktor atau sumber daya,
menjadi banyak faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini, mengkaji tentang
kerentanan sosial kependudukan, kerentanan ekonomi dan kerentanan fisik yang
muncul dari bahaya erupsi Gunung Sindoro-Sumbing. Metode penelitian yang
digunakan untuk menentukan tingkat kerentanan adalah pembobotan dari BNPB
dan analisis spasial dari pola persebaran permukiman. Secara keseluruhan terdapat
112 desa yang masuk dalam zona bahaya Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing
dengan 41 desa termasuk dalam daerah administrasi Kabupaten Wonosobo dan 71
desa termasuk dalam daerah administrasi Kabupaten Temanggung.

Vulnerability is the degree to which the human environment system
disorders/stress due to hazards that occur and can lead to catastrophic or not.
Recent studies on the vulnerability is now experiencing a shift from traditional
vulnerability assessment concentrates only on one factor or resource, to a lot of
factors that influence it. This study, examines the social vulnerability, economic
vulnerability and physical vulnerability that arising from the hazard cause
eruption of Mount Sindoro-Sumbing. This study use weighting methode from
BNPB and spatial analisis of residence spread. Wholly exists 112 villages in
Mount Sindoro?s and Mount Sumbing?s dangerous zone with 41 villages includes
in Wonosobo Regency and 71 villages includes in Temanggung Regency."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S42421
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Subiyanto
"Kota Bandar Lampung merupakan salah satu wilayah Indonesia yang memiliki tingkatan ancaman bencana tsunami yang tinggi, hal ini dikarenakan posisi Kota Bandar Lampung yang relatif berada dekat lokasi pertemuan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia yang relatif aktif. Selain ancaman bencana gempabumi dan Gunung Krakatau yang juga berpotensi membangkitkan gempa yang disertai dengan tsunami. Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa potensi bahaya bencana tsunami di pesisir Kota Bandar Lampung diperoleh prediksi jarak run up rendaman tsunami mencapai ketinggian 20 meter di atas permukaan laut, mencakup 4 kecamatan yaitu (Kecamatan Bumi Waras, Kecamatan Panjang, Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Teluk Betung Timur). Metode yang digunakan adalah Cell Based modelling menggunakan tool model builder dalam Arc GIS dengan analisa grid raster 1 meter sehingga dapat menampilkan dan menjelaskan secara details atribut yang ada pada wilayah tersebut. Kondisi eksisting penggunaan lahan dapat dilihat dari citra Quick Bird yang memiliki resolusi tinggi 0,6 meter.
Hasil analisis Tingkat kerentanan terhadap tsunami di Kota Bandar Lampung, di Kecamatan Bumi Waras memiliki tingkat kerentanan tertinggi pada kelurahan Bumi Waras seluas 85,62 Ha. Kecamatan Panjang di kelurahan Pidada seluas 30,16 Ha. Kecamatan Teluk Betung Selatan memiliki tingkat kerentanan tertinggi pada kelurahan Pesawahan seluas 0.02 Ha dan Kecamatan Teluk Betung Timur di kelurahan Kota Karang seluas 32,11 Ha.

Bandar Lampung is an area in Indonesia which has a high level of Tsunami threat. It is due to the position of Bandar Lampung which is located relatively near the meeting point of Indo-Australian plate dan the Eurasian plate; both are plates are relatively active. Other causes are earthquake threat and the existence of Krakatoa which is potential to generate earthquakes which are followed by a Tsunami. The data analysis showed that the potential Tsunami hazard in the coastal city of Bandar Lampung is the predicted distance run up the marinade tsunami that reached a height of 20 meters above sea level. Potential hazards include four districts, i.e. Bumi Waras District, Panjang District, South Teluk Betung District, and East Teluk Betung District. The research method is Cell-Based modeling, the one using the tool model builder in Arc GIS with 1 meter raster grid analysis, which can show and explain in detail the attributes that exist in the region. From Quick Bird image that has of 0.6 meter resolution, the existing condition of the land use can be clearly seen.
The results of the analysis showed the vulnerability of Tsunami in the city of Bandar Lampung. The results showed that Bumi Waras District has the highest vulnerability level at Bumi Waras Subdistrict with an area of 85.62 Ha. Panjang District has the highest level of vulnerability at Pidada Subdistrict with an area of 30.16 ha. South Teluk Betung District has the highest level of vulnerability at Pesawahan Subdistrict with an area of 0,02 Ha. East Teluk Betung District has the highest level of vulnerability at Kota Karang Subdistrict with an area of 32.11 Ha."
2015
T44490
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cipta Hari Bakti
"Penyimpangan curah hujan merupakan salah satu indikator perubahan iklim di Indonesia., yang memiliki dampak negatif bagi sektor pertanian, khususnya tanaman tembakau. Mayoritas penduduk Temanggung adalah petani tembakau, yang mengalami kegagalan panen akibat penyimpangan curah hujan pada musim kemarau tahun 2010. Melalui analisis deskriptif keruangan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyimpangan curah hujan musim kemarau tahun 2010 dan kerentanan wilayah terhadap penyimpangan curah hujan di Kabupaten Temanggung. Penyimpangan curah hujan tahun 2010 ditentukan berdasarkan curah hujan rata-rata dasarian tahun 1996-2012, sedangkan kerentanan wilayah terhadap penyimpangan curah hujan musim kemarau ditentukan atas aspek tingkat keterpaparan, tingkat sensitivitas dan tingkat kapasitas adaptif dengan metode pembobotan.
Hasil analisis menunjukkan Penyimpangan curah hujan yang terjadi pada musim kemarau tahun 2010 di Kabupaten Temanggung jauh diatas normal (memiliki nilai penyimpangan sebesar 195%). Daerah yang memiliki penyimpangan paling tinggi berada pada Kecamatan Tlogomulyo. Nilai kerentanan wilayah terhadap penyimpangan curah hujan pada musim kemarau berkisar antara 8% sampai dengan 49% dengan memiliki pola keruangan semakin mendekati wilayah kaki Gunung Sindoro-Sumbing (semakin tinggi tempatnya), maka akan semakin besar nilai kerentanannya. Hal sebaliknya, apabila semakin menjauhi wilayah kaki Gunung Sindoro-Sumbing, maka nilai kerentanannya akan semakin rendah.

Deviation of rainfall is one of indicator climate change in Indonesia, which had a negative impact for the sector of agriculture, especially tembakau plants. Most of people in Temanggung work as tembakau farmer, which had a harvest failure cause of deviation of rainfall on dry season in 2010 in Temanggung. With spatial anallysise this studies will know about deviation of rainfall in 2010 and vulnerability of deviation of rainfall on dry season in 2010. Deviation of rainfall in 2010 will known with average of ten days rainfall in 1996-2012, and vulnerability of deviation of rainfall on dry season will known with eksposure, sensitivitas and adaptifity level with scoring metode.
The result of this studies show that deviation of rainfall on dry season in 2010 in Temanggung has far away with normal rainfall on dry season criteria (value of deviation is 195%). Region with highest value is Tlogomulyo subdistrict. Value of vulnerability of deviation of rainfall on dry season in Temanggung is 8% until 49% with spatial anallysise if region close with mount of Sindoro - Sumbing will have highest value vulnerability and the otherwise.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Derita Asri Donal
"Penyakit Demam Berdarah Dengue masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Pemodelan spasial kerentanan wilayah terhadap DBD dilakukan dengan berbagai variabel antara lain: kepadatan bangunan, tutupan vegetasi, kepadatan penduduk, curah hujan dan house index. Metode yang digunakan untuk menentukan kerentanan wilayah terhadap DBD adalah Fuzzy Logic dengan melakukan analisis keanggotaan fuzzy dan fuzzy overlay,untuk menilai kerentanan wilyah terhadap DBD dengan menggunakan beberapa operator fuzzy yaitu AND, OR, SUM, PRODUCT. Tingkat kerentanan wilayah terhadap DBD yang dihasilkan oleh masing-masing operator fuzzy kemudian diuji akurasinya terhadap kerentanan aktual yang diturunkan dari informasi sebaran kasus DBD di Kota Padang tahun 2012.
Dari hasil perbandingan analisis Fuzzy Overlay dengan kerentanan wilayah DBD aktual di Kota Padang tahun 2012 melalui proses uji akurasi. Dari hasil analisis Fuzzy Overlay Product tingkat kerentanan DBD dapat diklasifikasi menjadi, tidak rentan, kerentanan rendah, kerentanan sedang dan kerentanan tinggi. Secara spasial kerentanan wilayah terhadap demam berdarah tertinggi terdapat di Kota Padang yaitu dibagian barat yang dicirikan oleh kepadatan bangunan dan kepadatan penduduk serta curah hujan berdasarkan pemodelan akurasi paling baik yaitu Fuzzy Product sebesar 67.4%.

Dengue Haemorrhagic Fever is still one of the major public health problem in Indonesia. Number of patients and more widely spread area increases with increasing mobility and population density. Modeling spatial vulnerability to dengue areas is done by a variety of variables such as: building density , vegetation cover, population density, rainfall and house index. The method used to determine susceptibility to dengue areas are Fuzzy Logic by analyzing the fuzzy membership and fuzzy overlay, to assess susceptibility to DHF wilyah using some fuzzy operators are AND, OR, SUM, PRODUCT. The level of vulnerability of the region to the DBD generated by each operator fuzzy then tested its accuracy against actual vulnerability information derived from the distribution of dengue cases in the city of Padang in 2012.
From the results of comparative analysis of susceptibility regions Fuzzy Overlay with actual dengue in the city of Padang in 2012 through a process of testing accuracy. From the analysis of the vulnerability of Fuzzy Overlay Product DHF can be classified into, not vulnerable, the vulnerability of low, medium and high vulnerability vulnerability. Spatial vulnerability to dengue areas was highest in the western part of Padang is characterized by the density of buildings and population density and rainfall by modeling best accuracy is at 67.4 % Product Fuzzy.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T38686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Brian Lewis
"ABSTRAK
Semakin banyaknya kendaraan mengakibatkan semakin banyak juga polusi yang dihasilkan. Polusi tersebut berdampak besar pada lingkungan, terutama pada efek gas rumah kaca. Sarana transportasi menjadi penyumbang kedua terbesar penghasil CO2 di lingkungan sehingga dibutuhkan adanya data mengenai gas buang pada kendaraan bermotor saat perjalanan untuk menghitung estimasi CO2 yang dapat menjadi standar kendaraan bermotor agar ramah lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan perancangan model emisi kendaraan bermotor.
Perancangan model dilakukan dengan pendekatan model matematika dengan memperhitungkan 3 faktor, yaitu kelajuan kendaraan (v), percepatan (α), dan juga kemiringan jalan (θ). Pengolahan data dilakukan dengan pendekatan data percobaan yang dilakukan dengan persamaan fourier, yang kemudian dibagi berdasarkan kemiringan dan ruas jalan. Pembagian ruas jalan dilakukan menjadi 3 bagian, yaitu jalanan mendarat, menanjak dan menurun. Dengan menggunakan ketiga data tersebut, dilakukan pendekatan polinomial orde 3 untuk mendapatkan persamaan matematikanya.
Dari hasil model didapat bahwa kecepatan kendaraan sangat terpengaruh dengan besar energi yang digunakan. Semakin besar enegi kendaraan bermotor yang digunakan, semakin besar pula gas buang yang dihasilkan. Korelasi antara emisi dengan prediksinya terhadap kelajuan sebesar 0.69 dan rata-rata data emisi dari seluruh percobaan adalah g/km dan rata-rata data emisi prediksi dari kelajuan adalah g/km.

ABSTRACT
Pollution is a major impact on the environment, particularly the effects of green house gases. It is caused also from transportation. Even it becomes the second largest contributor of CO2 in the environment. Knowing how much exhausted gas in motor vehicles is needed to estimate how much CO2 will produce. It can become a standart of a motor vehicle to be said as environmentally friendly. Therefore, it is needed to know how is the emission CO2 model of motor cycle.
The design of the model is done with a mathematical model approach by taking into account three factors, namely the vehicle speed (v), acceleration (α), and also a road gradient (θ). Data analysing is done of the experiment data by using interpolaion data by Fourier series and also polinomial equations. The segments of the road made into 3 parts, namely the landed, uphill and downhill street. Using the three data, the approach is to get a third-order polynomial equation.
From the results obtained that the model of the vehicle speed is very influenced by the energy used. The greater energy motor vehicle is used, the greater the exhaust gases produced. The correlation between emissions of CO2 with the prediction of emissions of CO2 that is the function of the speed is 0.69 and the average emission data from all trials was 8.88x10^5 g/km and average emission data prediction of velocity is 8.82x10^5 g/km. It means that the prediction model is quit good."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T48301
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sepanie Putiamini
"Peningkatan aktivitas budidaya di pantai utara Jawa secara signifikan menurunkan fungsi ekologis mangrove sebagai pelindung alami pantai dari pasang naik dan naiknya permukaan laut, sehingga menyebabkan kerentanan pantai terhadap banjir rob dan genangan berulang. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1). pengkajian karakteristik fisik pesisir dan kerawanan sosial masyarakat nelayan terhadap banjir rob, (2). membuat peta zonasi kerentanan, dan (3). membangun model ketahanan pantai. Penelitian ini menggunakan metode indeks kerentanan pesisir (CVI) dan indeks kerentanan sosial (SoVI). Hasil penelitian menyajikan 22,13 persen dan 24,56 persen garis pantai di wilayah penelitian masing-masing memiliki nilai CVI tinggi dan sangat tinggi. Selain itu, nilai SoVI +1,76 juga menunjukkan kerentanan sosial tinggi terhadap banjir Rob. Berdasarkan analisis nilai kerentanan tersebut, penelitian ini mengusulkan  model strategi penanaman mangrove dengan wanamina tipe komplangan selebar 100 m sepanjang pesisir Kecamatan Indramayu untuk ketangguhan pesisir berkelanjutan. Hasil simulasi model menunjukkan strategi ini dapat menurunkan kerentanan dan meningkatkan pendapatan tambak secara signifikan. Penelitian ini berkontribusi pada konsep 'kerentanan' dan 'ketangguhan', dengan menyoroti kapasitas adaptif lokal. Temuan memberi masukan bagi pembuat kebijakan untuk memberi dukungan mitigasi dan adaptasi yang relevan dalam mengaktivasi kapasitas adaptasi komunitas penambak.

Increased aquaculture activity on the north coast of Java significantly decreases the ecological function of mangroves as natural protectors of the coastal from high tides and sea-level rise, therefore causing coastal vulnerability to tidal flooding and repeated inundation. The objectives of this study were: (1). assessment of the physical coastal characteristic and social vulnerability of fishing communities to Rob flooding, (2). create a vulnerability zoning map, and (3). build a coastal resilience model. This study uses the coastal vulnerability index (CVI) and the social vulnerability index (SoVi) methods. The results showed that 22.13 percent and 24.56 percent of the coastline in the study area had high and very high CVI values, respectively. In addition, the SoVI value of +1.76 also indicates a high social vulnerability to Rob floods. Based on the analysis of the vulnerability value, this study proposes a strategic model of mangrove planting with silvofishery (Komplangan) with a width of 100 m along the coast of Indramayu District for sustainable coastal resilience. The model simulation results show that this strategy can significantly reduce vulnerability and increase pond income. This research contributes to the concepts of 'vulnerability' and 'resilient', by highlighting local adaptive capacities. The findings provide input for policymakers to relevant mitigation and adaptation support to activate the adaptive capacity of fishing communities."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emirza Rachmansyah
"

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia memiliki permasalahan terkait sampah yaitu timbulan sampah yang terus meningkat dan kepedulian masyarakat yang masih rendah terkait pengelolaan sampah. Penerapan Waste to Energy dapat mengatasi permasalahan dari sampah dikarenakan dapat mengurangi timbulan sampah yang dibuang ke TPA. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis sampah ITC Cempaka Mas dengan metode Selective Dissolution Method untuk mengetahui apakah penggunaan bahan bakar alternatif yang terbuat dari sampah dapat mengurangi emisi CO2 pada proses produksinya. ITC Cempaka Mas sebagai salah satu mall terbesar di Jakarta menghasilkan sampah sebanyak 27 ton perharinya yang terdiri dari 51.71% sampah organik dan 48.29% sampah inorganik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi komposisi dari sampel bahan bakar alternatif yang terbuat dari sampah ITC Cempaka Mas mana yang paling efektif dalam mengurangi emisi CO2 jika digunakan dalam proses produksi pembuatan semen. Variabel bebas yang digunakan adalah melakukan variasi komposisi sampel bahan bakar alternatif. Sampel 1 memliki komposisi sama dengan komposisi sampah ITC Cempaka Mas; sampel 2 terdiri dari 80% kertas dan 20% plastik; sampel 3 20% kertas dan 80% plastik; sampel 4 terdiri dari 20% kertas, 60% plastik, dan 20% organik; dan sampel 5 terdiri dari 60% kertas, 20% plastik, dan 20% organik. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah bahwa sampel 4 memiliki faktor emisi paling besar jika digunakan sebagai bahan bakar alternatif yaitu 3705.9 Kg CO2/Ton RDF dan sampel 5 memiliki faktor emisi paling rendah yaitu 1523.59 Kg CO2/Ton RDF. Sampel 1 merupakan sampel yang paling efektif digunakan sebagai bahan bakar alternatif dikarenakan memiliki rasio emisi CO2 yang paling kecil diantara sampel lainnya sehingga dapat mengurangi emisi CO2 sebesar 1267 x 107 jika dibandingkan dengan B-C Oil, 6715.1 x 107 jika dibandingkan dengan Bituminous Coal dan 3305.6 x 109 jika dibandingkan dengan Anthracite Coal.

 


Indonesia as one of the developing countries in the world has a problem related to waste, namely increasing waste generation and low public awareness regarding waste management. The application of Waste to Energy can overcome the problem of waste that can be reduced by the generation of waste disposed to the landfill. The purpose of this study was to analyze the waste of ITC Cempaka Mas with the Selective Dissolution Method method to find out whether using alternative fuels made from garbage can be used to transfer emissions in the production process. ITC Cempaka Mas as one of the biggest malls in Jakarta produces 27 tons of garbage per day which consists of 51.71% organic waste and 48.29% inorganic waste. This study aims to determine the variation in composition of alternative fuel samples made from ITC Cempaka Mas waste which is the most effective in reducing CO2 emissions if used in the production process of making cement. The independent variable used is to vary the composition of alternative fuel samples. The sample 1 has the same composition as the composition of ITC Cempaka Mas waste; sample 2 consists of 80% paper and 20% plastic; sample 3 20% paper and 80% plastic; sample 4 consists of 20% paper, 60% plastic, and 20% organic; and sample 5 consisted of 60% paper, 20% plastic, and 20% organic. The results obtained in this study are that sample 4 has the largest emission factor if it is used as an alternative fuel, namely 3705.9 Kg CO2 / Ton RDF and sample 5 has the lowest emission factor which is 1523.59 Kg CO2 / Ton RDF. Sample 1 is the most effective sample used as an alternative fuel because it has the smallest CO2 emission ratio among other samples so that it can reduce CO2 emissions by 1267 x 107 when compared to BC Oil, 6715.1 x 107 when compared to Bituminous Coal and 3305.6 x 109 when compared to Anthracite Coal.

 

"
2019
T53181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Juliani Utami
"ABSTRAK
Kapal laut merupakan moda transportasi yang digunakan untuk memfasilitasi 90% perdagangan internasional. Hal tersebut membuat kapal laut berpartisipasi dalam membuang sekitar 120 juta ton gas CO2 ke atmosfer setiap tahunnya (Hydros Foundation). Dalam rangka menanggulangi dan mencegah dampak yang lebih buruk dari terperangkapnya gas CO2 di udara, International Maritime Organization menetapkan peraturan yang menuntut indutri perkapalan untuk mengurangi emisi CO2 di masing-masing kapalnya sebesar 40% di tahun 2030 mendatang. Dalam memenuhi tuntutan ini industri dapat menerapkan teknologi post-combustion adsorption. Teknologi adsorpsi tentunya membutuhkan adsorben yang cocok sesuai dengan fungsi yang diharapkan. Pada penelitian ini fungsi yang diharapkan yaitu menangkap gas CO2 pada gas buang kapal, dengan pengaruh adanya gas N2, mengingat gas N2 mempunyai presentase besar pada gas buang kapal. Salah satu adsorben yang memiliki potensi untuk adsorpsi gas CO2 di gas buang kapal adalah MIL-101 (Cr). Material ini memiliki luas permukaan yang besar, dan diiringi dengan kestabilan kimia dan kestabilan termal yang baik. Pada penelitian ini dilakukan sintesis material MIL-101 (Cr) secara hydrothermal, diikuti dengan proses karakterisasi luas permukaan melalui adsorpsi/desorpsi N2, fourier transform infrared sprectoscopy (FTIR), x-ray diffraction (XRD), thermogravimetric analysis (TGA), dan scanning electron microscopy (SEM). Setelah sintesis dan karakterisasi, dilakukan pengujian kapasitas adsorpsi secara volumetrik, kemudian perhitungan selektivitas menggunakan metode ideal adsorbed solution theory (IAST). Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil selektivitas CO2/N2 sebesar 30,1 untuk suhu 27C dan 9,9 untuk suhu 25C.

ABSTRACT
Shipping, or sea freight, is still the most crucial mode of transportation, facilitating 90% of the International trade. With that high percentage, shipping also contributes in accumulating more than 120 million tons of carbon dioxide in the atmosphere each year (Hydros Foundation, 2015). In order to prevent and overcome any worse impact from the heat-trapping gas, International Maritime Organization (IMO) set new rules that require the shipping industry to reduce their ships CO2 emission by 40% in the upcoming 2030. To meet this requirement, post-combustion adsorption technology is an interesting option since this method does not force owner to replace their whole ship system but instead just add some additional equipment. Adsorption method required a suitable adsorbent for each specific purpose. In this research the adsorbent is expected to be able to capture CO2 gasses from a ship exhaust, while considering the effect of N2 gasses that mainly dominate the flue gasses. MIL-101 Cr, a type of metal-organic framework, is one potential adsorbent for the required function. This material has a large surface area, along with a great chemical and thermal stability. In this research writer conducted a hydrothermal synthesize of MIL-101 Cr, followed by material characterization: surface area analysis using N2 adsorption/desorption, fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), x-ray diffraction (XRD), thermogravimetric analysis (TGA), and scanning electron microscopy (SEM). After the synthesize and characterization, adsorption measurement is conducted using volumetric method and then the selectivity is calculated using ideal adsorbed solution theory (IAST) method. In this research the CO2/N2 selectivity using MIL-101 Cr reached up to 30,1 in 27C and 9,9 in 25C."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>