Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127887 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Maulana
"Ci Sadane merupakan salah satu sungai yang melalui Kota dan Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Pada tahun 2014 bencana banjir terjadi di wilayah Kota Tangerang mengakibatkan 1270 rumah terendam banjir. Besarnya dampak kerugian banjir bagi manusia membuat informasi wilayah rawan banjir sangat diperlukan untuk meminimalisir dampak kerugiannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran wilayah rawan banjir di wilayah penelitian Daerah Aliran DA Ci Sadane. Metode yang digunakan untuk mengetahui Wilayah Rawan Banjir ialah metode overlay. Dengan cara meng overlay wilayah potensi banjir dan wilayah kejadian banjir aktual. Potensi banjir diketahui dengan metode overlay tumpangsusun variabel yang berpengaruh terhadap banjir, yaitu 1 Curah Hujan, 2 Kelerengan, 3 Ketinggian, 4 Tekstur Tanah, dan 5 Penggunaan Tanah. Hasil penelitian menunjukkan sebaran kelas curah hujan, kelerengan, wilayah ketinggian, tekstur tanah, penggunaan tanah, wilayah potensi banjir, wilayah banjir, dan wilayah rawan banjir. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Daerah Administrasi Kota dan Kabupaten Tengerang yang berada dalam Daerah Aliran Ci Sadane dengan ketinggian 0 25 m dpl memiliki wilayah rawan banjir sangat rendah 5,72 , rendah 81,60 , sedang 7,55 , dan tinggi 5,13 . Wilayah rawan banjir rendah memiliki tingkat dominasi yang tinggi di 19 Kecamatan, yaitu Batuceper, Benda, Cibodas, Cipondoh, Jatiuwung, Karawaci, Neglasari, Periuk, Pinang, Tangerang, Curug, Kelapa Dua, Kosambi, Pagedangan, Pakuhaji, Sepatan, Sepatan Timur, Sukadiri, dan Teluknaga.

Ci Sadane is one of the rivers crossing of the City and Regency of Tangerang, Banten Province. In 2014, floods occurred in the Tangerang City. This flood caused 1270 house of residents submerged. The magnitude of losses for humans affected by floods, making information flood-hazard areas is needed to minimize the loss of the impact. This study aims to observe the distribution of flood-hazard areas in the Sadane watershed. The method used to find out the distribution of flood-hazard areas is the overlay method. The flood hazard areas are known from the overlay between potential areas and actual flood areas. The potential areas known by overlay inter variables method, such as 1 Rainfall, 2 Slope, 3 Elevation, 4 Soil Texture, and 5 Land Use. Flood Hazard is known by overlay flood potential levels and actual flood events. The results showed the distribution of rainfall, slope, elevation areas, soil texture, land use, flood potential areas, flood areas, and flood hazard areas. The conclusion of the research shows that the City Administration Area and Regency of Tangerang located Sadane watershed with height of 0-25 m asl have very low hazard flood areas 5,72, low 81,60, medium 7,55, and high 5,13. The flood hazard areas with low levels area in 19 location including Batuceper, Benda, Cibodas, Cipondoh."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chindy Octavia
"Hingga saat ini sering terjadi banjir di Kabupaten Lebak, khususnya di pusat kota yaitu Rangkasbitung dan sekitarnya yang merugikan masyarakat sekitar. Permasalahan banjir ini belum sepenuhnya terselesaikan, walaupun terdapat indikasi peningkatan, baik dari segi frekuensi, durasi dan sebaran di wilayah penelitian. Daerah penelitian adalah 3 kecamatan di Kabupaten Lebak yang dilintasi Sungai Ciujung Hilir, yaitu Kecamatan Cibadak, Kecamatan Kalanganyar dan Kecamatan Rangkasbitung dengan jumlah 38 desa. Dalam menentukan tingkat bahaya banjir digunakan peta banjir dari BNPB, kemudian dilakukan georeferensi dan digitasi, serta metode rata-rata berimbang untuk menentukan tingkat bahaya di setiap desa/kelurahan. Analisis kerentanan dilakukan dengan menggabungkan kriteria keren tanan fisik, kerentanan sosial, dan kerentanan ekonomi menggunakan metode spasial MCDA/overlay dan metode pembobotan dan skoring. Kemudian risiko banjir dianalisis dengan menggabungkan komponen bahaya dan kerentanan banjir dengan matriks penentu kelas risiko. Berdasarkan analisis metode rata-rata setimbang Kecamatan Rangkasbitung dan sekitarnya dominan memiliki bahaya banjir tingkat tinggi dengan total 18 desa/kelurahan atau 73% dari jumlah desa pada wilayah penelitian. Kerentanan banjir di dominasi oleh tingkat rendah sebanyak 18 desa/kelurahan atau 47% dari jumlah desa pada wilayah penelitian. Dari hasil analisis risiko terlihat bahwa wilayah dengan bahaya tinggi belum tentu memiliki risiko yang tinggi tetapi ditentukan oleh tingkat kerentanan wilayah tersebut dalam menghadapi bencana.

Until now, floods have often occurred in Lebak Regency, especially in the city center, namely Rangkasbitung and its surroundings, which has harmed the surrounding community. The problem of flooding has not been resolved, there are indications of an increase, both in terms of frequency, duration, and distribution in the study area. The research areas are three sub-districts in the Lebak Regency which are crossed by the Ciujung Hilir River, that is say Cibadak District, Kalanganyar District, and Rangkasbitung District with a total of 38 villages. In determining the level of flood hazard, a flood map from BNPB is used, georeference and digitization are carried out, as well as a balanced average method to determine the level of danger in each village. The analysis was carried out with the criteria of physical stress, social vulnerability, and economic vulnerability using spatial methods MCDA/overlay, weighting and scoring methods. Then the flood risk is analyzed by combining the hazard and flood vulnerability components with a risk class determining matrix. Based on the analysis of the equilibrium average method, Rangkasbitung District and its surroundings have a dominant high level of flood hazard with a total of 18 villages or 73% of the total villages in the study area. The low level of flood diversity is dominated by 18 villages or 47% of the total villages in the study area. From the results of the risk analysis, it can be seen that an area with high danger is unnecessary the risk that is determined by the level of vulnerability of the area in facing disasters."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Dwi Octavia
"Muara adalah sistem yang sangat unik, di mana pencampuran antara sungai dan air laut menghasilkan gradien curam komponen abiotik yang berbeda yang mencakup salinitas, suhu, anorganik, dan nutrisi organik (Santos et al., 2014). Wilayah estuari memiliki peran penting namun juga memiliki kerentanan yang bisa mengancam kehidupan yang ada di wilayah estuari, sehingga perlu adanya pengetahuan batas estuari supaya pelestarian dapat tetap terjaga, dan dapat meningkatkan pengelolaan dan pengembangan wilayah estuari.
Penelitian ini memiliki tujuan menganalisis batas Estuari Ci Mandiri dan Estuari Ci Sadane berdasarkan salinitas permukaan perairan, dan menganalisis hubungan salinitas permukaan perairan estuari dengan curah hujan, arus permukaan laut dan pasang surut air laut di Estuari Ci Mandiri dan Estuari Ci Sadane. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah salinitas, curah hujan, arus permukaan laut, dan pasang surut. Metode penelitian menggunakan Algoritma Ci Mandiri dengan mengolah Citra Landsat 8 OLI tahun 2018 dan 2019.
Hasil dari penelitian ini adalah batas Estuari Ci Mandiri dan Estuari Ci Sadane berdasarkan salinitas permukaan perairan yang diamati berdasarkan musim hujan maupun musim kemarau terbagi menjadi 3 kelas batas estuari yaitu Mexo-oligohaline (0,5-5‰), Mexo-mesohaline (5-18‰), dan Mexo-polyhaline (18-30‰). Nilai salinitas Estuari Ci Mandiri mendapat pengaruh yang sangat kuat oleh musim selanjutnya pasang surut dan yang terakhir adalah arus, hal ini dikarenakan Estuari Ci Mandiri merupakan perairan dalam. Sementara pada Estuari Ci Sadane, nilai salinitas mendapat pengaruh yang kuat oleh musim selanjutnya arus dan yang terakhir pasang surut, serta pengaruh air tawar dari daratan hal ini dikarenakan Estuari Ci Sadane merupakan perairan dangkal.

Estuary is an exclusive system, where mixing between rivers and seawater produces steep gradients of different abiotic components that include salinity, temperature, inorganic, and organic nutrients (Santos et al., 2014). Estuary areas have an important role but also have vulnerabilities that can threaten life in the estuary region, so it is necessary to have knowledge of estuarine boundaries so that conservation can be maintained, and can improve the management and development of estuarine areas.
This study aims to analyze the boundaries of the Ci Mandiri Estuary and the Ci Sadane Estuary based on surface water salinity, and analyze the relationship of estuarine surface water salinity with rainfall, sea surface currents and tides in the Ci Mandiri Estuary and Ci Sadane Estuary. The variables used in this study are salinity, rainfall, sea surface currents, and tides. The research method use the Ci Mandiri Algorithm by processing OLI Landsat 8 Imagery in 2018 and 2019.
The results of this study are the Ci Mandiri Estuary and Ci Sadane Estuary boundaries based on the water surface salinity observed based on the rainy season and the dry season divided into 3 estuary boundary classes specifically Mexo-oligohaline (0.5-5 ‰), Mexo-mesohaline (5-18 ‰), and Mexo-polyhaline (18-30 ‰). Ci Mandiri's salinity value is strongly affected by season, then by tides and last by the currents, it is because the Ci Mandiri Estuary has a deep waters. Meanwhile in the Ci Sadane Estuary, the salinity value is strongly affected by season, then by the currents and tides, and also affected by freshwater from land, it is because the Ci Sadane Estuary has a shallow water.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Geovani Pratama
"Kota Tangerang merupakan salah satu kota pusaka di Indonesia, dan satu-satunya di Provinsi Banten. “Tangerang Live” merupakan sebuah visi dan misi dalam membangun Kota Tangerang, menjadi kota layak kunjung, layak huni, serta layak invesitasi. Kota Tangerang memiliki potensi besar dalam mengembangkan pariwisata perkotaan, karena terdapat beberapa peninggalan sejarah yang dapat menjadi sebuah daya tarik wisata. Tourism Business District merupakan sebuah istilah dalam pariwisata perkotaan yang berguna dalam memahami komponen pariwisata perkotaan, yang terdiri dari kesatuan fasilitas wisata. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan deliniasi Tourism Business District, serta menentukan karakteristik Tourism Business District yang terdapat di kota Tangerang. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel fasilitas wisata, CBD, jaringan jalan, serta penggunaan tanah yang terdapat di Kota Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode keruangan melalui pendekatan fasilitas wisata, dan analisis dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa deliniasi Tourism Busines District di kota Tangerang terdapat didalam wilayah pusat pelayanan kota, tepatnya di Kecamatan Tangerang, serta memiliki karakteristik Tourism Busines District yang di tentukan berdasarkan fasilitas primer yang tersedia, yaitu berupa atraksi yang didominasi oleh leisure setting dan terdapat core attraction berupa atraksi bangunan sejarah dan bangunan hasil pencapaian Kota Tangerang

Tangerang City is one of the heritage cities in Indonesia, and the only one in Banten Province. "Tangerang Live" is a vision and mission in developing Tangerang City, a city worthy of visit, livable, and worthy of investment. Tangerang City has great potential in developing urban tourism, because there are several historical relics that can become a tourist attraction. Tourism Business District is a term in urban tourism that is useful in understanding the components of urban tourism, which consists of a unity of tourist facilities. This study aims to determine the delineation of the Tourism Business District and determine the characteristics of the Tourism Business District in the city of Tangerang. The variables used in this research are tourist facilities, CBD, road network, and land use in Tangerang City. The method used in this research is the spatial method through the tourist facilities approach, and the analysis is carried out descriptively. The results show that the Tourism Busines District delineation in the city of Tangerang is located in the city service center area, precisely in the Tangerang District, and has the characteristics of the Tourism Busines District which are determined based on the available primary facilities, namely in the form of attractions dominated by leisure settings and core attractions in the form of historical building attractions and buildings achieved by the City of Tangerang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wibi Hanif Wibowo
"Abstrak Berbahasa Indonesia/Berbahasa Lain (Selain Bahasa Inggris):
Banjir rob merupakan salah satu ancaman bagi wilayah pesisir terutama pesisir utara Pulau Jawa. Wilayah pesisir Kabupaten Tangerang sendiri memiliki riwayat tentang kejadian banjir rob yang setiap tahun terjadi. Tingkat bahaya banjir rob dapat diukur berdasarkan karakteristik banjir yang meliputi tinggi banjir, lama banjir, dan frekuensi banjir. Tingkat kerentanan didapatkan berdasarkan tingkat bahaya banjir rob dan kondisi fisik, sosial, dan ekonomi suatu wilayah. Kondisi tersebut meliputi kepadatan bangunan, kepadatan penduduk, persentase penduduk usia balita, persentase penduduk usia tua, persentase penduduk wanita, dan persentase lahan produktif. Dalam menentukan tingkat bahaya banjir digunakan metode overlay dan metode rata-rata setimbang untuk menentukan tingkat bahaya pada setiap desa/kelurahan. Kemudian tingkat kerentanan diperoleh dengan metode pengelompokan K-Means Clustering. Kabupaten Tangerang didominasi oleh tingkat bahaya kelas tidak bahaya dengan luas 9.727 hektar atau 75 % dari luas total wilayah pesisir Kabupaten Tangerang. Tingkat bahaya tinggi dapat diindikasikan dengan wilayah dengan adanya sungai yang ada di dekat laut beserta ketinggian yang rendah. Berdasarkan analisis menggunakan K-Means Clustering, kerentanan wilayah terhadap banjir rob pada wilayah pesisir Kabupaten Tangerang didominasi oleh tingkat kerentanan kelas rendah dengan jumlah 15 desa/kelurahan atau 65 % dari jumlah total desa/kelurahan pada wilayah pesisir Kabupaten Tangerang.

Tidal flood is one of the threats to the coastal areas, especially the north coast of Java. The coastal area of ​​Tangerang Regency itself has a history of tidal flood events that occur every year. The level of tidal flood hazard can be measured based on the flood characteristic which includes flood height, flood duration, and flood frequency. The level of vulnerability is obtained based on the level of tidal flood hazard and the physical, social and economic conditions of it’s area. These conditions include building density, population density, percentage of under-five population, percentage of old-age population, percentage of female population, and percentage of productive land area. In determining the level of flood hazard, an overlay method and a balanced average formula are used to determine the level of hazard in each village. Then the level of vulnerability is obtained by the K-Means Clustering clustering method. The level of tidal flood hazard in the coastal area of ​​Tangerang Regency is dominated by the level of tidal flood hazard with a non-hazard class. Based on the analysis using K-Means Clustering, the vulnerability of the area to tidal floods in the coastal area of Tangerang Regency is dominated by the level of low-class vulnerability with 15 villages 65 % of the total number of village in the coastal area of ​​Tangerang Regency.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid A. Palupi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S33687
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Flavia Hansa
"Dalam melakukan suatu perjalanan, seseorang membutuhkan beberapa pertimbangan, seperti halnya jarak dan kemampuan manusia dalam segi finansial serta berbagai pertimbangan lainnya agar dapat memilih suatu moda tranportasi untuk mencapai tujuan, termasuk juga perjalanan menuju tempat kerja. Penelitian ini dilakukan di Desa Cikupa di Kecamatan Cikupa yang merupakan kecamatan dengan jumlah pekerja terbanyak di Kabupaten Tangerang, dan juga merupakan daerah sentral industri yang dikelilingi oleh permukiman baik teratur mau pun tidak teratur yang memiliki perbedaan kualitas permukiman, dilihat dari pola permukiman, aksesibilitas, dan fasilitas yang ada yang akan menyebabkan perbedaan dalam pemilihan moda transportasi untuk bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemilihan moda oleh pekerja di Desa Cikupa dan berdasarkan variabel-variabel yang mempengaruhinya. Variabel yang diteliti adalah karakteristik perjalanan, yaitu biaya perjalanan, waktu tempuh, dan jarak tempuh, serta karakteristik pelaku perjalanan (sosial-ekonomi), yaitu usia, jenis kelamin, penghasilan, dan kepemilikan kendaraan pribadi. Variabel diolah dan dianalisis dengan metode analisis spasial yang diperkuat dengan analisis statistik chi-square dan contingency coefficient. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas di Kecamatan Cikupa menggunakan kendaraan pribadi, terutama motor. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh besar terhadap pemilihan moda transportasi hanyalah biaya perjalanan dan waktu tempuh pekerja.

In carrying out a travel plan, people will have to consider a lot of things such as distance and their financial abilities as well as various other considerations so that they can choose the most suitable mode of transportation to reach their destination. This includes making a trip to one’s workplace. This research was conducted in Cikupa Subdistrict, which is a sub-district with the highest number of workers in Tangerang Regency, as well as an industrial central area surrounded by regular and irregular settlements with differences in settlement quality, derived from settlement patterns, accessibility, and existing facilities, resulting in differences in the choice of transportation modes for work. This study aimed to analyze the transportation mode choice by workers in Cikupa Village and the variables that influence it. The variables studied were the travel-based characteristics including travel costs, travel time, and distance traveled, while the characteristics of the traveler (socio-economic) include age, gender, income, and private vehicles ownerhsip. Variables were processed and analyzed with spatial analysis methods supported by statistical methods of chi-square and contingency coefficient. The results showed that the majority of workers in Cikupa Subdistrict use private vehicles, mainly motorcycle. The results of the statistical test indicated that the only variables that greatly influenced the choice of transportation modes are travel costs and travel time."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enziana Maharani
"Percepatan penurunan stunting merupakan salah satu priotitas nasional yang telah tertuang di dalam Pertaturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 dimana target penurunan prevalensi sebesar 14%. Berdasarkan hasil SSGI Tahun 2021 di Kabupaten Tangerang terdapat sebanyak 23,3% balita yang mengalami stunting sementara tahun 2022 turun menjadi 21,1% dan berdasarkan SKI Tahun 2023 meningkat lagi menjadi 26,4%. Pola tren prevalensi stunting yang fluktuatif menunjukkan bahwa tantangan dalam mengatasi stunting melalui 8 Aksi Percepatan Penurunan Stunting masih menjadi perhatian. 8 aksi tersebut dapat menjadi perangkat subsistem utama dalam upaya integrasi dan konvergensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program 8 Aksi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Tahun 2022 dengan menggunakan teori The Bicycle Framework for Public Health Nutrition (PHN). Data diperoleh melalui tahap wawancara mendalam dan data sekunder berupa telaah dokumen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan analisis konten dan dilakukan triangulasi. Hasil penelitian untuk tahap intelijen menunjukkan Kepala Daerah dan Stakeholder berpartisipasi aktif dalam mendukung percepatan penurunan stunting, meskipun adanya peralihan kepengurusan sesuai dengan Perpres 72 Tahun 2021, DPPKB dibantu oleh Dinkes dan Bappeda dalam mengakomodir Tim Percepatan Penurunan Stunting. Berdasarkan hasil rembuk stunting diketahui idenfikasi kendala yang menyasar pada lingkup rumah tangga di 1000 HPK meliputi perbaikan manajemen alokasi anggaran, perbaikan manajemen layanan untuk memastikan layanan menjangkau Rumah Tangga 1000 HPK, perbaikan koordinasi antar OPD serta antara kabupaten/kota dan desa, dan perbaikan manajemen data stunting dan cakupan intervensi. Untuk tahap tindakan pemberian intervensi sudah sesuai dengan Perpres 72 Tahun 2021. Namun untuk kegiatan yang berulang perlu adanya evaluasi dalam peningkatan kualitas intervensi. Pada tahap evaluasi komitmen pimpinan dan stakeholder terkait dalam percepatan penurunan stunting sangat kuat sehingga Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting sudah berjalan sebesar 100% pada tahun 2022.

Acceleration of stunting prevalence reduction is one of the national priorities outlined in Presidential Regulation Number 72 on 2021 and the National Medium-Term Development Plan (RPJMN) 2020-2024, with a target of reducing stunting prevalence by 14%. Based on the 2021 SSGI results in Tangerang Regency, 23.3% of toddlers is stunting, which decreased to 21.1% in 2022 but increased again to 26.4% based on the 2023 SKI. The fluctuating trend of stunting prevalence indicates that the challenges in overcoming stunting through the 8 Actions for Accelerating Stunting Prevalence Reduction remain a concern. These 8 actions can serve as the main subsystem tools for integration and convergence. This study aims to determine the implementation of the 8 Actions for Accelerating Stunting Prevalence Reduction program in Tangerang Regency, Banten Province in 2022 using The Bicycle Framework for Public Health Nutrition (PHN) theory. Data was obtained through in-depth interviews and secondary data by reviewing documents. This study uses a qualitative method using content analysis and triangulation. The results of the study for the intelligence stage show that the Head of the Region and stakeholders actively participated in supporting the acceleration of stunting reduction, despite the transfer of management in accordance with Presidential Regulation Number 72 on 2021, The DPPKB, assisted by the Health Departement and Bappeda accommodated the Stunting Reduction Acceleration Team. Based on the results of the stunting deliberation, identified constraints that targeted 1000 HPK households, including improving budget allocation management, improving service management to ensure services reach 1000 HPK Households, improving coordination between OPD’s and between districts/cities and villages, and improving stunting data management and intervention coverage. For the action stage, the provision of interventions was in accordance with Presidential Regulation 72 on 2021, but for recurring activities, evaluation is needed to improve the quality of interventions. In the evaluation stage, the commitment of the leadership and related stakeholders in accelerating stunting prevalence reduction is very strong that the implementation of the 8 Convergence Actions for Accelerating Stunting Reduction has been running at 100% in 2022."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia K. Riamina G.
"ABSTRAK
Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan UNICEF membuat suatu perangkat lunak bernama "Kartini" untuk mempermudah pelaksanaan PWS KIA, mempercepat analisis data, meningkatkan akurasi analisis, serta mengurangi human errors (Liesman et. al, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kinerja perangkat lunak Kartini dalam upaya pemantauan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Kabupaten Tangerang tahun 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi di Puskesmas Balaraja dan Sindang Jaya. Hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan perangkat lunak Kartini sangat bermanfaat dalam pelaksanaan PWS KIA, namun masih terdapat beberapa kendala dalam pengimplementasiannya.

Abstract
Ministry of Health in collaboration with UNICEF make a software named "Kartini" to facilitate the implementation of PWS KIA, speed up data analysis, improve the accuracy of analysis, and reduce human errors (Liesman et. al, 2011). This study aims to know the performance of Kartini Software in Monitoring Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) in Tangerang Regency 2012. Design of the study is cross sectional by using indepth interviews and observations in Balaraja and Sindang Jaya health center. The results obtained that Kartini software is very useful in the implementation of PWS KIA, but there are some obstacles in implementation."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annalia
"Penelitian ini mengeksplorasi fenomena eksklusi berlapis yang dialami oleh perempuan di Kelurahan Dadap dalam konteks akses air bersih dan sanitasi. Untuk menjelaskan permasalahan di atas, penelitian ini mengadopsi metode penelitian dengan jenis kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analitik yang menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara mendalam. Penelitian ini menggunakan teori Feminist Political Ecology (FPE) yang dikembangkan oleh Rebecca Elmhirst dan teori interseksionalitas yang diperkenalkan oleh Kimberle Crenshaw sebagai pisau analisis. Hasilnya, melalui analisis kisah hidup lima perempuan, Risda, Dewi, Ratna, Nurhayati, dan Lilis, ditemukan bahwa ketidaksetaraan gender dan ketidakadilan sosial memperparah kesulitan yang dihadapi oleh mereka. Perempuan di Kelurahan Dadap tidak hanya harus mengatasi beban pekerjaan rumah tangga dan tanggung jawab keluarga, tetapi juga tantangan lingkungan seperti banjir rob dan penyumbatan gorong-gorong yang mengancam kesehatan mereka. Kurangnya respons pemerintah terhadap keluhan warga memperburuk situasi ini, membuat perempuan harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan akses air bersih dan sanitasi yang layak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah akses air bersih dan sanitasi bukan hanya isu teknis, tetapi juga terkait dengan ketidaksetaraan gender dan keadilan sosial. Oleh karena itu, intervensi yang lebih adil dan responsif sangat diperlukan untuk mengatasi eksklusi yang dialami oleh perempuan di Kelurahan Dadap.

This study explores the phenomenon of layered exclusion experienced by women in Dadap Village in the context of access to clean water and sanitation. To elucidate the aforementioned issue, this study adopts a qualitative research method with a descriptive-analytical approach, employing data collection techniques such as observation and in-depth interviews. The research utilizes the Feminist Political Ecology (FPE) theory developed by Rebecca Elmhirst and the intersectionality theory introduced by Kimberle Crenshaw as analytical frameworks. As a result, through the analysis of the life stories of five women — Risda, Dewi, Ratna, Nurhayati, dan Lilis — reveal that gender inequality and social injustice exacerbate the challenges they face. Women in Dadap Village not only have to overcome the burden of household chores and family responsibilities but also environmental challenges such as tidal floods and clogged sewers that threaten their health. The lack of government response to residents’ complaints worsens this situation, making women struggle harder to obtain access to clean water and adequate sanitation. The findings indicate that the issue of access to clean water and sanitation is not merely a technical issue but also relates to gender inequality and social justice. Therefore, more equitable and responsive interventions are urgently needed to address the exclusion experienced by women in Dadap Village."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>