Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177491 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Widi Astuti
"ABSTRAK
Sebagian wilayah karst memiliki wilayah yang kering dan tidak produktif serta sering mengalami fenomena kekeringan dan kritis air seperti di Kawasan Karst Pegunungan Sewu yang ada di Wonogiri dan Gunung Kidul. Namun ada sebagian wilayah karst lain yang justru berlebihan air seperti Karst yang ada di Pangkep Maros, Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variasi tingkat kekritisan air bulanan di Kawasan Karst Gombong Selatan dan Sekitarnya secara spasial dan temporal.Variabel penelitian yang digunakan adalah curah hujan dan faktor geologi untuk menghitung ketersediaan air, serta jumlah penduduk, jumlah murid sekolah, jumlah industri, jumlah fasilitas kesehatan, jumlah fasilitas ibadah, dan luas area pasar untuk kebutuhan air. Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan bulanan yang digunakan selama tahun 1988-2017 dari 2 stasiun penakar curah hujan. Metode yang digunakan adalah menghitung serta membandingkan jumlah kebutuhan air dan ketersediaan air bulanan secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara temporal kekritisan air baru terjadi pada bulan-bulan seperti Bulan Juni, Juli Agustus dan September. Secara spasial, wilayah dengan tingkat kekritisan mendekati kritis-sangat kritis terjadi pada Bulan Juni-September dan sebagian besar mengelompok di sebelah Timur Laut serta Utara menuju ke Tengah wilayah penelitian.

ABSTRACT
Some karst areas have dry and unproductive areas and often experience of drought phenomena and critical water such as in the Karst Area of Pegunungan Sewu in Wonogiri and Gunung Kidul. But there are some other karst areas that just excessive water like Karst in Pangkep Maros, South Sulawesi. This study aims to analyze the variation of monthly water criticality level in Karst Gombong Selatan and surrounding areas spatially and temporally. The research variables used rainfall and geological factors to calculate water availability, and the number of residents, the number of school students, the number of industries, the number of facilities health, number of worship facilities, and wide market area to calculate water needs. Rainfall data used is the monthly rainfall data used during the years 1988 2017 from 2 rainfall precipitation stations. The method used to calculate and compare the quantity of water needs and monthly water availability quantitatively. The results show that temporal water criticality occurs only in months such as June, July August and September. Spatially, the region with criticality is close to critical very critical in June September and mostly clustered to the Northeast and North to the Middle of the study area. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Dharma Saputra
"Wilayah karst di Indonesia memiliki karakteristik yang beragam. Salah satunya adalah Wilayah Karst Gombong Selatan yang bertipe kokpit. Bagian lembah karst bertipe kokpit, disebut dengan dolina, merupakan depresi tempat tersalurkannya air yang dapat tertampung membentuk telaga atau diteruskan menjadi aliran bawah tanah. Morfometri dolina merupakan salah satu cara menyediakan data dasar dalam upaya pelestarian lingkungan. Identifikasi dolina dilakukan dengan pengukuran untuk mendapatkan karakteristik kuantitatif. Selanjutnya ditambahkan dengan karakteristik lokasi ketinggian dolina, lokasi kelerengan dolina dan posisi topografi dolina. Selanjutnya dilakukan analisis karakteristik dolina pada wilayah ketinggian, kelerengan dan posisi topografi.
Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi suatu dolina maka kecenderungan luas dan kelilingnya semakin kecil. Sebagian besar dolina berada pada kelerengan 0-2% dan berada posisi topografi lembah. Semakin tinggi lokasi dolina maka ukuran luas permukaan dan panjang keliling permukaan cenderung semakin rendah. Dolina dengan klasifikasi luas kecil (2.000-8.000 m2) dan keliling pendek (205-430 m) sebagian besar berada di bagian tengah Wilayah Karst Gombong Selatan pada ketinggian 300-400 mdpl.

Characteristics of karst region in Indonesia are in moderately varied types. Southern Gombong Karst Region with a cockpit-type is one of the karst region characteristics. Doline, karst basin with a cockpit-type, is a depression where water can be formed as water base-flow or ground water. Morphometry of doline is one of the options to provide basic data for natural reservation. Doline identification is obtained by a characteristic quantitative measurement. Furthermore, it is obtained by adding measurements of doline topography location, doline steep location and doline topography position. Then, analyze on topography, steep and position of doline characteristic is being conducted.
Based on the research result, it indicates that the higher doline will have the narrower length and space. Most of the dolines are located on the 0-2 percent steep and sited on the basin. The higher doline will have the smaller surface space and length. Dolines with smaller space qualification (from 2,000 to 8,000 m2) and shorter length qualification (from 205 to 430 m) are mostly located in the mid area of Southern Gombong Karst Region, in the height between 300-400 meters above the sea level."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34086
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Embriyowati Catiyas
"ABSTRAK
ISPA merupakan penyakit infeksi yang sering terjadi dan penyebab kematian
balita di negara maju. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan
faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA di Wilayah Kecamatan Gombong
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah tahun 2012. Penelitian ini menggunakan
desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua balita yang
berumur 0 ? 59 bulan dengan jumlah sampel 166 balita yang di ambil secara
systematic random sampling pada karakteristik balita, lingkungan rumah, sumber
pencemaran udara dalam rumah dan partikulat debu PM 2,5. Penelitian ini
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara ASI Eksklusif (2,19;1,15,-
4,16), status imunisasi (3,25;1,14-9,49), status gizi (4,18;1,12-15,59),
pencahayaan (2,32;1,10-4,85), kepadatan hunian (2,08;1,11-3,88), adanya
perokok (2,23;0,15-4,322) dan ada hubungan jarak rumah dari jalan raya yang
mengandung PM 2,5 (8,00;1,52-42,04) dengan kejadian ISPA pada balita.

Abstract
Acute Respiratory Infections (ARI) is an infectious disease it is the most common
cause of infant mortality in developing countries. This study aims is to find an
overview and factors related of the incidence of ARI in the Kebumen Region,
Gombong subdistric of Province Central Java in 2012. This study uses crosssectional
design. The population in this study were all children aged 0 days - 59
months with a sample of 166 children under five year old. This study sampling
taken by systematic random sampling on factor characteristics of infants, home
environment, sources of indoor air pollution and accidental sampling on factor
particulate dust PM of 2.5. The results of this study showed significant association
between the characteristics of a toddler: breastfeeding status (2,19;1,15 to 4,16),
immunization status (3,25;1,14 to 9,49), nutritional status (4,18;1,12to 5,59) home
environment factors: density residential (2,08;1,11-3,88), lighthing (2,32;1,10-
4,85), sources of pollution air in the house: the smokers (2,23;0,15-4,322) and
association between PM 2,5 of house distance from the main road (8,00;1,52-
42,04) with acute respiratory infection."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marsito
"Kelompok remaja sangat besar kontribusinya terhadap perilaku hidup bersih dan sehat seperti melakukan tindakan tidak merokok. Oleh karena itu fungsi keluarga sangat memegang peranan dalam mengendalikan tindakan merokok bagi remaja. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain deskreptif korelasi dengan pendekatan cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui kontribusi fungsi keluarga yang terbagi menjadi lima fungsi keluarga yaitu fungsi efektif, fungsi sosial, fungsi ekonomi, fungsi reproduksi. dan fungsi kesehatan dengan perilaku remaja merokok di SMA/SMK Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 220 remaja dengan kriteria siswa yang masih duduk di bangku sekolah SMA/SMK Kecamatan Gombong yang merokok penentuan sampel dilakukan dengan cara closter random sampling. Analisis data yang dilakukan meliputi univariat, bivariat (uji Chi Square) dan multivariate (uji regresi logistik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi keluarga yang berkontribusi terhadap perilaku remaja merokok adalah fungsi sosial (p value =0,000) fungsi ekonomi (p value =0,003). fungsi reproduksi (p value=0,004), dan fungsi afektif (p value=0,008). Sedangkan variabel fungsi keluarga yang paling dominan berkontribusi terhadap perilaku remaja merokok adalah fungsi sosial dan fungsi ekonomi keluarga, oleh karena itu diperlukan komitmen orang tua/keluarga untuk dapat menerapkan fungsinya di keluarga dalam mengasuh anak remajanya, dan dapat mempertimbangkan karakleristik perkembangan remaja. Perawat komunitas berperan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga baik kepada orang tua untuk dapat melakukan fungsi keluarga secara tepat pada remaja dan memberikan infoemasi yang dibutuhkan remaja sesuai dengan tugas perkembangannya."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T21864
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratri Candra Restuti
"Objek wisata alam yang diteliti meliputi Goa Jatijajar, Goa Petruk, Pantai Petanahan, Pantai Logending, Pantai Karangbolong, dan PAP Krakal. Variabel yang digunakan adalah jumlah pengunjung, atraksi, fasilitas wisata dan aksesibilitas. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan pendekatan keruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa objek wisata dengan tingkat daya tarik tinggi memiliki kecenderungan site attraction yang beragam dan adanya event attraction. Ditunjang pula dengan ketersediaan faslitas yang lengkap, aksesibilitas berupa kelas jalan propinsi dan ketersediaan angkutan umum yang memadai. Hal ini terlihat pada objek wisata Goa Jatijajar. Sedangkan objek wisata dengan tingkat daya tarik rendah mempunyai kecenderungan site attraction yang tidak beragam dan tidak terdapatnya event attraction. Selain itu, ketersediaan fasilitas yang tidak lengkap. Kelas jalan yang menjangkau lokasi wisata merupakan kelas lokal dengan ketersediaan angkutan umum yang kurang memadai. Seperti ditunjukkan oleh objek wisata Goa Petruk, Pantai Karangbolong, dan PAP Krakal.

This research purpose is to know the attraction level of natural tourist resorts in Kebumen Regency. Research objects are Jatijajar Cave, Petruk Cave, Petanahan Beach, Logending Beach, Karangbolong Beach, and Krakal Hotspring. The result show that natural tourist resort with high attraction level have some characteristic. They are many site attraction and event attraction, completed with tourist facility and good accessibility. This condition have been showed in Jatijajar Cave. But, natural tourists resort with low attraction have less site attraction and event attraction, uncomplete tourist facility and bad accessibility. They are Petruk Cave, Karangbolong Beach, and Krakal Hotspring.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S34193
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Rupaidah
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi secara spatial persebaran dan luas tingkat kekritisan lahan di wilayah pengembangan selatan Kabupaten Tasikmalaya serta mengetahui hubungannya dengan produktivitas lahan. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan luas lahan kritis menurut tingkatannya sesuai dengan wilayah ketinggian. Wilayah terluas adalah lahan potensial kritis, paling banyak dijumpai pada ketinggian 0-200 mdpl dan paling sedikit berada pada ketinggian lebih dari 500 mdpl, dimana posisinya cenderung menyebar. Sedangkan lahan dengan luasan terkecil adalah lahan kritis, sebagian besar terdapat di bagian timur wilayah ketinggian 0-200 mdpl dan luasan terkecil terdapat di bagian barat wilayah ketinggian lebih dari 500 mdpl. Lahan kritis berasosiasi dengan produktivitas lahan, terlihat pada nilai produktivitas lahan semakin menurun bersamaan dengan tingginya tingkat kekritisan lahan yang terjadi.

The purpose of this study is to give spatial information on the distribution and area critical land level in the southern development region of the Tasikmalaya Regency and discovering its relationship with land productivity. The results show that there are a range of differences of critical land based on the regional height. The largest region in the study is critical land potential lies in the regions with the elevation of 0-200 m and the smallest with an elevation > 500 m above sea level. The distribution of scattered lands is scattered. As for the smallest region for this study is critical land, the majority are distributed in the eastern part of region with an elevation of 0-200 m and the lesser are distributed in the west with an elevation > 500 m above sea level. Critical land is associated with land productivity, by considering the decreasing value of productivity the area of critical land increases."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34200
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadilah Salma
"Desa kini bukan lagi sekadar objek pembangunan melainkan subjek pembangunan dengan otonominya yang kembali seperti sedia kala dan diakui kerangka regulasi yang formal (UU Desa). Desa juga mendapat tambahan sumber pendapatan berupa dana desa yang memiliki potensi membiayai aktivitas pembangunan kesehatan di desa. Penelitian ini memaparkan gambaran pemanfaatan dana desa untuk bidang kesehatan serta hubungannya dengan peningkatan pembangunan kesehatan di wilayah perdesaan Kabupaten Kebumen selama empat tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survei dan menggunakan data realisasi pemanfaatan dana desa dan data capaian pembangunan kesehatan Kabupaten Kebumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, alokasi pemanfaatan dana desa bidang kesehatan proporsinya berkisar 3,44-5,92% dengan besaran per kapita relatif kecil yakni Rp. 3.655-16.879. Besaran alokasi belanja paling banyak cenderung untuk pembangunan fisik sarana prasarana pelayanan kesehatan desa dan penyehatan lingkungan berupa jamban/MCK dan sarana air bersih. Selain itu tidak didapati korelasi antara pemanfaatan dana desa untuk kesehatan dengan peningkatan akses terhadap jamban sehat, akses terhadap air minum, peningkatan Posyandu aktif, dan peningkatan status desa siaga.

Nowadays, a village is not just become an object of development but the subject behind it with its real autonomy avowed by formal regulatory framework (Village Law). A village also receives additional income in the form of village funds which potentially becomes new source to rural health development financing. This research shows the use of village funds and its correlation with rural health development at villages in Kebumen Regency for 4 years. This is a quantitative research with survey method and use data of realization of village funds and health development achivements in Kebumen Regency. The result shows that utilization of village funds for health sector took about 3.44-5.92% proportion with a relatively small per capita amount around 3.655-16.879 rupiahs. The largest expenditure allocation tends to be infrastructure facilities for village health services and environmental health in the form of latrines/ toilets and clean water facilities. In addition, there is no correlation between the use of village funds for health and access to clean water, access to proper latrines/toilets, an increase in Posyandu aktif, and Desa Siaga status."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina
"ABSTRAK
Kabupaten Gunungkidul memiliki keanekaragaman objek wisata salah satunya berupa objek wisata pantai, namun tidak semua objek wisata pantai memiliki tingkat daya tarik yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat daya tarik objek wisata pantai dan hubungannya dengan fasilitas wisata yang ada. Variabel yang digunakan yaitu jumlah pengunjung, fasilitas primer, sekunder dan kondisional. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan pendekatan keruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat daya tarik objek wisata pantai maka semakin beragam fasilitas primer, memiliki ketersediaan fasilitas sekunder yang lengkap dan fasilitas kondisional yang lebih banyak serta mudah diakses. Hal ini dapat terlihat pada objek wisata pantai pada pos Baron. Sedangkan, semakin rendah tingkat daya tarik objek wisata pantai maka semakin tidak beragam fasilitas primer, ketersediaan fasilitas sekunder yang tidak lengkap dan fasilitas kondisional yang lebih sedikit serta sulit diakses yang dapat dilihat pada objek wisata pantai pada pos Siung.

ABSTRACT
Gunungkidul district has a diversity of tourist attractions, one of which is a tourist beach, but not all the attractions of coast has the same level. This study aims to determine the level of attractiveness of tourist beaches and its relation to existing tourist facilities. Variable that used is the number of visitors, primary facilities, secondary, and conditional. The analytical method used is descriptive and spatial approach. Results showed that the higher level of the beach tourist attraction, the more diverse of primary facilities, has the availability of a complete secondary facilities and more conditional facilities that easily accessible. This can be seen on tourist beaches in the Baron post. While lower level of the ceach tourist attraction, the increasingly diverse of primary facilities, the availibility of secondary facilit ies is not complete and fewer conditional facilities and also difficult to access whic can be seen on tourist beaches in the Siung Post."
Universitas Indonesia, 2011
S980
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Jannah
"Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kawasan wisata unggulan di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki objek wisata alam, wisata buatan, dan wisata minat khusus. Masing-masing objek wisata memiliki tingkat daya tarik yang berbeda-beda. Terdapat perbedaan tingkat daya tarik objek wisata pada tahun 2020-2022 akibat adanya fasilitas yang tidak beroperasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat daya tarik objek wisata berdasarkan fasilitas dan aksesibilitas, serta hubungan antara tingkat daya tarik wisata dengan jangkauan wisatawan pada masing-masing objek wisata di Kabupaten Kebumen. Metode analisis yang digunakan adalah analisis keruangan dan analisis deskriptif untuk mengetahui hubungan antara tingkat daya tarik terhadap jangkauan wisatawannya. Hasil penelitian menujukkan bahwa objek wisata di Kabupaten Kebumen ini terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Objek wisata yang termasuk ke dalam tingkat daya tarik tinggi yaitu Goa Jatijajar, Pantai Suwuk, dan Waduk Sempor. Kemudian untuk tingkat daya tarik sedang yaitu objek wisata Pantai Petanahan, Pantai Karangbolong, Pantai Logending, dan Pemandian Air Panas Krakal. Sedangkan untuk tingkat daya tarik rendah yaitu objek wisata Goa Petruk dan Waduk Wadaslintang. Hubungan tingkat daya tarik objek wisata terharap jangkauan wisatawan di Kabupaten Kebumen berbeda-beda. Terdapat objek wisata dengan tingkat daya tarik tinggi memiliki tingkat jangkauan wisatawan yang tinggi tetapi ada juga yang memiliki tingkat jangkauan wisatawan sedang. Begitupula dengan tingkat daya tarik sedang dan rendah.

Kebumen Regency is one of the leading tourist areas in Central Java Province which has natural attractions, artificial tours, and special interest tours. Each tourist attraction has a different level of attraction. There are differences in the level of tourist attraction in 2020-2022 due to facilities that are not operating. This study aims to determine the level of tourist attraction based on facilities and accessibility, as well as the relationship between the level of tourist attraction and the reach of tourists in each tourist attraction in Kebumen Regency. The analytical method used is spatial analysis and descriptive analysis to determine the relationship between the level of attraction to the reach of tourists. The results of the study show that the tourist attraction in Kebumen Regency is divided into 3 levels, namely high, medium, and low. Attractions that are included in the high level of attraction are Jatijajar Cave, Suwuk Beach, and Sempor Reservoir. Then for the medium level of attraction, namely Petanahan Beach, Karangbolong Beach, Logending Beach, and Krakal Hot Springs. As for the low level of attraction, namely the Petruk Cave and Wadaslintang Reservoir attractions. The relationship between the level of attractiveness of tourist objects and the reach of tourists in Kebumen Regency is different. There are attractions with a high level of attractiveness that have a high level of tourist reach but there are also those that have a moderate level of tourist reach. Likewise with moderate and low attractiveness levels."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketuk Cave complex as apart of Pawon karstic area. It located at the eastern side of Pawon Cave. The collecting data from Ketuk Cave complex had been down by survey and excavation. The conclusion based on the research is some of cave on Ketuk Cave complex had some indication about human activity in the pastonit location. The artifactual remains had found such as in Ketuk Cave 3,4, and Ketuk Cave above. The carbon dating analysis from the samples and stalactite had been shown about it chronology, 1560 ± 140 BP(sand) and 3260 ± 120 BP(stalactite). That mean a while, the human activity there is not in the same era with in Pawon Cave. Pawon Cave had the carbon dating chronology during 5660
± 180 BP until 9525 ± 200 BP."
PURBAWIDYA 2:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>