Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108323 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Hafidz Qurani SM.
"ABSTRAK
Kawasan Cibinong Raya merupakan kawasan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan wilayah di Kabupaten Bogor yang bertujuan untuk dapat mendorong perekonomian daerah. Dalam memenuhi perannya sebagai pusat kegiatan wilayah diperlukan investasi yang dapat mengkatalisasi pembangunan. Untuk meningkatkan investasi dibutuhkan daya tarik terhadap investasi, yang salah satunya adalah dengan menjadikan sektor industri sebagai daya tarik investasi. Oleh karena itu, dibutuhkan wilayah yang memiliki potensi investasi industri yang memiliki kesesuaian dalam aspek kondisi fisiknya dan keunggulan berdasarkan kondisi iklim investasinya. Untuk mengetahui kondisi kedua aspek tersebut digunakan analisis fuzzy logic sebagai salah satu alat yang dapat mengolah data data spasial yang digunakan. Selain itu dilihat juga bagaimana kondisi perizinan dalam melakukan usaha yang merefleksikan kemudahan berbisnis dalam Kawasan Cibinong Raya, sehingga berdasarkan faktor faktor tersebut dapat diketahui potensi investasi industri di Kawasan Cibinong Raya. Hasil penelitian ini menunjukkan di Kecamatan Cibinong, Kecamatan Citeureup dan Kecamatan Bojong Gede memiliki tingkat kesesuaian terhadap potensi investasi industri yang paling luas dengan tingkat kesesuaian sangat sesuai. Kawasan Cibinong Raya memiliki potensi investasi industri sebesar 30 dari luas wilayahnya namun berdasarkan ketersediaan lahannya hanya sebesar 11 sehingga dapat dikatakan kondisi investasi mengalami kejenuhan. Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Citeureup merupakan kecamatan yang memiliki potensi pengembangan investasi industri dengan orientasi pasar. Sedangkan Kecamatan Bojong Gede, Kecamatan Tajur Halang, dan Kecamatan Kemang berorientasi tenaga kerja.

ABSTRACT
Cibinong Raya Area is an area that designed as a regional activity center in Bogor Regency which aims to be able to encourage regional economy. In fulfilling its role as a regional activity center, it is necessary to obtain investment that can catalyze development. To increase the investment required attraction to investment, one of which is to make the industrial sector as an attraction of investment. So it takes the region that has the potential of industrial investment that has a suitability in terms of physical conditions and advantages based on investment climate conditions. To know the condition of both aspect is used fuzzy logic analysis as one of the tools that can process spatial data used. In addition, this study also sees how licensing conditions in doing business that reflect the ease of doing business in the Cibinong Raya Area. So based on factors above factors can be known potential investment industry in Cibinong Raya Area. The results of this study indicate that in Cibinong District, Citeureup Subdistrict and Bojong Gede District have a level of conformity to the industry s most extensive investment potential with a very suitable suitability level. Cibinong Raya area has an industrial investment potential of 30 of its area but based on the availability of the land is only 11 so it can be said the investment conditions experienced saturation. Kecamatan Cibinong and Kecamatan Citeureup is a subdistrict that has potential to develop industrial investment with market orientation. While District Bojong Gede, District Tajur Halang, and District Kemang labor oriented"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Erikson Roy Pratama
"ABSTRAK
Kecamatan Cibinong dapat definiskan sebagai kawasan perkotaan dan juga menjadi ibu kota Kabupaten Bogor. Kawasan ini berada di wilayah middle stream (DAS Ciliwung & DAS Cikeas) dan bagian dari Daerah Tangkapan Air (DTA) Bogor sekitarnya. Proses pengkotaan yang terjadi di Kecamatan Cibinong berdampak pada permasalahan penyediaan air. Perlu kajian terhadap status daya dukung air (DDA) di kawasan Perkotaan Cibinong untuk menunjukan gambaran keberlanjutan keberadaan air di kawasan Perkotaan Cibinong di masa depan. Dalam studi ini menekankan pada faktor yang mempengaruhi status DDA. Faktor tersebut meliputi ketersediaan air (supply) yang dilihat perubahan tutupan lahan DTA, dan prediksi curah hujan, serta analisis prediksi kebutuhan air perkotaan (demand) yang didasarkan pada proyeksi penduduk. Metode yang digunakan pada studi ini adalah kuantitatif yang dibantu dengan aplikasi Arc GIS, dan Idrisi Selva. Dari hasil yang didapatkan bahwa terdapat pengaruh tutupan lahan terbangun terhadap ketersediaan air maupun pengaruhnya terhadap DDA di kawasan perkotaan. Pengaruh tersebut menyebabkan penurunan ketersediaan air dan berdasarkan prediksi kenaikan ketersedian air cenderung mengalami tren penurunan. Akibatnya status DDA di kawasan perkotaan Cibinong pada rentang tahun 2030-2035 mengalami status overshoot. Maka diperlukan usulan bentuk intervensi untuk mengantisipasi status DDA tersebut. Selain itu didapatkan hasil lain yang menunjukan bahwa pemerintah daerah dalam hal ini rencana tata ruang, belum sama sekali mengakomodir program yang mendukung penyediaan air perkotaan jangka panjang. Diharapkan dengan adanya kajian ini dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pengembangan dan pengelolaan air di perkotaan Cibinong melalui gambaran status daya dukung air yang dilihat dari hubungan ketersediaan dengan kebutuhan berdasarkan prediksi masa depan.

Cibinong Subdistrict can be defined as an urban area that has a function as the capital of Bogor Regency. This area is in the middle stream Ciliwung & Cikeas watershed and part of Bogor Catchment Area. Urban Development has impact on water problems experienced.. There needs to be a study of the status of water carrying capacity in the Cibinong urban area to showing a picture of the sustainability of water availability in the future. Point of this research is factors that affect the status of water carrying capacity such as water supply seen from the catchment area, the rainfall plan, and analyzing water needs from estimates population projection (demand). For water catchment areas based on predictions of trends in land cover change. The method used in this research is quantitative and assisted by GIS Arc, and Idrisi Selva applications. The results of this research obtained about the status of water carrying capacity in the Cibinong urban area in 2030-2035 is overshoot. Therefore an intervention is needed to anticipate status of water carrying, first intervention is control development based on value of water carrying capacity, second intervention is use Water Sensitive Urban Design (WSUD) approach with rainwater harvesting techniques (rain barrels), and the last intervention is improved management of surface water (small lake). Other results obtained which show local government in the case spatial plan has not yet accommodated programs that support long-term urban water supply. It is hoped that this study can be used as a reference in water development and management in urban Cibinong through an overview of the status of water carrying capacity as seen from the relationship of availability to needs based on future predictions."
2019
T53957
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghesa Meilinda Rachmawati
"Sektor industri merupakan salah satu pendapatan daerah utama dan merupakan sektor unggulan Kabupaten Sragen khususnya Kecamatan Sidoharjo yang telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pengembangan wilayah diperlukan memperhatikan sektor unggulannya berdasarkan potensinya untuk mendatangkan keuntungan bagi wilayah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola pengembangan industri secara spasial melalui arah perkembangan wilayah industri di Kecamatan Sidoharjo berdasarkan orientasi pasarnya dan dampak perkembangan industri terhadap penyerapan tenaga kerja serta peningkatan pendapatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan metode deskriptif keruangan.
Hasil penelitian menunjukkan pengembangan wilayah industri di Kecamatan Sidoharjo berdasarkan pada orientasi wilayah pasarnya dimana dampak perkembangan industri menyerap tenaga kerja dari sekitar wilayah industri. Industri tekstil berorientasi pada pasar lokal dan pasar internasional memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Industri pakaian jadi yang berorientasi pada pasar internasional memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang sedang. Industri makanan yang berorientasi pada pasar regional memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang rendah. Industri pengolahan yang berorientasi pada pasar nasional memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang rendah.

The industrial sector is one of the main regional income and is the pre eminent sector of Sragen regency especially Sidoharjo Sub district which has increased in recent years. Regional development is required to pay attention to its leading sectors based on its potential to bring benefits to the region. The purpose of this research is to understand the pattern of spatial industrial development through the direction of industrial area development in Sidoharjo Sub district based on its market orientation and the impact of industrial development on employment and income generation. The method used in this research is quantitative method and descriptive method of spatial.
The result of research shows the development of industrial area in Sidoharjo Sub district based on the orientation of its market area where the impact of industrial development absorbs the workforce from around industrial area. Textile industry oriented to local market and international market which have high level of employment. The international market oriented apparel industry has a moderate rate of employment. The regional oriented food industry has a low rate of employment. The national market oriented processing industry has a low rate of employment.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Wardhana
"Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi, Pemerintah Indonesia melakukan upaya percepatan proyek infrastruktur, salah satu nya adalah Jalan Tol Trans Sumatera. Hal ini diharapkan mampu membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan konektivitas di pulau Sumatera. Pulau Sumatera merupakan wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan industri berbasis sektor unggulan di Kawasan Sumatera bagian Utara, yaitu Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Sumatera Utara, untuk meningkatkan potensi penggunaan Jalan Tol Trans Sumatera. Penetapan fokus industri dilakukan dengan menggunakan analisis location quotient dengan mempertimbangkan indikator pengembangan wilayah berupa distribusi Produk Domestik Regional Bruto, sektor potensi dan Indeks Pembangunan Manusia. Industri yang sudah ditetapkan kemudian diestimasi biaya awal yang diperlukan untuk pengembangan industri nya dengan pendekatan benchmarking dan survei harga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan industri berbasis sektor unggulan di Kawasan Sumatera bagian Utara diestimasikan memerlukan biaya awal sebesar Rp 15,998,182,018,281.70 untuk 4 jenis industri yaitu industri pengolahan padi, pengolahan kelapa terpadu, pengolahan makanan, dan pengolahan kelapa sawit. Rencana lokasi pabrik untuk industri pengolahan padi, pengolahan kelapa terpadu, dan pengolahan kelapa sawit menggunakan data produktivitas dari masing – masing komoditas sektor unggulan. Untuk rencana lokasi pabrik dari industri pengolahan makanan menggunakan data jumlah pasar yang ada.

In order to increase economic growth, the Government of Indonesia is making efforts to accelerate infrastructure projects, one of which is the Trans Sumatera Toll Road. This is expected to help increase economic growth and connectivity on the island of Sumatera. Sumatera Island is an area that has abundant natural resource potential. This study aims to develop leading sector-based industries in the Northern Sumatera Region, namely the Province of Nanggroe Aceh Darussalam and North Sumatera Province, was carried out to increase the potential use of the Trans Sumatera Toll Road. Determination of industrial focus is carried out using location quotient analysis by considering regional development indicators in the form of Gross Regional Domestic Product distribution, sector potential and the Human Development Index. The industry that has been determined is then estimated the initial costs required for the development of the industry using a benchmarking approach and a price survey. The results show that the development of leading sector-based industries in the Northern Sumatera Region is estimated to require an initial cost of Rp. 15,998,182,018,281.70 for 4 types of industry, namely rice processing industry, integrated coconut processing, food processing, and palm oil processing. The factory location plan for the rice processing, integrated coconut processing, and palm oil processing industries uses productivity data from each of the leading sector commodities. For the plan of the location of the plant from the food processing industry using data on the number of existing markets."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sampe, Hisky Robinson
"Sebagai wilayah penghasil komoditas dari sumber daya alam, Pulau Sumatera menjadi lokasi strategis bagi kegiatan ekspor ke berbagai tujuan, baik ke antar provinsi di Indonesia maupun ke luar negeri. Nilai barang dari hasil kegiatan ekspor yang dilakukan oleh Indonesia pada tahun 2020 mencapai Rp2.366.281.100.000.000,00 dari kategori migas maupun non migas dengan kategori non mgas sebagai kategori dengan kontribusi terbesar terutama dari sektor industri. Mengingat besarnya peran industri dalam menyumbangkan pendapatan negara, Indonesia ditargetkan untuk mengembangkan sektor industri dengan skala besar. Sektor industri yang ingin dikembangkan akan difokuskan dengan memanfaatkan komoditas yang dihasilkan dari sektor ekonomi unggulan di Pulau Sumatera, secara spessifik kawasan Sumatera bagian Tengah di Provinsi Sumatera Barat, Riau, dan Jambi. Pengembangan kawasan industri di kawasan Sumatera bagian Tengah akan memanfaatkan kehadiran infrastruktur Jalan Tol Trans Sumatera yang sampai tahun 2020 telah terhubung sepanjang total 513 km. Tahapan yang dilakukan dalam rencana menyusun sebuah pengembangan kawasan industri dimulai dari studi literatur dan benchmarking, kemudian menganalisis sektor ekonomi unggulan yang dimiliki masing-masing provinsi dengan memilih lima kabupaten atau kota mewakili setiap provinsi yang memiliki nilai PDRB terbesar. Sektor ekonomi unggulan yang telah diketahui kemudian dianalisis lebih lanjut untuk menentukan jenis industri yang dikembangkan dengan melihat hasil produksi setiap komunitas dari sektor ekonomi unggulan terpilih. Selain itu dari setiap jenis industri akan direncanakan jumlah pabrik yang akan dibangun yang diperoleh dari hasil perhitungan total komoditas per tahun dibagi waktu operasional pabrik hasil benchmarking, dibagi kapasitas produksi pabrik hasil benchmarking. Penentuan initial cost pengembangan kawasan industri wilayah Sumatera bagian Tengah mengacu pada harga peralatan dan permesinan, luas tanah, luas bangunan, waktu operasional pabrik, dan kapasitas produksi pabrik yang seluruhnya diperoleh dari hasil benchmarking. Harga-harga yang diperoleh tersebut akan disesuaikan kembali dengan harga yang berlaku saat ini dengan analisis time value of money, juga memasukkan unsur harga tanah, harga bangunan, dan faktor inflasi yang berlaku saat ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor ekonomi unggulan di kawasan Sumatera bagian Tengah didominai dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Jenis industri yang dikembangkan yaitu industri pengolahan padi, pengolahan kelapa modern, pengolahan kelapa sawit, pengolahan minyak bumi dan gas, dan pengolahan beton precast dengan total 56 pabrik dengan initial cost sebesar Rp179.364.877.179.100,00.

As a commodity producing area from natural resources, the island of Sumatra is a strategic location for export activities to various destinations, both between provinces in Indonesia and abroad. The value of goods from export activities carried out by Indonesia in 2020 reached IDR 2,366,281,100,000,000.00 from the oil and gas and non-oil and gas categories with the non-gas category as the category with the largest contribution, especially from the industrial sector. Given the large role of industry in contributing state income, Indonesia is targeted to develop the industrial sector on a large scale. The industrial sector to be developed will be focused on utilizing commodities produced from the leading economic sectors on the island of Sumatra, specifically the Central Sumatra region in the Provinces of West Sumatra, Riau, and Jambi. The development of industrial estates in the Central Part of Sumatra will take advantage of the presence of the Trans Sumatra Toll Road infrastructure which until 2020 has been connected along a total of 513 km. The stages carried out in the plan to compile an industrial estate development start from literature studies and benchmarking, then analyze the leading economic sectors owned by each province by choosing five districts or cities representing each province that has the largest GRDP value. The known leading economic sectors are then further analyzed to determine the type of industry developed by looking at the production results of each community from the selected leading economic sector. In addition, from each type of industry, the number of factories to be built will be planned which is obtained from the results of the calculation of total commodities per year divided by the operational time of the benchmarking plant results, divided by the production capacity of the benchmarking plant. The determination of the initial cost of developing an industrial estate in the Central Sumatra region refers to the price of equipment and machinery, land area, building area, factory operational time, and factory production capacity, all of which are obtained from benchmarking results. The prices obtained will be readjusted to the current prices with a time value of money analysis, also including elements of land prices, building prices, and current inflation factors. The results showed that the leading economic sectors in the Central Sumatra region were derived from the agricultural, forestry and fisheries sectors. The types of industries developed are the rice processing industry, modern coconut processing, palm oil processing, petroleum and gas processing, and precast concrete processing with a total of 56 factories with an initial cost of Rp179,364,877,179,100.00."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Wijianingsih
"Kabupaten Tangerang merupakan salah satu daerah tingkat dua yang menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten. Terletak pada posisi geografis yang strategis. Dipilihnya kawasan industri di Kabupaten Tangerang karena letak yang strategis tersebut menyebabkan Kabupaten Tangerang sebagai bagian dari pusat pertumbuhan industri wilayah Indonesia bagian barat. Analisa pada penelitian ini menggunakan analisa deskriptif yang menjelaskan terjadinya peralihan potensi lahan menjadi kawasan industri. Potensi lahan di dapatkan dari hasil scoring dan overlay. Pemberian nilai ini mengacu pada variabel (topografi, litologi, kemampuan tanah dan hidrologi) yang di jumlah dan di kali dengan variabel pembatas (banjir, erosi, dan salinitas tanah) untuk selanjutnya di analisa mengenai peralihan potensi lahan, dimana lahan yang harusnya sangat baik untuk pertanian beralih fungsi menjadi kawasan industri.

Tangerang District is one of the two levels that are part of the Banten Province. Located in a strategic geographical position. Choosing the industrial area in Tangerang District as a strategic location in the Tangerang District as a central part of the growth industry of the western part of the Indonesian. Analysis on this research using descriptive analysis that describes the potential of a transition into industrial land. Potential land available in the scoring and results from the overlay. The provision of this value to the variables (topography, litologi, the ability to land and hydrology) and the number of times in the variable divider (floods, erosion, and soil salinity) for further analysis on the potential of the land, where the land should be very good for agricultural area of its functions into the industry."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S34131
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Akmal Fathu Rohman
"ABSTRAK
Aktivitas manusia yang semakin lama semakin banyak di Bandung Raya mengubah lingkungan fisik perkotaan, salah satunya kecerahan langit malam karena emisi cahaya lampu. Penelitian ini mencoba mengetahui pola spasial dari kecerahan langit malam dan menganalisis hubungannya dengan dengan, radiasi cahaya malam, distribusi penduduk, persentase wilayah terbangun, dan jarak dari pusat kota di Bandung Raya. Nilai kecerahan langit malam semakin tinggi ke arah pusat kota yang berbanding lurus dengan radiasi cahaya malam, kepadatan penduduk, wilayah terbangun. Sebanyak 79 nilai kecerahan langit malam berhubungan dengan kepadatan penduduk. Variabel yang paling berhubungan yaitu kepadatan penduduk.

ABSTRAK
Increasing human activity in Bandung Raya Area change the environment of the urban area, especially increased night sky brightness due to increasing of night light emission. This research aims to describe spatial pattern of night sky brightness and analyze its relationship with night light radiation, population distribution, built up percentage, and distance from city center in Bandung Raya. The value of night sky brightness is directly proporsional with with night light radiation, population distribution, built up percentage. It is found that 79 of the night sky brightness value is dependent with population distribution, built up percentage, and distance. "
2017
S69167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalida Mahmuda Ateh
"Pemerintah melanjutkan pembangunan infrastruktur melalui program Proyek Strategis Nasional atau yang biasa disebut dengan PSN. Jalan Tol Akses Patimban merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional yang akan menjadi konektivitas salah satu Pelabuhan terbesar di Indonesia. Kementerian PUPR tawarkan badan usaha untuk ikut bangun Jalan Tol Akses Patimban dengan data proyek investasi yang masih menunjukkan proyek belum dikatakan layak. Dalam pengembangan Jalan Tol Akses Patimban, pemerintah merencanakan pembangunan kawasan industri sekitar proyek yang berpotensi dalam peningkatan permintaan perjalanan yang akan meningkatkan kelayakan investasi Jalan Tol Akses Patimban. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan peramalan permintaan perjalanan dengan model simulasi sistem dinamis yang dapat memberikan perkiraan yang andal untuk membandingkan kelayakan finansial proyek sebelum dan sesudah proses yang melibatkan kawasan industri sekitar proyek. Model simulasi ini akan dilakukan skenario untuk membandingkan kelayakan finansial dengan kemungkinan tarif yang akan terjadi. Keluaran dari penelitian ini adalah analisis kelayakan finansial sesudah adanya kawasan industri dan rekomendasi tarif optimal untuk menghasilkan IRR yang sudah menunjukkan proyek sudah layak dengan ketersediaan membayar yang tinggi.

The Government of Indonesia continues to build infrastructure through National Strategic Projects/Proyek Strategis Nasional (PSN). One of those projects is the Patimban Access Toll Road which allows connectivity to one of the biggest ports in Indonesia. The Ministry of PUPR offers business entities to participate in building the Patimban Access Toll Road with investment project data that still shows that the project is not considered feasible. In the development of the Patimban Access Toll Road, the government plans to build an industrial area around the project which has the potential to increase travel demand, increasing the investment feasibility of the Patimban Access Toll Road. This study will use a travel demand forecasting approach with a dynamic system simulation model that can provide reliable estimates to compare the project's financial feasibility before and after the process of involving industrial areas around the project. In this simulation model, scenarios will be carried out to compare the financial feasibility with the possible tariffs that will occur. The output of this research is an analysis of financial feasibility after the existence of industrial areas and recommendations for the optimal tariff to produce an Internal Rate of Return (IRR) which shows that the project is feasible with high availability of payments.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Setyo Hariyono
"Rumusan kawasan industri dalam Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang kawasan industri adalah sebagai tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki ijin usaha kawasan industri. Ditinjau dari segi penataan ruang, resiko lingkungan, kepastian tempat usaha, penyediaan prasarana dan sarana penunjang, prosedur dan waktu penyelesaian perijinan, keamanan, dan lain sebagainya, mendirikan industri di kawasan industri lebih menguntungkan daripada berlokasi industri di luar kawasan industri. Segala kemudahan yang disiapkan di kawasan industri diharapkan dapat mempermudah pembangunan dan pengendalian industri, pihak industri dapat memperkecil ongkos investasi maupun operasinya, serta dengan terkelompoknya industri di satu kawasan diharapkan dapat mempermudah upaya pengelolaannya dan pengendalian dampak pencemaran yang diakibatkan oleh aktifitas industri yang berlangsung.
Mengingat tujuan kebijakan pengembangan kawasan industri adalah untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan industri di kawasan industri dalam rangka mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan industri, sementara pada perkembangannya terjadi penurunan tingkat pemanfaatan lahan di kawasan industri dan terjadi peningkatan pemanfaatan lahan di luar kawasan industri, seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Hal tersebut mencerminkan tidak berhasilnya implementasi kebijakan, yang ditunjukkan dengan adanya gap antara harapan dan kenyataan kebijakan pengembangan kawasan industri.
Hasil analisis terhadap lima faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pengembangan kawasan industri, yaitu jenis manfaat yang diterima oleh target groups, perubahan yang diinginkan dari kebijakan, sumber daya, komunikasi, serta kondisi sosial, politik dan ekonomi menunjukkan adanya hambatan-hambatan, baik yang berasal dari isi kebijakannya maupun pada implementasi kebijakannya. Mengingat kebijakan pengembangan kawasan industri ditujukan untuk menjadikan kawasan industri sebagai alat untuk penciptaan iklim usaha yang baik, pengaturan tata ruang, jaminan lingkungan hidup, pengembangan wilayah, serta sebagai investasi fasilitas umum (bukan profit making/real estate), maka perlu pengaturan yang jelas dan rinci mengenai instansi yang terkait, tugas dan tanggung jawabnya dalam pengembangan kawasan industri, pemberian kemudahan dan fasilitas khusus dalam pengembangan kawasan industri, dan sosialisasi mengenai arti penting investasi bagi pertumbuhan ekonomi negara untuk mendapat dukungan masyarakat menjaga keamanan dan ketertiban di kawasan industri.

Industrial area formulation as stated in Presidential Decree Number 41 Year of 1996 regarding industrial area is a center of industrial activities equipped with infrastructure and facility that are developed and organized by the industrial area's company that has been obtained the business license of industrial area From the point of view of space arrangement facet, environment risk, business place certainty, provision of supporting infrastructure and facility, procedure and license of accomplishment time, security, and so on, establishing industry in industrial area is more advantageous than outside industrial area. All eases prepared in industrial area expected to ease the industrial development and controlling, industry party can reduce investment and operational fee, industrial grouping in a area is expected to ease the efforts of organization and controlling pollution impact that is caused by going on industrial activity.
Considering the aim of industrial area development policy is to ease industrial activity in industrial area in order to support industrial activity to locate in an industrial area, meanwhile during development progress there is a decline in the extent of area utilization and conversely, and increase in area utilization outside industrial area, just like what happens at Bekasi Regency, West Java Province. That reflects unsuccessful policy implementation, as shown by the gap between expectation and reality in policy of industrial area development.
The analysis outcome on five factors that influence policy implementation of industrial area development, is kinds of benefit accepted by the group target, desired changes from the policy, resources, condition of social, politic and economy, and communication show obstacles that come either from the policy content of policy implementation. Considering the policy of industrial area development aims to make industrial area as a medium for creation of good business climate, space arrangement, living environment guarantee, area expansion, and as investment facility for public (not for profit making/real estate), then clear and detailed regulations regarding related institutions is needed, its duties and responsibilities in developing industrial area, giving ease and special facility in developing industrial area and socialization regarding the essence of investment for the growth of country economy in order to get support from the society in maintaining security and orderliness in industrial area."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasdiman Rasyad
"Tingginya angka laju pertumbuhan jumlah penduduk perkotaan di Indonesia dalam 3 dekade terakhir menyebabkan permintaan akan pelayanan prasarana kota meningkat tajam. Hal ini mendorong pemerintah untuk membangun prasarana kota secara besar-besaran, meluas dan terencana. Pembangunan prasarana kota dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk, untuk memacu perkembangan ekonomi dan mengarahkan perkembangan fisik kota. Kepentingan pembangunan prasarana kota untuk mengarahkan perkembangan fisik kota adalah untuk mencapai kualitas tata ruang perkotaan yang baik sehingga kota layak untuk dihuni oleh penduduknya.
Penelitian mengenai manfaat pembangunan prasarana kota untuk memenuhi kebutuhan penduduk telah banyak dilakukan. Namun pengaruh pembangunan prasarana kota terhadap kualitas tata ruang belum banyak diteliti. Kualitas tata ruang merupakan salah satu faktor yang membentuk kualitas Iingkungan hidup perkotaan. Dengan meneliti kualitas tata ruang suatu wilayah, dapat diketahui gambaran kualitas lingkungan hidup wilayah tersebut.
Penelitian ini menilai kualitas tata ruang suatu kawasan dengan mengukur variabel-variabel tertentu sebagai indikator dari kualitas tata ruang tersebut. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa (i) kualitas tata ruang pada koridor perkembangan perkotaan ditentukan oleh faktor-faktor kepadatan hunian, koefisien dasar bangunan, penggunaan tanah, garis sempadan bangunan, dan pohon peneduh; dan bahwa (ii) perkembangan fisik perkotaan di lokasi penelitian cenderung menyebabkan rendahnya kualitas tata ruang kawasan tersebut.
Lokasi penelitian merupakan penggalan prasarana jalan yang telah mengalami perubahan kondisi sebagai akibat dari pelebaran pada tahun 1997 - 1999. Jalan yang menghubungkan Kota Cibinong dengan Kota Citeureup sekarang ini telah berkembang menjadi koridor perkembangan perkotaan yang memiliki peran ekonomi yang cukup penting bagi Kabupaten Bogor.
Metode penelitian yang digunakan adalah metoda deskriptif dan survey. Variabel yang diteliti adalah Kepadatan Hunian dan Koefisien Dasar Bangunan (dua indikator terpilih yang mewakili faktor daya dukung lingkungan), Kecocokan Penggunaan Tanah (indikator terpilih yang mewakili faktor fungsi lingkungan), Ketaatan Garis Sempadan Bangunan dan Ratio Pohon Peneduh (dua indikator terpilih yang mewakili faktor estetika lingkungan). Variabel dipilih berdasarkan pertimbangan batasan operasional kualitas tata ruang dan kemungkinan ketersediaan data.
Penilaian kualitas rata ruang dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian setiap variabel terhadap tolak ukur tertentu. Tolak ukur dikembangkan dari ketentuan variabel-variabel tersebut yang dialur di dalam berbagai peraturan daerah Kabupaten Bogor terkait dan beberapa referensi lainnya. Skala penilaian yang digunakan di dalam tolok ukur adalah 1 (sangat buruk) sampai dengan 5 (sangat baik).
Hasil analisis univariat dengan metoda distribusi frekuensi memperlihatkan bahwa variabel Kepadatan Hunian dan Koefisien Dasar Bangunan memiliki nilai buruk. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepadatan penduduk di lokasi penelitian telah melampaui ketentuan sebagaimana yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang wilayahnya, dan sebagian besar bangunan dibangun dengan melanggar ketentuan koefisien dasar bangunan yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang wilayahnya.
Hasil analisis juga memperlihatkan bahwa variabel Kecocokan Penggunaan Tanah memiliki nilai menengah. Hal ini menunjukkan bahwa banyak bangunan yang digunakan tidak sesuai dengan ketentuan rencana tata guna lahan dibandingkan bangunan yang digunakan sesuai dengan ketentuan rencana tata guna lahan. Hal ini membelikan gambaran bahwa perkembangan fisik perkotaan yang terjadi di lokasi penelitian tidak sepenuhnya mendukung fungsi lingkungan yang diinginkan.
Hasil analisis juga memperlihatkan bahwa variabel Ketaatan Garis Sempadan Bangunan memiliki nilai yang cukup baik dan Ratio Pohon Peneduh memiliki nilai yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa cukup banyak bangunan yang menaati ketentuan garis sempadan bangunan, namun sebagian besar halaman bangunan tidak memiliki pohon peneduh atau memiliki pohon peneduh kurang bila dibandingkan dengan luasnya.
Secara keseluruhan, nilai rata-rata kualitas tata ruang lokasi penelitian adalah menengah, namun secara distributif, sebagian besar bangunan sampel berada pada kelompok yang berkualitas buruk dan sangat buruk. Hal ini menunjukkan bahwa Kualitas Tata Ruang Lokasi Penelitian yang dibentuk oleh variabel-variabel Kepadatan Hunian, Koefisien Dasar Bangunan, Kecocokan Penggunaan Tanah, Ketaatan Garis Sempadan Bangunan dan Ratio Pohon Peneduh berada dalam keadaan yang cenderung buruk.
Hasil analisis univariat juga memberikan petunjuk bahwa variabel Ketaatan Garis Sempadan Bangunan dan Ratio Pohon Peneduh merupakan variabel yang berpengaruh terhadap pembentukan kualitas tata ruang di lokasi penelitian. Hasil analisis multivariat dengan metoda analisis faktor menunjukkan bahwa faktor yang dibentuk dari kombinasi variabel Koefisien Dasar Bangunan, Ketaatan Garis Sempadan Bangunan, dan Ratio Pohon Peneduh merupakan faktor yang berdasarkan uji validasi sampel, sangat stabil, Artinya faktor tersebut dapat digeneralisasi untuk menganalisis populasi. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas tata ruang di lokasi penelitian sangat dipengaruhi oleh variabel-variabel Koefisien Dasar Bangunan, dan oleh variabel Ketaatan Garis Sempadan Bangunan dan Ratio Pohon Peneduh.
Dari hasil analisis tersebut dapatlah disimpulkan bahwa pembentukan kualitas tata ruang di lokasi penelitian sangat di pengaruhi oleh variabel Ketaatan Garis Sempadan Bangunan dan Ratio Pohon Peneduh.
Dengan memperhatikan hasil-hasil penelitian di atas, dapatlah diajukan saran sebagai berikut:
1) Indikator/variabel yang digunakan di dalam penelilian ini adalah merupakan ketentuan di dalam rencana kata ruang wilayah daerah. Oleh karena itu penelitian ini dapat dijadikan model bagi pemerintah daerah untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kualitas tata ruang bagian-bagian wilayahnya.
2) Indikator/variabel yang dinilai berpengaruh kuat terhadap kualitas tata ruang di lokasi penelitian perlu mendapat perhatian oleh pemerintah daerah dalam rangka mengawasi dan mengendalikan perkembangan fisik perkotaan.
3) Pemerintah daerahn perlu menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) setiap bagian wilayah yang telah menunjukkan perkembangan yang cepat.
4) Penelitian serupa sebaiknya menggunakan variabel yang lebih beragam dan sampel yang lebih banyak.

The high rate of urban population growth in Indonesia in the last 3 decades increasing high demand of urban infrastructures. This situation encourage the Government to build a huge, wide and planned urban infrastructure. The development of urban infrastructure were intended to fulfill the basic needs of inhabitant, to spur ahead economic development of the city, and to lead physical development of the city. The significances of urban infrastructures development in leading physical development of the city is to accomplish a good urban area spatial quality suitable to be inhabited by its inhabitants.
The research concerning to the benefits of urban infrastructure development in fulfilling the basic needs of inhabitant were mostly performed. However the influence of urban infrastructure development to the urban area spatial quality is lessly examined. The urban area spatial quality is one of the factors which is generating the urban area environment quality. By examining the urban area spatial quality, we could have an outline of environment quality of the area.
The research is assessing the area spatial quality by measuring selected variables as the indicators of spatial quality. Hypothesis which is set forward are that (i) the spatial quality on urban development corridor is detemiined by the factor of dwelling density, building coverage ratio, land use, building line, and shade trees; and that (ii) the physical development in the research location tend to depleting the area spatial quality.
The research location is a section of access road with its condition changing due to widening project in 1997 - 1999. The section that linking Kota Cibinong and Kota Citeureup recently has been developed as urban development corridor with its important economic role for Bogor Regency.
The research methodology is descriptive and survey methodology. The variables examined are Dwelling Density and Building Coverage Ratio (two selected indicators which represent the factor of environment carrying capacity), Land Use Suitability (selected indicator which represent the factor of environment function), Building Line Obedience and Ratio of Shade.
Trees (two indicators which represent the factor of environment aesthetic). The variables were selected by considering the operational definition of spatial quality and the situation of research location.
The assessment of spatial quality was executed by comparing the result of each variabel to a certain standard. The standards are developed from the stipulation of variables which are stipulated in various relevant local regulations of Bogor Regency and other references. The assessment scale used in the standard is from 1 (very bad) to 5 (very good).
The results of univariate analysis with frequency distribution methodology shows that the values of Dwelling Density and Building Coverage Ratio variable is bad. These figures show that the level of population density in the location has exceeded the ideal standard as stipulated in its spatial plan, and most of buildings are built by violating the stipulation of building coverage ratio which stipulated in its spatial plan.
The results of analysis also show that the value of land Use Suitability variable is moderate. It shows that more buildings are used in incompatible way to the land me plan rather than the buildings in compatible way to the plan. This situation describes that the physical development of the area is not fully support the expected environment functions.
The analysis show that the level of Building Line Obedience variable is good and Ratio of Shade Trees is bad. These figures show that sufficient amount of buildings comply with the regulation of building lines, and most building's yard does not have shade trees or have little compare to the wide of the yard.
As a whole, the level of Spatial Quality of Research Location is moderate, however distributively, most of sample buildings are in the group with bad and very bad quality. This point indicates that the spatial quality which created by the variables of Dwelling Density, Building Coverage Ratio, Land Use Suitability, Building Line Obedience and Ratio of Shade Trees tends to be in bad situation.
The result of univariate analysis also show that the variable of Building Line Obedience and Ratio of Shade Trees are the variables with influence to the creation of spatial quality of research location.
The result of multivariate analysis by using factor analysis method shows that the factor developed from the combination of Building Coverage Ratio, Building Line Obedience, and Ratio of Shade Trees are the factors which, based on validation examination of sample, very stable. It means that factor might be generalised to analyse the population. This indicates that the spatial quality of research location is intensely influenced by the variables of Building Coverage Ratio, Building Line Obedience, and Ratio of Shade Trees.
From the result of these analysis, it might be summarized that the creation of spatial quality of research location intensely influenced by Building Line Obedience and Ratio of Shade Trees variables.
Taking into account the results above, the following recommendations could be submitted:
1) Indicators/ variables used in the research are parts of the stipulation of the local spatial plan. Therefore the research could be used as model to the Local Government to assessing and evaluating the gain of spatial quality of its parts area.
2) Indicators/ variables assessed that intensely influencing the spatial quality of research location need to be noticed by Local Government in order to control the physical development of the area.
3) The Local Government needs to prepare Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL/ Building and Environment Code) of every part of its area which is inclining fast development.
4) It is better for the next similar research, if any, to use more various variables and sample size."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>