Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66580 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudha Adi Candra
"Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan tentang partikel an berdasarkan hubungan antarklausa dan makna gramatikal dalam bahasa Jawa Kuno yang belum dilakukan oleh Uhlenbeck 1986, Zoetmulder dan Poedjawijatna 1993. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana fungsi partikel an dan tipologi kalimat berbahasa Jawa Kuno pada teks Adiparwa. Meskipun sumber data yang digunakan bukanlah sumber data baru, tetapi cakupan analisis partikel an akan diperluas dengan teori T. Givon 2001 tentang koherensi intraklausa inter-clausal coherence dan pelengkap nomina berupa klausa noun complement. Adapun temuan dari penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan penjelasan dari Uhlenbeck dan Zoetmulder tentang fungsi partikel an dalam kalimat majemuk bahasa Jawa Kuno.

This research is a study of the relationships and interlauses and grammatical meanings in Old Javanese which Uhlenbeck 1986, Zoetmulder and Poedjawijatna 1993 have not done. This research was conducted to determine the function and frequency of Old Javanese in the decoded text. Although the data used is new data, the solution will be widened by T. Givon 2001 theory of intraclausal coherence inter clause coherence and noun complementary clauses complementary nouns. The findings of this study are expected to explain from Uhlenbeck and Zoetmulder about the function of particles in Greek compound sentences. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangkit Ria Irawan
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang fungsi partikel ni dalam Bahasa Jawa Kuno. Langkah awal penulisan skripsi ini adalah penulis membaca keseluruhan teks Ādiparwa kemudian mencari, mengumpulkan dan mengelompokan data sesuai kata yang mendahului partikel ni. Temuan data dalam teks Ādiparwa diuraikan secara sintaksis serta didukung oleh referensi yang membahas tentang partikel ni. Hasil dari analisis menjelaskan tentang fungsi partikel ni yang didahului oleh nomina, verba dan partikel de. Hasil ini menunjukan fungsi partikel ni yang sebagai pemarkah, preposisi, dan preposisi majemuk. serta menjelaskan ciri khusus partikel ni dalam Bahasa Jawa Kuno.

ABSTRACT
This thesis discusses the function of particles ni in the Old Javanese language. The first step of this thesis is the author read the entire text Ādiparwa then searched collected and classified data according to the word that precedes the particle ni. The results of the data in the text Ādiparwa describe using syntac theory and supported by references that discuss particle ni. The results of the analysis describes the function of the particle ni, which is preceded by the noun, verb and particle de. These results show that as a function of particle ni markers, prepositions, and compound prepositions. and explain the special characteristics of particles ni in the Old Javanese language.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Sinta
"Skripsi ini terdiri dari empat bab. Bab pertama berisi pendahuluan. Bab kedua menjelaskan tentang teori yang saya gunakan untuk menganalisis kalimat pasif bahasa Jerman, yaitu teori gramatika transformasi generatif. Pada bab ketiga saya akan menguraikan, bagaimana kalimat pasif bahasa Jerman dapat dianalisis menurut teori gramatika transformasi generatif.Berdasarkan analisis tersebut dapat ditarik beberapa kesimpuIan, yaitu : -Kalimat pasif dibentuk dari transformasi pasif. Dalam transformasi tersebut terjadi proses-proses seperti proses penambahan, pelesapan, permutasi, dan substitusi. Dari hasil analisa saya dalam artikei majalah CHIP tidak semua bentuk kalimat pasif dapat saya temukan. -Beberapa konstruksi kalimat pasif bahasa Jerman tidak dapat langsung dianalisis dengan teori gramatika transformasi generatif. Kalimat pasif jenis ini harus ditransformasikan terlebih dahulu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S14609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kharisma Ulinnuha
"Agramatisme pada pasien afasia salah satunya ditandai dengan gejala gangguan produksi
verba dalam tuturan spontan (Goodglass, 1976 dalam Centeno dan Obler, 2001). Klaim
tersebut kemudian dikembangkan dalam penelitian berbagai bahasa termasuk yang
dilakukan oleh Rossi & Bastiaanse (2008) dalam bahasa Italia. Rossi & Bastiaanse (2008)
menyatakan bahwa gejala gangguan produksi verba ditemukan pada penutur bahasa Italia
dengan sindrom afasia. Lebih lanjut hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa temuantemuannya
mendukung hipotesis Argument Structure Complexity Hypothesis (ASCH)
(Thompson, 2003) dan pengkodean gramatikal dalam model Levelt (1989). Hipotesis
tersebut menyatakan bahwa pada penutur bahasa dengan sindrom afasia cenderung
menggunakan struktur argumen yang sederhana. Sementara itu, terkait model Levelt
(1989), hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penutur dengan sindrom afasia terdapat
masalah produksi tuturan pada tahap pengkodean gramatikal, yaitu bentuk-bentuk
pengimbuhan verba serta kaitannya dengan struktur sintaksis. Dengan latar belakang
tersebut, penelitian ini dirancang untuk mendapatkan karakteristik struktur verba pada
tuturan spontan penutur bahasa Indonesia dengan sindrom afasia Broca serta kaitannya
dengan Argument Structure Complexity Hypothesis (ASCH) (Thompson, 2003) dan
pengkodean gramatikal seperti yang telah dilakukan untuk bahasa Italia (Rossi &
Bastiaanse, 2008). Dalam penelitian ini terdapat lima pertanyaan utama terkait tipe verba
dan token verba, verba dasar dan verba berafiks, keterkaitan verba dan fungsi sintaktis,
keterkaitan verba dan fungsi semantis, serta kontribusi temuan terhadap hipotesis ASCH
dan pengkodean gramatikal. Penelitian ini melibatkan delapan partisipan yang terdiri dari
empat partisipan dengan sindrom afasia Broca dan empat partisipan normal sebagai
kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan metode campuran dengan urutan eksploratori (exploratory sequential mixed methods) (Creswell, 2013). Metode ini
melibatkan pemaparan secara kualitatif dan disusul dengan data-data kuantitatif. Adapun
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima buah gambar yang
mengadaptasi Cookie Theft serta 3 buah instruksi untuk bercerita tentang kegiatan seharihari.
Cookie Theft merupakan instrumen gambar yang digunakan dalam tes afasia di
berbagai bahasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada partisipan dengan sindrom
afasia Broca, produksi tipe verba dan token verba cenderung lebih rendah dibanding pada
partisipan kontrol. Untuk kasus verba dasar dan verba berafiks, partisipan afasia
cenderung mengalami masalah gramatikal pada penggunaan verba berafiks. Begitu pula
dengan fungsi sintaktis dan semantis, partisipan afasia cenderung menggunakan verba
dalam struktur sintaktis dan semantis yang lebih sederhana dibandingkan partisipan
normal. Dengan temuan-temuan tersebut, hasil penelitian ini mendukung hipotesis ASCH
tentang penyederhanaan argumen (Thompson, 2003) serta kecenderungan adanya
masalah pengkodean gramatikal seperti pada temuan Rossi dan Bastiaanse (2008).

Agrammatism in aphasic patients is characterized by the symptom of impaired verbs
production in spontaneous speech (Goodglass, 1976 in Centeno and Obler, 2001). The
claim was later developed in a multilingual study including that of Rossi and Bastiaanse
(2008) in Italian. Rossi and Bastiaanse (2008) stated that symptoms of impaired verbs
production were found in Italian speakers with aphasia syndrome. Furthermore, the result
shows that the findings support the Argument Structure Complexity Hypothesis (ASCH)
(Thompson, 2003) and grammatical encoding in Levelt’s model (1989). The hypothesis
states that aphasic speakers tend to use simple argument structures. Meanwhile, related
to Levelt’s model (1989), the result shows that aphasic speakers tend to have problems in
speech production, especially in grammatical encoding level; verb inflection and its
relation to syntactic structure. In respect of that, the present study is designed to obtain
the characteristics of verbs use in the spontaneous speech of Indonesian speakers with
Broca's aphasia syndrome as well as its relation to the Argument Structure Complexity
Hypothesis (ASCH) (Thompson, 2003) and grammatical encoding as conducted for
Italian (Rossi & Bastiaanse, 2008). In this study, there are five main questions related to
verb types and verb tokens, basic verbs and verbs with affixes, relation of verbs and
syntactic functions, relation of verbs and semantic functions, and the contribution of
findings to the ASCH hypothesis and grammatical encoding. This study involves eight
participants consisting of four participants with Broca's aphasia syndrome and four
normal participants as a control group. This study uses exploratory sequential mixed
methods (Creswell, 2013). This method involves explanation qualitatively and followed
by quantitative data. The instruments used in this study are five pictures adapting Cookie
Theft and 3 instructions to tell stories about daily activities. Cookie Theft is a picture instrument used in aphasia test in many languages. The result shows that in participants
with Broca's aphasia syndrome, the production of verb types and verb tokens tends to be
lower than in control participants. For the case of basic verbs and verbs with affixes,
participants with aphasia tend to experience grammatical problems with the use of verbs
with affixes. Similarly, in term of syntactic and semantic functions, it is found that aphasic
participant tend to use verbs in simpler syntactic and semantic structure compared to the
normal ones. Based on the aforementioned findings, the result of this study supports the
ASCH hypothesis regarding simplifications of the argument (Thompson, 2003) and the
tendency for grammatical encoding problems as in the findings by Rossi and Bastiaanse
(2008).
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chen Hyang Jin
"Tulisan ini membahas kesalahan gramatikal dan hambatan penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan peserta BIPA. Kesalahan gramatikal terjadi pada keempat aspek, yaitu kesalahan fonologi, kesalahan morfologi, kesalahan sintaksis, dan kesalahan semantik. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi kesalahan gramatikal dan hambatan penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan peserta BIPA berkewarganegaraan Korea Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran (mix method). Sumber data diambil dari tulisan yang berasal dari 20 responden berkewarganegaraan Korea Selatan. Hasil penelitian ini adalah ditemukan keempat aspek kesalahan gramatikal dalam bahasa Indonesia, yaitu kesalahan fonologi, kesalahan morfologi, kesalahan sintaksis, dan kesalahan semantik. Kesalahan yang paling banyak dimuncul pada aspek sintaksis. Selain itu, pada penelitian ini juga menemukan hambatan penggunaan bahasa Indonesia cenderung akibat pengaruh dari bahasa pertama dalam keempat aspek tersebut.

This paper discusses the grammatical errors and writing of BIPA participants interference into Indonesian. Grammatical errors occur in four aspects, which phonological errors, morphological errors, syntactic errors, and semantic errors. The purpose of this study is to classify grammatical errors and identify the grammatical errors that Korean interference into Indonesian in writing of South Korean BIPA participants. The method used in this research is mix method. The source of data used comes from writing of 20 respondents who are South Korean. The result of this study showed that four aspects of grammatical errors in Indonesian, namely phonological errors, morphological errors, syntactic errors, and semantic errors. The most common error is syntactic errors. In addition, this study also found that the interference to using Indonesian tend to be the first language in four aspects."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Musleh Febri Ardiansyah
"Fonotaktik Bahasa Jawa Kuno (BJK) telah dijabarkan oleh Oglobin (1991), Mardiwarsito dan Kridalaksana (2012), serta Suarka (2018). Pada umumnya penelitian tersebut menjelaskan fonotaktik BJK berdasarkan jumlah pola fonotaktik yang ditemukan beserta dengan contoh kata yang mewakili setiap pola persukuan tersebut. Akan tetapi, ketiga penelitian tersebut belum menjelaskan mengenai jenis fonem tertentu yang berdistribusi pada pola persukuan yang ada pada BJK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan distribusi fonem Jawa Kuno pada kata bersuku satu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber data yang digunakan berupa kamus Jawa Kuno-Indonesia (Zoetmulder & Robson, 1995) dan kamus daring BJK http://sealang.net/ojed/. Penelitian ini menggunakan klasifikasi pola persukuan BJK oleh Suarka (2018); terdapat 11 pola fonotaktik pada BJK. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari dan mencatat kata yang memuat ke-11 pola persukuan BJK pada kamus Jawa Kuno-Indonesia (Zoetmulder & Robson, 1995). Data dikelompokkan berdasarkan jenis fonem yang menempati pola persukuan yang ada. Penelitian ini menghasilkan jenis fonem yang cenderung berdistribusi menempati posisi pola persukuan pada kata bersuku satu. Distribusi fonem pada BJK memiliki ciri khas, yakni dua konsonan yang sama dapat berada dalam satu suku kata sekaligus.

The phonotactics of Old Javanese has been described by Oglobin (1991), Mardiwarsito and Kridalaksana (2012), and Suarka (2018). In general, these studies explain the phonotactics of Old Javanese based on the number of phonotactic patterns found along with examples of words that represent each of these tribal patterns. However, the three studies have not explained the specific types of phonemes that are distributed in the tribal patterns in Old Javanese. The purpose of this research is to describe the distribution of Old Javanese phonemes in monosyllabic words. This research uses a qualitative method. The data sources used are the Old Javanese-Indonesian dictionary (Zoetmulder & Robson, 1995) and the online dictionary of the Old Javanese language http://sealang.net/ojed/. This research uses the classification of Old Javanese tribal patterns by Suarka (2018); there are 11 phonotactic patterns in Old Javanese. Data collection was done by searching and recording words containing the 11 Old Javanese tribal patterns in the Old Javanese-Indonesian dictionary (Zoetmulder & Robson, 1995). The data were grouped based on the type of phonemes that occupy the existing tribal patterns. This research produces a type of phoneme that tends to be distributed to occupy the position of the tribal pattern in monosyllabic words."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya , 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Adi Putra
"Partikel akhir wa yang sejak dulu dianggap sebagai partikel akhir yang hanya digunakan oleh wanita, ternyata juga banyak digunakan oleh pria di dalam ragam lisannya. Akan tetapi tentunya partikel akhir wa yang digunakan oleh wanita berbeda dengan yang digunakan oleh pria baik dari segi intonasi maupun fungsi dari partikel akhir itu ketika berada di dalam sebuah ujaran. Jadi pada intinya partikel akhir wa pada pria memiliki fungsi fatis dimana sering muncul di dalam ragam informal. Melalui analisis partikel akhir wa yang muncul di dalam ragam lisan yang dituliskan yaitu di dalam twitter, maka dapat diketahui bagaimana realisasi dan juga fungsi dari partikel akhir wa pada pria.

Final particle wa which has been regarded as the final particle that only used by women, has also been widely used by men in their speech. However, the final particle wa used by women is different with the one used by men in terms of their intonation and function. Essentially, the final particle wa used by men has a phatic function which usually appears in informal speeches. Through analysis of the final particle wa which appears in the informal speech written on twitter, we can conclude the realization of final particle wa in men's speech and its functions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42904
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zoetmulder, Petrus Josephus
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995
R 499.222 ZOE ot I (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Puspitorini
"ABSTRAK
Penelitian ini mengeksplorasi fungsi afiks verbal ma-, -um-, mang-, -in-,
ka- dalam struktur internal kata dan klausa. Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan fungsional dan metode analisis morfologi sintaksis.
Data diambil dari teks prosa Jawa Kuno  diparwa yang diperkirakan disusun
pada akhir abad 10. Data dari dua sumber lain, yaitu, Wirāṭaparwa dan
Bhīsmaparwa digunakan sebagai pelengkap. Analisis data dilakukan dengan
melihat fungsi afiks ma-, -um-, mang-, -in-, ka- dalam struktur internal kata dan
korelasinya dengan ciri valensi sintaktis dalam struktur internal klausa.
Temuan yang diperoleh dari analisis struktur internal kata adalah (i) afiks
ma-,-um-, mang-, -in-, ka- bersifat derivatif karena mengubah makna leksikal dan
kelas kata morfem dasar menjadi verba berargumen satu atau dua; (ii) afiks ma-,-
um-, mang- membentuk verba berargumen satu, sedangkan afiks -um-, mang-, -in-
, ka- membentuk verba berargumen dua. Sebagai pembentuk verba berargumen
dua, afiks -um-, mang- juga memiliki fungsi sebagai pemarkah diatesis aktif,
sedangkan afiks ?in-, ka- sebagai pemarkah diatesis pasif.
Verba berargumen satu dikaji berdasarkan makna aspektual inheren verba.
Temuan yang dihasilkan adalah ada dua kelompok verba berafiks, yaitu (i) verba
berafiks ma- yang keberlangsungan situasinya bersifat nondinamis (nondynamic
situation), (ii) verba berafiks ?um- dan mang- yang keberlangsungan situasinya
bersifat dinamis (dynamic situation). Verba yang menyatakan situasi nondinamis
dibedakan menjadi dua, yaitu verba statif (keberlangsungannya bersifat tetap) dan
verba statis (keberlangsungannya bersifat sementara).
Perbedaan verba statif dari verba statis terkait dengan analisis afiks verbal
dalam struktur internal klausa yang menghasilkan temuan sebagai berikut. Klausa
dengan predikat berupa verba statif tidak dapat diperluas dengan unsur sintaktis lainnya, sedangkan predikat berupa verba statis dan dinamis dapat diikuti unsur
sintaktis lain.
Verba berargumen dua dikaji berdasarkan ciri ketransitifannya. Afiks
ma- cenderung membentuk verba transitif yang tidak mendasar (non-prototypical
transitive verbs) dibandingkan afiks ?um- dan mang-. Secara semantis verba macenderung
memiliki kadar ketransitifan yang rendah. Sebaliknya, afiks mangcenderung
membentuk verba berciri transitif yang prototipikal, yaitu (i) memiliki
agen yang melakukan tindakan dengan sengaja dan aktif, (ii) memiliki pasien
yang konkret dan terkena tindakan, (iii) verba menyatakan peristiwa berubah
dengan cepat, terbatas, tuntas. Oleh karena itu, subjek klausa berpredikat verba
mang- cenderung merupakan agent active. Ciri semantis tersebut menjadi
pembeda yang paling menonjol antara verba mang- dan verba ?um-. Subjek
klausa berpredikat verba ?um- cenderung merupakan a conscious dative.
Analisis verba berafiks pada struktur internal klausa menghasilkan temuan
dua tipe klausa, yaitu (i) klausa yang urutan predikat dan subjeknya tersela
konstituen sintaktis lain, dan (ii) klausa yang urutan predikat dan subjeknya tidak
tersela konstituen sintaktis lain. Perbedaan tersebut berkaitan dengan jenis klausa
ditinjau berdasarkan ada tidaknya partikel topikal dalam klausa. Klausa berpola
predikat subjek yang tidak tersela konstituen lain dapat menjadi klausa topikal,
sedangkan klausa berpola predikat subjek yang tersela konstituen lain tidak dapat
menjadi klausa topikal. Temuan tersebut memperlihatkan perbedaan jenis klausa
yang dipicu oleh kebutuhan pada tingkat sintaktis dan pragmatik wacana.
Temuan penelitian ini berimplikasi pada kajian linguistik bahasa Jawa
Kuno dalam hal dua aspek tinjauan afiks verbal, yaitu kata dan klausa. Afiks
verbal bahasa Jawa Kuno tidak hanya merupakan kesatuan bentuk dan makna
dengan morfem dasar yang diimbuhinya, tetapi juga merupakan kesatuan bentuk
dan makna yang berkorelasi dengan ciri sintaktis verba berafiks yang
dibentuknya

ABSTRACT
This research investigates the functions of Old Javanese verbal affixes ma-
-um-, mang-, -in-, and ka- in the internal structure of words and clauses. This
qualitative research utilizes functional approach and morphological-syntactical
method for analysis. Data were taken from an Old Javanese prose text  diparwa
which was composed approximately in the 10th century. Supplementary data were
taken from two other textual sources: Wirāṭaparwa and Bhīsmaparwa. Data were
analyzed by examining the functions of affixes ma-, -um-, mang-, -in-, and ka- in
the internal structure of words and their correlation with syntactical valency in the
internal structure of clauses.
Analysis of the internal structure of words yields these following results:
(i) affixes ma-,-um-, mang-, -in-, and ka- are derivative in character because they
can transform lexical meanings and the part of speech of a basic morpheme into a
verb with one or two arguments; and (ii) affixes ma-,-um-, and mang- creates
verbs with one argument, while affixes -um-, mang-, -in-, and ka- creates verbs
with two arguments. As markers of verbs with two arguments, affixes -um- and
mang- also function as active diathesis markers, while affixes -in- and kafunction
as passive diathesis markers.
Verbs with one argument are analyzed according to their inherent
aspectual meanings. This analysis found two groups of verbs with affixes: (i)
verbs with affix ma- which signify non-dynamic situations and (ii) verbs with
affixes -um- and mang- which signify dynamic situations. Verbs which convey
non-dynamic situations are further divided into two groups which consist of
stative verbs (which indicate permanent situations) and static verbs (which
indicate temporary situations).
The difference between those two groups of verbs is then linked to the
results of an analysis of verbal affixes in the internal structure of clauses, which
found that clauses with stative verbal predicates cannot be expanded using other syntactical elements, while clauses with static and dynamic verbal predicates can
be expanded using other syntactical elements.
Verbs with two arguments are analyzed according to their transitivity.
Affix ma- is more likely to create non-prototypical transitive verbs than affixes -
um- and mang-. Semantically speaking, verbs with affix ma- tends to show low
degree of transitivity, whereas the affix mang- tends to create prototypical
transitive verbs with these characteristics: (i) having agents who do intentional
and active actions, (ii) having concrete patients who become the objects of those
actions, and (iii) signifying events which are rapidly changing, limited, and
complete. Because of this, the subjects of clauses with verbal predicate mangtend
to be active agents. This semantic characteristic is the most distinguishing
feature between verbs with affix mang- and verbs with affix -um-. The subjects of
clauses with verbal predicate -um- tend to be conscious datives.
The analysis of verbs with affixes in the internal structure of clauses
results in two types of clauses which consist of (i) clauses whose predicate and
subject are separated by other syntactical constituents, and (ii) clauses whose
predicate and subject are not separated by other syntactical constituents. This
difference is related to the categorization of clauses which is based on the
presence or absence of topical particles in the clauses. Clauses with predicatesubject
pattern which are not separated by other syntactical constituents can be
considered as topical clauses, whereas clauses with predicate-subject pattern
which are separated by other syntactical constituents cannot be considered as
topical clauses. These findings demonstrate that clauses can be categorized
according to various linguistic needs at syntactical level and pragmatic-discourse
level.
The research findings can contribute to expanding the linguistic studies of
Old Javanese in two aspects related to the study of verbal affixes: words and
clauses. Old Javanese verbal affixes are not simply fusions of form and meaning
combined with the base morphemes to which they are attached, but also the fusion
of form and meaning which correlates with the syntactical characteristics of the
affixed verbs they create."
2016
D2233
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teselkin, A. S.
New York: Modern Indonesia Project Southeast Asia Program Cornell University, 1972
499.222 TES o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>