Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164598 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shofi Azzahra
"Meningkatnya prevalensi hipertensi di Indonesia mempengaruhi jumlah penggunaan obat antihipertensi, serta masih banyak penderita hipertensi yang belum mendapatkan pengobatan yang efektif dan rasional membuat evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi penting untuk dilakukan. Penggunaan obat antihipertensi harus mengikuti acuan yang berlaku di Indonesia yaitu Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat antihipertensi. Desain penelitian adalah cross-sectional dan bersifat deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder dari resep dan rekam medis dengan metode retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Jumlah sampel penelitian ini adalah sebanyak 2814 resep. Berdasarkan hasil penelitian, hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan 65,79, kelompok usia 45-64 51,78, dan pasien Non BPJS 68,68. Jumlah total penggunaan obat antihipertensi sebesar 38972,03 DDD dengan peringkat tiga besar obat antihipertensi dengan penggunaan terbanyak diantaranya adalah amlodipin 24812,97 DDD, 1,4096 DDD/1000 pasien/hari, dan 0,7698 DDD/1000 penduduk/hari , valsartan 5397,22 DDD, 0,3066 DDD/1000 pasien/hari, dan 0,1674 DDD/1000 penduduk/hari, dan kaptopril 4979,64 DDD, 0,2829 DDD/1000 pasien/hari, dan 0,1545 DDD/1000 penduduk/hari. Kesesuaian penggunaan obat antihipertensi di RSUD Jagakarsa pada tahun 2017 dengan Formularium Nasional adalah 100. Penggunaan obat antihipertensi telah sesuai dengan Formularium Nasional, sehingga penggunaan obat antihipertensi yang efektif diharapkan dapat tercapai.

Increasing prevalence of hypertension in Indonesia affecting the amount of antihypertensive use, and there were still many hypertensive patients who did not receive effective and rational treatment made it necessary to evaluate the use of antihypertensive. The uses of drugs in health facilities must comply with national reference, namely the National Formulary. This study was conducted to evaluate the use of antihypertensive in hypertensive patients. The research design was cross sectional and descriptive. Data used were secondary data from prescriptions and medical records by retrospective method. Sampling was done in total sampling, with total samples of 2814 prescriptions. The results showed that 65,79 of hypertension outpatients were females, 51,78 were 44 to 64 years old, and 68,68 did not follow the BPJS Program. The total use of antihypertensive was 38972,03 DDD and the three most widely used antihypertensives were amlodipine 24812,97 DDD, 1,4096 DDD 1000 patients day, and 0,7698 DDD 1000 inhabitants day, valsartan 5397,22 DDD, 0,3066 DDD 1000 patients day, and 0,1674 DDD 1000 inhabitants day, and captopril 4979,64 DDD, 0,2829 DDD 1000 patients day, and 0,1545 DDD 1000 inhabitants day. The use of antihypertensive was 100 appropriate according to National Formulary. The use of antihypertensive was appropriate according to National Formulary, therefore effective use of antihypertensive is expected to be achieved."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mela Milani
"Indonesia menempati posisi kedua pada tahun 2016 dengan jumlah kasus tuberkulosis TB terbanyak di dunia sebanyak 1,02 juta kasus. Hal tersebut menyebabkan adanya peningkatan penggunaan obat anti tuberkulosis OAT. Oleh karena itu penggunaan OAT perlu dipantau. Penggunaan OAT harus digunakan secara benar agar tidak terjadi resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan OAT pada pasien TB. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep dan rekam medis pasien TB selama tahun 2017. Studi dilakukan secara kuantitatif dengan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose ATC/DDD dan kesesuaian obat dengan Formularium Nasional. Data kuantitas dihitung dalam nilai DDD, DDD/1000 pasien/hari dan DDD/1000 penduduk/hari. Sampel adalah data resep yang mengandung OAT dan rekam medis pasien TB rawat jalan usia dewasa 18 tahun di RSUD Jagakarsa tahun 2017 sebanyak 640 resep. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa 53 pasien TB adalah laki-laki, 26,40 berusia 18 sampai 24 tahun, dan 52 mengikuti program BPJS, 94,40 pasien TB menderita penyakit TB Paru. Berdasarkan hasil penelitian secara kuantitatif, total penggunaan obat anti tuberkulosis adalah sebanyak 24.313,75 DDD; 1,38 DDD/1000 pasien/hari; 0,752 DDD/1000 penduduk/hari. Kuantitas penggunaan OAT yang dinyatakan dalam DDD, DDD/1000 pasien/hari dan DDD/1000 penduduk/hari paling tinggi, yaitu isoniazid 10498,75 DDD; 0,596 DDD/1000 pasien/hari; 0,325 DDD/1000 penduduk/hari. Persentase kesesuaian penggunaan OAT dengan Formularium Nasional pada tahun 2017 adalah 100. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat anti tuberkulosis di RSUD Jagakarsa tahun 2017 telah sesuai dengan daftar obat pada Formularium Nasional, sehingga kesesuaian pengobatan diharapkan dapat tercapai.

Indonesia was in the second position in 2016 which had the biggest number oftuberculosis TB cases. It was 1.02 million cases. There is an increasing of antituberculosis drugs ATD usage. Therefore, anti tuberculosis drugs ATD usage needsto be monitored which was must be used rationally to prevent resistency. This researchaimed to evaluate the use of anti tuberculosis drugs in TB patients. The study design tobe used was cross sectional study with retrospective data retrieval method from patient rsquo sprescription and medical records of TB patients during 2017. The study was carried outquantitatively with the method of Anatomical Therapeutic Chemical Defined DailyDose ATC DDD and drug suitability with National Formulary. Quantity data wasmeasured based on DDD, DDD 1000 patiennts hari and DDD 1000 inhabitants day. The sample was patients prescription who used anti tuberculosis drugs and medicalrecords of adult outpatients TB ge 18 years old in RSUD Jagakarsa at 2017 with 640prescriptions. Based on research analysis that 53 of TB patients were male, 26.40 were 18 to 24 years old, and following the BPJS program were 52, and 94.40 of TBpatients suffered from pulmonary TB. Based on quantitative research result, the totaluse of anti tuberculosis drugs was 24.313,75 DDD 1,38 DDD 1000 patients 0,752DDD 1000 inhabitants day. The highest quantity of anti tuberculosis drug usage basedon DDD, DDD 1000 patients day and DDD 1000 inhabitants day was isoniazid 10498,75 DDD 0,596 DDD 1000 patients day 0,325 DDD 1000 inhabitants day. Thepercentage of appropriate anti tuberculosis drugs usage with National Formulary in2017 was 100. Based on the results of the study, it can be concluded that the use ofanti tuberculosis drugs at RSUD Jagakarsa in 2017 has been in accordance with the listsof drugs on the National Formulary, thus the use of drugs is expected to be achieved.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Sulistiarini
"Tingginya prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia akan mempengaruhi pola penggunaan obat antihipertensi di fasilitas kesehatan. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus mengacu pada Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat pada tahun 2015-2016 menggunakan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose ATC/DDD . Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien. Antihipertensi diklasifikasikan berdasarkan kode ATC dan dihitung kuantitasnya dalam satuan DDD dan DDD/1000 pasien/hari. Sampel adalah resep pasien dengan obat antihipertensi pada tahun 2015 hingga 2016.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kuantitas penggunaan antihipertensi yang dinyatakan dalam DDD dan DDD/1000 pasien/hari pada tahun 2015 adalah 44.158,33 dan 1,3950. Nilai DDD dan DDD/1000 pasien/hari pada tahun 2016 adalah 78.651,92 dan 2,3311. Obat antihipertensi yang menyusun 90 penggunaan obat pada tahun 2015 dan 2016 adalah amlodipin dan kaptopril. Persentase kesesuaian penggunaan obat antihipertensi dengan Formularium Nasional pada tahun 2015 dan 2016 adalah 84,62 dan 81,82 . Hasil penelitian menunjukkan obat antihipertensi yang paling banyak digunakan pada tahun 2015 dan 2016 adalah amlodipin dan kuantitas penggunaan obat antihipertensi pada tahun 2016 lebih tinggi dibandingkan tahun 2015.

The high prevalence of hypertension will affect drug utilization pattern of antihypertensive in healthcare facilities. The use of drugs in healthcare facilities should refer to the national formulary. This study was aimed to evaluate the drug utilization of antihypertensive at Puskesmas Kembangan, West Jakarta 2015 2016 with ATC DDD Anatomical Therapeutic Chemical Defined Daily Dose method. It was a descriptive study. Data was collected retrospectively from patient prescriptions. Antihypertensive classification based on ATC and the quantity was counted by DDD and DDD 1000 patients day. Samples were patient prescriptions that contain antihypertensive drug within period 2015 till 2016.
Based on the analysis, quantity of drug utilization in DDD and DDD 1000 patients day in 2015 were 44,158.33 and 1.3950. DDD and DDD 1000 patients day in 2016 were 78,651.92 and 2.3311. Antihypertensive drugs made up drug utilization 90 in 2015 and 2016 were amlodipine and captopril. The percentages of compatibility of antihypertensive usage with national formulary in 2015 and 2016 were 84.62 and 81.82 . The result of this study showed the most used antihypertensive in 2015 and 2016 was amlodipine and the quantity of antihypertensive utilization in 2016 was higher than 2015.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Dian Framesya
"Terjadinya pandemi Covid-19 mempengaruhi perubahan dalam penggunaan obat pada fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perubahan pola penggunaan obat di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada tahun 2020-2022. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan mengumpulkan data secara retrospektif. Studi dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode ATC/DDD dan secara kualitatif dengan melihat profil DU 90% serta kesesuaian penggunaan obat dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat II. Sampel penelitian adalah rekapitulasi penggunaan obat pasien rawat jalan pada tahun 2020-2022. Kriteria inklusi dari penelitian adalah data penggunaan obat pasien dewasa (lebih atau sama dengan 18 tahun) dan obat yang memiliki kode ATC serta nilai DDD. Jumlah sampel penelitian pada tahun 2020 hingga 2022 secara berturut adalah 12.684 data, 33.907 data, dan 66.654 data penggunaan obat. Jenis obat yang banyak diresepkan pada tahun 2020 hingga 2022 secara berturut adalah n-asetilsistein(10,31%), n-asetilsistein(7,42%), dan parasetamol (3,77%). Pasien yang banyak mendapat peresepan obat selama setiap tahunnya pada tahun 2020-2022 adalah pasien perempuan dengan kategori umur 25-35 tahun. Penggunaan obat untuk pasien rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada tahun 2020 hingga 2022 secara berturut bernilai 154059,33 DDD dan 122,23 DDD/1000 pasien/hari; 472383,95 DDD dan 199,41 DDD/1000 pasien/hari; 847365,77 DDD dan 243, 58 DDD/1000 pasien/hari. Obat yang menyusun segmen DU 90% pada tahun 2020 hingga 2022 secara berturut berjumlah 67 obat, 60 obat, dan 73 obat. Kesesuaian penggunaan obat dengan Formulariun Nasional pada tahun 2020 hingga 2022 adalah 70,37%;72,10%;71,57%.

The occurrence of the Covid-19 pandemic affects changes in the use of drugs in health facilities. This study aims to evaluate changes in drug use patterns at the University of Indonesia Hospital in 2020-2022. The design of this study was cross-sectional by collecting data retrospectively. The study was conducted quantitatively using the ATC/DDD method and qualitatively by looking at the 90% DU profile and the suitability of drug use with the National Formulary for Level II Health Facilities. The research sample was a recapitulation of outpatient drug use in 2020-2022. The inclusion criteria of the study were data on the use of adult patient drugs (more or equal to 18 years) and drugs that had ATC codes and DDD values. The number of research samples in 2020 to 2022 were 12,684 data, 33,907 data, and 66,654 drug use data, respectively. The types of drugs that were widely prescribed from 2020 to 2022 were n-acetylcysteine (10.31%), n-acetylcysteine (7.42%), and paracetamol (3.77%), respectively. Patients who received many drug prescriptions during each year in 2020-2022 were female patients with an age category of 25-35 years. Drug use for outpatients at Universitas Indonesia Hospital from 2020 to 2022 was 154059.33 DDD and 122.23 DDD/1000 patients/day; 472383.95 DDD and 199.41 DDD/1000 patients/day; 847365.77 DDD and 243, 58 DDD/1000 patients/day, respectively. The drugs that make up the 90% DU segment in 2020 to 2022 are 67 drugs, 60 drugs, and 73 drugs, respectively. The conformity of drug use with the National Formulary in 2020 to 2022 was 70.37%; 72.10%; 71.57%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peni Patmawati
"Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih pada saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Infeksi ini pada umumnya disebabkan oleh mikroorganisme, akan tetapi ISPA paling banyak disebabkan oleh bakteri dan virus. Tingginya prevalensi ISPA non pneumonia akan mempengaruhi pola penggunaan antibiotik di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien anak yang terkena ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji Depok pada tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data resep pasien dengan teknik total sampling. Evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif menggunakan Anatomical Therapeutical Chemical /Defined Daily Dose (ATC/DDD). Antibiotik diklasifikasikan berdasarkan ATC dan kuantitas dihitung dalam satuan PDD. Kualitas dinyatakan dalam jenis obat yang termasuk dalam Drug Utilization 90% (DU 90%) dan kesesuaiannya terhadap formularium nasional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien anak (usia 1-18 tahun) yang menderita ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji tahun 2017 dengan terapi antibiotik. Prevalensi pada pasien anak ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji tahun 2017 yaitu pasien laki-laki (55.79%), perempuan (44.21%). Kuantitas penggunaan antibiotik yang dinyatakan dalam satuan PDD adalah amoksisilin (335.250 g), siprofloksasin (10g) dan nilai PDD/1000 pasien perhari pada amoksisilin (7.1757), siprofloksasin (0.2140).Antibiotik yang menyusun DU 90% ialah amoksisilin. Persentase kesesuaian penggunaan antibiotik dengan Formularium Nasional di Puskesmas Beji tahun 2017 adalah 100%. Jenis antibiotik yang digunakan ialah amoksisilin dan siprofloksasin.

Acute Respiratory Infections (ARI) is an acute infection that attacks one or more parts of the upper or lower respiratory tract. This infection is generally caused by microorganisms, however most ARIs are caused by bacteria and viruses. Prevalence of ARI will affect the pattern of antibiotics uses in healthcare facilities. This research aims to evaluate the use of antibiotics in pediatric patients effected by non pneumonia ARI at Puskesmas Beji depok in 2017. This research is a descriptive research with cross-sectional study design. Data collection is done retrospectively using patient prescription data and total sampling technique. Evaluation of antibiotic is carried out quantitative and qualitative use ATC/DDD (Anatomical Therapeutical Chemical/Defined Daily Dose) method. Antibiotics are classified based on the ATC and quantity is calculated in PDD/1000 patients per day. The quality is stated in Drug Utilization 90% (DU 90%). Sample of this research is all pediatric patients (aged 1-18 years old) who suffered from non pneumonia ARI at Puskesmas Beji in 2017 and need antibiotic therapy. The prevalence of non-pneumonia ARI Child at Beji Public health center in 2017 were male patients (55,79%), female patients (44,21%). The quantity of antibiotics used which expressed in PDD units were amoxicillin (335,250 g), ciprofloxacin (10 g) and the PDD value/ 100 patients / day were amoxicillin (1.17557), ciprofloxacin (0,2140). Antibiotics that composed in DU 90% segment is amoxicillin. The percentage of antibiotic’s used with national formulary at Beji Public Center was 100%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fismia Hikmah Tiara
"Evaluasi Penggunaan Obat Dispepsia pada Pasien Dispepsia berdasarkan Metode ATC/DDD di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2015-2016Prevalensi dispepsia yang tinggi di Indonesia menyebabkan banyaknya penggunaan obat dispepsia di fasilitas kesehatan. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus mengacu pada Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pola penggunaan obat dispepsia pada pasien dispepsia di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat tahun 2015-2016. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode ATC/DDD dan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien. Dispepsia diklasifikasikan berdasarkan kode ATC dan dihitung kuantitasnya dalam satuan DDD dan DDD/1000 pasien/hari. Sampel adalah resep pasien dengan obat dispepsia pada tahun 2015 hingga 2016. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kuantitas penggunaan obat dispepsia yang dinyatakan dalam DDD dan DDD/1000 pasien/hari pada tahun 2015 adalah 45362,24 dan 1,396 sedangkan tahun 2016 adalah 40315,20 dan 1,169. Obat dispepsia yang paling banyak digunakan pada tahun 2015 dan 2016 adalah antasida. Obat dispepsia yang menyusun 90 penggunaan obat pada tahun 2015 dan 2016 adalah antasida, ranitidin dan omeprazol. Persentase kesesuaian penggunaan obat dispepsia dengan Formularium Nasional pada tahun 2015 dan 2016 adalah 62,50 dan 83,33 . Hasil evaluasi menunjukkan kuantitas penggunaan obat dispepsia tertinggi pada tahun 2015 dengan penggunaan obat terbanyak, yaitu antasida serta sesuai dengan Formularium Nasional.

Evaluation of Dyspepsia Drug Utilization in Dyspepsia Patients with ATC DDD Methode at Puskesmas Kembangan West Jakarta 2015 2016 The high prevelance of dyspepsia in Indonesia leads to a large number of dyspepsia drug usage in healthcare facility. Drug usage in healthcare facility must obey the national formulary. This research aims to evaluate the dyspepsia drug usage pattern in dyspepsia patient at Puskesmas Kecamatan Kembangan West Jakarta in 2015 2016. This was a descriptive design research with ATC DDD method and the data was collected retrospectively from patient rsquo s prescription. Dyspepsia was classified based on ATC code and its quantity was calculated in DDD unit and DDD 1000 patient day. Sample was patient rsquo s prescription with dyspepsia drug in 2015 until 2016. The analysis rsquo results showed that the quantity of dyspepsia drug usage stated in DDD and DDD 1000 patient day in 2015 was 45362.24 and 1.396. The DDD and DDD 1000 patient day in 2016 was 40315.20 and 1.169. The most used dyspepsia drug in 2015 and 2016 was antacid. Dyspepsia drug which constructed 90 drug usage in 2015 and 2016 was antacid, ranitidine, and omeprazole. The percentage of conformity between dyspepsia drug usage with National Formularies in 2015 and 2016 was 62.50 and 83.33 . The result showed that in 2015 had a higher quantity of dyspepsia drug usage than 2016 and the most used drug was antacid and relevant with National Formularies."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asma Zahidah
"Batuk merupakan tindakan perlindungan dan pertahanan terhadap infeksi mukosa, zat berbahaya, infeksi pada laring, trakea dan bronkus. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus sesuai dengan acuan yang berlaku secara nasional yaitu Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat batuk pada pasien ISPA di Puskesmas Kota Depok pada tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien, Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), dan Sistem Informasi Pengelolaan Obat (SIPO). Sampel adalah resep pasien ISPA periode Januari hingga Desember 2015. Analisis dilakukan pada resep yang memenuhi kriteria inklusi secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis secara kuantitatif dinyatakan dalam DDD dan DDD/1000 pasien/hari. Analisis kualitatif dinyatakan dalam segmen DU90%. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Microsoft Excel, urutan puskesmas dengan kuantitas penggunaan obat yang dinyatakan dalam DDD dari yang terbesar adalah Puskesmas Cipayung (59136,33g), Puskesmas Limo (34512,55g), dan Puskesmas Bojongsari (14771.28g). Total kuantitas DDD/1000 pasien/hari pada ketiga puskesmas yaitu gliseril guaiakolat (34,885g), ambroksol (1,92g), sirup ambroksol (0,2692g), tablet dekstrometorfan (0,2692g) dan sirup dekstrometorfan (0,0006g). Obat batuk yang menyusun segmen DU90%, yaitu gliseril guaiakolat. Obat batuk penyusun DU90% tidak sesuai dengan Formularium Nasional.

Cough is an act of protection and defense against mucosal infections, harmful substances, infection of the larynx, trachea and bronchi. The drug utilization in health facilities must comply with applicable national reference namely Formularium Nasional. This study aimed to evaluate the use of cough medicine in ARI’spatientsat three primary health care in Depok 2015. This study used descriptive design with retrospectively data collection of patient prescriptions, Primary health care Management Information System (SIMPUS), and Medication Management Information System (SIPO). Analysis was conducted on prescriptions that appropriate with inclusion criteria. Samples are prescribed to patients with ARI’s period January to December 2015. Analyses were performed quantitatively and qualitatively. Quantitative analysis expressed in DDD and DDD/1000 patients/day. Qualitative analysis expressed in DU 90% segment. Based on the analysis using Microsoft Excel, the biggest quantity of drug utilization in DDD were Cipayung primary health care (59136.33g), Limo primary health care (34512.55g), and Bojongsari primary health care (14771.28g). Quantity of DDD/1000 patients/day in the third primary health care were glyceryl guaiakolat (34.885g), ambroksol (1.92g), ambroksol syrup (0.2692g), dextromethorphan tablets (0.2692g) and dextromethorphan syrup (0.0006g). Cough medicines that compose DU 90% segment was Glyceryl Guaiacolat. Cough medicines that compose segment DU 90% were not in accordance with national formulary."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Destiarini
"Tingginya angka kejadian dispepsia mempengaruhi pola penggunaan obat pada pasien dispepsia di fasilitas kesehatan, sehingga diperlukan evaluasi penggunaan obat. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus mengikuti acuan yang berlaku secara nasional, yaitu Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat pada pasien dispepsia. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien dan menggunakan metode ATC/DDD. Sampel adalah seluruh resep pasien dispepsia di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2016.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa 71,28 pasien dispepsia adalah perempuan, 38,90 berusia 45 sampai 60 tahun, dan 75,64 mengikuti program BPJS. Obat yang digunakan pada pasien dispepsia adalah antasida DOEN, ranitidin, simetidin, omeprazol, domperidon, dan papaverin. Kuantitas penggunaan obat dispepsia yang dinyatakan dalam DDD/1000 pasien/hari paling tinggi, yaitu ranitidin 4,35 . Obat pada pasien dispepsia yang menyusun segmen DU90 , yaitu ranitidin 41,15 , omeprazol 24,22 , antasida DOEN 19,28 , dan simetidin 11,10 . Penggunaan obat pada pasien dispepsia di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2016 sesuai dengan Formularium Nasional 87,54.

High incidence rate of dyspepsia affects the pattern of drug use of dyspepsia patients in the health facilities, it is necessary to evaluate the use of drugs. The uses of drugs in health facilities must comply with applicable national reference that the national formulary. This research aimed to evaluate the usage of drug from dyspepsia patients. The research rsquo s design was descriptive with retrospective data collection from patient rsquo s prescriptions by using the ATC DDD method. The samples used in this study were all prescriptions of dyspepsia patients at Puskesmas Pasar Minggu in 2016.
The results showed that 71,28 of dyspepsia patients were females, 38,90 were 45 to 60 years old and 75,64 of them followed the BPJS program. The drugs that used for dyspepsia patients were antacid DOEN, ranitidine, cimetidine, omeprazole, domperidon, and papaverine. The highest quantity of dyspepsia drug use expressed in the DDD 1000 patients per day was ranitidine 4,35 . Drugs for dyspepsia patients that made up the DU90 segment were ranitidine 41,15 , omeprazole 24,22 , antacid DOEN 19,28 , and cimetidine 11,10 . The use of drugs for dyspepsia patients at Puskesmas Pasar Minggu in 2016 was appropriate according to National Formulary 87,54.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Elza
"Pasien kanker memiliki resiko tinggi terkena infeksi bakteri selama proses pengobatan kanker. Antibiotik sebagai obat untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri harus digunakan secara rasional agar tidak terjadi resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais periode bulan Juli-Desember 2017. Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose ATC/DDD . Berdasarkan hasil analisis kuantitatif diperoleh total penggunaan antibiotik adalah sebanyak 31381,08 DDD dengan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah seftriakson dengan nilai DDD sebesar 6175,50 dan nilai DDD/100 pasien/hari yaitu 20,97. Sedangkan secara kualitatif, Drug Utilization 90 disusun oleh sebelas jenis obat yaitu seftriakson, sefiksim, levofloksasin, meropenem, siprofloxacin, etambutol, seftazidim, sefotaksim, rifampisin, ofloksasin dan streptomisin. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik di Rumah Sakit Kanker Dharmais periode Juli hingga Desember tahun 2017 sudah sesuai dengan program pengendalian resistensi antimikroba yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yaitu terjadinya penurunan jumlah dan jenis antibiotik yang digunakan sebagai terapi empiris maupun definitif, sehingga penggunaan antibiotik secara rasional dapat tercapai.

Cancer patient have high risk of bacterial infection which cause complication. Antibiotic is the drug that used to kill the development and growth of bacteria. It must be used rationally to prevent resistency. This research was done to evaluate antibiotic utilization on cancer patient at Dharmais hospital period July December 2017. This research had cross sectional design, using ATC DDD method. Based on quantitative research analysis, the amount of antibiotic which was used by patient is 31381,08 DDD with the biggest amount of antibiotic was ceftriaxone 6175,50 DDD and the amount of DDD 100 patients day is 20,97. Meanwhile, based on qualitative analysis, the antibiotic which were included in DU90 are ceftriaxone, cefixime, levofloxacine, meropenem, ciprofloxacine, ethambutol, ceftazidime, cefotaxime, rifampicin, ofloxacine and streptomycin. We can conclude that antibiotic utilization at Dharmais Hospital period July December 2017 had been in accordance with anti microbe resistency controlling program in Permenkes RI, which has been decreasing amount of antibiotic for empiric and definitive therapy, so that rational use of antibiotic was expected to be achieved.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailla Krishenurfitri
"Penerapan Formularium Nasional sebagai acuan baru penggunaan obat pada program Jaminan Kesehatan Nasional berlaku pada awal tahun 2014 akan menimbulkan perubahan pola penggunaan obat. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pola kesesuaian penggunaan obat terhadap Formularium Nasional pada tiga bulan awal penerapan Jaminan Kesehatan Nasional pada rawat inap dan rawat jalan. Penelitian dilakukan secara potong lintang terhadap data rekapitulasi penjualan obat dari Januari-Maret 2014 di RSUD X Jawa Tengah. Obat diklasifikasikan menurut kode Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) dan satuan kuantitas obat dinyatakan dengan Defined Daily Dose (DDD). Hasil penelitian menunjukkan kuantitas penggunaan obat pada bulan Januari-Maret 2014 di RSUD X Jawa Tengah terjadi peningkatan penggunaan obat secara berturut-turut sebesar 24,93% pada bulan Februari dan 13,76% pada bulan Maret. Tiga obat dengan kuantitas tertinggi pada rawat inap adalah ranitidin, omeprazole, dan deksametason, sementara pada rawat jalan adalah glimepiride, amlodipine, dan pioglitazone. Kesesuaian penulisan resep terhadap Formularium Nasional dalam DU 90% pada bulan Januari-Maret 2014 meningkat, dengan persentase secara berturut-turut adalah 89,04%; 88,73%; dan 91,18%. Biaya obat Formularium Nasional pada bulan Januari-Maret 2014 baik pada rawat jalan maupun rawat inap lebih besar dari biaya obat non Formularium Nasional. Persentase biaya penggunaan obat Formularium Nasional terhadap biaya obat keseluruhan pada bulan Januari-Maret 2014 berturut-turut adalah 88,63%; 83,51%; dan 84.60%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kuantitas dan kesesuaian penggunaan obat terhadap Formularium Nasional pada bulan Januari-Maret 2014 meningkat.

Implementation of the National Formulary as new reference drug use on the National Health Insurance (JKN) program which applies at the beginning of 2014 will lead to changing patterns of drug use. The purpose of this study was to compare the pattern of drug use on the suitability of the National Formulary in the three months of the beginning of the implementation of the National Health Insurance in inpatient and outpatient. A cross sectional study was conducted on the data recapitulation of drug sales from January to March 2014 Hospital X Central Java. Drugs are classified according to Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) code and the unit quantity of drugs represented by Defined Daily Dose (DDD). The results showed the quantity of drug use in January-March 2014 Hospital Central Java X increased respectively for 24.93% in February and 13.76% in March. Three drugs with the highest quantity in hospitalization is ranitidine, omeprazole, and dexamethasone, while at the outpatient is glimepiride, amlodipine and pioglitazone. Suitability of prescribing to the National Formulary in DU 90% from January to March 2014 increased, with a percentage respectively is 89.04%; 88.73%; and 91.18%. National Formulary drug costs in January-March 2014 either in outpatient or inpatient greater than the cost of non-formulary drugs. The percentage of the cost of the National Formulary drug use overall drug costs in January and March 2014 respectively is 88.63%; 83.51%; and 84.60%. The conclusion from this study is the quantity and suitability of drug use against the National Formulary from January to March 2014 is increased."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S61136
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>