Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162947 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Awwalisa Sarfinah
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat besaran kontribusi perceived social support terhadap subjective well-being pada remaja panti asuhan di Jakarta. Remaja panti asuhan dipilih karena mereka menghadapi kondisi kehidupan yang berbeda dengan remaja secara umum. Partisipan dalam penelitian ini adalah 130 remaja berusia 11 ndash; 21 tahun yang berasal dari 11 panti di Jakarta. Pengambilan data dilakukan dengan meminta partisipan untuk mengisi kuesioner perceived social support dan subjective well-being. Perceived social support diukur dengan menggunakan alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support yang dikembangkan oleh Gregory D. Zimet 1988 . Subjective well-being diukur dengan menggunakan dua alat ukur yang berbeda. Alat ukur Satisfaction With Life Scale yang disusun oleh Ed Diener 1985 digunakan untuk mengukur komponen kognitif kepuasan hidup. Alat ukur Positive Affect and Negative Affect Schedule PANAS yang dikembangkan oleh Watson, Clark, Tellegan 1988 digunakan untuk mengukur afeksi positif dan negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceieved social support berkontribusi secara signifikan terhadap komponen afeksi positif subjective well-being R2 = 0,146, p = 0,000, namun tidak berkontribusi secara signifikan terhadap komponen kognitif kepuasan hidup subjective well-being R2 = 0,019, p = 0,328 dan terhadap komponen afeksi negatif subjective well-being R2 = 0,027, p = 0,478. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi perceived social support yang dimiliki oleh remaja panti asuhan, maka semakin tinggi juga afeksi positif subjective well-being yang dimilikinya.

This research paper is conducted to investigate the contribution of perceived social support in subjective well being among the orphanage adolescents in Jakarta. The adolescent orphanages are selected because they have different living conditions with adolescents in general. The research subjects are 130 adolescents between 11 ndash 21 years old who lived in 11 orphanage in Jakarta. The data is collected by asking participants to fill out perceived social support and subjective well being questionnaires. Perceived social support was measured by Multiple Scale of Perceived Social Support constructed by Gregory D. Zimet 1988. Subjective well being was measured using two different instruments. Cognitive component life stastisfaction of subjective well being was measured by Satisfaction With Life Scale constructed by Ed Diener 1985. Affective component positive and negative affection was measured by Positive Affect and Negative Affect Schedule PANAS constructed by Watson, Clark, Tellegan 1988 . The result of this research showed that perceived social support has significantly contributed to positive affect component of subjective well being R2 0,146, p 0,000 but perceived social support has no significant contribution to cognitive component or life satisfaction R2 0,019, p 0, 0,328 and negative affect component of subjective well being R2 0,027, p 0,478. These results indicate that the higher perceived social support they feel, the higher positive affect of subjective well being they have."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahma Murbowo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi self-compassion terhadap subjective well-being pada remaja panti asuhan di Jakarta. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi subjective well-being adalah tercapainya tujuan atau goal dan harapan Diener Scollon, 2003. Permasalahan di kehidupan panti asuhan menunjukkan kemungkinan tidak tercapainya tujuan dan harapan remaja saat mereka masuk ke panti asuhan. Saat tujuan dan harapan tersebut tidak tercapai, maka akan muncul emosi negatif yang dapat menurunkan subjective well-being Zessin, Dickhauser, Garbade, 2015. Self-compassion dapat mengurangi pengaruh emosi negatif yang ditimbulkan oleh kegagalan tersebut sehingga tingkat subjective well-being tetap baik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan jumlah partisipan 100 orang 51 perempuan berusia 14-18 tahun yang tinggal di panti asuhan di Jakarta. Alat ukur yang digunakan yaitu Self-Compassion Scale Neff, 2003 untuk mengukur self-compassion, The Satisfaction with Life Scale Diener, Emmons, Larsen, Griffin, 1985, dan Positive and Negative Affect Schedule Watson, Clark, Tellegan, 1988 untuk mengukur subjective well-being. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-compassion tidak berkontribusi secara signifikan terhadap kepuasan hidup R2 = 0.006, p =0.445, berkontribusi secara signifikan terhadap afek positif R2= 0.091, p = 0.002 dan afek negatif R2= 0.155, p = 0.000 pada remaja panti asuhan di Jakarta.

This research was conducted to investigate the self compassions contribution to subjective well being among orphanage adolescents at Jakarta. The factor that could influence subjective well being are goals and expectations Diener Scollon, 2003 . The troubles that occur in daily life of orphanages show the possibility of goals and expectations which do not achieved. When one experienced failure on goal achievement, negative emotion would appear and lowered the subjective well being Zessin, Dickhauser Garbade, 2015. Self compassion could alleviate the negative emotional influence of failure, so the subjective well being stayed positive. There were 100 participants 51 female from orphanages at Jakarta aged 14 to 18 for this study. The data were collected using Self Compassion Scale Neff, 2003 to measure self compassion, The Satisfaction With Life Scale Diener, Emmons, Larsen, Griffin, 1985 and Positive Negative Affect Schedule Watson, Clark, Tellegan, 1988 to measure subjective well being. Result from this study indicated that self compassion does not significantly contribute to life satisfaction R2 0.006, p 0.445, significantly contributes to positive affect R2 0.091, p 0.002 and also to negative affect R2 0.155, p 0.000 of subjective well being among orphanage adolescents in Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evryanti Cahaya Putri
"Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik namun juga pada SWB remaja. Remaja merupakan kelompok paling rentan terhadap dampak tersebut berkaitan dengan karakteristik perkembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kesepian, traits kepribadian (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), dan persepsi terhadap dukungan sosial (keluarga, teman, figur yang signifikan) terhadap SWB (LS, PA, NA) remaja pada masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Partisipan penelitian ini adalah 313 orang remaja yang tinggal di Indonesia usia 13-18 tahun (M= 15.72; SD=1) dengan tingkat pendidikan sekolah menengah (sederajat SMP dan SMA). Partisipan dipilih menggunakan metode convenience sampling, pengumpulan data dilakukan secara daring. Alat ukur dalam penelitian ini adalah Satisfaction with Life Scale, Scale of Positive and Negative Experience, R-UCLA Loneliness Scale Version 3, dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Analisis data menggunakan teknik regresi hirarki berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian, traits kepribadian, dan persepsi terhadap dukungan sosial berkontribusi terhadap SWB (LS, PA, NA) remaja secara signifikan. Kontributor yang signifikan adalah kesepian, neuroticism dan openness to experience, serta persepsi terhadap dukungan sosial dari keluarga. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menyusun intervensi psikologis bagi remaja dan psikoedukasi bagi orangtua dalam meningkatkan SWB remaja pada masa pandemi.

The COVID-19 pandemic not only has an impact on physical health but also on adolescents’ subjective well-being (SWB). Adolescent is the most vulnerable group affected by the negative consequences of COVID-19 pandemic. This research investigated the contribution of loneliness, personality trait (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), and perceived social support (family, friend, and significant figure) to adolescents’ SWB during COVID-19 pandemic. The participants were 313 of Indonesian adolescents aged 13- 18 years (M= 15.72; SD=1. 517), with junior and senior high education. Participants were selected using the convenience sampling method and data were collected online. The measuring instruments used in this study are Satisfaction with Life Scale, Scale of Positive and Negative Experience, R-UCLA Loneliness Scale Version 3, and Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Data were analyzed using hierarchical multiple regression technique. The results showed that loneliness, personality traits, and perceived social support contributed to adolescent SWB (LS, PA, NA). Loneliness, neuroticism and openness to experience, and perceived social support from family were significant contributors to SWB (LS, PA, NA). This study can be implemented to develop psychological interventions for adolescents and psychoeducation for parents in increasing adolescent SWB during the pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titiana Rahma Ramadan
"Banyaknya faktor risiko yang mungkin dialami oleh remaja yang tinggal di panti asuhan, membuat well-being pada mereka penting untuk diperhatikan. Salah satu faktor risiko tersebut adalah mereka tidak tinggal bersama orang tua. Oleh karena itu, peer attachment diasumsikan berperan penting dalam kehidupan mereka.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara peer attachment dan subjective well-being pada remaja panti asuhan di Jakarta. Penelitian ini bersifat korelasional dengan melibatkan responden remaja berusia 12 hingga 18 tahun yang tinggal menetap di panti asuhan, di 5 wilayah di Jakarta N=132, L= 66.
Terdapat tiga instrumen penelitian yang digunakan, yaitu Satisfaction with Life Scale SWLS untuk mengukur kepuasan hidup, Positive and Negative Affect Schedule PANAS untuk mengukur afek positif dan negatif, serta Inventory of Parent and Peer Attachment Revised Version IPPA untuk mengukur peer attachment.
Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara peer attachment dan kepuasan hidup ,250, p0,01 serta afek negatif -,025, p>0,01.

The well being of orphanage adolescents is important to be considered as there are numbers of risk factors that they may experience throughout their life. One of those risk factors is that they do not live with their parents. Therefore, peer attachment is assumed to take an important role in their life.
The aim of this study is to find out whether there is a relationship between peer attachment and subjective well being of orphanaged adolescents in Jakarta. This is a correlational study with adolescents from age 12 to 18 years living in orphanage in 5 area in Jakarta as a respondents N 132.
Instruments used in this study are, Satisfaction with Life Scale SWLS to measure life satisfaction, Positive and Negative Affect Schedule PANAS to measure positive and negative affect, and Inventory of Parent and Peer Attachment Revised Version IPPA to measure peer attachment.
The results show that there is a positive and significant relationship between peer attachment and life satisfaction ,250, p0,01 and negative affect ,025, p 0,01.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmia
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah yang dipersepsi oleh anak dan subjective well-being remaja awal. Partisipan dalam penelitian ini adalah 162 remaja awal yang berusia 12-15 tahun. Alat yang digunakan untuk mengukur keterlibatan ayah adalah Nurturant Fathering Scale NFS dan Father Involvement Scale-Reported FIS-R oleh Finley Schwartz 2004. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur SWB adalah Satisfaction With Life Scale SWLS dari Diener 1985 dan Positive and Negative Affect Schedule PANAS milik Watson, Clark dan Tellegan 1988 . Teknik analisis yang digunakan adalah pearson correlation. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara domain father nurturance dan domain reported father involvement keterlibatan ayah dengan afeksi positif SWB. Hasil juga menunjukkan hubungan negatif yang signifikan antara domain father nurturance dengan afeksi negatif SWB.

The aim in this research is to investigate the relationship between perceived father involvement with early adolescent rsquo s subjective well being. Participant in this research were 162 early adolescents 12 15 years old. Nurturant fathering Scale NFS dan Father Involvement Scale Reported FIS R by Finley Schwartz 2004 is used to measure father involvement. For measure subjective well being we used Satisfaction With Life Scale SWLS from Diener 1985 and Positive and Negative Affect Schedule PANAS by Watson, Clark and Tellegan 1988. We used the pearson correlation to measure correlation between variables. Result indicated that domain father nurturance and domain reported father involvement is positively significant related with positive affect, and also found that domain father nurturance is negatively significant related with negative affect.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khumaira Azzahrah Shakti Sahidah
"Berbagai perubahan yang dialami pada saat bertransisi ke perguruan tinggi dapat memengaruhi afek positif dan negatif subjective well-being, tetapi perceived social support dapat berfungsi sebagai pelindung (stress-buffer). PSS memiliki tiga sumber, yaitu teman, keluarga, dan significant other. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama dari setiap dimensi atau sumber PSS terhadap afek positif dan negatif SWB serta sumber manakah yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap afek positif dan negatif SWB. Partisipan terdiri dari 361 mahasiswa baru S1 yang berusia 18-21 tahun dan melaksanakan pembelajaran daring sehingga saat ini tinggal bersama keluarga. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik statistika multiple linear regression dengan metode stepwise. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PSS keluarga dan significant other merupakan sumber yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap afek positif. PSS keluarga memiliki peran yang lebih besar daripada PSS significant other terhadap afek positif (R2 = 0,215, p< 0,001). Selanjutnya, PSS keluarga merupakan satu-satunya sumber yang secara negatif dan signifikan berpengaruh terhadap afek negatif (R2 = 0,066, p< 0,001). Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh konselor mahasiswa di perguruan tinggi.

Changes experienced by freshmen when transitioning to college influence both their positive and negative affects of SWB, but the existence of perceived social support may act as a protector (stress-buffer). PSS has three sources, namely friends, family, and significant other. Thus, this study aims to determine the joint effect of each dimension or source of PSS towards positive and negative affects of SWB and which sources have a greater influence towards positive and negative affects of SWB. Participants consisted of 361 freshmen college students aged 18-21 years and attended lectures by an online learning system so they currently live with their families. Data analysis is done using multiple linear regression statistical techniques with stepwise method. The results showed that family and significant other PSS are sources that have a positive and significant effect toward positive affect. Family PSS has a greater role than the significant other PSS toward positive affect (R2 = 0.215, p <0.001). Furthermore, family PSS is the only source that has a negative and significant effect toward negative affect (R2 = 0.066, p <0.001). The research results can be used by student counselors in universities"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrun Naja Maulidia
"Pandemi COVID-19 menyebabkan munculnya konsekuensi negatif bagi Subjective well-being (SWB) remaja, yang merupakan kelompok paling rentan karena karakteristik perkembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi respons terhadap stres (primary control engagement coping, secondary control engagement coping, disengagement coping, involuntary engagement dan involuntary disengagement), traits kepribadian (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience) dan persepsi terhadap dukungan sosial (keluarga, teman, figur yang signifikan) pada SWB remaja selama masa pandemi COVID-19. Partisipan adalah 313 orang remaja Indonesia (13-18 tahun) yang dipilih menggunakan metode convenience sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Satisfaction with Life Scale, Scale of Positive and Negative Experience, Child Self Report Responses to Stress Questionnaire-COVID-19 dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Data dianalisis dengan regresi hierarki berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons terhadap stres, traits kepribadian, dan persepsi terhadap dukungan sosial berkontribusi terhadap SWB (LS, PA dan NA) remaja. Secara khusus, involuntary disengagement response, extraversion, neuroticism dan persepsi terhadap dukungan sosial dari keluarga secara signifikan berkontribusi pada SWB remaja. Hasil penelitian ini memberikan implikasi praktis bagi para praktisi untuk menyusun intervensi bagi remaja agar dapat mengembangkan respon terhadap stres yang adaptif dan untuk orang tua agar memberikan dukungan kepada remaja sehingga dapat mengoptimalkan SWB remaja Indonesia pada masa pandemi COVID-19 dan seterusnya.

COVID-19 pandemic causes negative consequence for adolescents’ subjective well- being (SWB) as they are the most vulnerable group due to their developmental characteristic. This research investigated contribution response to stress (primary control engagement coping, secondary control engagement coping, disengagement coping, involuntary engagement dan involuntary disengagement), personality traits (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), and perceived social support (family, friends, significant figure) of adolescent SWB during COVID-19 pandemic period. The participants were 313 Indonesian adolescents (13-18 years old), selected using convenience sampling method. The measurements were Satisfaction with Life Scale, Scale of Positive and Negative Experience, Child Self Report Responses to Stress Questionnaire-COVID-19 dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Data were analyzed using hierarchical multiple regression. Results showed that response to stress, personality traits, and perceived social support together contributed to adolescents’ SWB (LS, PA & NA) significantly. Specifically, involuntary disengagement response, extraversion, neuroticism and perceived social support from family significantly contributed to adolescents’ SWB. The practical implication for professionals are to develop psychological intervention for adolescents to be able to develop adaptive response to stress and for parents to give support to adolescents in order optimize their SWB in Indonesian context during the COVID-19 pandemic and onward."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Habib Alvin Aneldi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan praktek digital terhadap social well-being mahasiswa di Jabodetabek. Pada penelitian sebelumnya melihat kerangka dari analisis digital well-being sebagai bentuk penggunaan perangkat digital yang mempengaruhi kondisi kesejahteraan subjektif melalui konsumsi konten yang sesuai dengan algoritma mereka yang pada akhirnya berdampak kepada perilaku dalam memenuhi kebutuhan akan social well-being. Dalam memperkaya studi sebelumnya dan menyederhanakan definisi konseptual dari analisis digital well-being, peneliti berusaha untuk menjelaskan social well-being mahasiswa melalui praktek digital yang dilakukan dengan menjelaskan hubungannya terhadap dimensi integrasi, aktualisasi, penerimaan, kontribusi dan koherensi sosial. Praktek digital mampu memberikan pengaruh yang membentuk interaksi mereka dalam menjalankan fungsi di masyarakat sebagai tolak ukur dari social well-being. Sehingga semakin tinggi praktek digital yang dilakukan maka akan semakin tinggi social well-being yang dirasakan oleh mahasiswa dan sebaliknya. Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner kepada 210 mahasiswa yang berdomisili di Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa di Jabodetabek memiliki tingkat social well-being yang tinggi dan tingkat praktek digital yang tinggi. Praktek digital berupa penggunaan perangkat digital untuk kebutuhan sosialisasi dan komunikasi digital, hiburan digital dan praktek kreatif serta untuk kebutuhan manajemen diri, informasi, pendidikan dan pekerjaan terbukti berhubungan dengan tingkat social well-being mahasiswa

This study aims to analyze the relationship of digital practice to social well-being of students in Jabodetabek. In previous studies, we saw the framework of digital well-being analysis as a form of using digital devices that affect subjective well-being conditions through consumption of content that is in accordance with their algorithm, which in turn affects behavior in meeting the need for social well-being. Enriching the previous studies and simplifying the conceptual definition of digital well-being analysis, the researcher tries to explain the social well-being of students through digital practice by explaining their relationship to the dimensions of integration, actualization, acceptance, contribution and social coherence. Digital practice is able to provide an influence that shapes their interactions in carrying out functions in society as a benchmark for social well-being. So that the higher the digital practice carried out, the higher the social well-being felt by students and vice versa. This research uses a quantitative approach with data collection techniques through distributing questionnaires to 210 students who live in Jabodetabek. The results show that respondents have a high level of social well-being and a high level of digital practice. Digital practice in the form of using digital devices for digital socialization and communication, creative entertainment and practice, and informational managements is proven to be related to the level of social well-being of students."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Assyifa Nabilla Ridzky
"ABSTRAK
Kota Urban tidak terlepas dari berbagai kesibukan di dalamnya termasuk untuk urusan pekerjaan. Para pekerja khususnya karyawan kantor sering kali mengalami kerja lembur dan waktu commute yang panjang. Kondisi tersebut umumnya membuat kualitas tidur karyawan menjadi buruk yang kemudian berdampak terhadap kesejahteraan diri. Penelitian ini dilakukan untuk melihat dampak kualitas tidur terhadap subjective well-being pada karyawan yang bekerja di kota Jakarta. Pengukuran subjective well-being dilakukan dengan alat ukur Positive Affect Negative Affect Schedule PANAS dan Satisfaction With Life Scale SWLS . Kualitas tidur diukur menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI . Analisa statistik dilakukan dengan menggunakan regresi linear. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 135 partisipan yang bekerja di kota Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas tidur memprediksi komponen afektif subjective well-being = -0.292, p.

ABSTRACT
Urban city can not be separated from the various activities, including the work related activities. Workers, especially office employees, often experience overtime and long commute time. These conditions impact the sleep quality of the workers in which it becomes poor. The poor sleep quality might affect the well being of the workers. This study aimed to assess the impact of sleep quality on subjective well being of workers in Jakarta, an urban city. Subjective well being was measured using Positive Affect Negative Affect Schedule PANAS and Satisfaction With Life Scale SWLS . Sleep quality was measured using The Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI . Statistics analyses were performed using linear regressions. This study involved 135 participants who worked in Jakarta. Result indicated that sleep quality predicted affection component of subjective well being 0.292, p"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Ainina Cahyaningtyas
"Dukungan sosial ditemukan dapat berperan sebagai variabel penyangga ketika individu mengalami situasi stres. Peranan ini menjadi penting ketika individu mengalami kondisi stres yang dapat berdampak negatif terhadap kesejahteraan subjektifnya. Pada situasi ekonomi yang mengalami kenaikan, kelompok generasi sandwich yang berperan untuk mengurus orang tua dan anak dalam satu waktu menjadi rentan untuk mengalami stres finansial yang dapat berdampak negatif terhadap kesejahteraan subjektifnya. Terkait dengan hubungan tersebut, penelitian ini mengkaji peran dari dukungan sosial sebagai variabel moderator pada hubungan antara stres finansial dan kesejahteraan subjektif. Penelitian ini melibatkan 135 responden generasi sandwich berusia 35-60 tahun yang memberikan dukungan finansial kepada anak dan orang tua. Analisis korelasional Pearson yang dilakukan antara stres finansial dan kesejahteraan subjektif menunjukkan adanya korelasi negatif yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi stres finansial maka akan semakin rendah kesejahteraan subjektif individu. Meskipun demikian, tidak terdapat peran moderasi yang signifikan dari dukungan sosial dalam hubungan antara stres finansial dan kesejahteraan subjektif.

Previous studies found that social support could have a moderating effect during one’s stressful situation. This role became important as the individual experienced a stressful situation that could have a negative impact towards its well-being. During the economic situation where inflation arises, the sandwich generation group whose role is to take care of parents and children at one time became vulnerable to experience financial stress which can have a negative impact on their subjective well-being. Related to this relationship, this study examined the role of social support as a moderator variable. This study involved 135 sandwich generation respondents, ranging from 35 to 60 years old, who provided financial support to their children and parents. Pearson’s correlation analysis conducted between financial stress and subjective well-being showed a significantly negative relationship, indicating that higher financial stress would lead to a lower subjective well-being. However, there is no significant moderating role of social support in the relationship between financial stress and subjective well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>