Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112379 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mar Atis Sholikhah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan sikap terhadap waktu time attitude pada 96 partisipan siswa SMA di daerah Jabodetabek. Konsep sikap terhadap waktu yang digunakan adalah konsep dari Worrel dan Mello 2007. Konsep grit yang dipakai digagas pertama kali oleh Duckwoth, Matthew, Kelly, Anderson 2007. Sikap terhadap waktu diukur dengan menggunakan Adolescent Time Inventory ndash; Time Attitude ATI-TA. Grit diukur menggunakan Grit Scale for Adults and Children GSCA. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa sikap terhadap waktu dapat memprediksi grit sig. 0.000. Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa Masa Depan Negatif sig. 0.030 dan Masa Kini Negatif sig.0.049 dapat memprediksi grit secara signifikan.

The objective of this study is to examine the correlation between each dimension of time perspective with grit in the sample of 96 senior high adolescents in Jabodetabek. The concept of time perspective is using Worrel and Mello 2007. The concept of grit was first championed by Duckwoth, Matthew, Kelly, and Anderson 2007. Time perspective is measured by Adolescent Time Inventory ndash Time Attitude ATI TA While grit is measured with Grit Scale for Adults and Children GSCA. Result indicates time attitude significantly predict grit sig.0.000. Multiple linier regression analyses indicate Future Negative sig.0.030 and Present Negative sig.0.049 significantly predict grit."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Indah Dwijayanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sikap terhadap waktu pada remaja dapat memprediksi kepuasan hidup mereka pada wilayah Jakarta dan sekitarnya. Partisipan yang dilibatkan adalah siswa SMA di Jakarta dan sekitarnya dengan usia rata-rata 17 tahun sejumlah 96 orang. Instrumen yang digunakan adalah Adolescent Time Inventory ndash; Time Attitude ATI-TA karya Mello dan Worrell 2016 untuk mengukur sikap terhadap waktu dan Satisfaction With Life Scale SWLS karya Diener 1985 untuk mengukur kepuasan hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap terhadap waktu memiliki hubungan yang kuat terhadap kepuasan hidup Signifikan pada N= 96.

This study aims to determine whether the time attitude of adolescents can predict the satisfaction of their lives in the area of Jakarta and surrounding areas. Participants who involved are high school students in Jakarta and surrounding areas with an average age of 17 years of 96 people. The instrument used is Adolescent Time Inventory Time Attitude ATI TA by Mello and Worrell 2016 to measure time attitude and Diener 39s Satisfaction With Life Scale SWLS to measure life satisfaction. The results show that time attitude have a strong relationship to life satisfaction Significant at N 96."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Damayanti
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran grit sebagai prediktor opini subjektif kesejahteraan di sekolah untuk siswa sekolah menengah di Jakarta dan Depok. Kesejahteraan subjektif sekolah adalah keadaan siswa yang menilai pengalaman secara subjektif dan emosional kehidupan sekolah mereka (Tian, ​​2008). Sedangkan grit adalah ketekunan dan semangat untuk tujuan jangka panjang (Duckworth, Peterson, Matthews, & Kelly, 2007). Sebanyak 459 siswa SMA mengikuti studi ini dengan mengisi Alat ukur kuisioner Penjelasan Singkat Kesejahteraan Subyektif Remaja dalam Skala Sekolah (BASWBSS)(Tian, ​​2008) dan Short Grit Scale (Duckworth, Peterson, Matthews, & Kelly, 2007). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa grit memiliki peran yang positif dan signifikan sebagai prediktor kesejahteraan subjektif di sekolah, dan sebaliknya. Berdasarkan hasil Dikatakan bahwa, dapat dikatakan siswa dengan grit yang lebih tinggi akan memiliki juga kesejahteraan subjektif yang lebih tinggi di sekolah, dan sebaliknya.

This research was conducted to see the role of grit as a predictor of welfare opinion in schools for high school students in Jakarta and Depok. Subjective welfare of the school is the condition of students who assess experiences subjectively and emotionally
their school life (Tian, ​​2008). Whereas grit is persistence and passion for long-term goals (Duckworth, Peterson, Matthews, & Kelly, 2007). A total of 459 high school students participated in this study by filling out a questionnaire measuring tool Brief Explanation of Youth Subjective Welfare on a School Scale (BASWBSS) (Tian, ​​2008) and Short Grit Scale (Duckworth, Peterson, Matthews, & Kelly, 2007). The results of this study indicate that grit has a positive and significant role as a predictor of subjective welfare in schools, and vice versa. Based on the results, it is said that, it can be said that students with higher grit will also have higher subjective welfare in school, and vice versa.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedicta Sharon
"Selama menjalani Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) di perguruan tinggi negeri Indonesia mengalami banyak kesulitan yang dapat mengakibatkan academic burnout. Academic burnout merupakan perasaan kelelahan akibat tuntutan akademik, perasaan sinis, serta ketidak yakinan akan kemampuan diri dalam memenuhi kewajiban sebagai seorang mahasiswa (Schaufeli et al., 2002). Salah satu faktor protektif academic burnout yaitu grit. Grit adalah minat dan kegigihan untuk mencapai tujuan jangka panjang (Duckworth et al., 2007). Penelitian ini ingin mengetahui apakah grit dapat memprediksi academic burnout pada mahasiswa RIK Perguruan Tinggi Negeri Indonesia selama PJJ dengan menggunakan Maslach Burnout Inventory – Student Survey (MBI-SS) dan Short Grit Scale (GRIT-S). Analisis regresi linear sederhana menunjukkan hasil bahwa grit dapat memprediksi secara signifikan academic burnout mahasiswa selama PJJ (N = 219, R2 = 0.27, p < .000). Pada penelitian ini ditemukan sebesar 27% grit dapat memprediksi academic burnout pada mahasiswa RIK di perguruan tinggi negeri Indonesia. Temuan ini dapat memberikan informasi sebagai pentingnya grit dalam mengantisipasi kecenderungan academic burnout bagi mahasiswa RIK perguruan tinggi negeri Indonesia.

During distance learning, health studies students in public university Indonesia go through some difficulties that cause academic burnout. Academic burnout is feeling exhausted due to academic demands, having cynical and feeling incompetent as college students (Schaufeli et al., 2002). One of the protective factor to academic burnout is grit. Grit is consistency of interest and perseverance to reach long-term goal (Duckworth et al., 2007). The study aims to investigate if grit can predict academic burnout in public university Indonesia health studies students during distance learning with use Maslach Burnout Inventory – Student Survey (MBI-SS) and Short Grit Scale (GRIT-S). With analyzed using simple linear regression showed that grit can significantly predict academic burnout in public university Indonesia health studies students during distance learning (N = 219, R2 = .27, p < .000). In this study also found 27% grit can predict academic burnout among health studies students in public university Indonesia. This study can give any information about the importance grit anticipate academic burnout for health studies students on public university Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Alwi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberfungsian keluarga sebagai prediktor internalizing problem pada remaja yang mengalami bullying. Selain itu penelitian ini ingin melihat dimensi keberfungsian keluarga yang berkontribusi terhadap internalizing problem tersebut. Pengukuran internalizing problem dilakukan dengan menggunakan Strengths & Difficulties Questionnaire(SDQ) dan pengukuran keberfungsian keluarga dilakukan dengan menggunakan Family Asessment Device (FAD). Responden juga diminta untuk mengisi alat ukur bullying questionnare sebagai screening korban bullying. Data didapatkan dari 201 responden yang berasal dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta. Usia responden berkisar antara 12-17 tahun (M = 14,3).
Melalui teknik statistik regresi linear, hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga secara umum berkontribusi menurunkan internalizing problem pada remaja yang mengalami bullying (p< 0,01) dengan nilai 𝑅2 sebesar 12,1 % dan nilai β sebesar -0,211. Selain itu didapatkan hasil bahwa diantara semua dimensi keberfungsian keluarga, dimensi respon afektif merupakan prediktor yang signifikan untuk mengurangi internalizing problem yang terjadi (p< 0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keberfungsian keluarga merupakan prediktor yang signifikan untuk mengurangi internalizing problem pada remaja yang mengalami bullying.

This study was conducted to determine the family functioning as a predictor for internalizing problems on adolescences who experience bullying. In addition this study wanted to see the dimensions of family functioning that contribute to internalizing problem. The internalizing problem was measured using Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) and family functioning was measured using Family Assessment Device (FAD). Respondents were also asked to fill bullying questionnare as a screening of bullying victims. Data were obtained from 201 respondents from Junior High School (SMP) and senior high school (SMA) in Jakarta. The age of respondents ranged between 12-17 years (M = 14.3).
Through linear regression statistical techniques, the results showed that family functioning in general contribute to decrease internalizing problems in adolescents who experienced bullying (p <0.01), with the value of 𝑅2 was 12,1 % and the value of β was -0,211. In addition it showed that among all the dimensions of family functioning, affective responsiveness was a significant predictor to decrease internalizing problems (p <0.05). Based on these results it can be concluded that the family functioning is a significant predictor to decrease internalizing problems in adolescences who experience bullying.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Mayang Sari
"Mahasiswa tingkat akhir dihadapkan dengan tanggung jawab untuk melakukan pengambilan keputusan karier. Dalam proses pengambilan keputusan karier ini, mahasiswa seringkali menemui hambatan karier karena rendahnya efikasi diri dalam keputusan karier. Efikasi diri dalam keputusan karier ini berperan untuk mengarahkan langkah-langkah karier yang efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumbangsih peran dari faktor internal yaitu optimisme dan grit terhadap efikasi diri dalam keputusan karier. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Career Decision Self-Efficacy Short-Form, Life Orientation Test-Revised, dan Grit Short Scale. Hasil menunjukkan bahwa optimisme dan grit memberikan sumbangsih peran secara bersama-sama terhadap peningkatan efikasi diri dalam keputusan karier.

Senior year students have to face the responsibility for making career decision. In making decision process, students sometimes face the career probem because of low career decision self-efficacy. Career decision self-efficacy can contribute to improve career planning effectively and efficiently. This research aim to investigated the role of internal factors, optimism and grit, on career decision self-efficacy among senior year undergraduate students. This research used Career Decision Self-Efficacy Short-Form, Life Orientation Test-Revised, and Grit Short Scale.This research revealed that optimism and grit contributed together to the improvement of career decision self-efficacy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T52347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Arieza Fitrizqa
"Pandemi COVID-19 terbukti meningkatkan tingkat distres psikologis pada remaja. Kondisi emosi remaja cenderung mudah terguncang ketika menghadapi situasi yang tidak biasa, seperti situasi pandemi. Salah satu faktor protektif terhadap terjadinya distres psikologis pada remaja adalah hubungan orang tua-anak. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya di masa pandemi COVID-19. Partisipan dalam penelitian ini yaitu kelompok remaja madya berusia 15-18 tahun (M = 16.33, SD = 0,742), berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dan berdomisili di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental. Pengambilan data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner secara daring kepada 651 partisipan. Hubungan orang tua-anak diukur dengan menggunakan Parent-Adolescent Relationship Scale. Sedangkan, untuk mengukur distres psikologis pada remaja digunakan alat ukur Kessler Psychological Distress Scale (K10) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil uji statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya dengan nilai R2 = 6,3% dan β =-0,254 yang berarti setiap kenaikan 1% nilai hubungan orang tua-anak maka nilai distres psikologis berkurang sebesar 0,254. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat hubungan orang tua-anak, maka akan menurunkan tingkat distress psikologis. Maka disarankan untuk meningkatkan relasi hubungan orang tua- anak agar dapat menurunkan tingkat distres psikologis pada remaja, khususnya selama masa pandemi COVID-19.

The COVID-19 pandemic has been shown to increase the level of psychological distress in adolescents. The condition of adolescents tends to be unstable when faced with unusual situations, such as a pandemic. One of the protective factors against adolescent distress is the parent-child relationship. Therefore, this study aims to investigate the role of parent-child relationship in predicting psychological distress among adolescents during the COVID-19 pandemic. Participants in this study were middle adolescents aged 15-18 years (M = 16.33, SD = 0,742) males and females who lived in Indonesia. This research is a non-experimental study. Data was collected using a quantitative approach by distributing questionnaires online to 651 participants. The questionnaires used include Parent-Adolescent Relationship Scale to measure the level of Parent-child relationship, Kessler Psychological Distress Scale (K10) to measure the level of psychological distress. In addition, the results of simple linear regression analysis shows that parent-child relationships negatively significant predicted adolescents psychological distress with R2 = 6.3% and β =-0,254 which means that for every 1% increase in the value of the parent-child relationship, the psychological distress value decreases by 0.254. Therefore, it can be said that the higher the parent-child relationship, the lower the level of psychological difficulties. Thus, it is suggested the need to develop the parent-child relationship to reduce psychological distress in middle adolescents, especially during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eirene Ericha Sulu
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran moderasi dukungan sosial pada hubungan grit dan komitmen kewirausahaan. Data diambil secara daring dengan survei online yang diberikan pada entrepreneur muda yaitu wirausahawan yang berusia di bawah 30 tahun dengan domisili baik Jabodetabek maupun luar Jabodetabek (N = 72). Variabel dalam penelitian ini diukur menggunakan The Grit Scale, Entrepreneurial Commitment Scale, dan skala dukungan sosial. Data dalam penelitian dianalisis menggunakan model moderasi pada makro PROCESS Hayes. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial berperan signifikan sebagai moderator pada hubungan grit dan komitmen kewirausahaan. Penting bagi para entrepreneur muda untuk meningkatkan grit dan memperkuat relasi sosial seperti keluarga, teman, dan rekan kerja agar lebih berkomitmen dalam mengembangkan usahanya.

This research aimed at examining the relationship between grit and entrepreneurial commitment with social support as moderating variable. Data were taken using an online survey on young entrepreneurs, namely entrepreneurs under 30 years old with domiciles in both Jabodetabek and outside Jabodetabek (N = 72). Variables were measured using The Grit Scale, Entrepreneurial Commitment Scale, and Social Support Scale. Data were analyzed using the moderation model on Hayes PROCESS macro on SPSS program. Result showed that social support has a positive effect on grit and entrepreneurial commitment. It is important for young entrepreneurs to increase grit and strengthen social relations like family, friends, or work colleague so that they are more committed in developing their business."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Azzahro
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat peranan family functioning dalam memprediksi perilaku self-concealment pada remaja. Pengukuran variabel family functioning menggunakan alat ukur Family Assessment Device FAD versi 3. Pengukuran self-concealment menggunakan alat ukur Self-Concealment Scale SCS .
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 571 dengan rentang usia 13-21 tahun. Pengujian hipotesis menggunakan teknik simple regression, diperoleh hasil bahwa family functioning dapat menjadi prediktor munculnya perilaku self-concealment R=.376, p

This research was conducted to see the role of family functioning in predicting self concealment behavior among the adolescents. The measurement of family functioning variables was using measuring instrument of Family Assessment Device FAD version 3. The measurement of self concealment was using the Self Concealment Scale SCS.
The participants in this study amounted to 571 with an age range of 13 21 years old. Hypothesis testing using simple regression technique, obtained the result that family functioning can be a predictor of the emergence of self concealment behavior R .376, p
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amindari Nadia Fitriyanti
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat peranan keberfungsian keluarga dalam memprediksi delinkuen pada remaja di Jakarta. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat kontribusi tiap-tiap dimensi keberfungsian keluarga terhadap perilaku delinkuen. Pengukuran keberfungsian keluarga dilakukan menggunakan adaptasi alat ukur Family Assessment Device FAD yang disusun oleh Epstein, Baldwin dan Bishop 1983 . FAD memiliki 7 dimensi yaitu 6 dimensi kerfungsian keluarga mengacu ke McMaster Model of Family Functioning dan 1 dimensi keberfungsian keluarga secara umum. Nilai koefisien reliabilitas untuk dimensi problem solving adalah sebesar 0.807, dimensi komunikasi sebesar 0.544, dimensi role functioning sebesar 0.630, dimensi respon afektif sebesar 0.707, dimensi keterlibatan afektif sebesar 0.678, dimensi kontrol perilaku sebesar 0.696, dan general functioning sebesar 0.830. Pengukuran perilaku delinkuen dilakukan dengan alat ukur perilaku delinkuen yang dikembangkan oleh Nurwianti 2015. Nilai koefisien reliabilitas untuk alat ukur perilaku delinkuen adalah sebesar 0.711. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 289 responden dengan karakteristik berusia 12-17 tahun dan belum menikah, tinggal di Jakarta atau bersekolah di Jakarta, dan mampu membaca dan menulis. Melalui teknik simple regression, diperoleh hasil bahwa persepsi mengenai keberfungsian keluarga dapat memprediksi perilaku delinkuen R=.382.

This research is conducted to examine whether family functioning could predict delinquent behavior among adolescence in Jakarta. Contribution of each family functioning dimensions is also examined. Family functioning is measured with an adaptation of Family Assessment Device FAD which was created by Epstein, Baldwin and Bishop 1983. FAD has 7 measuring dimensions, 6 of which are family functioning in accordance to McMaster Model of Family Functioning and 1 dimension of general functioning scale. Reliability coefficient for problem solving is 0.807, 0.544 for communication, 0.630 for role functioning, 0.707 for affective response, 0.678 for affective involvement, 0.696 for behavior control, and 0.830 for general functioning. Delinquency is measured with delinquency scale created by Nurwianti 2015 with a reliability coefficient of 0.711. Participants of this study consist of 289 adolescence in Jakarta with following characteristics aged 12 ndash 17 and not married, currently living in Jakarta or undergoing a study in Jakarta, and capable of reading and writing. Using simple regression analysis, the result pointed out that perceived family functioning could predict delinquent behavior R .382."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>