Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183990 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alexander Kevin Utomo
"ABSTRACT
Menyediakan rumah hunian sementara bagi korban bencana alam di Indonesia merupakan salah satu isu yang kritis dan menantang mengingat kondisi Indonesia sebagai negara yang rawan terhadap bencana alam. Di Indonesia, bambu merupakan material yang paling banyak digunakan sebagai material untuk membangun rumah hunian sementara karena merupakan material lokal yang pengerjaannya cukup mudah dan murah. Di sisi lain, material kontainer telah banyak digunakan di beberapa negara sebagai rumah hunian sementara baik untuk penduduk yang kurang mampu maupun korban bencana alam. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisa perbandingan antara rumah bambu dan rumah kontainer di Indonesia. Parameter yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah dari segi biaya pembangunan dan lama periode konstruksi. Dari hasil penelitian, biaya pembangunan rumah bambu sebagai hunian sementara adalah sebesar Rp. 4.913.000,00 dengan waktu total pengerjaan selama enam hari. Sedangkan, biaya pembangunan rumah kontainer adalah sebesar Rp. 29.130.000,00 dengan waktu total pengerjaan selama tiga hari.

ABSTRACT
Providing temporary housing for disaster victims in Indonesia is one of challenging and critical issue considering that Indonesia is a country that prone to natural disaster. In Indonesia, bamboo was used as the material for temporary housing because bambu could be found locally with simple and cheap construction. On one hand, container had been used in other countries as temporary housing either for low income population or disaster victims. This research aims to analyze comparation between bambu house and container house as temporary housing for disaster victims in Indonesia. The parameters that compared in this research are from construction cost aspect and construction period aspect. As the result of the experiment, total construction cost of bamboo house as temporary housing is Rp. 4.913.000,00 with total six days construction period. Hence, the total construction cost of container house as temporary housing is Rp. 29.130.000,00 with total three days construction period. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalita Sindy Hapsari
"Hunian sementara saat ini banyak diminati oleh masyarakat dengan mobilitas yang tinggi. Apartemen dianggap menjadi salah satu solusi hunian sementara bagi mereka yang mempunyai mobilitas tinggi, termasuk kalangan mahasiswa. Dalam proses pemilihan apartemen, teori perceived risk digunakan untuk menjelaskan tahap pre-purchase behavior. Teori tersebut berfungsi untuk mengurangi risiko kerugian saat mengkonsumsi barang dengan biaya beli yang tergolong tinggi. Faktor yang diperhatikan saat hendak membeli apartemen, yaitu harga hunian, lokasi, jarak tempuh menuju lokasi tertentu, fasilitas, dan lingkungan. Biaya perawatan yang dikeluarkan pun lebih banyak jika mereka membeli satu unit apartemen. Mereka harus mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan sinking fund, keamanan, perawatan gedung, dan kebersihan. Pada skripsi ini dibahas mengenai preferensi dan personalisasi dalam pemilihan apartemen sebagai hunian sementara. Diperoleh hasil bahwa mahasiswa pada umumnya memprioritaskan jarak hunian menuju kampus, biaya sewa ataupun beli, keamanan, privasi, lalu lingkungan bertetangga. Mahasiswa melakuka proses personalisasi karena adanya housing deficit dalam hal teknis dan rasa akan rumah yang dimilikinya. 

Temporary housing are currently demanded by people with high mobility. Apartments are considered to be one of many temporary housing solutions for them, including college students. In the process of apartments selection, the perceived risk theory are used to explain the pre-purchase behavior stage. Its used to reduce the risks of deficits in terms of consuming stuffs with high purchase value. The factors that must be considered during the process of apartments selection are the purchase costs, location, distance from certain location, facilities, and environments. The maintenance costs will be increasing when people purchase apartments. They have to invest more money for the sinking fund maintenance, security, building maintenances, and sanitation. This research explains about the preferences and personalization in apartment selection as students temporary housing. The obtained results are students in general are taking the distance from certain location, rent or purchase cost, security, privacy, and neighboring environments factor as priorities. They personalize their unit to overcome housing deficit in technical terms and to overcome the feeling of home. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditta Astrini Wijayanti
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T41153
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Wijaksono
"ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumberdaya bambu tarbesar di dunia di samping Cina dan Jepang. Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Kegunaan tanaman bambu; batangnya mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan yaitu kuat, keras, ringan, ukurannya beragam dan mudah dkerjakan. Pemanfaatan bambu di Indonesia sudah berlangsung sangat lama dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat khususnya di perdesaan. Selain dimanfaatkan dalam industri kecil dan rumahtangga, bambu dapat Pula dimanfaatkan sebagai bahan bangunan karena hampir semua bagian pada bangunan rumah dapat dibuat dari bambu. Di Indonesia sekitar 80% batang bambu dimanfaatkan untuk bidang konstruksi. Selebihnya dimanfaatkan dalam bentuk lainnya seperti kerajinan, perabot rumahtangga, sumpit, industri kertas serta keperluan lainnya.
Bambu merupakan suunberdaya alam hayati serba guna di Indonesia bukan hanya dimanfaatkan untuk pembuatan industri kecil atau rumahtangga juga untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Di samping memiliki manfaat ekonomi juga manfaat ekologis dan sosio-budaya. Sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbarui bambu memiliki beberapa keunggulan seperti cepat tumbuh, produksi tinggi dan umur panen yang relatif pendek, juga rumpunnya dapat melindungi fungsi tanah, yaitu mengurangi penguapan dan meningkatkan kapasitas perembesan, sehingga kapasitas air tanahpun meningkat, perakararurya meningkatkan stabilitas tanah sehingga berpengarnh baik untuk konservasi air dan tanah.
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup menetapkan strategi nasional pelestaiian dan pemaufaatan bambu secara berkelanjutan di Indonesia. Salah satu kendala yang paling mendasar dalam upaya pelaksanaannya adalah berkembangnya persepsi pemerintah dan masyarakat yang tidak tepat terhadap bambu dan cenderung diremehkan. Sebagian besar masyarakat maupun pemerintah masih beranggapan bahwa produk-produk yang terbuat dari bambu menunjukkan citra kejelekan dan kerniskinan scperti rumah yang dibuat Bari bambu selalu dihubungkan dengan ringkat kemiskinan penghuni rumah. Dengan kata lain bambu masih dianggap sebagai "Timber for the poor" (Kayo untuk si Miskin). Demi tereapainya tujuan strategi nasional tersebut selain peran pemerintah juga dituntut peranserta masyarakat.
Arsitek sebagai bagian dari masyarakat diharapkan mempunyai peranserta yang sama dengan masyarakat lainnya dalam upaya mencapai tujuan dalam UU No.5,1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya serta Strategi Nasional Pelestarian dan Pemanfaatan Bambu secara Berkelanjutan. Arsitek saat ini dikenal sebagai seorang yang ahli dalam merancang bangunan serta mengawasi pelaksanaan pembangunannya Untuk merancang bangunannya arsitek harus menguasai ilmu konstruksi bangunan dan mengenal sifat-sifat bahan bangunan serta menata bentuknya.
Permanfaatan bambu sebagai bahan bangunan masih sangat terbatas sekali. Secara bertahap mulai menghilang dari gaya hidup masyarakat Indonesia akibat cara hidup yang berubah. Salah satu alasan yang utama adalah bahwa bambu sering rusak dan mudah dimakan rayap. Alasan lainnya adalah meningkatrrya pembangunan rumah-nunah dengan gaya Arsitektur Baru.
Perkernbangan pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan di masa depan mulai diperhatikan lagi sejak masalah lingkungan menjadi perhatian dunia, maka ini akan memberikan suatu kesempatan yang baik bagi bambu untuk dipertimbangkan lagi pemanfaatannya. Perumahan yang dibangun berdasarkan sistem ramah lingkungan dan, sistem rumah traclisional sebsiknya dihidupkan kembali namun dengan cara-care yang sesuai dengan kebutulran masa kini. Di dalam rumah dapat dilihat bambu digunakan untuk atap, langit-langit, lantai, tiang, dinding, jendela dan pintu. Bambu mudah diperbanyak dan cepat tumbuh. Dengan mempertimbangkan pcnggunaan yang hanya membutuhkan proses dan energi yang sedikit maka bambu dapat diinanfaatkan sebagai bahan bangunan yang aman terhadap lingkungan hidup.
Berdasarkan hasil penelitan survei yang dilakukan di Jakarta, diperoleh gambaran bahwa persepsi arsitek tentang pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan masih rendah. Persepsi arsitek menunjukkan bahwa mereka masih menganggap bahwa bambu belum dapat memenuhi kebutuhan rumah masa kini, terutama untuk rumah menengah di Jakarta. Scbagian besar dan arsitek menunjukkan sikap setuju terhadap pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan penganti kayu, namun motivasi mereka untuk memanfaatkannya sebagai bahan bangunan masih rendah. Mereka hanya memanfaatkan jika ada permintaan khusus dari pelanggannya.
Hasil uji analisis statistik menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antara pengetahuan arsitek tentang bambu sebagai bahan bangunan dengan persepsi mereka terhadap pemanfaatannya. Secara keselunihan dapat disimpulkan bahwa rendahnya persepsi arsitek tentang pemanfaatan bambu sebagai bahan bangutan sebagian besar diakibatkan oleh terbatasnya pengetahuan atau informasi tentang bambu sebagai bahan bangunan yang diperoleh. Untuk meningkatkan pemanfaatan bambu di masyarakat khususnya di kalangan arsitek kiran ya perlu diadakan pemasyarakatan tentang pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan seita peranamtya dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.

ABSTRACT
Community Of Architects Perception On The Uti1ization Of Bamboo As Building Material. (Case Study Architects In Jakarta)Indonesia is one of the countries with the largest bamboo resource in the world, beside China and Japan. Bamboo plants have been known by people. The benefit of bamboo plant is: the cuirn has advantageous properties i.e. strong, hard, lightweight, various in size and easy to process. The utilization of bamboo in Indonesia has been so long and became a part of life especially in rural area. Except for small and household industries, bamboo is used as building material because almost all part of houses can be made from it. Inside houses one can see bamboo used for roofs, ceilings, floors, walls, windows, pillars and doors. In Indonesia 80% bamboo culm is used for construction. The remainder is used for handicraft, furniture, chopsticks, pulp and paper industries etc.
Bamboo as multipurpose natural resource in Indonesia is not only used in industrial but also in environmental conservation. Besides economical, bamboo has also ecological and socio-cultural benefit As renewable natural resource, bamboo has many advantages i.e. fast is growth, high production, the clump can provide land function, that is reducing evaporation and increase infiltration capacity with the result of groundwater capacity increased. The roots increase land stability so that it gives good influences to water and land conservation.
Ministry of State Environment determined national strategy for sustainable conservation and utilization of Bamboo in Indonesia. The main constraint is the wrong goveiximent's and people's perception about bamboo and tends to be neglected. A large part of government and people stillgard bamboo products as giving bad image and poverty like bamboo houses always related to poverty with word's bamboo as timber for the poor. To achieve the aim in national strategy beside government role is also demanded people's participation.
Architects as part of the society are also demanded to have the same -participation in attempt to achieve the aim in Act Number 5 of 1990 about Conservation of Living resources and their ecosystems and national strategy. Architect recently has been known as an expert in building design and supervisor the construction. To design the building the architect should master the construction and building material properties, and also to compose the form.
The use of bamboo as building material still remains limited. It has gradually disappeared from people's lifestyle as the way of living changed. One major reason for this is that bamboo materials are often damaged by insects, while another is the increase of western style houses. Since environmental problems have become the concern of the world these give an opportunity for bamboo being considered, housing based on environment-friendly system.
Based on survey done in Jakarta is concluded that the architects perceive that bamboo can not fully meet the needs of modern houses , especially for middle class houses in Jakarta. Most of architects agree to utilize bamboo as building material in place of wood, however their motivation to use bamboo as building material is low. They only use bamboo if there is a special request from the client.
Statistics test showed there is significant influences between architect's knowledge of bamboo as building material and sustainable development to their utilization toward sustainable development. In conclusion, the low scale of architect's perception on the utilization of bamboo as building material is caused by limited knowledge and information on bamboo. To increase the utilization of bamboo in the society especially architects it seems that it is necessary socialize the utilization of bamboo as building material toward sustainable development.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sanchez Vidella, Alex
"Bamboo is also known as "vegetable steel" due to its strength and extreme lightness. Craftsmen, architects, engineers, designers and distributors from around the world have collaborated in this selection of fifty constructions and over sixty product designs"
Barcelona: Loft Publications, 2011
R 624.189 7 SAN b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Ariaji Wicaksono
"Penelitian ini membahas pengembangan komponen batang teleskopik penyusun struktur gunting pada bangunan hunian sementara. Struktur gunting memiliki keunggulan mudah dibangun dengan teknik lipat, mudah disimpan dan dipindah karena rangkaian struktur dapat dirubah dari konfigurasi kecil tertutup menjadi besar terbuka sehingga cocok menaungi kegiatan sementara dan kondisi darurat bencana. Permasalahan dimensi panjang batang membuat struktur sulit diterapkan karena batang panjang menyulitkan pengemasan dan batang pendek berdampak pada kekuatan rangkaian. Penerapan mekanisme teleskopik merupakan jawaban permasalahan karena memungkinkan batang untuk dipanjangkan dan dipendekkan. Tahap awal penelitian adalah simulasi kekuatan struktur dengan metode elemen hingga (FEM) menggunakan perangkat lunak komputer. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan purwarupa skala 1:1 untuk membuktikan cara kerja rangkaian struktur. Hasil simulasi menunjukkan rangkaian struktur dengan material besi hollow sebagai komponen batang dan PVC sebagai penutup atap memiliki nilai faktor keamanan > 3. Purwarupa dapat dibangun minimal oleh 6 orang tanpa peralatan khusus selama 46 menit. Volume purwarupa saat terlipat batang pendek sebesar 0,22 m3 dan saat terlipat batang panjang sebesar 0,34 m3 sehingga tercipta rangkaian struktur dengan volume 49 m3 dan luas 19,2 m2. Aspek yang terpenuhi dalam konteks hunian sementara antara lain kesesuaian dimensi, desain berorientasi lokal, mudah dipindahkan dalam hal dimensi, konstruksi sederhana dan fleksibilitas.

The study discusses about developing of telescopic bars as component of scissor structures for temporary shelter. Scissor structure has the advantages of being easy to build using a folding mechanism, easy to stowed and move because the structures can be transformed from a small compact configuration to a large open one so it is suitable for sheltering temporary activities and disaster emergency conditions. Problems with the length dimensions of bars component make the structure difficult to implement because long bars make packing difficult and short bars impact the strength of the structures. Application of telescopic mechanism can solve the problem because it allows the bar to be lengthened and shortened. The first phase of the research is simulation strength of structure with finite element method (FEM) using computer software. Then proceeded with making a 1:1 scale prototype to prove the structure performance. The simulation proved that scissor structures with hollow steel material as bar components and PVC as roof cover has a safety factor value of > 3. The prototype can be built for 46 minutes by minimum 6 people without special equipment. The volume of prototype when folded short bars is 0.22 m3 and when folded long bars is 0.34 m3 so it resulted in structures with volume of 49 m3 and an area of ​​19.2 m2. Aspects that are met in the context of temporary shelter include adequate dimensions, local oriented design, easy to move in terms of dimensions, simple construction and flexibility."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Linda Firlie Pratiwi
"ABSTRACT
Bencana merupakan peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan lingkungan. Indonesia termasuk dalam daerah dengan potensi bencana yang tinggi, sehingga perlu dilakukan proses penanggulangan bencana. Proses penanggulangan bencana terdiri dari tiga fase yakni fase pra bencana, fase tanggap darurat, dan fase pasca bencana. Pada penerapannya, terdapat fase tambahan atau fase transisi yang berada diantara fase tanggap darurat dan fase pasca bencana. Pada fase transisi inilah pemerintah dan Non-Government Organization NGO memberikan hunian sementara berupa transitional shelter. Transitional shelter adalah tempat penampungan yang layak huni, tertutup dan aman serta menggunakan material yang dapat digunakan kembali. Transitional shelter memiliki beberapa aspek yakni faktor yang mempengaruhi bentuk, prinsip, karakteristik pasca penggunaan, dan konstruksi. Pada penerapannya, transitional shelter pada bencana Gunung Merapi hanya menggunakan beberapa faktor pembentuk rumah dan hanya menggunakan tiga karakteristik pasca penggunaan. Meskipun demikian, konstruksi yang digunakan adalah tipe disassemble design dengan dua teknik lashings. Bila dipelajari lebih lanjut, transitional shelter dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat terdampak jika potensinya digunakan secara maksimal. Oleh karena itu diharapkan potensi yang dimiliki transitional shelter dapat dimaksimalkan dan penggunaannya tidak hanya terbatas pada bencana erupsi Gunung Merapi melainkan untuk bencana yang lain mengingat Indonesia memiliki potensi bencana yang tinggi.

ABSTRACT
Disaster is an event that occurs suddenly and produces harm to society and the environment. Indonesia is included in areas with high potential for disaster, so that disaster management needs to be done. The disaster management process consists of three phases pre disaster phase, emergency response phase, and post disaster phase. In its application, there is an additional phase or transition phase that lies between the emergency response phase and the post disaster phase. In this transition phase, the government and Non Government Organization NGO provide transitional shelters. Transitional shelters are shelter that is liveable, closed and safe and uses reusable materials. Transitional shelter has several aspects that is factors that affect form, principle, post use characteristics and construction. In its application, the transitional shelter at Mount Merapi disaster only uses several factors of house 39 s building formers and uses only three characteristics post use. However, the construction used is a disassemble design type with two lashings techniques. When studied further, transitional shelters can provide benefits to affected communities if its potential can maximally utilized. Therefore, it is expected that the potential of transitional shelters can be maximized and the transitional shelters uses is not limited to the eruption of Mount Merapi disaster but to other disasters since Indonesia has high potential for disaster."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hubert
"Keterbatasan kayu sebagai material utama dalam pembuatan kapal kayu tradisional di Indonesia mendorong keinginan untuk mencari material yang memiliki karakteristik mekanikal yang serupa. Salah satu material yang mungkin menjadi solusi adalah bambu yang dilaminasi karena kekuatan sebilah bambu masih belum bisa mennyaingi ketangguhan dari kayu. Spesies bambu yang memiliki tingkat ketangguhan hampir menyerupai kayu setelah dilaminasi adalah bambu Betung (Dendrocalamus Asper). Laminasi bambu Betung dapat dijadikan bahan alternatif untuk keperluan maritim menggantikan kapal kayu tradisional karena waktu panen yang lebih cepat, pembuatan komponen kapal lebih mudah, dan ketika dilaminasi dengan 4 lapisan dengan serat yang searah memiliki nilai MOR=740.48272 kg/cm2 dan MOE=49391 kg/cm2 yang sudah memenuhi standar BKI untuk kapal kayu tahun 1996 untuk penggunaannya sebagai material bottom shell dan side shell untuk kapal kayu dengan dimensi 5 GT.

The shortage of wood as the main material in traditional boat building in Indonesia means that it is necessary to find a material with similar mechanical characteristic. One solution is the use of laminated bamboo material since a single bamboo is still inferior to wood in terms of its mechanical properties. One species of the bamboo used is a laminated Betung Bamboo (Dendrocalamus Asper) which strength is on par with wood. Laminated Betung Bamboo can be used as a wood alternative to the boat building because of faster harvest time, easier component manufacturing, and when is laminated by 4 layers with unidirectional fiber will have a MOR=740.48272 kg/cm2 and MOE=49391 kg/cm2 which comply with the 1996 BKI Standard for the use of bottom shell and side shell material in a wooden ship with a dimension of 5 GT."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S66493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Djati Suryo Prameswari
"Arsitektur dapat hadir secara permanen maupun temporer. Arsitektur temporer sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari lewat berbagai macam bentuk, mulai dari arsitektur portabel pasca bencana, panggung hiburan, pameran maupun dalam festival. Kehadiran suatu bentuk arsitektur temporer mengubah pengalaman ruang di suatu ruang yang telah ada sebelumnya. Melalui arsitektur temporer, suatu tempat kembali didefinisikan dalam kurun waktu yang terbatas dan tidak tetap. Pengadaannya hanya dalam durasi tertentu karena pertimbangan siklus dan manajemen waktu.
Arsitektur temporer ini, dapat diadakan di mana saja, salah satunya di jalan. Bentuk dari arsitektur temporer di jalan bisa berupa benda-benda dekoratif saja ataupun struktur yang melibatkan aktivitas di dalamnya. Ruang jalan kembali dimaknai dan dialami secara berbeda saat arsitektur temporer diadakan di dalamnya. Makna jalan pun berubah, dari ruang sirkulasi kota menjadi suatu ruang dan tempat warga kota bersosialisasi.

Architecture can be presented permanently and temporarily. Temporary architectures are often encountered in everyday life through a variety of forms, ranging from post-disaster portable architecture, performance stage, exhibitions as well as in the festival. The presence of temporary architecture changed the experience of space that has already existed before. Through temporary architecture, a place is re-defined in the limited time period and not permanently. The procurement is only in specific duration due to the time cycle and time management.
These temporary architectures can be held anywhere including on street. Forms of temporary architecture on the street can be just decorative objects or structures that involve activities in it. Street space is re-interpreted and experienced differently when temporary architecture is created there. The meaning of the street is transformed, from the circulation space of the city into a space and place where people gather and socialize.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43558
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>