Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163023 dokumen yang sesuai dengan query
cover
B.A. Hardianto B.S.
"Baja tahan karat 316L merupakan baja yang memiliki ketahanan korosi yang baik namun masih rentan terhadap kerusakan korosi sumuran. Salah satu cara untuk mencegah fenomena ini adalah dengan menerapkan lapisan Aluminium pada baja tahan karat. Pada Penelitian ini menggunakan metode semprot panas busur listrik untuk mendepositkan material Aluminium. Dalam metode semprot panas, jarak penyemprotan adalah salah satu faktor penting untuk mendapatkan hasil semprot berkualitas tinggi. Karya ilmiah ini meneliti jarak penyemprotan yang efektif untuk mencapai lapisan aluminium berkualitas tinggi pada substrat stainless steel 316L menggunakan metode semprot busur listrik dengan bahan pelapis 99.5 Al. Permukaan baja tahan karat dipersiapkan dengan metode pembersihan menggunakan larutan thinner, pemanasan sekitar 80-90oC dan blasting menggunakan Al2O3. Jarak penyemprotan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10cm, 20cm, 30cm. Uji sembur garam dan metode uji pull-off diterapkan untuk mengamati ketahanan korosi dan kekuatan ikatan lapisan. Hasil uji sembur garam menunjukkan pada setiap jarak penyemprotan menambah ketahanan korosi namun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada permukaan hasil uji. Hasil uji pull-off menunjukkan jarak semprot 20cm memiliki kekuatan adhesi tertinggi dengan nilai 12,5 MPa.

Stainless Steel 316L is a steel with high corrosion resistance, however, it is still susceptible to pitting corrosion damage. One way to prevent this phenomenon is by applying aluminium coating on stainless steel using electric arc thermal spray method. In the thermal spray method, the spraying distance is one of the important factors to obtain high quality spray results. This paper investigates the effective spraying distance to achieve high quality aluminium coating on stainless steel 316L substrate with 99.5 Al as coat by using the electric arc spray method. The spray distances employed in this research were of 10cm, 20cm, 30cm. Stainless steel 316L is prepared by cleaning with thinner, preheating about 80 90oC, and blasting with Al2O3. The salt spray test and pull off test method were applied to observe the corrosion resistance and the bonding strength of the coating. The salt spray test results show that at each spraying distance increase corrosion resistance but does not show significant differences on the surface of the test results. The pull off test results show 20cm spray distance has the highest adhesion strength with 12,5 MPa value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Tegar Andriawan
"Baja Tahan Karat 316L memiliki aplikasi yang sangat beragam, mulai dari platform serta instalasi lainnya, terutama pada lepas pantai karena ketahanan korosinya yang tinggi. Namun, pada penggunaannya, baja tahan karat 316L memiliki kemungkinan untuk terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran merupakan korosi yang sulit untuk dideteksi sampai akhirnya terjadi kerusakan. Dengan mengaplikasikan pelapisan aluminium pada baja tahan karat 316L maka korosi sumuran dapat dicegah. Selain itu, ketahanan korosi secara umum juga akan meningkat. Metode untuk mengaplikasikan aluminium pada baja tahan karat 316L adalah dengan electric arc thermal spray aluminum. Pengujian kali ini menginvestigasi ketebalan pelapisan paling baik yang memberikan hasil maksimal, dengan tiga parameter yaitu berkisar antara 90-100 µm, 140-150 µm, and 190 – 200 µm. Ketahanan korosi diuji menggunakan metode polarisasi siklik. Hasil studi menunjukkan bahwa ketahanan korosi dan daya lekat paling baik dihasilkan lapisan dengan ketebalan 190 – 200 µm
In oil and gas industries, 316L Stainless Steel is widely used to construct platforms and other installations because of its high corrosion resistance. However, 316L Stainless Steel is still susceptible to pitting corrosion which is difficult to be detected before failure starts to happen. By applying aluminium coating on stainless steel, pitting corrosion will be prevented. Moreover, the corrosion rate will decrease and the steel’s lifetime will increase. Using Electric Arc Thermal Spray Aluminium as the method to apply the aluminium, one of the most important factor that influence corrosion rate on aluminium coated stainless steel is the thickness itself. This paper investigates the most effective thickness applied to achieve the best quality of the coating, ranging at 90-100 µm, 140-150 µm, and 190 – 200 µm. The corrosion resistance is tested using the data obtained from the cyclic polarization curve. The study shows that the coating thickness of 190 – 200 µm produces the best corrosion resistance and adhesion strength
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Welly Setyawan
"Pelapisan aluminium menggunakan metode arc thermal spray dengan umpan berupa kawat aluminium 95.05 . Tebal lapisan 200 - 250 ?m dihasilkan dengan jarak semprot 300 mm. Pengkasaran permukaan substrat dilakukan dengan teknik grit blasting menggunakan abrasif aluminium oxide pada jarak semprot 140 - 280 mm dan tekanan 3 - 6 bar. Pengamatan dilakukan pada empat sampel dengan variasi kekasaran yang berbeda: Kekasaran permukaan substrat 30-50 ?m Sampel-1 , Kekasaran permukaan substrat 60-80 ?m Sampel-2 , Kekasaran permukaan substrat 120-140 ?m Sampel-3 , dan Kekasaran material substrat bawaan tanpa blasting 3-27 ?m Sampel-4 . Kekuatan daya lekat lapisan aluminium pada substrat yang tidak dilakukan blasting memiliki nilai paling kecil dan mengalami kegagalan pada serangkaian pengujian. Kekasaran 60-80 ?m menghasilkan daya lekat paling baik. Kekuatan lekat dipengaruhi oleh ikatan mekanis interlocking antara lapisan dengan substrat. Permukaan yang lebih kasar memiliki ikatan interlocking yang lebih kuat sehingga meningkatkan daya lekat. Namun demikian, tingkat kekasaran permukaan yang terlalu tinggi justru mengurangi kekuatan adhesi lapisan dengan substrat. Sehingga, kekuatan lekat adhesi lapisan aluminium meningkat seiring dengan meningkatnya kekasaran permukaan substrat hingga pada tingkat kekasaran tertentu dan tidak melebihi 120 ?m.

Aluminum coating uses arc thermal spray method with 95.05 aluminum wire feed and 200 250 m thick layers are produced with a spray spacing of 300 mm. The substrate surface coarsening is done by grit blasting technique using abrasive aluminum oxide at 140 280 mm spray distance and 3 6 bar pressure. Observations were made on four samples with different roughness variations Surface roughness of substrate about 30 50 m Sample 1 , Roughness of substrate surface about 60 80 m Sample 2 , Roughness of substrate surface more than 120 m Sample 3 , and Roughness of the substrate material as it is with no blasting about 3 27 m Sample 4 . The strength of adhesion of the aluminum layer on the non blasting substrate has the smallest value and fails in a series of tests. Roughness of 60 80 m produces the best adhesion. The adhesive force is influencedby the mechanical bond interlocking between the layers and the substrate. The rougher surface has a stronger interlocking bond that increases the adhesiveness. However, the excessively high surface roughness actually reduces the bond strength. Adhesion strength of the aluminum coating adhesion increases with increasing surface roughness of the substrate to a certain degree of roughness that does not exceed 120 m."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zamri Rahmat
"Teknologi semprot panas merupakan suatu teknologi pelapisan yang sekarang banyak digunakan pada industri pabrik, minyak dan gas ataupun power plant. Pada penelitian ini telah dilakukan dua jenis teknik pelapisan semprot panas yaitu metode pelapisan High Velocity Oxygen Fuel dan metode Electric Arc Spray. Kedua metode ini memiliki jenis pelapisan logam yang berbeda.Tujuannya untuk mempelajari hasil lapisan molibdenum dan lapisan aluminium pada substrat baja tahan karat 316L. Pelapisan molibdenum dengan metode High Velocity Oxygen Fuel dilakukan dengan menggunakan serbuk molibdenum, sedangkan pelapisan aluminium dengan metode Electric Arc Spray menggunakan kawat aluminium.Adapun ketebalan pelapisan molibdenum pada substrat dengan kisaran 15-20 m dan ketebalan pelapisan aluminium pada substrat dengan kisaran 90-100 m.Sebelum proses pelapisan dilakukan pemanasan sampel untuk menghilangkan kontaminasi yang menempel.Selanjutnya dilakukan pengkasaran permukaan subsrat dengan tingkat kekasaran 10-20 m menggunakan grit blasting abrasive Brown Aluminium Oxide.Karakteristik hasil pelapisan dilakukan dengan uji Positive Material Identification PMI merk Niton XL2-800 model X-Ray Fluorescent, pengujian SEM/EDX, pengujian metalografi mikroskop optik, pengujian kekerasan, pengujian keausan dan pengujian ketahanan korosi dengan sembur garam Salt Spray. Pengujian dengan alat Positive Material Identification PMI memperlihatkan bahwa terjadi suatu ikatan mekanis pelapis dengan permukaan substrat. Pada pengamatan mikro dengan mikroskop optik perbesaran 100x terlihat bahwa ikatan pelapis molibdenum terhadap permukaan substrat lebih kuat dibandingkan dengan pelapis aluminium terhadap permukaan substrat. Pada pengamatan dengan uji SEM/EDX terlihat bagian antarmuka lapisan pelapis membentuk suatu ikatan mekanis dengan permukaan substrat, dimana untuk lapisan molibdenum lebih baik ikatannya dengan permukaan substrat dibandingkan dengan lapisan aluminium. Pengamatan dengan pengujian hardness dan uji keausan, terlihat bahwa untuk pelapisan aluminium pada substrat menghasilkan nilai hardness yang lebih rendah dibandingkan substrat yang dilapisi molibdenum sedangkan untuk uji keausan,nilai pelebaran celah substrat yang dilapisi aluminium b= 0,545 mm lebih besar dibandingkan dengan substrat yang dilapisi molibdenum b = 0,375 mm sehingga tingkat keausan lebih baik untuk nilai yang lebih kecil.Pengamatan substrat dengan uji sembur garam, kedua lapisan tidak mempengaruhi daerah penggoresan namun terlihat perubahan warna secara signifikan yang terlihat adanya pembentukan korosi secara merata.

The technology of Thermal Spray is a coating technology is now widely used in the industries of oil and gas, factory or power plant. This research has been conducted on two types of coating technique of thermal spray coating method of High Velocity Oxygen Fuel and method of Electric Arc Spray. This different method to compare of this type coating metal on 316L stainless steel substrates. Molybdenum Coating with the method of High Velocity Oxygen Fuel using powder molybdenum and Aluminium Coating with the method Electric Arc Spray wire with 99.5 aluminium composition. The thickness of the coating on substrates with molybdenum with range 15 20 m and the thickness of the aluminum coating on substrates with the range of 90 100 m. Proceedings before the coating is carried out first warming to eliminate contamination.And then surface to be rough using grit blasting abrasive Brown Aluminum Oxide with range 10 20 m.Observations of the substrate after coating will identified with Positive Material Identification PMI Niton XL2 800 model Fluorescent X ray testing, SEM EDX, testing metalografi optical microscopy, hardness test,wear testing,testing corrosion resistant with Salt Spray.The result of testing with Positive Material Identification PMI shown coating had been a mechanical bond with substrate layer. On the observation with SEM EDX test shown bond of molibdenum's coating is better than aluminium's coating on substrate. Observations with the hardness testing and wear test related both, aluminum coating on substrate produces a lower hardness values than substrate coated molybdenum. The value of wear test results are aluminium coated substrates b 0.545 mm is greater than with molybdenum coated substrates b 0.375 mm . It means that the lower value will be more wear resistance.For observations of the substrate with salt spray test, both of looks discoloration significantly and visible presence of formation of corrosion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T49751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faisal Rendi
"[Logam merupakan kebutuhan utama dari infrastruktur pada industri. Korosi pada logam merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, dan seringkali menjadi penyebab utama kegagalan dalam berbagai industri, terutama industri minyak dan gas yang berada di lepas pantai. Pemilihan material yang sesuai dapat mencegah terjadinya korosi pada industri, sehingga meminimalisir penggantian komponen dalam waktu yang singkat.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari perilaku korosi pada pipa baja tahan karat austenitik 316L pada lingkungan NaCl yang bervariasi. Parameter elektrokimia dievaluasi dengan menggunakan metode polarisasi siklik untuk mengetahui perilaku korosi yang terjadi pada lingkungan NaCl. Pemanasan dilakukan untuk mendapatkan perbedaan bentuk mikrostruktur dari keadaan awal. Kemudian diuji didalam lingkungan NaCl 3,5% yang memiliki kelarutan oksigen tertinggi dan bandingkan dengan logam yang tidak dipanaskan pada konsentrasi yang sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan korosi berubah berdasarkan konsentrasi NaCl, logam paling tahan dengan korosi pada NaCl 1%, dan paling lemah ketahanannya pada NaCl 3,5%. Perubahan mikrostruktur yang menjadi lebih tidak seragam dan kemunculan sensitasi menurunkan ketahanan korosi. Dari hasil polarisasi siklik didapati bahwa mekanisme korosi pada lingkungan NaCl adalah korosi sumuran.

Steels are basic needs for industrial infrastructure. Corrosion in steels can?t be avoided and often plays a role as a major cause of failure in industries, especially offshore oil and gas. Proper material selection is one of the best ways to prevent corrosion and minimize component replacement caused by corrosion.
This study investigates corrosion behaviour of austenitic stainless steel 316L in various NaCl solutions. Electrochemical parameter is evaluated by cyclic polarization, and also to determine which corrosion behaviour has occurred. Heat is given to obtain different microstructure shapes from the initial one. Then tested in 3.5% NaCl solution and compared to the un-heated with the same solution concentration.
The results shown that corrosion resistance affected by Chloride presence, with 1% concentration was the strongest, and 3.5% was the most susceptible. Microstructure transformation to more un-uniform than before heated, and presence of sensitization decreases the corrosion resistance. From the cyclic curve, it is known that the corrosion behaviour that occurred was pitting corrosion., Steels are basic needs for industrial infrastructure. Corrosion in steels can’t be avoided and often plays a role as a major cause of failure in industries, especially offshore oil and gas. Proper material selection is one of the best ways to prevent corrosion and minimize component replacement caused by corrosion.
This study investigates corrosion behaviour of austenitic stainless steel 316L in various NaCl solutions. Electrochemical parameter is evaluated by cyclic polarization, and also to determine which corrosion behaviour has occurred. Heat is given to obtain different microstructure shapes from the initial one. Then tested in 3.5% NaCl solution and compared to the un-heated with the same solution concentration.
The results shown that corrosion resistance affected by Chloride presence, with 1% concentration was the strongest, and 3.5% was the most susceptible. Microstructure transformation to more un-uniform than before heated, and presence of sensitization decreases the corrosion resistance. From the cyclic curve, it is known that the corrosion behaviour that occurred was pitting corrosion.]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Fathurrahman
"Baja tahan karat austenitik 316L telah banyak digunakan di lingkungan laut yang mengandung larutan natrium klorida NaCl . Agar terjadi paduan yg baik dengan logam induk, logam pengisi baja tahan karat 316L weld metal biasanya diproduksi dengan komposisi paduan sedikit di atas. Studi ini ini mempelajari tentang perilaku korosi baja las tahan karat austenitik 316L dengan menggunakan Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS untuk mengevaluasi mekanisme perilaku korosi berdasarkan pengukuran impedansi pada suhu kamar 27oC . Pengujian dilakukan pada berbagai konsentrasi larutan natrium klorida yaitu 1 , 2 , 3,5 , 4 , dan 5 NaCl. Optical Metallography OM juga dilakukan untuk melihat struktur mikro dari baja las .Hasil percobaan, yang direpresentasikan dengan grafik Nyquist dan rangkaian listrik ekuivalen, menunjukkan bahwa besarnya impedansi sampel, yang mana menunjukkan ketahanan korosinya, dipengaruhi oleh konsentrasi larutan NaCl. Besarnya nilai impedansi baja las tahan karat austenitik 316L dari yang paling tinggi ke yang paling rendah berada pada larutan NaCl dengan konsentrasi: 1 , 2 , 5 , 4 , 3.5 w.t NaCl. Dapat dilihat bahwa ketahanan korosi sampel paling rendah berada pada larutan NaCl konsentrasi 3.5 w.t NaCl, yang mana hal tersebut terjadi karena kelarutan optimimum dari oksigen terlarut terjadi.

Austenitic stainless steel 316L has been widely used in marine environment which containing sodium chloride solution NaCl . In order to provide matching properties with parent metal, filler metal SMA 316L weld metal is commonly produced with slightly over alloyed composition. This work investigated the corrosion behavior of austenitic stainless steel 316L weld by using Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS to evaluate the mechanism of corrosion behavior based on impedance magnitude measurement at room temperature 27oC . Various concentrations of sodium chloride solution i.e 1 ,2 ,3.5 ,4 ,and 5 NaCl were prepared. Optical Metallography was also conducted to study microstructure weld metal.The testing results which were represented by Nyquist graphs and electrochemical equivalent circuits showed that the impedance magnitudes of austenitic stainless steel 316L weld which indicated its corrosion resistance were influenced by sodium chloride concentrations. Rank of impedance magnitude of austenitic stainless steel 316l weld at various chloride concentrations from the highest to the lowest were 1 , 2 , 5 , 4 , 3,5 w.t NaCl consecutively. It was observed that the lowest corrosion resistance of alloys was at 3,5 w.t NaCl. This was caused by the presence of maximum dissolved oxygen solubility."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Togatorop, Juan Rhema Christopher
"Kemajuan teknologi mendorong berbagai industri untuk menggunakan sambungan material baja tahan karat asutenitik AISI 316L dan baja karbon feritik ASTM A36, yang dapat mengoptimalkan kinerja dan mengurangi biaya produksi. Namun, perbedaan material pada dissimilar welding ini pastinya akan memiliki kecenderungan terjadinya korosi galvanik berkaitan dengan potensial elektrokimia dan komposisi kimia yang berbeda. Salah satu metode penyambungan yang umum digunakan adalah pengelasan TIG yang memakai filler metal untuk menyambungkan kedua material. Pada penelitian ini menggunakan tiga jenis logam pengisi yang berbeda, yaitu ER308LSi, ER309L, dan ER316L. Variasi logam pengisi yang digunakan untuk penyambungan kedua material tersebut telah diteliti dan ditelaah hubungannya terhadap perilaku korosi. Untuk mendukung analisis dan pembahasan penelitian, dilakukan pengujian komposisi kimia, pengamatan mikrostruktur, dan pengujian Linear Polarization Resistance (LPR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa logam pengisi ER309L memberikan kinerja korosi yang paling optimal dibandingkan dengan ER308LSi dan ER316L. Analisis hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa komposisi kimia, terutama unsur Cr dan Mo, serta fasa mikrostruktur yang terbentuk pada logam pengelasan berperan penting dalam menentukan perilaku korosi, khususnya pada hasil daerah pengelasan.

Technological advancements are driving various industries to use the joint materials of austenitic stainless steel AISI 316L and ferritic carbon steel ASTM A36 to optimize performance and reduce production costs. However, the material differences in dissimilar welding tend to induce galvanic corrosion due to differing electrochemical potentials and chemical compositions. One commonly used joining method is TIG welding, which employs filler metal to connect the two materials. This study utilized three different filler metals, ER308LSi, ER309L, and ER316L, to examine their effects on corrosion behaviour in the welded joint. Chemical composition testing, microstructure observation, and Linear Polarization Resistance (LPR) testing were conducted to support the analysis and discussion. The results indicated that the ER309L filler metal provided the most optimal corrosion performance compared to ER308LSi and ER316L. The study revealed that chemical composition, particularly the elements Cr and Mo, as well as the microstructural phases formed in the weld metal, play a crucial role in determining corrosion behaviour, especially in the weld area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Surya Farista
"Stainless steel memiliki struktur mikro yang lengkap dan stabil dan banyak digunakan dalam industri modern seperti pembuatan kapal uap, produksi kimia dan reaktor nuklir karena ketahanan terhadap korosi dan kemampuan mekanik yang baik terhadap suhu tinggi, perlakuan panas tidak akan mempengaruhi kekerasan permukaan, perlu ditempa untuk mengurangi ukuran butir sehingga dapat mengeraskan permukaan menggunakan variasi beban 1 kg, 2 kg, 3 kg, mengkarakterisasi bahan menggunakan teknik difraksi sinar-X (XRD), dan sifat elektrokimia menggunakan teknik Linear Sweep Voltammetry (LSV), Open Circuit Potentiometry Technique (OCP) dan Cyclic Voltammetry (CV) dalam NaCl 3,5% wt. Terdapat pengecilan ukuran bulir pada sampel yang telah di beri penempaan dari 21 nm menjadi 10 nm pada 1 kg, 34 nm pada 2 kg, 10 nm pada 3 kg dan 4 nm pada 4 kg, karena penempaan juga menambah banyak nya grain menyebabkan potensi korosi semakin timggi yaitu laju korosi pada sampel dari 1,45 μm/tahun, menjadi 1,19 μm/tahun pada 1 kg, 1, 91 μm/tahun pada 2 kg dan 2,62 μm/tahun pada 3 kg dengan suhu uji 25 ̊C menggunakan larutan NaCl 3,5% wt
Stainless steel has a complete and stable microstructure and is widely used in modern industries such as steamship making, chemical production, and nuclear reactors because of its corrosion resistance and good mechanical ability to high temperature, heat treatment will not affect the surface hardness, need to be forged to reduce grain size so that it can harden the surface using variations in the load of 1 kg, 2 kg, and 3 kg, characterize material using X-ray diffraction technique, and the electrochemical properties using linear sweep voltammetry technique (LSV), open circuit potentiometry technique (OCP) and Cyclic Voltammetry (CV) in NaCl 3.5% wt. There is a reduction in grain size in the sample which has been forged from 21 nm to 10 nm at 1 kg, 34 nm at 2 kg, 10 nm at 3 kg and 4 nm at 4 kg because forging also adds much grain causing more corrosion potential lead is the corrosion rate in the sample from 1.45 μm / year, to 1.19 μm / year at 1 kg, 1, 91 μm / year at 2 kg and 2.62 μm / year at 3 kg with a test temperature of 25 ̊C using a solution of NaCl 3.5% wt"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Putri Perwitasari
"ABSTRAK
Baja tahan karat dua fasa SAF 2205 memiliki ketahanan korosi menyeluruh dan korosi terlokalisasi di berbagai lingkungan. Akan tetapi, baja tahan karat dua fasa SAF 2205 rentan terserang korosi sumuran pada lingkungan klorida. Perlakuan panas dilakukan untuk meningkatkan ketangguhan baja tahan karat SAF 2205. Pada penelitian ini dilakukan investigasi pengaruh perlakuan panas baja tahan karat SAF 2205 terhadap korosi sumuran dengan melihat temperatur kritis terjadinya korosi sumuran (critical pitting temperature). Nilai temperatur kritis korosi sumuran diinvestigasi menggunakan polarisasi potentiodynamic dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) di larutan NaCl 1M. Hasil pengujian menunjukkan nilai temperatur kritis korosi sumuran baja tahan karat dua fasa SAF 2205 adalah 650C dan perlakuan panas tidak mempengaruhi nilai tersebut. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa fasa yang rentan terserang korosi sumuran adalah fasa austenit.

ABSTRACT
Duplex stainless steel SAF 2205 has good corrosion reistance of uniform and localized corrosion in various environments. However, duplex stainless steel SAF 2205 is susceptible to pitting corrosion in chloride environment. Heat treatment was done to improve the toughness of duplex stainless steel SAF 2205. This research was investigated influence of heat treatment on pitting corrosion resistance of duplex stainless steel SAF 2205 by looking at the Critical Pitting Temperature (CPT). The value of critical pitting temperature was investigated by using potentiodynamic polarization and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) methods in 1 M NaCl solution. The results showed that the critical pitting temperature of duplex stainless steel SAF 2205 is 650C and heat treatment didn?t affect the critical pitting temperature. Moreover, the result showed that the austenite phase is susceptible to pitting corrosion.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadhil
"Ketahanan korosi SS 316L pada variasi konsentrasi lingkungan NaCl diinvestigasi dengan menggunakan pengujian Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Perlakuan panas dilakukan pada suhu 1100oC. Pengamatan struktur mikro menggunakan Optical Microscope. Larutan NaCl mensimulasikan kondisi air laut tempat pengaplikasian SS316L, variasi konsentrasi larutan NaCl yaitu ; 1%, 2%, 3,5%, 4%, dan 5%. Ion klorida pada NaCl dapat menyerang lapisan pasif pada permukaan SS. Penetrasi ion klorida ini yang bepengaruh terhadap ketahanan korosi pada SS316L.
Hasilnya menunjukkan bahwa pada konsentrasi 3,5% NaCl memiliki ketahanan korosi yang paling rendah. Kelarutan oksigen dalam air paling optimum pada ion Cl 3-3,5%. Pengamatan perubahan struktur mikro menggunakan larutan 3,5% NaCl sebagai pembanding ketahanan korosi sebelum dan setelah dilakukannya perlakuan panas. Hasilnya menunjukkan ketahanan korosi sesudah diberikan perlakuan panas jauh lebih rendah. Struktur mikro saat sesudah mengalami sensitasi pada batas butirnya dan ketidaksamaan besar butir.

Corrosion resistance of Austenitic Stainless Steel 316L in variation of NaCl environment was investigated using Electochemical Impedance Spectroscopy test. Heat treatment was done at temperature 1100oC. The microstructure was studied by Optical Microscopy. NaCl solution demonstrated seawater environment, conctentrations varying from 1% to 5%. Ion chloride can penetration through passive film. The penetration of chloride affected corrosion resistance of SS316L.
The result showed that the corrosion resistance of concentration of 3,5% NaCl had the lowest corrosion resistance. Optimum oxygen dissolved occured in concentration 3 ? 3,5% NaCl. The studied of changed of microstructure used 3,5% NaCl solution to compared corrosion resistance of before and after heat treatment. The result demonstrated tha corrosion resistance after heat treatment was lower than the before one. The microstructure after heat treatment suffered sensitization and dissimilarity of grain on microstructure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>