Ditemukan 89587 dokumen yang sesuai dengan query
Kusumaning Ayu Dyah Sukowati
"Banjir merupakan merupakan salah satu bencana hidrometeorologis yang paling sering terjadi serta menimbulkan kerugian dan kerusakan lebih banyak dibanding bencana yang lain. Kabupaten Karawang merupakan salah satu wilayah rawan banjir nasional, akibat banjir yang sering melanda wilayah tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sebaran banjir di Kabupaten Karawang pada tahun 2015, 2016 dan 2017 serta membangun model spasial untuk prediksi dan potensi banjir di Kabupaten Karawang. Metode yangdigunakan adalah dengan melakukan analisis overlay indeks terbobot dengan metode skoringdari setiap variabel penyebab banjir dan informasi genangan dari citra SAR Sentinel 1A. Sedangkan analisis regresi logistik digunakan untuk membangun model spasial banjir. Pola sebaran banjir tahun 2016 menyebar dari timur kearah barat dan utara serta lebih luas dibandingkan tahun 2015 dan 2017.
Flood is the most common hydrometeorological disasters and causes more than others. Karawang regency is one of the areas floods hazard, due to floods that often hit the area. The purpose of this research is to know the pattern of flood spread in Karawang regency in 2015, 2016 and 2017 and build spatial model for prediction and flood potential in Karawang regency. The method used by conducting a weighted overlay overview analysis with the scoring method of each flood variable and the inundation information from Sentinel 1A SAR image. They regression analysis to build spatial flood model. The 2016 spreading pattern of floods spreads from east to west and north and wider than 2015 and 2017."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T51550
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Setiyani
"Perubahan penutup lahan merupakan suatu proses dalam perkembangan wilayah. Model perubahan penutup lahan digunakan untuk menggambarkan perkembangan wilayah dari waktu ke waktu. Penelitian ini dilakukan untuk membuat model prediksi penutup lahan pertanian sawah Kabupaten Karawang pada tahun 2031. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model dinamika spasial Cellular Automata CA -Markov Chain. Analisis simulasi spasial dalam penelitian ini menggunakan prinsip cellular automata CA dengan menggunakan multi layer perceptron MLP neural network, sedangkan prediksi penutup lahan menggunakan menggunakan markov chain. Prediksi kebutuhan lahan Tahun 2031 menggunakan dua skenario skenario bebas dan skenario Rencana Tata Ruang Wilayah. Model dinamika spasial dengan Cellular Automata CA -Markov Chain digunakan untuk prediksi penutup lahan di masa mendatang menghasilkan tingkat akurasi 95,63. Prediksi lahan sawah tahun 2000-2031 menunjukkan adanya tren penurunan luasan lahan sawah. Prediksi dengan skenario bebas menunjukkan adanya pengurangan lahan sawah sebesar 32,96 Ha per tahun dalam kurun tahun 2000-2031, sedangkan prediksi lahan sawah dengan skenario RTRW menunjukkan adanya pengurangan lahan sawah sebesar 31,33 Ha per tahun dalam kurun waktu tahun 2000-2031. Kata kunci: Cellular automata, Karawang, lahan pertanian sawah, markov chain, model dinamika spasial.
Land cover change is a process in the regional development. The model of land cover change used to discribe the regional development with time series. This research was conducted to predict agricultural land of Ricefield in Karawang Regency in 2031. The method of the research is spatial dynamics model approach of Cellular Automata CA Markov Chain. Spatial simulation analysis is using cellular automata CA by multi layer perceptron MLP neural network, whereas the land cover prediction is using markov chain. Land cover prediction in 2031 are using two scenarios free scenario and Regional Spatial Planning scenario. The spatial model of Cellular Automata CA Markov Chain is used to predict future land cover with the level of accuracy of 95,63. The prediction of rice field in the period of 2000 2031 shows the decreasing trend of rice field area. The prediction with free scenario shows a reduction of rice fields of 32.96 Ha year 1 in the period of 2000 2031, while the prediction of rice field with RTRW scenario shows the reduction of rice fields of 31.33 Ha year 1 in the period 2000 2031.Keywords Cellular automata, Karawang, markov chain, Rice field, spatial dynamics model."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49525
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Perlita Angelika
"Kabupaten Karawang memiliki luas hutan mangrove terluas kedua di Provinsi Jawa Barat dengan luas 10.005,93 Ha, hal tersebut mendorong terbentuknya ekowisata mangrove di Kabupaten Karawang. Ekowisata Mangrove Tangkolak, Kecamatan Cilamaya Wetan dan Ekowisata Mangrove Pasir Putih, Kecamatan Cilamaya Kulon merupakan ekowisata yang dikembangkan pada tahun 2018. Namun sudah ribuan pengunjung berkunjung ke objek wisata tersebut walaupun tergolong objek wisata yang baru dan fasilitas yang disediakan tergolong sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial fasilitas pendukung ekowisata berdasarkan interval jarak. Hasil dari penelitian ini merupakan interval jarak mempengaruhi pembentukan pola fasilitas di sekitar ekowisata. Pola spasial fasilitas pendukung ini juga mempengaruhi besaran pendapatan dan arah perkembangan, di mana fasilitas yang terletak pada interval jarak dekat akan memiliki penghasilan yang lebih besar dibandingkan interval jarak sedang dan jauh serta arah perkembangan fasilitas mendekati objek wisata.
Karawang Regency has the second area of mangrove forest in West Java Province with an area of 10,005.93 Ha, which encourages the formation of mangrove ecotourism in Karawang Regency. Tangkolak Mangrove Ecotourism, Cilamaya Wetan District and Pasir Putih Mangrove Ecotourism, Cilamaya Kulon District is ecotourism that developed in 2018. However, the place has had thousands of visitors, even though itâs classified as a new ecotourism and the facilities that provided are still quite simple. This research purpose is to find out the spatial pattern of supporting facilities based on the interval distance. The result is the distance interval affects the formation of facilities patterns around ecotourism. The spatial pattern of these supporting facilities also affects the amount of income and the development purpose, where the facilities that located in close range will have a greater income than intermediate and long-distance intervals as well as the purpose of approaching tourist attractions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aruminingsih
"Kabupaten Karawang yang dikenal sebagai daerah penghasil padi, kini mengalami perkembangan industri yang pesat. Masalah dalam penelitian ini adalah perubahan penggunaan lahan akibat pembangunan kawasan industri dapat meningkatkan risiko banjir. Namun demikian, instrumen perencanaan kawasan belum mementingkan risiko banjir secara komprehensif. Tujuan penelitian ini adalah memberikan konsep perencanaan kawasan industri di daerah rawan banjir untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah metode campuran (mixed method). Hasil penelitian menunjukkan: (1) perubahan rona lingkungan akibat perubahan fungsi lahan persawahan dan hutan sekunder menjadi kawasan industri dan permukiman. Luasan lahan terbangun meningkat 126% selama periode 30 tahun; (2) perubahan penggunaan lahan meningkatkan risiko bencana, terindikasi dengan proyeksi fraksi run-off permukaan tanah meningkat sebesar 0,30% pada tahun 2030; (3) Korelasi kuat sebesar 0,731 antara faktor lingkungan dengan dampak banjir. Perencanaan berbasis model risiko bencana dengan mitigasi struktural dan non struktural menjadi pilihan pembangunan berkelanjutan di kawasan industri.
Karawang Regency is known as rice-producing region, now it’s experiencing tremendous industrial growth. The problem in this research is the landuse changes due to the development of industrial areas could increase the flood risk. Nevertheless, the regional planning instrument has not yet comprehensively prioritized the flood risk. This research aims to provide a planning concept for industrial region in flood-prone areas to achieve sustainable development. The method used is mixed method. The study showed: (1) changes in environmental setting were due to landuse changes from rice fields and secondary forest into settlements and industrial areas. coverage of built-up areas is increasing by 126% within 30 years period; (2) landuse changes increase the disaster risk, indicated by the projection of run-off that has 0.30% incline in the Year 2030; (3) The strong correlation of 0.731between environmental factor and flood impact. Disaster-risk model planning with structural and non-structural mitigation is an option for sustainable development in industrial areas."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Naufal Nandaniko
"Kedinamisan wilayah pesisir dapat diamati dengan mengamati parameter berupa perubahan garis pantai baik akibat abrasi maupun akresi. Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat merupakan kabupaten yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa sehingga menyebabkan di sepanjang pesisir utara Kabupaten Karawang menjadi rentan akan fenomena perubahan garis pantai. Abrasi yang terjadi telah mengakibatkan hilangnya wilayah daratan seperti permukiman serta tambak penduduk yang merugikan warga setempat. Sama seperti abrasi, akresi juga dapat merugikan masyarakat sekitar karena akibatnya yang menimbulkan pendangkalan muara sungai sehingga menghambat lalu lintas kapal dan perahu. Tiga faktor oseanografis penting yang mempengaruhi perubahan garis pantai adalah arus, gelombang, dan pasang surut. Selain itu, faktor topografi pantai dan penggunaan lahan juga turut dipertimbangkan. Dilakukan analisis mengenai ada atau tidak terdapatnya pengaruh topografi pantai terhadap abrasi dan akresi yang terjadi, serta bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap perubahan garis pantai. Dengan memodelkan prediksi perubahan garis pantai yang akan terjadi di masa depan, langkah preventif dapat dilakukan guna mencegah dampak negatif yang merugikan warga setempat dari fenomena ini. Model prediksi perubahan garis pantai didapatkan dari informasi laju perubahan di setiap garis transek yang tersebar di sepanjang garis pantai Kabupaten Karawang. Laju perubahan didapatkan dari data perubahan garis pantai yang diolah dengan mengekstraksi citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2018, Landsat 7 ETM+ tahun 2008, dan Landsat 5 TM tahun 1998. Analisis perubahan garis pantai dikaji dalam pendekatan per segmen. Dalam melihat hubungan antara topografi pantai dengan abrasi dan akresi, digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil menunjukkan bahwa topografi pantai yang landai cenderung terjadi akresi. Sebaliknya, abrasi lebih mudah terjadi di wilayah dengan topografi pantai yang lebih curam. Untuk penggunaan lahan, adanya alih fungsi lahan menjadi permukiman dan tambak akan mempercepat proses abrasi. Sedangkan ekosistem mangrove mendukung terjadinya fenomena akresi. Model prediksi abrasi diprediksi terjadi paling besar di bagian tengah Kabupaten Karawang. Sedangkan untuk akresi, bagian paling Timur Kabupaten Karawang diprediksi menjadi wilayah dengan luasan akresi terbesar.
Dynamics of coastal areas can be observed by observing the parameters in the form of shoreline changes both due to abrasion and accretion. Karawang Regency, which is located in West Java Province, is a regency that borders the Java Sea directly, so that along the northern coast of Karawang Regency it becomes vulnerable to the phenomenon of coastline changes. Abrasion that occurred has resulted in the loss of land area such as settlements and resident pond which harm local residents. Just like abrasion, accretion can also be detrimental to the surrounding community because of the consequence that it causes siltation of river estuaries which hampers ship and boat traffic. Three important oceanographic factors that influence changes in shoreline are currents, waves, and tides. In addition, coastal topography and land use factors are also considered. An analysis of the presence or absence of coastal topographical effects on abrasion and accretion is carried out, as well as how the influence of land use on shoreline changes. By modeling predictions of shoreline changes that will occur in the future, preventive steps can be taken to prevent negative impacts that can harm local residents of this phenomenon. The prediction model for shoreline change is obtained from information on the rate of change in each line of transects that are scattered along the coastline of Karawang Regency. The rate of change was obtained from the shoreline change data processed by extracting Landsat 8 OLI/TIRS satellite images year 2018, Landsat 7 ETM + year 2008, and Landsat 5 TM year 1998. The shoreline change analysis was assessed in a per segment approach. In perceiving the relationship between coastal topography and abrasion and accretion, simple linear regression analysis was used. The results show that the sloping topography of the beach tends to accretion. Conversely, abrasion is occur easier in regions with steeper coastal topography. For land use, the conversion of land into settlements and ponds will accelerate the abrasion process. While the mangrove ecosystem supports the occurrence of accretion phenomena. The abrasion model is predicted to occur most in the central part of Karawang Regency. While for accretion, the easternmost part of Karawang Regency is predicted to be the region with the largest accretion area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Naufal Nandaniko
"
ABSTRAKKedinamisan wilayah pesisir dapat diamati dengan mengamati parameter berupa perubahan garis pantai baik akibat abrasi maupun akresi. Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat merupakan kabupaten yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa sehingga menyebabkan di sepanjang pesisir utara Kabupaten Karawang menjadi rentan akan fenomena perubahan garis pantai. Abrasi yang terjadi telah mengakibatkan hilangnya wilayah daratan seperti permukiman serta tambak penduduk yang merugikan warga setempat. Sama seperti abrasi, akresi juga dapat merugikan masyarakat sekitar karena akibatnya yang menimbulkan pendangkalan muara sungai sehingga menghambat lalu lintas kapal dan perahu. Tiga faktor oseanografis penting yang mempengaruhi perubahan garis pantai adalah arus, gelombang, dan pasang surut. Selain itu, faktor topografi pantai dan penggunaan lahan juga turut dipertimbangkan. Dilakukan analisis mengenai ada atau tidak terdapatnya pengaruh topografi pantai terhadap abrasi dan akresi yang terjadi, serta bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap perubahan garis pantai. Dengan memodelkan prediksi perubahan garis pantai yang akan terjadi di masa depan, langkah preventif dapat dilakukan guna mencegah dampak negatif yang merugikan warga setempat dari fenomena ini. Model prediksi perubahan garis pantai didapatkan dari informasi laju perubahan di setiap garis transek yang tersebar di sepanjang garis pantai Kabupaten Karawang. Laju perubahan didapatkan dari data perubahan garis pantai yang diolah dengan mengekstraksi citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2018, Landsat 7 ETM+ tahun 2008, dan Landsat 5 TM tahun 1998. Analisis perubahan garis pantai dikaji dalam pendekatan per segmen. Dalam melihat hubungan antara topografi pantai dengan abrasi dan akresi, digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil menunjukkan bahwa topografi pantai yang landai cenderung terjadi akresi. Sebaliknya, abrasi lebih mudah terjadi di wilayah dengan topografi pantai yang lebih curam. Untuk penggunaan lahan, adanya alih fungsi lahan menjadi permukiman dan tambak akan mempercepat proses abrasi. Sedangkan ekosistem mangrove mendukung terjadinya fenomena akresi. Model prediksi abrasi diprediksi terjadi paling besar di bagian tengah Kabupaten Karawang. Sedangkan untuk akresi, bagian paling Timur Kabupaten Karawang diprediksi menjadi wilayah dengan luasan akresi terbesar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Bagus Adityo
"Perubahan luas hutan menjadi hal yang aktual saat ini. Perlu adanya perhatian mengenai kawasan hutan yang beralih menjadi fungsi lain, karena berdampak pada keseimbangan lingkungan. Kabupaten Bandung Barat memiliki relief yang relative berbukit dan hampir seluruh wilayahnya terletak pada rata-rata ketinggian di atas 1000 mdpl memberikan kontribusi sebagai wilayah resapan dan wilayah yang memiliki potensi pergerakan tanah. Maka tujuan penelitian ini adalah mebangun model spasial deforestasi kawasan hutan dari tahun 2001, 2013 yang selanjutnya digunakan prediksi hingga tahun 2029 dengan menggunakan skenario bebas dan RTRW 2029 sebagai acuan. Model spasial dalam penelitian ini menggunakan pendekatan spasial dinamik, pendekatan keruangan dan pendekatan kuantitatif dengan analisa regresi. Faktor pendorong deforestasi dihasilkan berdasarkan hasil analisis dari ke tiga pendekatan tersebut adalah tingkat kelerengan, jarak dari jalan, jarak dari waduk, jarak dari sungai, jarak dari permukiman, jarak dari pertambangan, ketinggian dan kepadatan penduduk. Berdasarkan analisa regresi logistik faktor pendorong berpengaruh terhadap laju deforestasi. Pertambahan deforestasi tahun 2013 hingga perkiraan deforestasi tahun 2029 sebesar 77% sedangkan peruntukan hutan hingga pola ruang sebesar 86% hutan terkonversi. Hal ini menunjukan telah terjadi deforestassi di Kabupaten Bandung Barat.
Changes in forest area became an actual thing today. There needs to concern regarding the forests are switching became another function, because the impact on the balance of the environment. West Bandung District has a relatively the hilly relief and almost all of region is located at an average of altitude of be above 1000 meters above sea level as the contributing catchment areas and area having the potential for ground movement. So the purpose this research is building a spatial model of forest areas deforestation from 2001, 2013, which then used until 2029 the prediction using the free and spatial scenarios in 2029 as the reference. Spatial model in this study using a spatial approach is dynamic, spatial approach is and quantitative approach is to the regression analysis. Driving factors behind deforestation resulting based on the analysis from the the three approaches are level of slope, distance from the roads, distance from the reservoir, distance from the river, distance from the settlements, the distance from the mining, height and density of population. Based on logistic the regression analysis the driving factors of deforestation effect on deforestation increment in 2013 to estimates of deforestation by 77% by 2029 while the spatial pattern of forest allocation up by 86% forest converted. This indicated deforestation there has been in West Bandung regency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42520
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
David Rio Christiawan
"Lahan adalah sumber daya yang sangat penting dan utama pada sektor pertanian bagi petani dan bagi pembangunan pertanian. Kecamatan Jatisari berstatus sebagai kawasan pertanian tanaman pangan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Karawang Tahun 2011-2031. Tingginya pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan akan lahan permukiman semakin tinggi ditambah terdapat jalur arteri yang melintasi wilayah Kecamatan Jatisari yang menyebabkan semakin tinggi potensi perubahan penggunaan dan/atau tutupan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan tutupan lahan sawah pada tahun 1999, 2011, dan 2023 serta memprediksi perubahan tutupan lahan sawah pada tahun 2031 yang kemudian akan dianalisis dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karawang yang berakhir pada tahun 2031 dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Wilayah Kecamatan Jatisari. Model spasial dihasilkan dengan metode Celullar Automata-Markov Chain yang dibangun berdasarkan perubahan tutupan lahan tahun 1999, 2011, dan 2023 serta faktor pendorong (driving factors) berupa jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari permukiman, jarak dari POI (Point of Interest). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara spasial terjadi perubahan tutupan lahan pertanian sawah yang sebagian besar menjadi tutupan lahan permukiman dan terjadi di bagian tengah yang disebabkan oleh adanya jalan arteri, jalan kolektor, maupun jalan lokal. Hasil prediksi tutupan lahan pertanian sawah tahun 2031 juga menunjukkan bahwa tutupan lahan sawah mengalami perubahan yang sebagian besar menjadi tutupan lahan permukiman dan terdapat di bagian tengah wilayah Kecamatan Jatisari dimana permukiman berkembang oleh karena jalan arteri, jalan kolektor, maupun jalan lokal. Peta RTRW memiliki tutupan lahan permukiman yang lebih luas dibanding peta prediksi tutupan lahan tahun 2031. Luasan LP2B lebih kecil dibanding lahan sawah keseluruhan ada peta prediksi tutupan lahan tahun 2031. Secara keseluruhan, peta prediksi tutupan lahan sawah pada tahun 2031 dapat menjadi saran bagi Pemerintah Kabupaten Karawang dimana lahan sawah yang ada dan lahan sawah berkelanjutan harus tetap dipertahankan.
Land is a very important and main resource in the agricultural sector for farmers and for agricultural development. Jatisari Sub-district has the status of a food crop agricultural area according to the Karawang Regency Spatial Plan (RTRW) 2011-2031. The high population growth makes the need for residential land higher plus there is an arterial route that crosses the Jatisari District area which causes a higher potential for changes in land use and/or cover. This research aims to analyze the changes of paddy field land cover in 1999, 2011, and 2023 and predict the changes of paddy field land cover in 2031 which will then be analyzed with the Karawang Regency Spatial Plan which ends in 2031 and the Sustainable Food Agricultural Land of Jatisari District. The spatial model was generated using the Celullar Automata-Markov Chain method which was built based on land cover changes in 1999, 2011, and 2023 and driving factors such as distance from roads, distance from rivers, distance from settlements, distance from POI (Point of Interest). The results showed that spatially there was a change in the land cover of paddy fields, most of which became residential land cover and occurred in the central part caused by the presence of arterial roads, collector roads, and local roads. The results of the prediction of rice field agricultural land cover in 2031 also show that rice field land cover has changed mostly to residential land cover and is found in the central part of the Jatisari Sub-district area where settlements are developing due to arterial roads, collector roads, and local roads. The RTRW map has a wider settlement land cover than the 2031 land cover prediction map. The LP2B area is smaller than the total paddy fields in the 2031 land cover prediction map. Overall, the prediction map of paddy field land use in 2031 can be a suggestion for the Karawang Regency Government where existing paddy fields and sustainable paddy fields must be maintained."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yanuartri Puspita Arum
"
ABSTRAKKabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Indonesa yang memiliki wilayah pesisir terpanjang, dengan panjang sebesar 76,42 Km dan luas wilayah pesisir sekitar 1.168,85 km2. Proses dominan yang terjadi di pesisir Kabupaten Karawang adalah abrasi dan garis pantai mundur antara 50-300 meter ke arah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besar perubahan garis pantai yang terjadi di Kabupaten Karawang menggunakan citra Landsat multi-waktu dengan pendekatan pasang-surut. Hasilnya Perubahan garis pantai lebih dinamis ketika periode 1999-2009 dengan luas abrasi sebesar 8611954m2 dan akresi sebesar 5471645m2. Hal ini dikarenakan pada periode tersebut berada pada dua jenis pasang surut yang berbeda, dimana pada tahun 1999 terjadi mixed-semidiurnal (Condong Ganda), sedangkan untuk tahun 2009 pasut jenis mixed-diurnal (Condong Tunggal). Kemudian untuk periode 2009-2019 berada pada jenis pasut yang sama yaitu pasut jenis mixed-diurnal (Condong Tunggal) yang menyebabkan garis pantai terdeteksi mengalami sedikit perubahan. Masing-masing segmen mengalami perubahan garis yang berbeda-beda pada tiap periode penelitian karena adanya variasi kemiringan, tutupan lahan dan morfologi muara sungai.
ABSTRACTKarawang Regency is one of the districts in Indonesia which has the longest coastal area, with a length of 76.42 km and an area of around 1,168.85 km2 of coast. The dominant process that occurs on the coast of Karawang Regency is abrasion and the coastline retreating between 50-300 meters in a direction. The purpose of this study was to determine the extent of shoreline changes that occurred in Karawang Regency using multi-time Landsat imagery with a tidal approach. The result Changes in the shoreline were more dynamic during the period 1999-2009 with an abrasion area of 8611954m2 and an accretion of 5471645m2. This is because during that period there were two different types of tides, where in 1999 there was a mixed-semidiurnal (Double Leaning), while in 2009 the tide was mixed-diurnal (Leaning Tunggal). Then for the period 2009-2019 there was the same type of tide, namely the mixed-diurnal type tide (Leaning Tunggal) which caused the detected coastline to experience slight changes. Each segment experienced different line changes in each study period due to variations in slope, land cover and river estuary morphology."
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Andhika Muchlis
"Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) adalah salah satu bentuk penerapan konsep earmarking di Indonesia. Sebagai penerima DBH CHT terbesar di Jawa Barat, Kabupaten Karawang berhasil memanfaatkannya untuk meningkatkan fasilitas kesehatan seperti pembangunan Rumah Sakit Khusus Paru dan Puskesmas Rawat Inap. Namun demikian, pemanfaatan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau tidak ada yang mencapai target anggaran dalam lima tahun terakhir. Oleh karena itu, penelitian ini mengevaluasi kebijakan pemanfaatan alokasi kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau di Kabupaten Karawang dengan harapan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru baik untuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sehingga pemanfaatan DBH CHT kedepannya dapat direalisasikan lebih maksimal sesuai dengan regulasi yang berlaku. Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan post-positivist dengan teknik pengumpulan data kualitatif. Penelitian ini menganalisis dengan enam kriteria evaluasi kebijakan yang dikemukakan oleh Dunn, yaitu efektivitas, efisiensi, responsivitas, kecukupan, perataan, dan ketepatan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemanfaatan DBH CHT untuk aspek kesehatan telah dilaksanakan cukup baik. Namun demikian, untuk aspek kesejahteraan masyarakat dan penegakan hukum masih belum maksimal pemanfaatannya. Aspek kesejahteraan masyarakat, sulit untuk dimanfaatkan karena karakteristik Kabupaten Karawang belum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kemudian, penegakan hukum sulit dimanfaatkan karena belum terjalinnya komunikasi yang baik antara pemerintah daerah dan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai setempat.
The Policy Revenue Sharing of Tobacco Excise is one of the implementation concept of earmarking in Indonesia. As the largest recipient of the CHT DBH in West Java, Karawang Regency has succeeded in utilizing it to improve health facilities such as the construction of a Special Pulmonary Hospital and Inpatient Health Center. However, the utilization of the Revenue Sharing of Tobacco Excise has not reached the budget target in the last five years. Therefore, this study will evaluate the policy on the utilization of Revenue Sharing of Tobacco Excise Sharing Fund allocation in Karawang Regency with the hope that the results of this study can provide new knowledge for both the central government and local governments so that the utilization of DBH CHT in the future can be realized more optimally in accordance with the regulation. This study analyzes the six policy evaluation criteria proposed by Dunn which are effectiveness, efficiency, responsivity, adequacy, appropriateness, and equity. The results of this study indicate that the utilization of Revenue Sharing of Tobacco Excise for the health aspect has been implemented quite well. However, for the aspect of community welfare and law enforcement, the utilization is not optimal yet. The aspect of community welfare is difficult to utilize because the characteristics of Karawang Regency are not inline with the regulation. Moreover, Law enforcement is difficult to utilize because the communication between the local government and the local Customs and Excise Supervision and Service Office is not yet sufficient enough."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library