Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163995 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulita Dyah Retno Widhi Astuti
"Kapal FSO Floating Storage and Offloading merupakan jenis kapal yang digunakan pada industri hulu migas untuk menampung minyak bumi atau kondensat dari sumur di dasar laut dan selanjutnya mengalirkan melalui pipa maupun kapal tanker untuk dikomersialkan. FSO Kakap Natuna yang merupakan aset milik Pemerintah Indonesia yang dioperasikan di Laut Natuna menggunakan mesin diesel sebagai generator untuk memenuhi kebutuhan daya listriknya. Moda operasi kapal FSO tersebut cenderung konstan dengan rata-rata beban harian sebesar 11,18 MWh/hari. Pertimbangan atas instalasi panel surya photovoltaic / PV di kapal FSO tersebut antara lain: radiasi sinar matahari yang berlimpah di lokasi FSO Kakap Natuna beroperasi yakni pada kisaran 4,21 ndash; 5,00 kWh/m2/hari, area permukaan dek atas kapal yang luas dengan fasilitas / peralatan yang tidak banyak jumlahnya, adanya efisiensi biaya dan potensi pengurangan Cost Recovery dari industri migas. Perhitungan yang dilakukan dalam analisis ini mencakup : optimasi penggunaan luas area sebesar 6.903 m2 diatas dek kapal, dan 3.551 unit panel surya untuk membangkitkan energi listrik sebesar 5,6 MWh/hari. Studi kelayakan dari instalasi ini menghasilkan pengurangan biaya operasi sebesar USD 829.687 pertahun, sehingga dalam 4 tahun dapat diperoleh biaya pengembalian investasi dibandingkan dengan kondisi operasi eksisting saat ini. Nilai tambah ini dapat menjadi pertimbangan pengambilan kebijakan untuk menggunakan instalasi panel surya pada FSO aset lainnya atau yang dioperasikan jangka panjang.

FSO Floating Storage and Offloading vessel is a type of vessel used in upstream oil and gas industry to store petroleum or condensate from subsea well and deliver through pipelines or tankers to be commercialized. FSO Kakap Natuna owned by Government of Indonesia operated in Natuna Sea use diesel engine as a generator to fulfill its electric power needs. The mode of operation of the FSO vessel tends to be constant with an average daily load of 11.18 MWh day. The consideration of having solar panels photovoltaic PV installation in the FSO vessel are abundant sun radiation at FSO Kakap Natuna location with range of 4.21 5.00 kWh m2 day, wide deck surface area with less facilities, the cost efficiency and potential cost recovery reduction of the oil and gas industry. Calculations performed in this analysis include optimization of area usage of 6,903 m2 above ship deck, and 3,551 units of solar panel to generate electrical energy of 5.6 MWh day. The feasibility study of this installation resulted in a reduction in operating costs of USD 829,687 per annum, so that within 4 years investment returns can be obtained as compared to the existing operating conditions. This added value can be a consideration of policy making to use solar panel installations on other FSO or long term operated assets."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51578
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dodi Suryadi
"Fasilitas-fasilitas yang ada di industri minyak dan gas bumi tergolong berisiko tinggi dikarenakan bahan yang dikelola adalah minyak dan gas mudah terbakar dan mudah meledak baik secara intern maupun dengan proses luar. PT X adalah sebuah perusahan minyak dan gas bumi yang beroperasi di lepas pantai (offshore) sebagai pengguna FSO dengan kapasitas 660.000 barrel oil. FSO tersebut sudah mulai dioperasikan pada bulan Agustus 2012 tetapi belum memiliki hasil analisis risiko yang cukup untuk aktifitas yang ada dalam FSO tersebut. Kondisi ini sangat berbahaya karena FSO adalah suatu instalasi dengan risiko sangat tinggi terhadap ledakan/kebakaran, kecelakaan fatal dan saat ini perusahaan tidak mempunyai informasi yang cukup apakah peralatan atau sistem pencegahan bahaya sudah sesuai dengan kebutuhan atau tidak. Tujuan penelitian secara umum untuk mengetahui jenis risiko dan tingkat risiko keselamatan kerja yang potensial terjadi pada aktifitas di ruang pompa dan pengendaliannya dan tujuan penelitian secara khusus untuk mengetahui jenis-jenis aktifitas apa saja yang dilakukan di ruang pompa FSO PT X, mengetahui jenis-jenis bahaya/ risiko yang ada di ruang pompa, mengetahui tingkat risiko yang ada dari setiap aktifitas yang ada di ruang pompa dan mengetahui pengendalian apa saja yang sudah ada dan yang masih diperlukan untuk meminimalkan risiko yang ada di setiap aktifitas di ruang pompa. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis risiko keselamatan kerja pada proses yang dilakukan di ruang pompa di FSO PT X. Penelitian dilakukan dengan observasi lapangan, diskusi dengan pekerja FSO dan PT. X, juga analisa data yang dimiliki oleh PT X. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan April 2013. Penelitian merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dimana dilakukan penilaian terhadap risiko yang dimiliki oleh pekerja dengan mengkombinasikan inspeksi dilapangan dengan teknik penilaian risiko. Penilaian risiko dilakukan dengan tahapan manajemen risiko sesuai dengan Risk Management AS/ NZS 4360:1999/2004. Hasil Penelitian Aktifitas yang ada di ruang pompa adalah turun naik tangga, pengoperasian pompa kargo, perawatan pompa kargo, pembersihan bilge ruang pompa, memasuki ruang pompa, pengecatan di ruang pompa, pekerjaan pada ketinggian, dan kondisi peralatan di ruang pompa. Risiko tertinggi dari semua aktifitas adalah pada aktifitas pengoperasian pompa kargo dimana risiko setelah kontrol masih ditingkat risiko Tinggi hal ini terjadi karena karena pekerjaan dilakukan dengan mengaktifkan pompa sehingga timbul panas, bising, asap yang sangat mengganggu aktifitas dan konsentrasi pekerja. Risiko terendah dari semua aktifitas adalah aktifitas pengecatan di ruang pompa dengan tingkat risiko satu Sedang dan dua Rendah. Pengendalian risiko yang telah dilakukan adalah penerapan prosedur melalui instruksi kerja, Permit to work, pembuatan kemiringan tangga yang tidak lebih dari 60 derajat, penerangan yang cukup, penggunaan alat pelindung diri seperti coverall, masker, safety shoes, handglove, safety glasses, ear plug, ventilasi udara, pemberlakukan jadwal kerja yang bergantian, pemasangan peredam panas pada bagian-bagian panas tinggi, pembuatan jalur pekerja, pengecekan kandungan gas yang ada di ruang pompa, pekerja yang mengetahui tata letak peralatan di ruang pompa dan memastikan pekerja yang bekerja adalah sehat, pemeriksaan rutin peralatan angkat secara rutin seperti body harness, chain block, wire sling, konstruksi penyangga chain block.
Existing facilities in the oil and gas industries was generally classified as high risk due to substance oil and gas is flammable and explosive with both internal and external processes. PT. X is an oil and gas company operating in the offshore as an FSO users with capacity 660,000 barrels of oil. The FSO was started in August 2012 but has not had sufficient risk analysis for existing activities in the FSO. This condition is very dangerous because the FSO is a plant with a very high risk for explosions / fires, fatal accidents and the company currently does not have sufficient information whether equipment or hazard prevention systems are in accordance with the requirements or not. General research purposes to determine the type and level of risk potential safety risks occur in activities in the pump room and its control and objective study specifically to determine what types of activities are carried out in a pump room FSO PT X, knowing the types of hazards / risks that exist in the pump room, knowing that there is the risk level of any activity that is in control of the pump room and find out what is already there and are still required to minimize the risks involved in each activity in the pump room. This study was conducted to analyze safety risks on the process undertaken in the pump room at the FSO PT X.. Research carried out by field observations, discussions with workers FSO and PT. X, as well as analysis of data owned by PT X. The study was conducted in January to April 2013. Research is a qualitative descriptive, which made an assessment of the risk to workers by combining field inspection with risk assessment techniques. Risk assessment carried out by stages in accordance with the Risk Management AS / NZS 4360:1999 / 2004. The activities are there in the pump room is down and up stairs, the operation of cargo pumps, cargo pump maintenance, cleaning bilge pump room, inspection to pump chamber, the painting in the pump room, work at height, and condition of the equipment in the pump room. Highest risk of all activities is the operation of cargo pump activity which after controls the level of risk still High this happens because as the work is done by activating the pump so that the resulting heat, noise, smoke highly disrupt the activity and concentration of workers. The lowest risk of all activity is the activity of painting in the pump room with a Medium risk level and two Low. Control risk is the application procedure has been carried out through the work instructions, permit to work, making the slope of the stairs which no more than 60 degrees, adequate lighting, the use of personal protective equipment such as coveralls, masks, safety shoes, handglove, safety glasses, ear plugs, air vents, the sift work schedule, installation of heat shock on high heat parts, installs line workers, checking the gas content in the pump room, workers who know the location of equipment in the pump room and ensure workers are healthy, regular test lifting equipment such as body harness, chain block, wire slings, chain block buffer construction."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35324
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Julian Rahmat
"ABSTRAK

Pemeliharaan merupakan suatu proses yang dilakukan demi menjaga kehandalan suatu instrumen atau mesin. Pemeliharaan yang baik sekiranya mendorong efektifitas dan produktifitas suatu sistem produksi. Namun seringkali suatu instrumen atau mesin produksi mengalami kegagalan yang tidak dapat di hindari dan terjadi berulang kali. Kegagalan yang terjadi ini juga menimbulkan kerugian yang besar kepada perusahaan. Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kegagalan dan kerugian yang besar adalah dengan memasukkan suatu aset, instrument atau mesin tersbut kedalam daftar Bad Actor (BA). Bad Actor sendiri bertujuan untuk mendata beberapa aset yang seringkali mengalami kegagalan dan berpotensi menimbulkan kerugian yang besar bagi perusahaan, aset tersebut kemudian diprioritaskan dalam proses maintenance yang dilakukan secara keseluruhan. Proses utama dalam penentuan Bad Actor adalah dengan melakukan proses Root Cause Failure Analysis yang dapat menentukan akar permasalahan yang terjadi, sedangkan data kerugian dapat dilihat dari daily report yang mencatat kerugian produksi yang terjadi ketika suatu aset atau mesin produksi tersebut mengalami kegagalan.


ABSTRACT
Maintenance is a process carried out in order to maintain the reliability of an instrument or a machine. Good maintenance should encourage the effectiveness and productivity of a production system, but often an instrument or a machine experience fails that cannot be avoided and occurs repeatedly. This failure also caused a large loss to the company. Efforts that can be made to overcome major failures and losses is to include an asset, instrument or machine into the list of Bad Actors (BA). Bad Actor itself aims to record a number of assets that often fail and potentially cause large losses for the company, these assets are then prioritized in the overall maintenance process. The main process in determining Bad Actor is to do a Root Cause Failure Analysis process that can determine the root of the problem that occurs, while data loss can be seen from a daily report that records production losses that occur when an asset or production machine fails.

 

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Adhani
"Floating Storage Offloading (FSO) adalah anjungan terapung yang berfungsi sebagai fasilitas penyimpanan produksi minyak atau gas alam sebelum didistribusikan dengan kapal tanker. FSO ditambatkan pada mooring tower dengan tujuan menjaga FSO agar stabil dan relatif tetap pada posisinya sehingga aspek operasional FSO dapat tetap berjalan lancar. Mooring tower dipilih sesuai dengan keadaan Laut Jawa yang tergolong relatif dangkal. Tugas akhir ini bertujuan untuk menentukan desain mooring tower yang mampu menahan beban lingkungan struktur serta beban tarikan vessel FSO. Perangkat lunak Structural Analysis Computer System (SACS) dipergunakan sebagai alat bantu permodelan dan perhitungan.
Analisa statis (in-place analysis) dilakukan pada mode operasional dan ekstrim terhadap tiga tipe struktur dengan perbedaan geometri pada perangkaan diagonal: tipe struktur perangkaan diagonal tunggal (tipe struktur I); tipe struktur perangkaan diagonal X (tipe struktur II); dan tipe struktur perangkaan diagonal V (tipe struktur III), untuk menentukan desain yoke mooring tower paling baik.
Hasil analisa menunjukkan ketiga tipe struktur telah memenuhi kriteria unity check (UC). Berdasarkan criteria UC ini, tipe struktur II cenderung lebih baik dibandingkan tipe struktur lainnya. Namun mempertimbangkan faktor berat, desain tipe struktur I akan digunakan sebagai desain yoke mooring tower karena memilki berat paling ringan diantara ketiganya.

Floating Storage Offloading (FSO) is a floating structure that serves to receive and store oil or natural gas before distributed by shuttle tankers. FSO is moored to a mooring tower to stabilize its position in order to maintain the operational aspect of the FSO. Mooring tower is selected in accordance with the state of Jave Sea which is relatively shallow. The objective of this final paper is to design a yoke mooring tower that able to resist its environmental loading and FSO tension. Structural Analysis Computer System (SACS) is the software used to model and to solve the calculation.
An in-place analysis is conducted on operational and storm conditions on three type of structures with geometrical differences on its diagonal bracing: single diagonal bracing (type I); type X diagonal bracing (type II); and type V diagonal bracing (type III), to choose the best design for a mooring tower structure.
The result shows that each structure type meets the unity check (UC) requirements for in-place analysis. Further analysis presents that structure type II considered as a better structure with regard to UC values. But putting the structure self-weight itselves into consideration, the best structure design to be applied as a mooring tower in the proposed location would be structure type I since this structure is the lightest.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vessa Fauziyyah Pratiwi
"PT. XYZ melakukan kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas di lepas pantai menggunakan FPSO dengan produksi utama berupa minyak mentah, gas yang dihasilkan diinjeksikan kembali kedalam sumur. Adanya fasilitas kompresor yang dapat menaikan tekanan gas sampai 210 bar, kelebihan gas dapat disimpan di storage sebagai CNG. Penyimpanan gas CNG 10 MMscf, CDTS membutuhkan tangki sebanyak satu unit dengan dimensi 10 m x 10 m. CNG tube skid membutuhkan total skid sebanyak 51 units dengan total dimensi 12,19 m x 41,45 m. Biaya capex CDTS lebih murah $ 700.000 dari CNG tube skid dan biaya opex CDTS $ 62.102 lebih murah dibandingkan CNG tube skid. Ketersediaan lahan di FPSO yang dapat ditempati CNG storage sebesar 20 m2. IRR 11% didapat tarif gas dasar 1,51 USD/MMBtu untuk penjualan 10 MMScfd dan NPV $12.638.398,34 dengan PBP di tahun ke 7. Hasil analisa sensitivitas menunjukan dengan menaikan tarif gas sebesar 100% yaitu 3,011 USD/MMBtu, saat terjadi penurunan laju produksi sebesar 50% maka NPV dan IRR masih dapat diterima.  Harga gas ini layak digunakan untuk penjualan gas di atas FPSO karena tidak melebihi penetapan harga gas di pembangkit sebesar 6 USD/MMBtu.

PT. XYZ engages in offshore oil and gas exploration and production using an FPSO. The primary production focus is crude oil, and any produced gas is reinjected into the well. A compressor facility with the capacity to increase gas pressure up to 210 bar enables the storage of excess gas as Compressed Natural Gas (CNG). For a CNG gas storage volume of 10 MMscf, CDTS requires a single tank with dimensions of 10 m x 10 m. CNG tube skids necessitates a total of 51 skid units with a combined dimension of 12.19 m x 41.45 m. CDTS exhibits capex costs that are $700,000 lower than CNG tube skids, and its opex costs are $62,102 lower as well. The available land on the FPSO for CNG storage is 20 m2. An IRR of 11% yields a base gas rate of 1.51 USD/MMBtu for sales of 10 MMScfd, resulting in an NPV of $12,638,398.34 with a payback period in the 7th year. The sensitivity analysis demonstrates that even with a 50% decrease in production rate, increasing the gas tariff by 100% to 3.011 USD/MMBtu maintains acceptable NPV and IRR values. This gas price is suitable for selling gas above the FPSO as it does not exceed the fixed gas price at the power plant, which is 6 USD/MMBtu."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Lambang Purwoko
"ABSTRAK
Kegiatan penambangan sumber daya alam minyak dan gas bumi (migas) nasional adalah upaya besar untuk menghasilkan sumber energi penggerak kehidupan masyarakat. Berbagai upaya pun dilakukan, salah satunya melalui kegiatan eksplorasi guna pencarian cadangan baru. Jika berhasil menemukan cadangan yang ekonomis, kegiatan akan dilanjutkan ke tahap produksi yakni proses mengangkat migas ke permukaan bumi. Produk tersebut kemudian dialirkan ke separator dan selanjutnya ke tangki pengumpul atau, untuk gas, ke fasilitas yang akan memanfaatkannya. Tanker yang digunakan sebagai penampungan produksi minyak mentah untuk perusahaan minyak yang beroperasi dilepas pantai (offshore) disebut juga floating production storage and offloading vessel (FPSO). FPSO merupakan adalah sebuah bangunan fasilitas terapung berbentuk kapal untuk kegiatan pengeboran dan penyimpanan minyak lepas pantai yang bersifat portable yang mempunyai kemampuan khusus yaitu kemampuan untuk menyimpan dan mendistribusikan minyak ke kapal pengangkut minyak (shuttle tanker) serta kemampuan untuk memproduksi minyak. Masalah yang memicu kontroversi adalah tidak adanya kepastian mengenai penetapan besaran tarif pajak atas penyewaan FPSO. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengkaji, meneliti, mengkritisi dan menganalisis implikasi pengenaan pajak penghasilan atas penyewaan tanker FPSO/FSO dalam industri migas di Indonesia.

ABSTRACT
National oil and gas mining activities is a huge effort to produce energy resources that will help the society to keep on moving. Numerous efforts were tried out, including exploration in order to find new resources to replace the old ones. If a new, economical replacement is found, the activity will be proceeded to the production phase, which is the phase when the oil and gas were raised to the earth?s surface. The product will be flowed to the separator and then proceeded to the collecting tank or, for gas, to the facility that will used it. The tanker that is used as a reservoir of crude oil production for oil company that operates offshore, which can be called as a floating production storage and offloading vessel (FPSO). FPSO is a floating vessel building for drilling and offshore oil storage, FPSO is portable and has the ability to keep and to distribute oil to the shuttle tanker, plus an ability to produce oil. The problem that ignites controversy is that there is no certainty about the fixation of the amount of tax on the rental of FPSO. The purpose of this research is to know, assess, examine, scrutinize and analyze the implications of the imposition of income tax on charter tanker FPSO / FSO in the oil and gas industry in Indonesia.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keunggulan dan keterbatasan dalam menilai risiko yang ada di Floating Storage and Offloading Unit (FSO) X PT ABC dengan metode Bow-Tie Analysis yang bersumber dari data hasil analisis HAZOP, selanjutnya dilakukan analisis kajian terhadap metode HAZOP dan Bow-Tie sehingga diketahui keterbatasan dan keunggulan masing-masing metode.
Hasil yang diperoleh akan dijadikan rekomendasi dalam manajemen risiko di PT ABC. Penelitian dilakukan pada unit cargo oil loading system FSO X pada deviasi/top event yaitu no/less flow dan corrosion/erosion selama Januari?Juli 2015. Parameter yang digunakan adalah parameter yang ada pada metode HAZOP dan Metode Bow-Tie.
Hasil penilaian risiko pada cargo oil loading system disajikan dalam bentuk worksheet kerja HAZOP dan Bow-Tie diagram. Keunggulan HAZOP diantaranya adalah HAZOP memiliki kelebihan dalam penggunaan guide word untuk memandu evaluasi deviasi desain dan kecukupan safeguard; ruang lingkup spesifik dalam hal identifikasi risiko terkait desain proses dimana analisis dilakukan berdasarkan P&ID; tidak memerlukan software khusus dalam pengerjaanya.
Keterbatasan yang dimiliki HAZOP adalah penyajian data dalam bentuk worksheet sehingga membutuhkan pemahaman lanjutan; ketidakmampuan dalam menggambarkan skenario risiko maupun mitigasinya. Keunggulan bow-tie diantaranya kemudahan dalam memahami hasil analisis karena tergambarkan dalam visual diagram; kemampuan memprediksi tingkat preventive atas penyebab (proaktif) dan tingkat mitigasi dari konsekuensi risiko yang ditimbulkan (reaktif); kemampuan analisis hingga tingkat/level risiko; dan kemampuan dalam menggambarkan perkembangan dan mitigasi risiko.
Adapun keterbatasan bow-tie adalah tidak spesifik mengkaji hazard terkait operasional/desain proses; diperlukan software khusus yang relatif cukup mahal sehingga penggunaannya menjadi terbatas. Dalam hal pemilihan metode risk assessment, pemilihan metode risk assessment sebaiknya disesuaikan dengan tujuan utama dari fasilitas yang akan dinilai. Pada penelitian penilaian risiko di Floating Storage and Offloading Unit (FSO) X PT ABC dengan penggunaan metode HAZOP yang berfokus pada evaluasi kecukupan safety devices suatu instalasi, sehingga perlu dilengkapi dengaan Bow-Tie Analysis agar tingkat risiko dan mitigasi tergambarkan dan terprediksi.

The purpose of this study is to compare HAZOP and Bow-tie analysis method to determine the advantages and limitations of the method in assessing the risks that exist in the Floating Storage and Offloading unit (FSO) X PT ABC.
The results obtained will be recommended in risk management at PT ABC. The study was conducted on a unit of oil cargo loading system FSO X on deviation/top event no/less flow and corrosion/erosion during January to July 2015. The parameters used are the parameters that exist in the HAZOP and Bow-Tie method.
The results of the risk assessment on oil cargo loading system are presented in the form of HAZOP worksheet and Bow-Tie diagrams. The advantages of HAZOP including the use of guidance word; specific in terms of identification of risk associated design process based on P&ID; and it doesn?t require any special software.
The HAZOP limitations including the used of worksheet that requires an advanced understanding;and it can?t describing risk scenarios and mitigation. Bow-tie advantages including the results of the analysis as illustrated in the visual diagram so it?s easy to understand; the ability to predict the level of preventive action (proactive) and level of mitigation of the consequences (reactive); analytical skills up to the level of risk; and the ability to describe the development and mitigation of risk.
The limitations of bow-tie is not specifically assess the hazard related to operational/design process; and it required special software, so the use of the method is limited. When we want to conduct the risk assessment, it should be adjusted with the primary purpose of the facility is to be assessed. In the risk assessment study on the Floating Storage and Offloading unit (FSO) X PT ABC, the use of HAZOP method only focuses on the evaluation of the adequacy the installation of safety devices, to get more comprehensive result that can predict the risk level and risk mitigation we also need another method such as Bow-Tie Analysis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Wachyudi
"Tesis ini membahas tentang penilaian risiko yang dilakukan di Fasilitas Proses Produksi pada FPSO. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah HAZOPS. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif atau observatif. Hasil penelitian ini memberikan gambaran tingkat risiko proses di Fasilitas Proses Produksi pada FPSO, dimana tingkat risiko tertinggi ada pada proses pada peralatan 1st dan 2nd stage separator, dan Fuel gas scrubber serta Fuel gas filter coalester. Tingkat risiko tersebut diperoleh dari kombinasi kemungkinan kejadian (probability) dan keparahan dampak (consequences). Selain itu dihasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk mengendalikan risiko-risiko yang ada sehingga sampai risiko dikategorikan menjadi risiko yang dapat diterima.

The thesis discusses about risk assessment conduct at Production Process Facilities on the FPSO. The method that used in this study is HAZOPS. This research is a qualitative descriptive or observative approach. The results of this research provides a level of risk in the process at Production Process Facility on FPSO, where the highest risk level of the process is on the equipment, such as 1st and 2nd stage separators, fuel gas and fuel gas scrubber and filter coalester. Risk level is derived from a combination of probability and consequences value. The research give recommendations for controlling the existing risks until the risk is classified as acceptable risk."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28486
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Athira Nisrina Fiska
"Tank cleaning merupakan serangkaian langkah dan tindakan yang dirancang untuk memastikan kebersihan tangki dengan aman dan efektif atau dapat dikatakan proses penghilangan uap hidrokarbon, cairan, atau residu dari tangki. Tank cleaning ini langkah preventif untuk mencegah terjadinya kontaminasi atau pencemaran minyak yang ada di dalam tangki. Selain itu, tank cleaning merupakan salah satu syarat agar dilakukannya inspeksi tangki muatan atau dapat dikatakan sebagai langkah yang mutlak sebelum inspeksi tangki muatan untuk memastikan kebersihan, keamanan, dan kepatuhan terhadap standar keselamatan dan regulasi industri maritim. Pada pelaksanaannya, masih banyak terdapat aspek-aspek keselamatan yang tidak dihiraukan. Penelitian ini dilakukan untuk meninjau lebih jauh terkait faktor-faktor di balik sumber bahaya berisiko tinggi bagi para pekerja yang terlibat dalam proses pembersihan tangki muatan pada kapal oil tanker. Sebagai langkah untuk mencegah atau mengurangi potensial terjadinya kecelakaan kerja pada saat tank cleaning, perlu dilakukan penilaian risiko keselamatan. Metode yang paling tepat dalam menganalisa risiko keselamatan pada pekerjaan tank cleaning ini yaitu metode Formal Safety Assessment (FSA) untuk penemuan sumber bahaya dengan memberikan pilihan pengendalian risiko yang output akhirnya akan memberikan rekomendasi pengendalian risiko. Dan tentunya dibantu juga dengan metode Fault Tree Analysis (FTA) berupa penarikan akar masalah.

Tank cleaning is a series of steps and actions designed to ensure safe and effective tank cleanliness or it can be said to be the process of removing hydrocarbon vapours, liquids, or residues from the tank. Tank cleaning is a preventive measure to prevent contamination or pollution of the oil in the tank. In addition, tank cleaning is one of the requirements for cargo tank inspection or can be said to be an absolute step before cargo tank inspection to ensure cleanliness, safety, and compliance with safety standards and maritime industry regulations. In practice, there are still many aspects of safety that are ignored. This study was conducted to further review the factors behind the sources of high-risk hazards for workers involved in the process of cleaning cargo tanks on oil tankers. As a step to prevent or reduce the potential occurrence of work accidents during tank cleaning, it is necessary to assess safety risks. The most appropriate method in analysing safety risks in tank cleaning work is the Formal Safety Assessment (FSA) method for finding hazard sources by providing risk control options whose final output will provide risk control recommendations. And of course, it is also assisted by the Fault Tree Analysis (FTA) method in the form of pulling the root of the problem."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirsupi Usman
"Seiring dengan target pemerintah dalam peningkatan produksi minyak dan gas di lepas pantai, maka penggunaan bahan kimia dalam kegiatan produksi minyak dan gas semakin meningkat, hal ini memunculkan kekhawatiran akan potensi permasalahan kesehatan pekerja, oleh karenanya perlu dilakukan kajian risiko kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko (risk rating/RR) kesehatan terkait pajanan dari kesebelas bahan kimia utama yang digunakan pekerja, pada proses produksi minyak dan gas di kapal FPSO XYZ tahun 2022. Metode Chemical Risk Assessment (CRA) yang digunakan adalah Stoffenmanager® 8 version 5.0 yang merupakan tools untuk menilai risiko kesehatan jalur pajanan inhalasi dan dermal dari penanganan enam bahan kimia oleh production technician di area kerja topside deck dan lima bahan kimia oleh utility operator di area kerja machinery deck. Hasil CRA menunjukkan bahwa tingkat risiko (RR) jalur inhalasi dimana satu bahan kimia kategori risiko tinggi (1,highest) delapan bahan kimia kategori risiko sedang (2, medium), dan dua bahan kimia risiko rendah (3, lowest). Sedangkan berdasarkan risk characterization ratio (RCR) pajanan inhalasi, ada dua bahan kimia yang diketahui nilai RCR task ≥ 1, yang berarti perkiraan konsentrasi emisi yang dihasilkan saat beraktivitas (task concentration estimation/TCE) terhadap potensi bahaya terhirup oleh production technician dan utility operator saat beraktivitas pada jarak yang dekat dengan sumber emisi, dikategorikan berbahaya atau risiko tidak dapat di tolerir (Unacceptable risk). Untuk tingkat risiko dermal efek lokal (skin local), sembilan bahan kimia masuk kategori risiko tinggi dan dua bahan kimia masuk kategori risiko sedang. Sedangkan tingkat risiko dermal efek sistemik (skin uptake), empat bahan kimia kategori risiko sedang, dan tujuh bahan kimia kategori risiko rendah. Hasil risk rating (RR) menentukan pula prioritas tindakan (Action Priority/AP) pengendalian risiko kesehatan. Rekomendasi pengendalian adalah menurunkan tingkat bahaya (HR) dengan melakukan penggantian bahan kimia (subtitusi) dengan bahan kimia yang lebih rendah tingkat bahayanya bagi kesehatan, dan untuk pajanan dermal (ER), otomatisasi proses penanganan, modifikasi teknik pekerjaan dengan membuat sistem penambahan bahan kimia secara gravitasi, menurunkan jumlah dosis pemakaian namun tetap efektif efisien (workplace-related modifiers), mengurangi waktu dan frekuensi penggunaan bahan kimia tersebut (activity time), penambahan ventilasi lokal (LEV) selain ventilasi mekanik, serta menggunakan baju khusus tahan kimia beserta sarung tangannya atau Chemsuit (control measures modifiers).

Along with the government's target to increase offshore oil and gas production,  the use of chemicals in oil and gas production activities tends to increase, this raises concerns about potential health problems for workers, therefore it is necessary to conduct a chemical health risk assessment. This study aims to analyze the health risk rating (RR) related to exposure to the eleven main chemicals used by workers in the oil and gas production process on the FPSO XYZ ship in 2022. The Chemical Risk Assessment (CRA) method that is used is Stoffenmanager® 8 version 5.0 which is a tool to assess the health risks of inhalation and dermal exposure lines from the handling of six chemicals by production technicians on the topside deck work area and five chemicals by utility operators on the machinery deck work area. The results of the CRA show that the risk level (RR) for the inhalation route is one chemical in the high-risk category (1,highest), eight chemicals in the medium risk category (2, medium), and two chemicals in the low-risk category (3, lowest). Meanwhile, based on the risk characterization ratio (RCR) of inhalation exposure, there are two chemicals whose RCR task value is ≥ 1, which means the estimated concentration of emissions produced during the activities (task concentration estimation/TCE) against the potential inhalation hazard by production technicians and utility operators when activities at a close distance to the emission source, are categorized as a dangerous or unacceptable risk. For the level of dermal risk of local effects (skin local), nine chemicals are in the high-risk category and two chemicals are in the medium risk category. While the level of risk of dermal systemic effects (skin uptake), four chemicals were in the moderate risk category, and seven chemicals were in the low-risk category. The results of the risk rating (RR) also determine the priority of action (Action Priority/AP) for controlling health risks. Control recommendations are to reduce the level of hazard (HR) by replacing chemicals (substitutions) with lower chemicals levels of danger to health, and for dermal exposure (ER), automation of handling processes, modification of work techniques by making chemical addition systems automatically. gravity, reducing the number of doses used but still being effective and efficient (workplace-related modifiers), reducing the time and frequency of using these chemicals (activity time), adding local ventilation (LEV) in addition to mechanical ventilation, and using special chemical resistant clothing and gloves or Chemical suit (control measures modifiers)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>