Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167692 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatahillah Putra Kustiawan
"Stainless Steel merupakan logam yang banyak digunakan untuk keperluan industri karena stainless steel memiliki ketahanan korosi yang baik dan tahan terhadap temperatur tinggi. Pada umumnya, penggunaan stainless steel membutuhkan teknik penyambungan yang salah satunya adalah pengelasan. Pemilihan parameter yang tepat sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil pengelasan yang optimal. Pada penelitian ini dilakukan percobaan untuk mengetahui hubungan kuat arus, heat time, dan hold time terhadap kekuatan tarik yang dihasilkan dengan menggunakan teknik pengelasan RSW. Mesin las yang digunakan adalah WIMTOUCH 1800 tipe JPC 35. Kuat arus yang digunakan adalah 7000 A, 7700 A, dan 8400 A; heat time yang digunakan adalah 5 cycle, 10 cycle, dan 15 cycle; dan hold time yang digunakan adalah 5 cycle, 10 cycle, dan 15 cycle. Karakterisasi hasil las dilakukan melalui analisis diameter weld nugget dengan menggunakan mikroskop digital dan pengujian kekuatan tarik. Dari hasil penelitian yang didapatkan, diketahui bahwa semakin besar kuat arus dan heat time maka diameter weld nugget yang dihasilkan akan semakin besar sedangkan trendline dari hold time pada penelitian ini tidak dapat terlihat. Nilai kekuatan tarik maksimum yang didapatkan adalah 11,3 kN dengan parameter pengelasan arus 7700 A, heat time 15 cycle, dan hold time 10 cycle.

Stainless Steel is a metal that is widely used for industrial purposes because stainless steel has good corrosion resistance and resistance to high temperatures. In general, the use of stainless steel requires a technique of connection one of which is welding. Selection of appropriate parameters is needed to obtain optimal welding results. In this experiment, the experiment was conducted to find out the relationship of current strength, heat time, and hold time to the tensile strength produced by using RSW welding technique. The welding machine used is WIMTOUCH 1800 type JPC 35. The current strength used is 7000 A, 7700 A, and 8400 A the heat time used is 5 cycles, 10 cycles, and 15 cycles and hold time used is 5 cycles, 10 cycles, and 15 cycles. The characterization of the welding results is done by analyzing the diameter of the weld nugget by using digital microscope and tensile strength test. From the results obtained, it is known that the greater the current strength and heat time then the diameter of the weld nugget generated will be greater while the trendline of hold time in this study can not be seen. The maximum tensile strength value obtained is 11.3 kN with welding parameters 7700 A, heat time 15 cycles, and hold time 10 cycles. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Rizky Trianda
"ABSTRAK
Pada penelitian kali ini, proses pengelasan electrical resistance spot welding diaplikasikan pada cold rolled sheet yang biasa diguanakan pada industri manufaktur. Paramaeter pada proses pengelasan electrical resistance spot welding seperti bentuk elektroda, material elektroda, dan gaya elektroda dianggap konstan. Pada penelitian ini menggunakan variasi waktu pengelasan dan arus pengelasan untuk mengindentifikasi nilai parameter pengelasan yang optimal untuk menghasilkan beban tarik dan ukuran weld nugget yang baik. Arus pengelasan yang digunakan ialah 1, 2, dan 3 kA dan pada waktu pengelasan 4, 6, dan 8 cycles untuk menyambungkan pelat dengan ketebelan 0.8 mm. Hasil pengelasan tersebut akan diuji dengan mesin ujik tarik di laboaraturium untuk mengetahui beban tarik masksimum dari hasil sambungan lasan tersebut. Selain mengetahui beban tarik maskimum dari hasil lasan tersebut, penelitian ini juga mengamati perkembangan ukuran weld nugget. Weld nugget dapat mendeteksi kualitas dari hasil sambungan las dengan melihat ukuran untuk mencegah terjadinya expulsion dan mendapatkan ukuran weld nugget yang baik. Untuk mengidentifikasi perubahan siklus termal pada proses pengelasan maka dilakukan pengambilan foto mikrostruktur dan makrostruktur. Penelitian ini memperlihatkan paramater pengelasan optimum yang akan digunakan pada industri otomotif dan manufaktur yang digunakan oleh produsen.
ABSTRACT
this study, the electric resistance spot welding process was applied to cold rolled sheet used in manufacture industry. Resistance spot welding parameter such as, electrode form, electrode material, and electrode force were stayed constant. This experiment using different welding time and welding current to identify the optimum welding parameters for the optimum shear load and weld nuggget size. Using 1, 2, and 3 kA welding current and 4, 6, and 8 cycles welding times for 0.8 mm sheets were spot welded by lap joint method. These spot-welded joints will be tested with uniaxial tensile test in laboratory to identify shear load from spot-welded joint. Not only identify shear load from the result of uniaxial tensile test this experiment but also observe development the size of weld nugget. Weld nugget can detect the quality of spot-welded joint with its size to prevent the expulsion and get the acceptable nugget diameter in that process. For identification the change of thermal cycle in this welding process that uses micro-structure and macro-structure appearances. This experiment showing the optimum welding parameters that use in the automotive manufacturing were given to users."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Rajendra
"Micro Resistance Spot Welding mRSW merupakan metode pengelasan yang banyak digunakan di industri manufaktur dikarenakan prosesnya yang cepat, efisien secara ekonomi, dapat diotomasi, dan dapat digunakan untuk pelat dengan ketebalan rendah. Pelat paduan aluminium, khususnya AA 1100 dengan ketebalan rendah merupakan salah satu bahan yang dewasa ini banyak digunakan dalam industri manufaktur dikarenakan sifatnya yang ringan dengan kekuatan mekanis yang baik. Belum terdapat penelitian yang membahas mengenai parameter optimum dari mRSW untuk pengelasan AA 1100.
Dalam penelitian ini, dilakukan pengelasan terhadap pelat AA 1100 dengan dimensi 19 mm x 76 mm x 0,4 mm menggunakan instrumen pengelasan mRSW otomatis dengan variabel yaitu diameter tip elektroda dan cycle time pengelasan secara berturut-turut sebesar 2, 4, 6 mm dan 5, 7,5, 10 siklus. Karakterisasi hasil las dilakukan lewat analisis makrostruktur dan pengujian tarik.
Hasil observasi makrostruktur menunjukkan adanya peningkatan diameter weld nugget seiring dengan penggunaan tip dengan diameter lebih besar. Pengujian tarik menunjukkan bahwa diameter tip berbanding lurus dengan tensile load yang terjadi pada hasil las, sementara terjadi penurunan nilai tensile load pada siklus/cycle time yang lebih besar.

Micro Resistance Spot Welding mRSW is commonly used in the manufacturing industry due to its time and economic efficiency, easily automated, and its ability to be used in welding of thin plates. Al alloy plates, such as AA 1100 alloy plates with low thickness are currently utilized in manufacture industries considering its lightweight and good mechanical properties. However, there are no sufficient studies that investigate the optimum mRSW parameters in AA1100 welding.
In this reserach, AA1100 alloys specimens in 19 mm x 76 mm x 0.4 mm dimension were welded using automatic mRSW method with variations on the electrode tip diameter and welding cycle time. Diameters of the electrode tip were 2, 4, and 6 mm, respectively, while welding cycle time were varied for 5, 7.5, and 10 cycles. Characterizations of welded plates were done through macrography observation and tensile testing.
Results of macrography shows that diameter of weld nuggest increase along with bigger electrode tip diameter. Tensile testing results, indicates that larger tip diameter resulted in higher tensile load. On the other hand, more cycle time applied during welding procedure resulted in lower tensile load of produced weld.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Idram Namo
"Seiring berjalannya waktu, pengelasan dengan dua material yang berbeda terus meningkat penggunaannya. Tujuannya untuk mendapatkan spesifikasi yang baik namun tetap menekan biaya yang digunakan. Material yang sering digunakan dalam dissimilar welding adalah stainless steel 304 dan structure steel 400. Kedua material ini memiliki kelebihan masing-masing. Untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik, diperlukan pemilihan parameter yang tepat agar tidak timbul permasalahan seperti distorsi pada pengelasan. Distorsi merupakan sebuah proses perubahan bentuk pada material akibat pengelasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kuat arus dan kecepatan pengelasan terhadap kekuatan tarik dan distorsi angular pada dissimilar Gas Metal Arc Welding GMAW. Kuat arus yang digunakan antara lain 125, 130 dan 135 A sedangkan kecepatan pengelasan yang digunakan 3, 3,25 dan 3,5 mm/s.Hasil pengelasan yang telah mendingin secara alami kemudian dilakukan pengukuran distorsi menggunakan CMM Coordinate Measuring Machine.
Dari hasil penelitian didapatkan, bahwa semakin besar kuat arus pengelasan yang digunakan, maka semakin besar juga distorsi angular yang terbentuk. Sedangkan jika kecepatan pengelasan meningkat, maka distorsi angular yang terjadi semakin kecil. Selain itu, material juga diuji kekuatan tariknya, hasilnya kekuatan tarik paling optimal berada ketika kuat arus yang digunakan sebesar 130 A. Pada hubungan UTS dengan kecepatan pengelasan menunjukkan bahwa semakin besar kecepatan pengelasan berbanding terbalik dengan nilai kekuatan tarik material.

Dissimilar welding has recently drawn a wide interest for its cost efficiency and ability to match various specifications. This method is generally used in welding of Stainless Steel 304 and Structure Steel 400, each with its own unique advantages to utilize. However, welding defects such as distortion to be found in dissimilar welding of the corresponding materials due to its high susceptibility to actual welding parameters.
In particular, this research investigated the influence of input current and welding welding speed to the tensile strength and occurrence of angular distortion defect on dissimilar welding of stainless steel 304 and structural steel 400 using Gas Metal Arc Welding GMAW. Welding current inputs were varied as 125, 130, and 135 A, while experimental travel speeds were set to 3, 3.25, and 3.50 mm s. Welded joints were air cooled and characterized by Coordinate Measuring Machine CMM for identification of distortion occurrence.
Results showing that increasing weld current input contributed to a larger angular distortion on weld joints. Contrarily, higher travel speed decreased the risk of angular distortion. Optimal tensile strength of the welded joints was observed at sample with 130 A current input. Additionally, it was found that faster welding speed decreased the tensile strength of both parent metal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhedhe Rodat Budi P.
"Baja tahan karat stainless steel 304 merupakan baja yang memiliki ketahanan korosi yang baik dan tahan temperature tinggi sehingga banyak digunakan dalam dunia industri. Penggunaan baja tahan karat umumnya membutuhkan proses penyambungan dimana proses penyambungan yang sangat umum digunakan adalah proses pengelasan. Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik, diperlukan pemilihan parameter yang tepat agar tidak timbul permasalahan seperti distorsi pengelasan. Distorsi merupakan fenomena perubahan bentuk yang terjadi akibat pengelasan.
Pada penelitian ini dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh kuat arus dan kecepatan pengelasan terhadap hasil manik las dan juga distorsi yang dihasilkan menggunakan GMAW. Kuat arus yang digunakan yaitu 115, 120, dan 125 A sedangkan kecepatan pengelasan yang digunakan 3,6; 3,9; dan 4,2 mm/s.
Hasil las dilakukan pengukuran terhadap lebar maniknya, kemudian dilakukan pengukuran distorsi menggunakan CMM Coordinate Measuring Machine setelah material mengalami pendinginan alami. Dari hasil penelitian yang didapatkan, diketahui bahwa semakin besar kuat arus, maka lebar manik las dan distorsi angular yang dihasilkan akan semakin besar. Sedangkan jika kecepatan pengelasan semakin besar, maka lebar manik las dan distorsi angular yang dihasilkan akan semakin kecil.

Stainless steel has good corrosion resistance and high temperature resistance, especially for 304 Stainless steel and widely used in many industries. The use of stainless steels generally requires a jointing process, and the most common jointing process used in stainless steel is the welding process. To get a good welding results, the selection of appropriate parameters is needed to avoid problems such as welding distortion. Distortion is a phenomenon of form changes that occur due to welding.
This experiment is conducted to find out the effect of welding current and welding speed toward weld bead and also distortion produced using GMAW. The welding current used is 115, 120, and 125 A while the welding speed used is 3.6 3.9 And 4.2 mm s. The weld bead then measured, and also the distortion is measured using CMM Coordinate Measuring Machine after the material is naturally cooled.
From the results obtained, it is known that the rise of welding current, the width of the weld bead and the resulting angular distortion will be increased. Whereas if the welding speed is increased, the width of the weld bead and the angular distortion will be smaller.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Shafwan Muldya
"Micro Resistance Spot Welding (MRSW) merupakan metode pengelasan yang banyak digunakan di industri manufaktur dikarenakan prosesnya yang cepat, efisien secara ekonomi, dapat diotomatisasi, dan dapat digunakan untuk pelat dengan ketebalan rendah. Pelat paduan aluminium dan brass, yaitu AA 1100 dan CuZn30 dengan ketebalan rendah merupakan bahan yang dewasa ini banyak digunakan dalam industri manufaktur dikarenakan sifatnya yang ringan dengan kekuatan mekanis yang baik. Belum terdapat penelitian yang membahas mengenai parameter optimum dari mRSW untuk pengelasan AA 1100 dan CuZn30. Dalam penelitian ini, dilakukan pengelasan terhadap pelat AA 1100 dan CuZn30 dengan dimensi 19 mm x 76 mm x 0,4 mm menggunakan instrumen pengelasan micro resistance spot welding (MRSW) otomatis dengan variabel cycle time pengelasan secara berturut-turut sebesar 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 siklus. Karakterisasi hasil las dilakukan lewat analisis pengujian tarik. Pengujian tarik menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai shear stress pada siklus/cycle time yang lebih besar.

Micro Resistance Spot Welding (MRSW) is a welding method that is widely used in the manufacturing industry due to its fast, economically efficient, automable process and can be used for low thickness plates. Aluminum and brass alloy plates, namely AA 1100 and CuZn30 with low thickness are materials that are currently widely used in the manufacturing industry due to their lightweight nature with good mechanical strength. There are no studies that discuss the optimum parameters of micro resistance spot welding (MRSW) for welding AA 1100 and CuZn30. In this study, welding was carried out on the AA 1100 and CuZn30 plates with dimensions of 19 mm x 76 mm x 0.4 mm using an automatic mRSW welding instrument with a variable welding cycle time respectively 3, 4, 5, 6, 7, 8, , 9, 10 cycles. The characterization of welds was carried out through tensile testing. The tensile test shows that there is an increase in the value of shear stress at a greater cycle / cycle time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelly Andharatasya Ardama
"Proses dissimilar welding dapat menguntungkan biaya operasional pada berbagai industri namun memiliki kelemahan karena timbulnya tegangan sisa dan fenomena weld decay pada material. Untuk mengatasi hal tersebut dikembangkan metode proses perlakuan panas pasca pengelasan atau post-weld heat treatment menggunakan temperatur yang berbeda pada tiap logam yang disebut sebagai PWHT terkontrol. Pada penelitian ini, akan diamati pengaruh PWHT terkontrol terhadap distribusi nilai kekerasan, struktur mikro, dan korosi batas butir pada sambungan las dissimilar baja tahan karat TP 304 dengan baja tahan panas P.11 yang dilas menggunakan metode gas tungsten arc welding (GTAW). Pengujian yang dilakukan pada daerah penyambungan meliputi pengujian hardness vickers, pengujian metalografi, dan pengujian ASTM A262 practice E. Hasil dan analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa PWHT terkontrol mampu mencegah terjadinya fenomena weld decay pada baja tahan karat TP 304. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengujian dimana PWHT terkontrol mampu menstabilkan distribusi kekerasan, mencegah pembentukan presipitasi karbida pada batas butir, dan proses difusi antar logam.

Dissimilar welding offers operational cost benefits across various industries but is hindered by residual stress and weld decay phenomena. To mitigate these issues, a method known as controlled post-weld heat treatment (PWHT) has been developed, utilizing different temperatures for each metal. This study investigates the impact of controlled PWHT on hardness distribution, microstructure, and intergranular corrosion in dissimilar weld joints of TP 304 stainless steel and P.11 heat-resistant steel, joined using the gas tungsten arc welding (GTAW) technique. The welded joints were subjected to Vickers hardness testing, metallographic analysis, and ASTM A262 practice E testing. The results indicate that controlled PWHT effectively prevents weld decay in TP 304 stainless steel. This is evidenced by the stabilization of hardness distribution, inhibition of carbide precipitation at grain boundaries, and enhanced diffusion between the metals."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Zulfikar Fajar
"Baja SPCC merupakan salah satu material yang paling banyak digunakan dalam aplikasi pengelasan titik. Karakteristik dan sifat mekanis baja SPCC dari hasil pengelasan titik dua dan tiga lembaran yang diteliti dalam skripsi ini menggunakan parameter kuat arus 2 kA dan 4 kA dengan jarak manik las untuk setiap arus masing-masing 15, 20, dan 25 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seiring bertambahnya arus, maka beban tarik-geser dan nilai kekerasan juga semakin bertambah. Nilai kekerasan tertinggi terdapat pada daerah manik las dengan nilai kekerasan 208 HV pada tiga lembaran dan 197 HV pada dua lembaran Selain itu terjadi perubahan mikrostruktur pada daerah HAZ dan manik las dari struktur ferit menjadi struktur ferit-perlit dan ferit-bainit. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa beban tarik-geser optimal terjadi pada jarak nugget 20 mm pada dua lembaran dan 15 mm pada tiga lembaran.
SPCC steel is one of the most widely used materials in the application of spot welding. This research concern about the mechanical properties and characterization of two and three stacks SPCC steel sheet using spot welding process. The welding current was 2 kA and 4 kA with nugget spacing for each current is 15, 20, and 25 mm. The results showed that with increasing current, tensile-shear load and hardness values are also increasing. The highest hardness found in the nugget area with a hardness value 208 HV for three sheets and 197 HV for two sheets. In addition, the microstructure of HAZ and nugget change from ferrite into ferrite-pearlite and ferrite-bainite structure. The results also showed that the optimum tensile-shear load occurs at nugget spacing of 20 mm for double sheet and 15 mm for the triple sheet."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43686
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rumbiak, Dominggus B.
"Peningkatan penggunaan pengelasan dengan dua material yang berbeda selalu di gunakan pada dunia industri, pengelasan dengan dua material yang berbeda terus meningkat penggunaannya. Tujuannya untuk mendapatkan spesifikasi yang baik namun tetap menekan biaya yang digunakan. Material yang sering digunakan dalam dissimilar welding adalah stainless steel 304 dan structure steel 400. Kedua material ini memiliki kelebihan masing-masing. Untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik, diperlukan pemilihan parameter yang tepat agar tidak timbul permasalahan seperti distorsi pada pengelasan. Distorsi merupakan sebuah proses perubahan bentuk pada material akibat pengelasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kuat arus dan kecepatan pengelasan terhadap kekuatan material pada dissimilar Gas Metal Arc Welding (GMAW). Kecepatan yang di gunakan bervariasi antara lain 3, hingga 3,25 mm/s. Hasil pengelasan yang telah di dapatkan dari variasi kecepatan dan variasi ampere kemudian dilakukan pengujian microstructur. Dari hasil yang di dapatkan, bahwa terjadi perubahan dari masing-masing microhardness di masing-masing daerah pengelasan.

In industrial world, research and develompent of welding with two different materials is always improving. The purpose of this research is to get an ideal specification without increasing the industrial cost. Materials that is often used in dissimilar welding is stainless steel 304 dan structure steel. These two materials have advantages each. To get a good result in welding, chosing the right parameters is a must, in order to avoid trouble like distortsion in the welding process. Distorsion is an effect caused by welding that changes the material form.
This research purposes is to observe the effect of strong current in electricity and the welding speed to the strenth of materials in dissimilar Gas Metal Arc Welding (GMAW) process. The speed that was used in this research varies from 3 mm/s to 3.25 mm/s. The welding results from speed and current parameters was tested to see the material microstructure. From those results, we got a conclusion, that a microhardness deformation occured in each welded areas.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Andre Widianto
"ABSTRAK
Teknologi pengelasan friction stir spot welding FSSW merupakan pengelasan pada solid state welding sehingga dapat mengatasi kerusakan, karena tidak memerlukan temperatur yang tinggi. Two-stage refilled friction stir spot welding TFSSW merupakan pengelasan tahap kedua untuk pengisian lubang yang terbentuk pada pengelasan FSSW. Penelitian ini mencari pengaruh besar diameter pin dan dwell time tahap kedua terhadap kekuatan geser pengelasan. Material yang digunakan yaitu Alumunium Al 1100 dengan ketebalan 0,4 mm dan kecepatan spindle 33.000 rpm. Parameter yang digunakan pada penelitian ini yaitu variasi diameter pin 2 mm, 2.5 mm, dan 3 mm dan variasi dwell time tahap kedua 4 detik, 6 detik, dan 8 detik . Analisis makro dilakukan terhadap hasil pengelasan di setiap variabel.

ABSTRACT
Friction stir spot welding technology is a solid state welding that can overcome damages caused by high temperatures. Two stage refilled friction stir spot welding TFSSW is a second step to refill keyhole that formed after conventional FSSW process. This study is to analyze the effect of tool diameter and second stage dwell time on TFSSW to the shear strength of welds. Alumunium material Al 1100 with thickness 0,4 mm was used and spindle speed was at 33.000 rpm. Parameters used in this study were the variable of tool diameter 2 mm, 2.5 mm, and 3 mm and variable of second stage dwell time 4 seconds, 6 seconds, and 8 seconds . Analysis of macro structure was studied on variation of welds."
2017
S67798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>