Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129711 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Feny Yunita
"ABSTRAK
Simpul transportasi yang akan dikembangkan sebagai kawasan berorientasi transit memiliki tantangan dalam estimasi bangkitan pergerakan. Guna menunjang pengembangan kawasan berorientasi transit maka dinilai perlu adanya gambaran saat ini terkait distribusi pergerakan pada simpul transportasi. Dalam konteks Jabodetabek, Stasiun Sudirman merupakan simpul transportasi perkerataapian perkotaan yang diproyeksikan sebagai kawasan berorientasi transit. Informasi asal dan tujuan dalam menggambarkan distribusi perjalanan menjadi sangat essensial, oleh sebab itu pada penelitian ini mencoba pendekatan survei dan sumber data baru seperti sosial media untuk menggambarkan distribusi perjalanan pekerja urban. Penelitian ini menggunakan analisis spasial deskriptif dengan menggunakan statistik sederhana. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa distribusi pergerakan pada Stasiun Sudirman sebagai stasiun keberangkatan dan tujuan mengakomdasi pekerja urban dari pusat ke pinggiran, pingiran ke pusat, maupun pusat ke pusat di Kota Metropolitan Jakarta yang didominasi pada wilayah penggunaan tanah pemukiman menuju tanah perusahaan dengan pergantian moda angkutan paratransit nontrayek. Perbandingan distribusi perjalanan yang diperoleh melalui pendekatan survei menunjukan hasil yang lebih bervariasi dibandingkan sumber data baru seperti sosial media Twitter.

ABSTRACT
Transport nodes which will be developed as a transit oriented area has a challenge in estimating the trip generation. In order to support the development of transit oriented areas, it is deemed necessary to conduct the current representation of the movement distribution in gateways. In the context of Jabodetabek, Sudirman Station is an urban rail based transportation node which is projected as an area of transit oriented. The data collection in this research is used through surveys and new data sources such as social media to illustrate the trip distribution of urban workers. The results show Sudirman Station as a departure station and destination accommodates the movement distribution of urban workers from the centre to suburban, suburban to the centre, as well as the centre to the centre of Jakarta Metropolitan Area which is dominated in settlement zone to the commercial zone with the nodal interchange of paratransit mode. Geolocated Tweet was used to identify the origin and destination of urban workers. The trip distribution which was obtained through the survey shows more varied results than new data sources such as social media Twitter, nevertheless both of them show the same trip distribution based on similarity characteristics of the origin and destination area. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melvia Erfaryndra
"Pengembangan Stasiun Terpadu adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk menghubungkan seluruh jaringan transportasi publik dalam satu area. Stasiun Sudirman merupakan salah satu dari empat stasiun di DKI Jakarta yang telah dikembangkan menjadi stasiun terpadu. Lebih lanjut, stasiun sebagai pusat pertemuan masyarakat dikhawatirkan mampu meningkatkan risiko penularan COVID-19 yang hingga kini masih menjadi ancaman. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kualitas pelayanan Stasiun Terpadu Sudirman pada masa pandemi COVID-19 berdasarkan perspektif masyarakat. Teori yang digunakan adalah teori kualitas pelayanan perkeretaapian di masa pandemi. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan data pada penelitian ini yaitu melalui teknik kuantitatif dengan menyebarkan survei kepada 100 penumpang kereta di Stasiun Sudirman dan teknik kualitatif dengan wawancara, observasi, dan studi kepustakaan untuk triangulasi hasil survei. Wawancara dilakukan dengan delapan Informan 11hli dan empat orang masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 92% responden menilai kualitas Stasiun Sudirman sebagai Stasiun Antramoda berkualitas baik dari dimensi tangibles, responsiveness, assurance, empathy, reliability, comfort, information, dan pandemic. Meskipun demikian, terdapat satu indikator di comfort yang dinilai berkualitas buruk yaitu terkait ketersediaan lift. Hasil ini menunjukkan bahwa secara kuantitatif pelayanan Stasiun Sudirman sebagai stasiun terpadu antar moda transportasi telah berkualitas.

The development of the Integrated Station is an effort made by the DKI Jakarta provincial government to connect all public transportation networks in one area. Sudirman Station is one of four stations in DKI Jakarta, which has been developed into an integrated station. Furthermore, the station as a community meeting center is feared to be able to increase the risk of COVID-19 transmission, which is still a threat. This study analyzes the service quality of Sudirman Integrated Station during the COVID-19 pandemic based on the community's perspective. The theory used is the theory of the quality of railway services during a pandemic. The research approach used is quantitative. This research used quantitative with quantitative and qualitative data collection techniques. Data collection in this study was through quantitative techniques by distributing surveys to 100 passengers at Sudirman Station and qualitative techniques using interviews, observations, and literature studies to triangulate survey results. Interviews were conducted with eight expert informants and four community members. The results of this study indicate that 92% of respondents assess the quality of Sudirman Station as an Antramodal Station of good quality from the dimensions of tangible, responsiveness, assurance, empathy, reliability, comfort, information, and pandemic. However, the result found poor category in an indicator of comfort, namely the availability of lifts. These results indicate that the service of Sudirman Station as an integrated station between modes of transportation is of high quality."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gazali Ulfa
"Pembangunan simpang tak sebidang seperti flyover diharapkan mampu membantu menyelesaikan masalah kemacetan di kota-kota besar. Tapi pada pelaksanaannya pembangunan flyover tidak membantu memecahkan masalah kemacetan, dibeberapa tempat malah menimbulkan masalah baru. Pengguna sarana transportasi umum yang akan berpindah dari satu moda transportasi ke moda transportasi lainnya di kaki simpang flyover kurang terfasilitasi. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis simulasi pejalan kaki di kaki simpang flyover yang akan berpindah moda transportasi sehingga perencanaan dan perancangan sarana dan prasarana pejalan kaki dapat mempertimbangkan simulasi pejalan kaki tersebut. Adapun metode analisis yang digunakan adalah metode pencacahan dan metode simulasi NOMAD. Hasil analisis terbaik dari sekenario simulasi NOMAD adalah pemindahan rute angkutan umum sehingga perjalanan pejalan kaki menjadi lebih pendek.

Construction of grade separated junctions such as flyovers are expected to solve congestion problem in major cities. However, despite solving congestion problem, flyovers may also cause new problem in terms of a number pedestrian who need to shift to a connection transportation mode at intersection approach or at the outer edge of intersection leg."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50667
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Awan Sandi Pungkas
"Tesis ini membahas mengenai representasi modernitas dari Stasiun Jakarta Kota dan Stasiun Sudirman pasca diberlakukannya sistem e-ticketing dan perbaikan infrastruktur stasiun pada tahun 2013. E-ticketing dan perbaikan infrastruktur merepresentasikan pengembangan layanan perkeretaapian Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan stasiun yang ditopang oleh teknologi dan infrastruktur berhasil mengembalikan fungsi stasiun sekaligus mengubah budaya dan pemaknaan masyarakat atas stasiun.

This thesis discusses about the representation of modernity in Jakarta Kota Station and Sudirman Station as a result of e-ticketing system implementation and the improvement of its infrastructure since 2013. E-ticketing system and the improvement of station infrastructure represents the modernization Jakarta's public transportation. The result of this research shows that the transformation of the station, which is supported by technology and infrastructure, could restore the real function of the station as well as changing the culture and the construction meaning of the station."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heidy Octaviani Rachman
"

Proses pembentukan ruang publik di kota dilakukan oleh tiga pemerintah, pebisnis dan masyarakat. Dalam mewujudkan kota yang berkeadilan, setiap pemerintah memiliki kontrol terhadap ruang berupa kebijakan (top-down), sedangkan pebisnis dan masyarakat melakukan necessary dan optional activity-nya masing-masing dalam ruang kota sebagai tindakan dari sisi bottom-up. Fenomena terjadinya pembentukan ruang publik oleh ketiga aktor tersebut dapat ditinjau dengan metode placemaking. Studi kasus yang diambil untuk penelitian ini adalah CFD Sudirman-Thamrin, DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mekanisme pemerintah dalam membentuk ruang CFD serta menganalisis proses pembentukan ruang publik melalui placemaking oleh pebisnis dan masyarakat pada kegiatan CFD. Untuk mengetahui kondisi lapangan, peneliti melakukan observasi partisipatif. Selanjutnya dilakukan wawancara secara mendalam dan observasi lanjutan, serta analisis data secara deskriptif dan spasial. Masing-masing dinas/pemerintahan melakukan pengontrolan atas ruang sesuai tugasnya, tetapi belum dalam kerangka besar mewujudkan ruang publik untuk masyarakat. Adanya masyarakat yang melakukan necessary dan optional activity-nya menarik partisipan lainnya untuk berpartisipasi dalam ruang publik. Ruang publik pada saat pelaksanaan CFD telah menjadi ruang aktivitas sosial yang yang inklusif dan atraktif. Kekayaan aktivitas ruang publiknya yang terbukti dalam tinjauan The Power of 10 Places and Things to do, menjadi modal sosial dan ekonomi yang baik untuk masyarakat perkotaan.

 


The process of making public spaces in the city is carried out by three main actors that are governments, business people and community. In the making of equity city, every government has control over space in with their policies (top-down action), while businesses and communities do necessary and optional activity in the city space as a bottom-up action. The phenomenon of making public spaces by the three actors can be reviewed by the method of placemaking. The case study taken was CFD Sudirman-Thamrin, DKI Jakarta. This study aims to identify government mechanisms in making CFD space and analyze the process of making public spaces through placemaking by business people and the communities in CFD. To find out the field conditions, researchers conducted the participatory observation. Furthermore, in-depth interviews and follow-up observations were carried out, as well as descriptive and spatial data analysis. The findings are each department/government controls the space according to its duties, but it is not in the big framework of making places or public space for the community yet. The existence of communities that does necessary and optional activity attracts other participants to participate in public spaces. Public spaces at the time of CFD implementation have become spaces of social activity that are inclusive and attractive. The wealth of public space activity that is evident in the review of The Power of 10 Places and Things to do, is a good social and economic capital for urban communities.

 

"
2019
T53562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alviana Dwi Syaputri
"Biaya transportasi di Jakarta mencapai 30 dari total pendapatan masyarakat setiap bulan. Biaya ini tiga kali lebih tinggi dari standar yang telah ditetapkan oleh Bank Dunia yaitu 10. Untuk mengurangi biaya transportasi yang tinggi di Jakarta, sistem integrasi tarif perlu diimplementasikan.Penelitian ini bertujuan untuk melihat pilihan responden dengan membandingkan layanan transjakarta dengan moda lainnya seperti ojek online dan kopaja. Lebih lanjut lagi penelitian ini juga bertujuan untuk melihat preferensi tarif yang rela dibayarkan oleh seseorang dalam sistem integrasi tarif KRL dan transjakarta. Data diambil dengan metode stated preference dan diproses dengan teori discrete choice model dan utility function.Analisa data menunjukkan bahwa kecenderungan orang untuk berpindah moda dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti selisih waktu, selisih tarif, pengeluaran transportasi, dan tingkat pendidikan. Semakin murah tarif integrasi yang ditawarkan maka probabilitas pemilihan layanan transjakarta akan semakin besar dan semakin cepat waktu tempuh transjakarta maka semakin memperbesar probabilitas pemilihan layanan transjakarta. Lebih lanjut, masing-masing moda pembanding memiliki preferensi tarif yang berbeda-beda terhadap integrasi tarif transjakarta dan KRL.

Transportation cost in Jakarta reaches 30 of the total income of the community every month. This cost is three times higher than the standard that has been set by World Bank that is only 10 In order to reduce this high transportation cost in Jakarta, tariff integration system is need to be implemented. This study aims to observe the choice of respondents by comparing Transjakarta services with other modes such as ridesourching and kopaja. Furthermore, this study also aims to see the tariff preferences that are willing to be paid by a person in the KRL and Transjakarta tariff integration system. The data is taken by the method stated preference and processed with discrete choice model theory and utility function.Data analysis shows that the tendency of people to shift from the existing modes to transjakarta is influenced by several factors such as saving time, saving fare, transportation expenditure, and education level. The cheaper the integration tariff offered, the greater the probability of choosing transjakarta services and the faster the travel time of Transjakarta, the greater the probability of choosing transjakarta services. Furthermore, each comparison mode has different tariff preferences on the integration of Transjakarta and KRL rates."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritami
"ABSTRAK
Car Free Day CFD merupakan salah satu cara untuk membentuk kebiasaan hidup sehat masyarakat ibukota Jakarta. Antusiasme masyarakat yang begitu besar menjadikan jalur CFD bertambah fungsi dan semakin banyak variasi penggunaan ruang yang terjadi. Penerapan ruang informal olahraga pada CFD tidak memiliki pengaturan khusus sebagai fasilitas joging. Oleh karena itu skripsi ini membahas pemaparan terkait kualitas ruang kota yang dapat mendukung dalam memperoleh aspek kenyamanan dan memberi pengalaman menyenangkan dalam berjoging. Dengan studi kasus yang secara tidak sengaja sudah teraplikasikan kualitas tersebut pada elemen arsitektural di ruang kota dalam hal ini CFD Sudirman-Thamrin, Jakarta. Penelitian dilakukan secara deskriptif diawali dengan mengkaji teori dari literatur yang terkait dengan berjoging, dalam hal ini pejoging sebagai pengguna ruang dan kualitas lingkungan di ruang kota yang memberi kenyamanan saat berjoging. Kemudian dilakukan analisis berdasarkan literatur dan pengamatan secara visual dari kumpulan foto. Kesimpulannya adalah terdapat dua faktor kualitas lingkungan di CFD Sudirman-Thamrin yaitu, faktor yang menentukan kenyamanan determinan seperti: kualitas permukaan pengalas, batas vertikal ruang, serta keramaian, dan faktor yang mendukung kenyamanan modifier seperti: variasi, dan kekayaan stimulus indera. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain guna menciptakan kualitas ruang kota yang dapat mengakomodasi pengguna ruang tepatnya pejoging.

ABSTRACT
Car Free Day CFD is one of the ways to establish healthy living habits of Jakarta rsquo s capital community. The enormous enthusiasm of the community makes the CFD path increased functionality and the more varied use of space. The informal sport spaces on CFD does not provide a special setting as a jogging facility. Therefore this study is explane the quality of urban space that can support in provide the comfort aspect and joyful experience in jogging. With case study that have inadvertently applied these qualities to architectural elements in urban space, CFD Sudirman Thamrin, Jakarta. Research done descriptively begins by studying the literature reviews related to jogging, especially the environmental quality in the urban space that gives comfort when jogging, then continued with observations from the field and documented through series of photos. The conclusion of this study is that there are two factors of environmental quality in CFD Sudirman Thamrin, that determine comfort such as the quality of horizontal surface, and vertical boundary including human crowd, and factors that support the comfort modifier such as variations of space and the wealth of sensory stimuli. Both of these factors affect each other to create the quality of the urban space that can accommodate the user space especially joggers.Keywords Jogging Environmental Quality Car Free Day Sudirman Thamrin"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allysa Julia Yusman
"Hostile Architecture merupakan salah satu gaya arsitektur yang mulai menjadi fitur umum pada kota-kota besar untuk mengatasi perilaku-perilaku yang tidak diinginkan pada ruang publik. Jakarta merupakan salah satu kota di dunia yang mulai menerapkan konsep Hostile Architecture pada ruang publik di mana penerapan tersebut sudah bisa dijumpai pada semua Stasiun Commuter Line Jakarta yang berupa street furniture bangku tunggu pada peron kereta. Mode transportasi commuter line merupakan mode transportasi yang tidak pernah sepi akan pengguna meskipun hari libur karena dianggap murah dan terhindar dari kemacetan ibu kota. Dengan demikian, ruang publik stasiun commuter line harus menciptakan rasa nyaman bagi penggunanya saat berada pada peron stasiun untuk menunggu kereta api datang. Kenyamanan seringkali dihubungkan dengan ergonomi, yaitu ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dan desain, serta faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi tersebut yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kinerja sistem dengan cara meningkatkan interaksi antara manusia dengan desain yang digunakan. Maka dari itu, penerapan hostile architecture dengan pendekatan konsep ergonomi yang dapat mempengaruhi perilaku penggunanya dalam memilih tempat duduk untuk menunggu kereta dapat menjadi suatu kajian yang dapat didalami sebagai suatu hal yang dapat memberikan dampak dalam perilaku manusia dengan lingkungannya. Sehingga dengan adanya penulisan ini, penggunaan hostile architecture pada ruang publik stasiun commuter line akan memberikan dampak yang baik dalam kesesuaian antara perilaku manusia dengan sistem kerjanya. Dimana dalam hal ini, rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan penggunanya akan sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, baik, dan efisien serta mengurangi bahaya akibat adanya kesalahan desain pada fungsi ruang di Stasiun Commuter Line Sudirman Jakarta.

Hostile Architecture, an emerging architectural style, is increasingly prevalent in major urban design as a means to mitigate undesirable behaviours in public spaces. Jakarta, among the world's cities, has adopted this concept, with its application evident in the street furniture specifically waiting benches that can be found at Jakarta Commuter Line Stations. The commuter line mode of transportation garners a constant stream of users, even on holidays, as it is deemed affordable and circumvents traffic congestion in the capital. Consequently, it is important that these public spaces encourage user’s comfort while waiting for the train to arrive. Comfort is often associated with ergonomics, which examines the interaction between humans and designs, along with the factors influencing these interactions, aiming to enhance system performance by optimizing human-design compatibility. Therefore, exploring the implementation of hostile architecture with an ergonomic approach focusing on seating preferences becomes a significant avenue for studying the potential impact on human behaviour within these environments. Employing hostile architecture in public spaces within commuter line stations may positively affect the harmony between human behaviour and the operational system. In this particular case, a design that aligns closely with its users becomes essential in creating a comfortable, efficient, and hazard-free environment, thereby mitigating any design-related issues concerning the functionality of the Sudirman Jakarta Commuter Line Station."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoirunnisa Shabira
"ABSTRAK
Bagi pekerja, aktivitas jeda terjadi pada ruang di antara tempat kerja dan tempat tinggal mereka. Ruang jeda terbentuk dari elemen ruang primer maupun sekunder untuk aktivitas jeda. Sayangnya elemen ruang ini masih minim keberadaannya. Sehingga saya tertarik untuk mengetahui bagaimana aktivitas jeda dan ruang jeda terjadi. Saya menggunakan teori in-between space dari Grosz, locomotion dari Luz serta zone for staying dari Gehl untuk mengetahui hubungan antara aktivitas dan ruang di antara dengan aktivitas jeda dan ruang jeda. Serta melakukan observasi lapangan dan membuat pemetaan aktivitas pekerja. Berdasarkan hasil analisis, terlihat sebuah ruang di antara dapat memberikan pilihan ruang jeda bagi seseorang untuk melakukan aktivitas jeda.

ABSTRAK
To the employee, pausing activity happens in between their working place and house. The pausing space is formed through the primary space elements and secondary ones for the pausing activities. Unfortunately, these spatial elements are still few in numbers. Therefore i am interested in knowing how the pausing activities and spaces are formed. I used in-between space theory from Grosz, locomotion from Luz and zone for staying from Gehl to study the connection on in-between spaces and activities with the pausing spaces and activities. An observation and mapping on employee?s activities were done. Based on the analysis, it is shown that in-between spaces could give choices of pausing space for someone to do their pausing activities.
"
2016
S63719
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidauruk; Rina Meilina Francine
"[ABSTRAK
Teknologi taman vertikal (dinding hijau) merupakan suatu konsep penanaman
vegetasi alami yang dibangun secara tegak lurus atau vertikal. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi potensi taman vertikal sebagai
suatu solusi keterbatasan ruang hijau dan pengendali kualitas udara di wilayah
Ruang Terbuka Hijau (RTH) terbatas pada wilayah gedung bertingkat tinggi.
Penelitian ini juga bertujuan mengidentifikasi komponen biaya dan manfaat serta
mengetahui pengetahuan, persepsi dan sikap masyarakat terhadap teknologi taman
vertikal ini. Analisis dilakukan dengan metode perbandingan berdasarkan kondisi
eksisting tutupan tanah berdasarkan hasil citra Landsat dan pengukuran kualitas
udara, analisis biaya dan manfaat serta analisis frekuensi untuk kuesioner.
Proporsi luas tutupan vegetasi pada wilayah penelitian sebesar 21,13%, taman
vertikal mampu menjadi RTH pengendali kualitas udara dengan menurunkan
konsentrasi CO2 sebesar 4,85%, nilai B/C ratio sebesar 14,63 serta pengelola
gedung memiliki tingkat persepsi terhadap manfaat teknologi taman vertikal
diatas 75,9%.

ABSTRACT
Vertical garden technology (green wall) is a concept of natural vegetation
constructed perpendicularly or vertically. This study aims to analyze and identify
potential vertical garden as a green solution to space limitations and control of air
quality in the area of green open space (RTH) is limited to the area of high-rise
buildings. This study also aims to identify the components of the costs and
benefits as well as knowing knowledge, perceptions and attitudes towards this
vertical garden technologies. The analysis was performed by the method of
comparison based on the existing condition of land cover based on Landsat
imagery and measurement of air quality, cost-benefit analysis and frequency
analysis to the questionnaires. Proportion of vegetation covered in the study area
by 21,13%, vertical gardens could become RTH controlling air quality by
reducing CO2 concentration of 4,89% , the value of B/C ratio of 14,63 and
building management have a certain level of perceptions of the benefits of vertical
garden technologies above 75,9%., Vertical garden technology (green wall) is a concept of natural vegetation
constructed perpendicularly or vertically. This study aims to analyze and identify
potential vertical garden as a green solution to space limitations and control of air
quality in the area of green open space (RTH) is limited to the area of high-rise
buildings. This study also aims to identify the components of the costs and
benefits as well as knowing knowledge, perceptions and attitudes towards this
vertical garden technologies. The analysis was performed by the method of
comparison based on the existing condition of land cover based on Landsat
imagery and measurement of air quality, cost-benefit analysis and frequency
analysis to the questionnaires. Proportion of vegetation covered in the study area
by 21,13%, vertical gardens could become RTH controlling air quality by
reducing CO2 concentration of 4,89% , the value of B/C ratio of 14,63 and
building management have a certain level of perceptions of the benefits of vertical
garden technologies above 75,9%.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>