Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80152 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ikhsan Hernanda
"ABSTRAK
Indonesia sebagai negara yang terletak di garis khatulistiwa, memiliki potensi energi matahari sebesar 4,8 kWh/m2/hari, sudah saatnya energi terbarukan berbasis panel surya terus dikembangakan. Pengembangan potensi panel surya di Jawa Bali di rencanakan PLN sebesar 800 MW bedasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik RUPTL tahun 2018-2027. PLTS-PV Rooftop 2 kWp yang dirancang pada sektor rumah tangga Jawa Bali dibuat berdasarkan pendapatan perkapita, jumlah pelanggan, jumlah penjualan tenaga listrik, dan jumlah penduduk. Energi yang dihasilkan PLTS dapat menghemat pemakain bahan bakar batu bara pada tahun 2019 sebesar 1,07 triliyun rupiah dan hingga tahun 2027 dapat menghemat sekitar 11,08 triliyun rupiah. Skema Net Metering dengan adanya insentif 30 dapat diterapkan untuk pembangunan PLTS-PV Rooftop 2 kWp. Dengan pemasagan pada sektor rumah tangga di Jawa Bali dapat menghemat pembayaran listrik rumah tangga sebesar 37,9-41 .

ABSTRACT
Indonesia as a country located on the equator, has 4.8 kWh m2 day the potential of solar energy, it is time for expanded renewable energy based solar panels. The potential development of solar panels in Java Bali is planned to 800 MW based on Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik RUPTL year 2018 2027. PLTS PV rooftop 2 kWp designed on the Java Bali household sector is based on per capita income, number of customers, total electricity power sales, and number of population. The energy produced by PLTS can save the use of coal fuel in 2019 of 1.07 trillion rupiah and until 2027 can save about 11.08 trillion rupiah. The Net Metering scheme with a 30 incentive can be applied to PLTS PV Rooftop 2 kWp development. With installation in the household sector in Java Bali can save household electricity payment by 37.9 41 . "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novix Jefri Al Fama
"ABSTRAK
Sistem kelistrikan di Biak Papua saat ini masih tergantung pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD . Penggunaan PLTD menyebabkan Biaya Pokok Produksi BPP pada sistem ketenagalistrikan Biak menjadi tinggi. Oleh karena itu diperlukan Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS On Grid untuk mengurangi beban dasar yang dipikul oleh PLTD pada siang hari agar dapat mengurangi BPP. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode Levelized Cost of Energy LcoE . Hasil analisis menunjukkan bahwa hibrida antara PLTD dengan PLTS On Grid 2.370 kWp 20 dari beban puncak sistem memiliki nilai Life Cycle Cost LCC dan Cost of Energy COE terendah dengan nilai LCC hibrida antara PLTD dengan PLTS On Grid 2.370 kWp sebesar Rp.5.223.989.322.145 dan COE sebesar Rp.2.789/kWh. Nilai COE tersebut masih di bawah harga tarif listrik yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Permen Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM No. 17 Tahun 2013. Penerapan PLTS On Grid di Biak dapat menghemat biaya bahan bakar PLTD sebesar Rp.8.663.884.115 per tahun. Secara teknis dan ekonomis investasi PLTS On Grid di Biak layak untuk diterapkan.

ABSTRACT
Electricity system in Biak Papua use Diesel Power Plant. Cost of electricity production in Biak Papua considerably high as the system mainly operates Diesel Power Plants. A possible solution to decrease the production cost from the power plant sector is to replace the operating hours of the Diesel power plants and reduce basic load supplied by Diesel Power Plant with On Grid PV power plant. The method used in this study using the Levelized Cost of Energy LCOE method. The result of analysis shows that hybrid Diesel Power Plant and On Grid PV 2.370 kWp has lowest Life Cycle Cost LCC and Cost of Energy COE with LCC of hybrid Diesel Power Plant and On Grid PV 2.370 kWp is Rp.5.223.989.322.145 and COE is Rp.2.789 kWh. Cost of Energy COE still below the electricity tariff based on Permen ESDM No. 17 tahun 2013. Implementation of On Grid PV in Biak can save fuel cost of Diesel Power Plant as much as Rp.8.663.884.115 yearly. Technically and economically, PV On Grid investment in Biak is feasible."
2018
T51213
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reyhanfasya Mulyadi
"Seiring dengan kemajuan teknologi dan pertambahan penduduk di bumi yang semakin meningkat maka kebutuhan listrik juga akan meningkat, PLN telah berupaya untuk menambah jumlah pembangkit dan saluran transmisi untuk mengatasi permintaan yang terus meningkat. Namun ada ancaman yang datang dengan pembangkit listrik terpusat yaitu terkadang tidak dapat diandalkan. Membangun sistem pembangkit energi terbarukan milik sendiri dapat menjadi jawaban atas masalah sistem pembangkit listrik terpusat, tidak hanya kita dapat memiliki kendali sytem tersebut iuga akan membantu dengan mengurangi ancaman produksi gas rumah kaca. Sistem photovoltaic dapat berkembang baik dikarenakan Indonesia tidak hanya memiliki penyinaran matahari yang tinggi tetapi juga konstan, dengan pemikiran ini sekarang muncul masalah konfigurasi mana yang paling hemat biaya sementara juga mampu menghasilkan cukup untuk dianggap layak untuk digunakan sebagai sumber pembangkit listrik, masing-masing sistem memiliki kelebihan dan kekurangan yang juga dapat menjadi faktor untuk menentukan mana yang paling layak, tesis ini diharapkan dapat memberikan simulasi sistem photovoltaic dengan konfigurasi yang berbeda dan diharapkan dapat menganalisis konfigurasi mana yang bekerja paling baik. untuk profil beban residensial di Jakarta dengan membandingkan 2 aplikasi konfigurasi yang berbeda dengan beban residensial. Tesis ini akan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak HOMER pro, hasil simulasi diharapkan akan menunjukkan konfigurasi mana yang bekerja paling baik di perumahan tingkat menengah Jakarta (berdaya sekitar 3500) yang akan dinilai oleh apakah sistem mampu menurunkan biaya untuk menghasilkan listrik sambil meningkatkan produksi listrik untuk rumah tangga. Namun, produksi energi dan biaya sistem berbeda di setiap lokasi. Karena perbedaan indeks penyinaran dan kejernihan matahari, setiap sistem dapat menghasilkan jumlah listrik yang berbeda dan menghasilkan perbedaan biaya, dan simulasi ini juga dijalankan pada masa pandemi yang menyebabkan tren beban perumahan melonjak dan malah menciptakan tren konsumsi listrik bisa di bilang tinggi.

As the technology progress and the population increases on earth increases the growing demand for electricity will also increase, PLN has made effort to increase the number of generators and transmission line to combat the growing demand. But there is a creeping threat that comes with centralized power generation which is the unreliably of it. Constructing a selfowned renewable energy generation system may be the answer to the problem of a centralized power generation system, not only that we could have control over it would also help with the growing threat of greenhouse gas production. A photovoltaic system can thrive since Indonesia has not only high but also constant solar irradiance, with this in mind now comes the problem of which configuration will be most cost-effective while also able to generate enough to be considered viable to use as a source of electricity generation, each system has its pros and cons that could also be a factor to determining which is the most viable one, this thesis will hopefully provide a simulation of the photovoltaic system under different configurations and hopefully then be able to analyze which configuration works best for residential load profile in Jakarta by comparing the 2 different configuration application to the residential load. This thesis will be conducted using HOMER pro software, the result of the simulation will hopefully show which configuration works best under on Jakarta’s mid-tier housing (around 3500 in power) which will be determined by whether the system is able to lower the cost to generate electricity all the while increasing the production of electricity for the simulated household. However, the energy production and cost of the system are different in every location. Due to the difference in solar irradiance and clearness index, every system could generate different amounts of electricity and result in differences of the cost, and this simulation also is run under pandemic times which causes the trend of residential load to spike and instead creating a relatively high trend of electricity consumption."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Permata Saktiaji
"ABSTRAK
Meter listrik tradisional membaca secara manual, beban kerja yang besar, kesalahan besar dan didistribusikan di lokasi instalasi yang berbeda, perlu menghabiskan banyak waktu dan biaya tenaga kerja. Secara real-time, akurasi dan perluasan aplikasi tidak dapat dipenuhi. Dengan perkembangan teknologi, saat ini meter listrik dapat digunakan dua arah, yaitu untuk pembacaan jarak jauh secara real-time, dan dapat digunakan sebagai prabayar dan pascabayar, hal itu yang menjadikannya smart meter. Saat ini smart meter telah menjadi bagian penting dari sistem smart grid. Oleh karena itu PLN Bali memutuskan untuk mengganti meter dengan smart meter untuk mendukung Bali Eco Smart Grid. LoRaWAN adalah salah satu pilihan teknologi untuk menerapkan smart meter karena dapat menjangkau jarak yang jauh, daya rendah, lisensi gratis dan biaya yang lebih rendah. LoRa Long Range / LoRaWAN adalah salah satu teknologi IoT wide-area yang paling menjanjikan yang diusulkan oleh Semtech dan selanjutnya dipromosikan oleh Aliansi LoRa. Penelitian ini bertujuan menganalisis tekno ekonomi rencana implementasi smart meter reading pada PLN Bali dengan menggunakan metode tekno ekonomi dan cost-benefit analysis. Selain melakukan analisis aspek teknologi dan ekonomi, analisis model bisnsi dan juga dilakukan analisis aspek regulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa LoRa / LoRaWAN merupakan salah satu pilihan teknologi yang dapat digunakan saat ini, model bisnis yang dapat digunakan adalah build own atau implementasi dilakukan sendiri, build operate transfer BOT atau outsourcing ke pihak ketiga, dan model sewa. Sesuai peraturan Kominfo nomor 35 tahun 2015, LoRaWAN dapat digunakan sebagai perangkat jarak dekat yang dapat beroperasi pada 923-925 MHz.

ABSTRACT
Traditional electricity meters read manually, large workloads, major errors and distributed at different installation locations, need to spend a lot of time and labor costs. In real time, the accuracy and extension of the application can not be fulfilled. With technological developments, electric meters now can be used both ways, for real time remote reading, and can be used as prepaid and postpaid, making it smart meter. Currently the smart meter has become an important part of the smart grid system. Therefore PLN Bali decided to replace the meter with smart meter to support Bali Eco Smart Grid. LoRaWAN is one of the technology options for implementing smart meter because it can reach long distance, low power, free license and lower cost. LoRa Long Range LoRaWAN is one of the most promising IoT wide area technologies proposed by Semtech and subsequently promoted by the LoRa Alliance. This study aims to analyze the techno economic plan smart meter reading implementation on PLN Bali by using techno economic method and cost benefit analysis. In addition to analyzing technological and economic aspects, the analysis of the business model and also the regulatory aspect analysis. The results show that LoRa LoRaWAN is one of the technology options that can be used today, the business model that can be used is build own or implementation is done by itself, build operate transfer BOT or outsourcing to third party, and rental model. As per the rules of Kominfo number 35 of 2015, LoRaWAN can be used as a short range device that can operate at 923 925 MHz."
2017
T48188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Myesha
"Di zaman modern ini, manusia telah mengembangkan kebutuhan mendasar akan listrik. Dalam Skenario Kebijakan yang Dinyatakan, permintaan listrik dunia meningkat dengan kecepatan 2,1% per tahun hingga tahun 2040, yang merupakan dua kali lipat tingkat permintaan energi primer. Hal ini meningkatkan persentase listrik dalam total konsumsi energi final dari 19% pada tahun 2018 menjadi 24% pada tahun 2040. Di negara-negara yang kuat secara ekonomi, konsumsi listrik diperkirakan akan meningkat dengan sangat cepat. Sayangnya, tantangan di Indonesia adalah permintaan listrik tumbuh lebih cepat daripada pasokannya. Kebijakan Energi Nasional (KEN) atau Kebijakan Energi Nasional memperkirakan tingkat elektrifikasi energi terbarukan sekitar 23% pada tahun 2025. Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi surya sebagai sumber tenaga listrik utama, karena letak geografisnya yang berada di garis khatulistiwa. . Namun, jumlah ruang yang dibutuhkan untuk pembangkit listrik tenaga surya ini harus dipertimbangkan. Di lingkungan perkotaan, dimungkinkan untuk memasang pembangkit listrik tenaga surya di atap bangunan untuk meningkatkan kuantitas energi yang dapat diakses. Kajian ini dilakukan untuk mensimulasikan kemungkinan sistem PLTS terkoneksi jaringan rooftop pada gedung perkantoran Graha PDSI.

In these modern times, humans have developed a fundamental need for electricity. In the Stated Policies Scenario, the worldwide demand for electricity rises at a pace of 2.1% per year until 2040, which is double the rate of the demand for primary energy. This increases the percentage of electricity in total final energy consumption from 19% in 2018 to 24% in 2040. In economically powerful countries, electricity consumption is expected to increase at an especially rapid rate. The challenge in Indonesia, unfortunately, is that the demand for electricity has grown faster than the supply. The Kebijakan Energi Nasional (KEN) or National Energy Policy forecasts a renewable energy electrification rate of about 23% by 2025. Indonesia has a high potential to develop solar energy as its primary source of electrical power, due to its geographical location seated on the equator. However, the amount of space required for these solar power plants must be taken into consideration. In urban settings, it is possible to install solar power plants on the roof of a structure in order to increase the quantity of accessible energy. This study was conducted to simulate the possibility of a rooftop grid-connected solar power system on the Graha PDSI office building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fidel Rezki Fajry
"ABSTRAK
Keberadaan Fish Cold Storage sangat diharapkan bagi Nelayan di Pulau Kei Kecil untuk menjaga kualitas Ikan tetap baik. Dikarenakan terletak di area terpencil dan memiliki daya pembangkitan listrik terpasang yang terbatas, menjadi faktor kendala dalam pembangunan Fish Cold Storage. Penelitian ini membahas penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu mode hybrid dengan sistem off-grid menggunakan dua set Baterai Bank yang beroperasi secara bergantian setiap 24 jam untuk melistriki DC Fish Cold Storage berdasarkan data harian lama penyinaran matahari dan kecepatan angin. Penentuan kapasitas sistem pembangkitan listrik dilakukan dengan empat skenario menggunakan tipe baterai bank yang berbeda. Dari hasil simulasi, sistem pembangkitan listrik mode hybrid Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu tidak handal dan optimal sehingga diperoleh konfigurasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu 170kW dan Baterai Bank Tipe AGM 48VDC ndash; 2265AH sebagai sistem pembangkitan yang handal dan optimal dengan biaya energi Rp 2.523/kWh. Sistem pembangkitan listrik ini memenuhi semua kriteria kelayakan ekonomi pada kondisi ideal dengan menetapkan tarif listrik sebesar Rp 9.828/kWh pada kondisi ideal dan diperoleh payback period selama 6 tahun 6 bulan 7 hari, net present value sebesar Rp 3.017.428, internal rate of return sebesar 9,002 , dan profitability index sebesar 1.6438.

ABSTRACT
The existence of Fish Cold Storage is highly expected by Fishermen in Kei Kecil Island to preserve the Fish quality well. Due to located on remote areas and having limited existing power generation as becoming the obstacles in development of Fish Cold Storage. This study discuss about hybrid sea floating photovoltaic and wind turbine with off grid system using two sets of battery banks that operate interchangeably every 24 hours for powering DC Fish Cold Fish Storage based on daily solar irradiance duration and wind speed data. Determination the power generation system capacity is done by four scenarios which is using different battery bank type. Based on simulation result, hybrid sea floating photovoltaic and wind turbine are not reliable and optimum, so the configuration of 170kW Wind Turbin and 48VDC 2265AH Battery Bank of AGM is selected based on the reliability and optimized level with the cost of energy of Rp 2.523 kWh. Those selected power generation system fulfill all economic feasibility criteria by setting electricity tariff of Rp 9.828 kWh on ideal condition with receiveing payback period for 6 years 6 months 7 days, net present value of Rp 3,017,428, internal rate of return of 9.002 , and profitability index of 1.6438."
2018
T51193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Devawijaya
"Dalam rangka mendorong pencapaian target bauran energi terbarukan nasional, khususnya energi surya, Pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 21 Tahun 2021 tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap yang Terhubung dengan Jaringan Tenaga Listrik Pemegang Izin Usaha . Peraturan ini memungkinkan konsumen untuk memasang pembangkit listrik tenaga surya di atap. Sehingga saat ini sudah banyak industri yang membangun PLTS di atap pabrik. Namun, investasi PLTS atap masih menjadi tantangan tersendiri bagi industri, sehingga model bisnis kepemilikan pihak ketiga (TPO) menjadi alternatif solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tekno-ekonomi pembangkit listrik tenaga surya atap dengan studi kasus pabrik makanan dan minuman. Metodologi yang digunakan adalah merancang PLTS rooftop menggunakan simulasi homer untuk mendapatkan kapasitas optimal kemudian menganalisa keekonomian untuk mendapatkan tarif terendah dengan metode cash flow menggunakan 12 skenario yaitu skenario 1 untuk suku bunga lokal 10%, skenario 2 untuk suku bunga internasional 2,6%, skenario 3 untuk suku bunga lokal 10% dan tanpa kewajiban TKDN, skenario 4 untuk suku bunga internasional 2,6% dan tanpa tanpa kewajiban TKDN, skenario 5 : skenario 3 dan Insentif Tax Holiday, skenario 6 : skenario 4 dan Insentif Tax Holiday. Skema bisnis TPO dianalisis dengan skema leasing solar performance based rent (PBR). Hasil  yang diperoleh adalah modul PV yang digunakan sebesar 2.100 kW, produksi listrik tahunan PLTS atap sebesar 3.005.331 kWh/tahun, biaya investasi sebesar 1.785.246 USD dengan menggunakan modul PV lokal dan 1.341.424 USD dengan Modul PV Impor. Luas atap yang dibutuhkan adalah 1,19 Ha. Tarif yang diperoleh dari perhitungan 6 skenario adalah 10.23 cent USD/kWh untuk skenario 1; 9,86 cent USD/kWh untuk skenario 2, 7,71 cent USD/kWh untuk skenario 3; 7,4 cent USD/kWh untuk skenario 4; 6,98 cent USD/kWh untuk scenario 5 dan 6,44 cent USD/kWh untuk scenario 6. Selama kontrak TPO, penghematan terbesar terjadi pada skenario 6 dengan potensi penghematan 22.840 USD/Tahun. Penerapan TPO hanya layak untuk skenario 5 dan skenario 6 karena tarifnya lebih rendah dari tarif PLN.

In order to encourage the achievement of the national renewable energy mix target, especially solar energy, the Government of Indonesia issued the Minister of Energy and Mineral Resources Regulation Number 21 Year  2021 concerning Rooftop Solar Power Plants Connected to the Electric Power Grid Holders of Business Licenses. This regulation allows consumers to install rooftop solar power plant. So now many industries have built rooftop solar power plant on factory roofs. However, rooftop solar power plant investment is still a challenge for industry, so the third-party ownership (TPO) business model is an alternative solution to overcome this problem. The purpose of this study is to analyze the techno-economy of rooftop solar power plant with in a case study of the food and beverage factory. The methodology used is to design rooftop solar power plant using homer simulation to get the optimal capacity then analyze the economy to get the lowest tariff with the cash flow method using 4 scenarios, namely scenario 1 for Local Interest Rate 10%, scenario 2 for International Interest Rate 2.6%, scenario 3 for Local Interest Rate 10% and without local content, scenario 4 for International Interest Rate 2.6% and without local content, scenario 5: scenario 3 and Incentive Tax Holiday, scenario 6: scenario 4 and Incentive Tax Holiday. The TPO business scheme analyzed by leasing solar performance-based rent (PBR) schemes. The optimization results obtained are the modul PV used is 2,100 kW, annual electricity production of rooftop solar power plant is 3,005,331 kWh/year, investment cost is 1.785.246 USD with using local pv modul and 1.341.424 USD with PV Module Local Content Exemption (Imported PV Module)  and the required area is 1.19 Ha. The tariff obtained from the calculation of 4 scenarios is 10.23 cent USD/kWh for scenario 1; 9.86 cent USD/kWh for scenario 2, 7.71 cent USD/kWh for scenario 3; 7.4 cent USD/kWh for scenario 4; 6.98 cent USD/kWh for scenario 5 and 6.44 cent USD/kWh for scenario 6. During the TPO contract, the biggest savings occurred in scenario 6 with potential savings of 22.840 USD/year. The application of TPO is only feasible for scenario 5 and scenario 6 because the tariff is lower than the PLN tariff."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahwan Arfellino Lutnan Azis
"Berkembangnya teknologi di era digitalisasi membuat permintaan atas penggunaan energi listrik semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) permintaan energi listrik pada tahun 2023 mencapai 1.285 kWh/kapita. Hal tersebut dapat memungkinkan permintaan energi listrik yang semakin meningkat setiap tahunnya yang dibarengi dengan penggunaan energi fosil yang semakin meningkat. Maka dari itu, dalam upaya mengurangi penggunaan energi fosil dengan mengganti menjadi penggunaan energi terbarukan seperti pemanfaatan penggunaan Pembangkit Tenaga Surya (PLTS) Atap pada lingkungan kampus diharapkan dapat menjadi contoh untuk masyarakat dalam penggunaan energi terbarukan seiring berjalannya target pencapaian pemerintah akan bauran energi nasional sebesar 23% pada tahun 2025. Dalam penelitian ini membahas terkait perancangan sistem PLTS Atap On-Grid pada Gedung Departemen Teknik Elektro FTUI dengan membandingkan dua sudut kemiringan atap untuk mengetahui sistem PLTS yang optimal dan potensi penggunaan listrik yang lebih efisien dengan ditinjau dari aspek teknis dan ekonomi melalui simulasi pada perangkat lunak PVsyst. Perancangan sistem PLTS pada penelitian ini berkapasitas 22.1 kWp dengan luas atap optimal sebesar 108 m2 . Dari hasil simulasi diperoleh sistem PLTS dengan sudut kemiringan 10° dapat memproduksi energi sebesar 31.4 mWh/tahun dan sistem PLTS dengan sudut kemiringan 45° dapat memproduksi energi sebesar 27.4 mWh/tahun. Proyek ditargetkan dengan jangka waktu investasi selama 25 tahun, dilihat dari sisi ekonomi modal awal biaya investasi memiliki selisih sebesar Rp16.200.000,00 karena sudut kemiringan 10° membutuhkan biaya kerangka tambahan, dengan jangka waktu pengembalian modal (payback period) orientasi 1 pada tahun ke-15 dan orientasi 2 pada tahun ke-16. Selain itu, perancangan kedua orientasi sistem tersebut mampu mengurangi penghematan biaya tagihan energi listrik sebesar 24.91% pada sudut kemiringan 10° dan 22.02% pada sudut kemiringan 45° selama 25 tahun.

The development of technology in the digitalization era has made the demand for electrical energy use increase every year. Based on data from the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM), the demand for electrical energy in 2023 reached 1,285 kWh/capita. This can allow the demand for electrical energy to increase every year coupled with the increasing use of fossil energy. Therefore, to reduce the use of fossil energy by replacing it with the use of renewable energy such as the use of rooftop solar power plants (PLTS) in the campus environment is expected to be an example for the community in the use of renewable energy along with the government's target of achieving a national energy mix of 23% by 2025. This study discusses the design of an On-Grid rooftop PLTS system in the FTUI Electrical Engineering Department Building by comparing two roof tilt angles to determine the optimal PLTS system and the potential for more efficient electricity use in terms of technical and economic aspects through simulations on PVsyst software. The design of the PLTS system in this study has a capacity of 22.1 kWp with an optimal roof area of 108 m2 . From the simulation results, the PLTS system with a tilt angle of 10° can produce energy of 31.4 mWh/year and the PLTS system with a tilt angle of 45° can produce energy of 27.4 mWh/year. The project is targeted with an investment period of 25 years, seen from the economic side of the initial capital investment cost has a difference of Rp16,200,000.00 because the tilt angle of 10° requires additional frame costs, with a payback period orientation 1 in year 15 and orientation 2 in year 16. In addition, the design of the two system orientations was able to reduce the cost savings of electric energy bills by 24.91% at a tilt angle of 10° and 22.02% at a tilt angle of 45° for 25 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Prakoso
"Listrik telah menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia masa kini dan telah menjadi salah satu tolok ukur kemajuan suatu daerah. Hingga kini, ketergantungan terhadap bahan bakar fosil untuk pemenuhan kebutuhan listrik sangat mengkhawatirkan, dan mengakibatkan penipisan bahan bakar tersebut. Saat ini dunia sedang memberikan perhatian lebih kepada energi terbarukan sebagai salah satu solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah pemenuhan energi di masa depan. Energi terbarukan menjadi sebuah solusi terbaik karena tidak akan habis dan ramah lingkungan. Namun dibalik itu, energi terbarukan juga memiliki kekurangan sehingga dibuat sebuah sistem hibrida yang diharapkan mampu untuk meminimalisasi kekurangan tersebut. Dalam penelitian ini dibuat sebuah rancangan sistem hibrida dengan perangkat lunak HOMER PRO untuk memperhitungkan faktor teknis dan faktor ekonomi dari sistem hibrida tersebut sehingga mampu membuat rancangan sistem hibrida yang handal. Dalam rancangan hibrida ini dan menggunakan asumsi-asumsi yang akan terjadi maka sistem hibrida ini akan bisa mandiri tanpa terhubung dengan grid pada tahun ke-19.

Electricity has become a very important need for human life today and one of the parameters in one region condition. Nowadays, the dependence on fossil fuels to fulfill the electricity needs is really worrying, and it causes the depletion of fossil fuels. Today, the whole world is paying more attention to renewable energy as one of the best solution to solve the future energy problems. Renewable energy becomes the best solution because it will not be exhausted and enviromentally friendly. In the other hand, renewable energy also have problem, because it cannot produce energy everytime like photovoltaics which can produce energy only when there is enough solar radiation. Therefore, a hybrid system is made that expected to minimize the weakness from other components of the system . In this project, a hyrid system is designed using HOMER PRO software to calculate the electricity and economic factor of the hybrid system. The objective of this project is to find the best hybrid system that can solve the electricity problems. The system will be independent since grid function will replaced by fuel cell in the 19th year based on the assumption."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadif Firza Rahman
"Sebagian besar kebutuhan listrik di Kalimantan Barat di impor dari Sarawak, Malaysia karena kurangnya pembangkit listrik yang andal disana. Studi ini mengusulkan pendekatan alternatif untuk meningkatkan ketahanan energi nasional dan penghematan energi dengan menerapkan sistem PV surya atap untuk industri kelapa sawit, dimana di Kalimantan Barat sektor industri merupakan sektor yang akan berkembang masif dimasa mendatang. Studi ini mengevaluasi kelayakan penerapan sistem PV surya atap on grid di industri kelapa sawit dengan mengevaluasi luasan atap yang tersedia dan optimasi sistem. Luasan atap yang di-evaluasi layak untuk menampung 105 kWp PV surya untuk memenuhi permintaan beban puncak industri pada siang hari. Penyelidikan potensi penghematan energi diperkirakan 146.459 kWh setiap tahunnya dan jika semua industri kelapa sawit di Kalimantan Barat dipertimbangkan, potensi penghematan energi akan menjadi 10.252.130 kWh yang lebih rendah dari harga listrik utilitas (PLN). Dalam hal investasi proyek, sistem ini dapat menghasilkan IRR sebesar 7,2% dan periode pengembalian modal yang sederhana selama 12 tahun. Penelitian ini juga melakukan analisa sensitivitas dengan mengevaluasi skema Feed in Tariff (FIT) yang mengakibatkan IRR meningkat dan LCOE yang lebih rendah.

Most of electricity demand in West Kalimantan is imported from Sarawak, Malaysia because of the lack of reliable power plant in the region. This study proposes an alternative approach to increases national energy security and energy savings by implementing rooftop solar PV system for CPO (Crude Palm Oil) industry due to the furhter development of industry sector in West Kalimantan in the future. The paper goes ahead to evaluate the feasibility of implementing grid-tied rooftop solar PV system in CPO industry by evaluating suitable rooftop area and system optimization. For the considered rooftop, it is feasible to accommodate 105 kWp of solar PV to fulfill the peak load demand of the industry during the day. The investigation of potential energy savings is estimated for 146,459 kWh every year and if all CPO industry in West Kalimantan are considered, the potential energy savings would be 10,252,130 kWh every year. The economic analysis of solar PV system is resulted in LCOE of Rp878.93/kWh which is lower than the utility grid price. In terms of project investment analysis, the system could generate IRR of 7.2% and simple payback period of 12 year. This study also performed sensitivity analysis by evaluating Feed in Tariff (FIT) scheme that resulting in the increasing of IRR and lower LCOE."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>