Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195922 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suryo Prabandono
"Tesis ini bertujuan untuk meneliti intercandidate agenda-setting di media sosial pada Pilkada provinsi DKI Jakarta 2017 pada masa kampanye putaran pertama dan kedua. Teori yang mendasari penelitian adalah teori agenda-setting dan agenda building. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode analisis isi. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunduh cuitan dari akun Twitter @AhokDjarot n=1013 dan @JktMajuBersama n=1613 selama masa kampanye pada kedua putaran. Cuitan tersebut dibagi ke dalam empat periode bulan untuk keseluruhan masa kampanye, tiga periode bulan untuk masa kampanye putaran pertama, dan empat periode minggu untuk masa kampanye putaran kedua. Dengan menggunakan korelasi Spearman dan Rozelle-Campbell Baseline, hasil penelitian yang didapatkan menunjukan bahwa ditemukan hubungan intercandidate agenda-setting pada putaran pertama meski korelasinya tidak sekuat di putaran kedua.

This thesis aims to examine the Intercandidate Agenda Setting in the elections of DKI Jakarta province 2017 during the first and second round campaign. The underlying theory of research is the agenda setting theory and the agenda building. This research is quantitative research with content analysis method. The data collection is done by downloading the Tweets from Twitter account AhokDjarot n 1013 and JktMajuBersama n 1613 during the campaign period on both rounds. Tweets is divided into four month periods for the entire campaign period, three month periods for the first round campaign period, and four weeks period for the second round of campaigning. By using Spearman and Rozelle Campbell Baseline correlations, the results obtained show that intercandidate agenda setting relationships are found in the first round although the correlation is not as strong as in the second round.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T50202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rike Elviera
"Tesis ini dibuat dengan tujuan untuk meneliti bagaimana bentuk collective audience gatekeeping di media online Tribunnews.com dalam mengemas dan menyajikan berita pada saat Pilkada DKI Jakarta 2017. Pemberitaan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pemberitaan tentang Pilkada DKI Jakarta 2017 yang ada di Tribunnews.com pada periode 1-18 April 2017. Era digital telah mengubah banyak teori dalam dunia jurnalistik. Collective audience gatekeeping sendiri adalah bentuk baru dari teori gatekeeping yang dulu digunakan dalam media massa konvensional.
Pada saat ini, teori gatekeeping sudah tidak relevan lagi digunakan, mengingat audiens telah memiliki akses dan perangkat untuk bisa langsung berpartisipasi dalam publikasi sebuah informasi atau peristiwa sehingga menjadi berita dan ini menunjukkan dominasi media massa dalam penentuan topik sudah berkurang. Collective audience gatekeeping menjadi bentuk baru teori gatekeeping di mana audiens ikut berpartisipasi dalam proses pencarian topik hingga publikasi suatu berita. Penelitian menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: dokumentasi, wawancara, dan pengamatan langsung.
Dari hasil penelitian, didapatkan bentuk format dari collective audience gatekeeping dan bentuk partisipasi audiens dalam proses pemberitaan di media online Tribunnews.com. Tribunnews.com telah mempraktikkan collective audience gatekeeping dengan memberikan ruang yang luas kepada audiens untuk berpartisipasi dalam topik pemberitaan di Tribunnews.com; dan penentuan topik yang dipublikasikan berdasarkan minat audiens - yang diamati dari analytic tools. Artinya, ada pergeseran pola dari praktik jurnalisme klasik, di mana setiap berita yang akan dipublikasikan, diputuskan dalam rapat redaksi terlebih dahulu. Praktik di Tribunnews.com sebagai portal mediaberita, redaksi tidak lagi sepenuhnya mendominasi keputusan penentuan topik berita.

This thesis is written to research on the forms of collective audience gatekeeping inpackaging and serving news in the Tribunnews.com during the gubernatorial election period in DKI Jakarta in 2017. The selected news articles in this research are those in the period of 1 18 April 2017. The digital era has changed a lot of theories in journalism. Collective gatekeeping is a new form of gatekeeping theory that has been used in conventional mass media.
Nowadays, gatekeeping theory is no longer relevant since the audience has access and tools to directly participate in publishing information or events as news, and this means that the domination of the mass media in defining topics has been eroded. Collective audience gatekeeping has emerged to become a new form of gatekeeping where the audience participates in the process of searching for topics all the way to publishing them as news. The research utilizes quantitative research approach with case study method. The technique for data collection is documentation, interview, and direct observation.
From the result of the research, the form of collective audience gatekeeping and of the participation of the audience in the process of online media publication in Tribunnews.com is found. Tribunnews.com has practiced collective audience gatekeeping by providing expansive space to the audienceto participate in the news topics in Tribunnews.com and in the decision on the topics tobe published based on the interests of the audience - observed through the analytic tools. This means that there has been a shift in the pattern from classical journalism practice, where each news article to be published was decided in the editorial meeting, the practice in Tribunnews.com as news media portal is that the editors have no domination over the decision on the news topic any longer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T49760
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindya Esti Sumiwi
"ABSTRAK
Isu etnisitas dan agama (SARA), yang muncul di media sosial Twitter, dilekatkan pada Basuki T. Purnama - Djarot S. Hidayat selama Pilkada DKI Jakarta 2017 berlangsung. Perihal konten atau pesan politik, hingga mereka yang disebut sebagai influencer telah menjadi variabel-variabel penting dalam upaya penanganan isu tersebut. Pertanyaan penelitian dalam penulisan ini adalah, seperti apa bentuk konten yang dihasilkan? Bagaimana peran influencer selama kampanye berlangsung? Dengan metode kualitatif, penulis melakukan berbagai kajian literatur, seperti buku, jurnal ilmiah, data monitoring media sosial, dan pemberitaan media daring, hingga wawancara mendalam dengan sejumlah tim pemenangan Basuki T. Purnama - Djarot S. Hidayat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konten atau pesan politik, serta influencer telah membentuk persona pasangan petahana sebagai sosok "bineka". Dengan key message seputar keberagaman, sosok Basuki T. Purnama - Djarot S. Hidayat dibangun dalam citra sebagai pelayan rakyat yang bekerja untuk semua kalangan. Hal ini dibentuk dalam rangka diferensiasi dengan pasangan calon lainnya. Namun demikian, pesan politik akan keberagaman ini sendiri telat disampaikan secara eksplisit, dan baru lebih gencar ketika memasuki kampanye putaran kedua. Walaupun sejak putaran pertama telah ada upaya netralisasi terhadap isu SARA, kampanye yang dilakukan pun masih bersifat parsial. Pada akhirnya, tolak ukur keberhasilan suatu strategi kampanye dilihat dari tujuan utama kampanye tersebut dilakukan. Bila dilihat dari persebaran sentimen pada masa akhir, kampanye media sosial yang dilakukan oleh tim pemenangan dapat dikatakan berhasil. Namun demikian, hal ini tentunya tidak bisa serta-merta dikaitkan dengan hasil akhir pemilu.

ABSTRACT
The ethnicity and religion issue, which appeared on Twitter, was attached to Basuki T. Purnama - Djarot S. Hidayat during the 2017 Regional Election of DKI Jakarta underway. The content or political message, and those called as influencers had become important variables in handling the issue. The research questions in this writing are, What was the form of the contents? How was the role of influencers during the campaign? By using the qualitative method, the researcher did literature studies, to the in-depth interviews with some members of the campaign team of Basuki T. Purnama - Djarot S. Hidayat. The result of this research shows that the content or political message and the influencer had formed the image of this candidate as the "bineka" persons. In the key message of diversity, the image of Basuki T. Purnama - Djarot S. Hidayat was built as the servant of the people that work for all circles in DKI Jakarta. It was formed in order of differentiation with the other candidate. Nevertheless, this political message of diversity was too late to be delivered explicity, and getting more intensified when the campaign was entering its second round. Although there were efforts to neutralize the ethnicity and religion issue on the first round, the campaign was done partially. In the end, the benchmark of success of a campaign strategy can be seen from the main purpose of the campaign itself. As it is seen from the sentiment deployment in the last moment, the social media campaign which was done by the winning team, could be deemed successful. But however, it can't be automatically linked to the final result of the election."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T50029
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rana Anis Baswedan
"Skripsi ini akan membahas tentang bagaimana peran media sosial khusunya akun media sosial resmi Facebook, Twitter, dan Instagram tim Ahok-Djarot dan Anies-Sandi pada Pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua, dengan menggunakan teori web campaigning serta konsep politik, media, dan demokrasi modern melalui metode penelitian kualitatif. Skripsi ini dimulai dengan memperlihatkan bahwa penggunaan media sosial dalam kampanye politik sudah menjadi fenomena new politics di banyak negara terutama di Amerika Serikat dan saat ini Indonesia sedang menuju arah yang sama. Dinamika perubahan regulasi pemilihan kepala daerah di Indonesia, yang salah satunya diterapkan oleh KPU dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 diantaranya batasan pemasangan iklan bagi pasangan calon di media mainstream dan hal itu berdampak pada pasangan calon untuk meningkatkan intensitas turun langsung ke masyarakat di setiap daerah pemilihan, tentunya hal itu membutuhkan peningkatan anggaran dan waktu yang cukup besar. Dengan kondisi tersebut kampanye politik melalui media sosial terutama media sosial resmi yang didaftarkan ke KPU Jakarta, dikatakan berperan secara signifikan menjadi instrumen penting dalam memperkuat strategi politik tim sukses melalui pembangunan citra pasangan calon, mensosialisasikan visi, misi, dan program kerja, serta melakukan mapping isu yang menguntungkan pasangan calon melalui ketiga jenis media sosial resminya yaitu Facebook, Twitter, dan Instagram.

This thesis will discuss about the role of social media especially official social media account Facebook, Twitter, and Instagram Ahok Djarot and Anies Sandi team in the second round election of DKI Jakarta 2017, using web campaigning theory and political, media and modern democracy concept through qualitative research methods. This thesis begins with the use of social media in politics that became a new political phenomenon in the United States and currently Indonesia is heading in the same direction. The dynamics of regulatory changes in local elections in Indonesia, conducted by KPU in the elections of DKI Jakarta 2017 limits of advertising in the mainstream media and that matter impact for the increase and decrease in electoral elections, of course it requires an increase in budget and time is quite large. With the condition, political campaign through of social media especially the official social media which register to KPU Jakarta, used as a big one becomes an important instrument in producing political strategies of candidate team for image development, socialize vision, mission,and program, along do mapping issue profitable to candidate through every types of official sosial media accounts Facebook, Twitter, and Instagram.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Vina Elmaresa
"Kehadiran media sosial dalam kehidupan masyarakat telah memasuki banyak ranah kehidupan manusia, termasuk ranah politik. Dinamika yang terjadi pada Pilkada DKI Jakarta 2017 diwarnai dengan kehadiran beragam meme yang tersebar di media sosial seperti Twitter. Meme menjadi media pengantar pesan yang digunakan oleh para pembuatnya dalam menanggapi berbagai isu yang hadir selama Pilkada DKI Jakarta 2017. Tidak hanya membaca meme secara harafiah, teori tindak ujaran diperlukan untuk benar-benar memahami maksud berbagai meme tersebut. Dengan menggunakan metode etnografi, penelitian ini menunjukkan bahwa praktik bermedia yang dilakukan para pembuat meme didasari oleh agensi yang mereka miliki. Tulisan ini menunjukkan bahwa praktik bermedia dengan membuat meme dan menyebarkannya di Twitter merupakan bentuk partisipasi politik era digital. Pengalaman yang dimiliki pembuat meme menjadi landasan untuk mewujudkan ekspresi dalam bentuk meme bertema politik.

The presence of social media in the life of society has entered many aspects of human life, including the political sphere. Dynamics that occurred during 2017 DKI Jakarta gubernatorial election was colored by the presence of diverse memes spread across social media such as Twitter. Meme became the medium to deliver message that used by the authors in response to various issues that were present during the 2017 DKI Jakarta gubernatorial election. Not only reading it literally, speech act theory is necessary to truly understand the meaning of the various memes. Using ethnographic methods, this research shows that the media based practices made by meme makers are based on their own agencies. This study shows that the practice of media by making memes and spreading them on Twitter is a form of political participation in the digital age. The experiences that meme makers possess serve as a foundation for realizing expression in the form of a political themed meme.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardeni Mihardi
"Kampanye merupakan salah satu momen dalam pemilu yang paling ditunggu. Masa kampanye adalah saat dimana calon kepala daerah memperkenalkan diri kepada masyarakat luas, terutama visi dan misinya. Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap suatu kampanye politik digunakan analisis sentimen menggunakan data Twitter. Penelitian ini melakukan analisis sentimen terhadap kampanye politik pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta tahun 2017. Program yang digunakan untuk klasifikasi yaitu sentiStrength dengan menggunakan pendekatan berbasis leksikon. Dataset yang digunakan untuk klasifikasi yaitu kicauan tweet pengguna yang ditujukan untuk to membalas kicauan akun ofisial calon gubernur dan wakil gubernur, dan kicauan yang menyebut mention akun ofisial calon gubernur dan wakil gubernur pada saat masa kampanye putaran 1 dari tanggal 28 Oktober 2016 sampai 11 Februari 2017 dengan total kicauan yang terkumpul sebanyak 158.517 kicauan dan putaran 2 dari tanggal 7 Maret sampai 15 April 2017 dengan total kicauan yang terkumpul sebanyak 117.074 kicauan. Pengklasifikasian terbagi menjadi 3 kelas yaitu positif, negatif, dan netral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum sentimen positif mendominasi sentimen negatif untuk tiap-tiap calon gubernur dan wakil gubernur, dan hasil perolehan sentimen positif di media sosial Twitter dengan hasil perolehan suara yang didapat oleh pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017 baik pada putaran 1 maupun 2 memiliki urutan yang sama.

The campaign is one of the most awaited moments in elections. The campaign period is the time when the candidate head of the region introduces himself to the public, especially his vision and mission. To find out the public view of a political campaign used sentiment analysis using Twitter data. This study analyzes the sentiment toward the political campaign of candidate pair of governor and vice governor of DKI Jakarta in 2017. The program used for classification is sentiStrength by using lexicon based approach. The dataset used for classification is the tweets of users intended to respond to the tweets of the official accounts of candidates for governors and vice governors, and tweets that mention the official accounts of candidates for governor and vice governor during the campaign period round 1 from October 28, 2016 to February 11, 2017 with a total of tweets gathered as many as 158,517 tweets, and round 2 from March 7 to April 15, 2017 with a total tweet gathered 117,074 tweets. Classification is divided into 3 classes of positive, negative, and neutral. The results showed that in general the positive sentiment dominates the negative sentiment for each candidate of governor and vice governor, and the result of positive sentiments in social media Twitter with the result of vote earned by the couple of candidates for governor and vice governor of DKI Jakarta 2017 both on round 1 and 2 have the same order.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fawaz Syaefullah
"Tesis ini dilatarbelakangi perkembangan teknologi informasi membuat perilaku memilih menjadi terpengaruh muatan informasi yang disebar oleh teknologi. Terutama
perkembangan media sosial yang membuat pemilih memiliki akses informasi sekaligus berpotensi terpapar beberapa konten yang memang sengaja dicari berupa konten yang
benar berisikan informasi politik maupun tidak sengaja yakni konten yang tidak benar berisikan hoaks karena algoritma media sosial. Belum lagi, hoaks yang hadir juga
membawa isu primordial. Sehingga hal ini perlu dilihat dampaknya terhadap generasi yang paling sering menggunakan media sosial dan berpotensi terpapar informasi politik dan hoaks bertema primordial lebih masif, yakni generasi milenial. Selanjutnya, penulis
memilih melihatnya di Pilkada DKI 2017 putaran kedua karena merupakan kasus yang paling lengkap untuk menjelaskan seluruh isu yang ingin ditulis dalam penelitian ini, yakni mengenai internet dan media sosial, informasi politik dan hoaks, isu primordial, dan generasi milenial. Penelitian ini akan menguji tingkat keterpaparan informasi politik dan tingkat keterpaparan hoaks bertema primordial dalam mempengaruhi perilaku
memilih generasi milenial pada pilkada DKI 2017 putaran kedua. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori model partisipasi politik media sosial (SMPPM) sebagai variabel independen dan perilaku memilih sebagai variabel dependennya. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 400 responden,
tingkat kepercayaan 95% dan Margin of Error (MoE) 5%. Hipotesis dalam penelitian ini terpatahkan karena justru yang terjadi sebaliknya, Semakin tinggi keterpaparan informasipolitik, yang mengaktifkan tujuan rasional milenial, maka milenial akan cenderung semakin memilih pasangan Anies-Sandi dan semakin tinggi keterpaparan hoak bertema primordial, yang mengaktifkan tujuan primordial milenial, maka milenial akan cenderung semakin memilih pasangan Ahok-Djarot. Implikasi teoritis menunjukkan bahwa teori model partisipasi politik media sosial (SMPPM) dapat menjelaskan perilaku memilih milenial di Pilkada DKI 2017 putaran kedua.

This thesis is inspired by the development of information technology to make voting behavior to affect by the information content from technology. Especially the
development of social media that makes voters have access to information and potentially exposed some content that intentionally sought is the correct content that contained political or accidental information. The content did not correctly contain hoax because of social media algorithms. Moreover, the hoax also present primordial issues. So it needs to know the impact on the generation who use the most social media and potentially
exposure to political information and more massive primordial-themed hoaxes, i.e. millennials. Furthermore, the author chose to saw it in the second round of DKI 2017 because it is the most complete case to explain all the issues that want to be written in this research, namely about the Internet and social media, political and hoax information, primordial issues, and millennials. The study will test the exposure level of political
information and the primordial themed hoaxes exposure level in influencing the behavior of choosing millennials in the second round DKI 2017 elections. The theory used in this study was the theory of social media political participation model (SMPPM) as an independent variable and the voting behavior as its dependent variable. Method used is a quantitative method with a number of samples are 400 respondents, confidence level is 95% and Margin of Error (MoE) is 5%. Hypothesis in this study is not proven because precisely the opposite is the higher exposure of political information, which activates the
rational goal of millennials, then millennials will be increasingly to choose Anies-Sandi pairs and the higher The exposure of the primordial-themed hoax, which activates the millenniums primordial objective, it will be the millennial energy to choose the Ahok-Djarot pair. Theoretical implications suggest that the theory of social media political participation model (SMPPM) can be used to describe the behavior of selecting a millennial in the second round of DKI elections 2017."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T55374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfianto Purbolaksono
"Penggunaan media sosial, khususnya facebook sebagai alat kampanye marak dilakukan pada Pemilu di era Reformasi. Pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017, kedua kandidat yang bersaing yaitu pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno sama-sama menggunakan facebook sebagai salah satu alat kampanyenya. Tujuannya sebagai upaya menjangkau pemilih khususnya pemilih muda. Dengan demikian, penelitian ini ingin mengetahui dan menjelaskan problematik penggunaan Facebook sebagai alat kampanye oleh dua pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam mempengaruhi preferensi pemilih pemula pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017. Untuk menjelaskan pengaruh media sosial terhadap preferensi pemilih pemula, penelitian ini menggunakan Media System Dependancy Theory atau teori sistem ketergantungan media. Beberapa temuan dalam penelitian ini yaitu pertama, terkait penggunaan facebook sebagai alat kampanye dapat dilihat dengan menggunakan manajemen kampanye. Manajemen kampanye yang baik dilakukan sesuai dengan perencanaan, dilaksanakan secara konsisten dan secara berkala dilakukan proses evaluasi. Kedua, model pengemasan pesan kampanye di facebook harus disesuaikan dengan tujuan dari kampanye yaitu untuk memobilisasi dukungan untuk kandidat. Ketiga, pemilih muda lebih banyak menggunakan platform media sosial Instagram dibandingkan Facebook. Keempat, facebook dan platform media sosial lainnya tidak menjadi faktor utama terhadap pembentukan preferensi bagi pemilih pemula pada Pilkada DKI Jakarta 2017 di putaran kedua. Faktor lainnya adalah saluran informasi lain seperti media televisi, youtube, berita online. Kemudian selain itu terdapat juga faktor lingkungan seperti teman, keluarga, dan Gerakan Bela Islam 212.

The use of social media, especially Facebook as a campaign tool, is rampant during the Elections in the Reformation era. In the second round of the 2017 DKI Jakarta Pilkada, the two competing candidates, namely the Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) -Djarot Saiful Hidayat pair and the Anies Baswedan-Sandiaga Uno pair both used Facebook as one of their campaign tools. The aim is to reach out to voters, especially young voters. Thus, this study wants to find out and explain the problematic use of Facebook as a campaign tool by two pairs of candidates for governor and deputy governor in influencing the preferences of novice voters in the second round of the 2017 DKI Jakarta elections. To explain the effect of social media on the preferences of novice voters, this study uses The Media System Dependency Theory. Some of the findings in this study are first, related to the use of Facebook as a campaign tool that can be seen using campaign management. Good campaign management is carried out according to plan, carried out consistently and the evaluation process is carried out periodically. Second, the model of packaging campaign messages on Facebook must be adapted to the purpose of the campaign to mobilize support for candidates. Third, young voters use the Instagram social media platform more than Facebook. Fourth, Facebook and other social media platforms are not a major factor in the formation of preferences for novice voters in the second round of the 2017 DKI Jakarta elections. Another factor is other information channels such as television media, youtube, online news. Then besides that, there are also environmental factors such as friends, family, and the Islamic Defending Movement 212."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T54783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hasanah N Karimah
"Skripsi ini menjelaskan pengaruh kampanye politik media sosial terhadap partisipasi politik pemilih pemula, dalam studi kasus Pilkada DKI 2017 Putaran Kedua Penelitian menggunakan paradigm positivis dan pendekatan kuantitatif serta termasuk jenis penelitian eksplanatif. Metode pengumpulan data yang dipakai survei dengan instrumen penelitian kuesioner yang dibagikan acak kepada 37 warga Jakarta sebagai sampel penelitian. Metode analisis penelitian adalah regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan terpaan kampanye politik media sosial terhadap partisipasi politik pemilih pemula. Semakin tinggi terpaan kampanye politik media sosial, semakin tinggi pula partisipasi politik kehadiran pemilih dalam pemilihan umum, dibandingkan partisipasi politik secara offline dan online.

This research tries to prove the influence of political campaign of social media to political participation, in the case study of Regional Head Election of DKI 2017 Second Round of Research. This research use positivist paradigm and quantitative approach and including explanative type research. Data collection method used survey with randomly distributed questionnaire instrument to 37 Jakarta citizens as research sample. The method of research analysis is simple linear regression. The result of the research shows that there is a significant influence of social media campaign exposure to voter participation. The higher the exposure to social media political campaigns, the higher the political participation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S69602
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriani
"ABSTRAK
Media massa mempunyai peranan penting sebagai pembentuk opini publik. Sejak kehadiran internet yang melahirkan media sosial, perlahan peranan media konvensional mulai mengalami pergeseran.Media sosial memiliki keunggulan karena para pengguna dapat saling berbagi dan memasukkan agendanya ke ranah publik. Kemampuan media sosial untuk mendefinisikan budaya dan mendikte opini populer dapat mengikis kekuatan media konvensional, karena jumlah berita yang meningkat. Penelitian ini membahas mengenai proses intermedia antara media sosial (akun Twitter pasangan calon) dan surat kabar (halaman satu Kompas dan Republika), yang terjadi selama masa kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017 putaran pertama yang diikuti tiga pasangan calon yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, dan Anies Rasyid Baswedan- Sandiaga Salahuddin Uno. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode analisisi isi.

ABSTRACT
Mass media has an important role as a form of public opinion. Since the internet presence that gave birth to social media, slowly the role of conventional media began to experience a shift.Media social has the advantage because the users can share and enter the agenda into the public sphere. The ability of social media to define culture and dictate popular opinion can erode the power of conventional media, as the number of news increases. This study discusses the intermedia process between social media (Twitter account of candidates) and newspaper (page one Kompas and Republika), which happened during the first round of election of DKI Jakarta 2017, followed by three candidate pairs namely Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, and Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno. The research used quantitative approach and content analysis method."
2017
T48918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>