Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141057 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Galih Utomo
"ABSTRAK
Pada riset ini telah dilakukan studi pembuatan gemuk bio foodgrade NLGI No.2, melalui proses saponifikasi-pelarutan-pendinginan-homogensasi. Penelitian ini berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Morway, et al. yang memformulasikan gemuk sodium stearat alginat menggunakan minyak mineral, di mana pada penelitian ini akan digunakan palm oil dalam menghasilkan gemuk yang memiliki kualitas yang baik dalam memberikan efektifitas pelumasan nilai ketahanan ausnya tinggi dengan dropping point yang tinggi, serta dapat diaplikasikan pada industri makanan dan obat-obatan karena bersifat biodegradable dan edible tidak beracun . Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Penelitian tahap pertama dilakukan dengan mensintesis gemuk hanya menggunakan sodium stearat kompleks sebagai thickener, yaitu sodium stearat dan sodium asetat sebagai agen pengompleks untuk mengetahui performa gemuk sodium stearat tanpa tambahan alginat. Tahap kedua dilakukan menggunakan sodium alginat sebagai thickener dengan tambahan sabun sodium stearat kompleks. Pada tahap pertama, sintesis gemuk diawali dengan pembuatan sabun sodium stearat kompleks yaitu penambahan base oil dan material lainnya secara bertahap dengan pemanasan. Seluruh sisa material diaduk secara kontinyu dan dilanjuti dengan pendinginan, penambahan aditif, dan homogenisasi. Pada tahap kedua, sintesis gemuk didahului dengan pengadukan alginat dengan air dan sebagian base oil tanpa adanya pemanasan, untuk dicampurkan dengan sabun sodium stearat kompleks yang dibuat setelahnya. Setelah itu, dilakukan uji karakteristik gemuk yang terdiri dari penetration test ASTM D-217 , dropping point test ASTM D-566 , four ball test D-4172 , dan bleeding test ASTM D-1742 . Gemuk sodium stearat terbaik dihasilkan dengan komposisi thickening agent 18 dengan tingkat konsistensi NLGI 2, nilai dropping point 96 C, nilai keausan sebesar 5,2 mg, serta oil separation sebesar 0,35 . Sementara itu, gemuk sodium stearat alginat terbaik dihasilkan dengan komposisi thickening agent 31 dengan tingkat konsistensi NLGI 2, nilai dropping point 133 C, nilai keausan sebesar 5,7 mg, serta oil separation sebesar 9,87.

ABSTRACT
This research studies the manufacturing of foodgrade NLGI No.2 biogrease via saponification dilution ndash cooling homogenization process. This research is based on previous study by Morway, et al. which formulated sodium stearate alginate grease using mineral oil, which in this study will be used vegetable oil palm oil in order to manufacture grease which has good quality in providing the effectiveness of lubrication high wear resistance value with high dropping point, and its applicability to the food and medicine industries due to its biodegradability and edibility non toxic . This study is conducted in two stages. The first stage is performed by synthesizing greases only using complex sodium stearate as a thickener, i.e. sodium stearate and sodium acetate as a complexing agent , to determine the performance of sodium stearate grease without additional alginate. The second stage is to use sodium alginate as a thickener with the addition of complex sodium stearate soap. In the first stage, the manufacturing of grease begins with synthesizing complex sodium stearate soap where the addition of base oil and other materials are thereafter carried out gradually with heating and continuous stirring, which is then followed by cooling, addition of additive, and homogenizing. In the second stage, the grease synthesis is preceded by alginate stirring with water and part of the base oil in the absence of heating, to be mixed with the complex sodium stearate soap which is synthesized thereafter. Subsequently, grease characteristic tests consisting of penetration test ASTM D 217 , dropping point test ASTM D 566 , bleeding test ASTM D 1742 and four ball test D 4172 are performed. The best sodium stearate grease was synthesized with a thickening agent composition of 18 with a consistency level of NLGI 2, dropping point value of 96 C, wear value of 5.2 mg, and oil separation of 0.35 . Meanwhile, the best sodium stearate alginate grease was produced with a 31 thickening agent composition with a consistency level of NLGI 2, dropping point value of 133 C, wear value of 5.7 mg, and oil separation of 9.87."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukirno
"ABSTRAK
Pada riset ini dilakukan studi pembuatan gemuk bio ramah lingkungan, melalui proses saponifikasi-pelarutan-kristalisasi-homogensasi. Minyak-dasar yang digunakan adalah olein sawit yang dimodifikasi, untuk meningkatkan ketahanan oksidasinya. Sebagai pengental adalah sabun logam-12-hidroksistearat. Dari studi ini diketahui bahwa preparasi minyak-dasar, yaitu modifikasi olein sawit menjadi pelumas bio yang memiliki gugus-gugus polar (epoksida -COC, hidroksida -OH, ester -COOC-), sangat penting dalam proses pembuatan gemuk bio. Gugus-gugus tersebut menjadikan gemuk bio memiliki performa pelumasan yang melampaui performa gemuk mineral. Gemuk bio dengan konsistensi NLGI2 (tingkat kekerasan gemuk multiguna) dapat diperoleh pada komposisi sabun 10-15 % dengan dropping point 200 oC untuk gemuk litium dan 110 oC untuk gemuk kalsium. Penggunaan pengomplek Ca-asetat menghasilkan gemuk kalsium kompleks dengan dropping point 300oC pada komposisi sabun total 15% dan rasio mol Ca-asetat/Ca-12-hidroksistearat 5:1. Gemuk bio yang diperoleh dihomogenisasi melalui metode pengadukan (2-pengaduk-turbin yang berputar berlawanan arah).

ABSTRACT
This research studies the manufacturing of eco-friendly biogrease via saponification-dilution?recrystallization-homogenization process. The base oil for the biogrease is prepared by modification of palm olein via esterification-epoxidation-addition process to improve its oxidation stability. The thickening agent for the biogrease is metal-12-hydroxystearate soap. From this study it was found that the preparation of base oil through modification of palm olein into biolubricant containing polar groups (-COC, -OH, -COOC-) is important step in the manufacturing process of biogrease. The biogrease NLGI2 (consistency level of multipurpose grease)) can be obtained when soap composition is 10-15 % with dropping point of 200 oC for lithium biogrease and 110 oC calcium biogrease. The use of acetic acid as complexing agent for the calcium grease can significantly improve its dropping point to 300oC at ratio mol Ca-asetat/Ca-12-hydroxystearate 5:1 with total thickening agent 15%. The biogrease is homogenized by mixing method (2-turbin rotated in the opposite direction)."
Depok: 2011
D1179
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sukirno
"ABSTRAK
Pada riset ini dilakukan studi pembuatan gemuk bio ramah lingkungan, melalui proses saponifikasi-pelarutan-kristalisasi-homogensasi. Minyak-dasar yang digunakan adalah olein sawit yang dimodifikasi, untuk meningkatkan ketahanan oksidasinya. Sebagai pengental adalah sabun logam-12-hidroksistearat. Dari studi ini diketahui bahwa preparasi minyak-dasar, yaitu modifikasi olein sawit menjadi pelumas bio yang memiliki gugus-gugus polar (epoksida -COC, hidroksida -OH, ester -COOC-), sangat penting dalam proses pembuatan gemuk bio. Gugus-gugus tersebut menjadikan gemuk bio memiliki performa pelumasan yang melampaui performa gemuk mineral. Gemuk bio dengan konsistensi NLGI2 (tingkat kekerasan gemuk multiguna) dapat diperoleh pada komposisi sabun 10-15 % dengan dropping point 200 oC untuk gemuk litium dan 110 oC untuk gemuk kalsium. Penggunaan pengomplek Ca-asetat menghasilkan gemuk kalsium kompleks dengan dropping point 300oC pada komposisi sabun total 15% dan rasio mol Ca-asetat/Ca-12-hidroksistearat 5:1. Gemuk bio yang diperoleh dihomogenisasi melalui metode pengadukan (2-pengaduk-turbin yang berputar berlawanan arah).

ABSTRACT
This research studies the manufacturing of eco-friendly biogrease via saponification-dilution?recrystallization-homogenization process. The base oil for the biogrease is prepared by modification of palm olein via esterification-epoxidation-addition process to improve its oxidation stability. The thickening agent for the biogrease is metal-12-hydroxystearate soap. From this study it was found that the preparation of base oil through modification of palm olein into biolubricant containing polar groups (-COC, -OH, -COOC-) is important step in the manufacturing process of biogrease. The biogrease NLGI2 (consistency level of multipurpose grease)) can be obtained when soap composition is 10-15 % with dropping point of 200 oC for lithium biogrease and 110 oC calcium biogrease. The use of acetic acid as complexing agent for the calcium grease can significantly improve its dropping point to 300oC at ratio mol Ca-asetat/Ca-12-hydroxystearate 5:1 with total thickening agent 15%. The biogrease is homogenized by mixing method (2-turbin rotated in the opposite direction).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
D1184
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagaol, Eva Herawati
"Pada penelitian ini, telah dibuat gemuk bio campuran Li-Ca 12HSA Asetat Kompleks menggunakan base oil minyak sawit terepoksidasi dengan thickening agent Lithium 12HSA Asetat Kompleks dan Kalsium 12HSA Asetat Kompleks. Komposisi thickening agent divariasikan untuk mendapatkan gemuk dengan tingkat konsistensi NLGI 2 (multipurpose), sifat tahan terhadap suhu dan yang tinggi air serta sifat anti aus yang baik. Gemuk bio campuran ini dibuat 2 jenis yaitu perbandingan antara lithium asetat/lithium stearat maupun kalsium asetat/kalsium stearat sebesar 3:1 (Gemuk Bio Campuran A) dan 5:1 (Gemuk Bio Campuran B). Gemuk bio campuran ini dibuat melalui reaksi saponifikasi 2 tahap yaitu pada suhu 125°C dan 200°C. Gemuk bio campuran ini dilakukan pengujian meliputi uji sifat fisika-kimia dan uji performa gemuk. Gemuk bio campuran Li-Ca 12HSA Asetat Kompleks yang diperoleh memiliki dropping point 339°C (@NLGI 2), jumlah keausan sebesar 0.4 mg pada persentase kalsium 12HSA Asetat Kompleks 35% atau persentase lithium 12HSA Asetat Kompleks 65% sedangkan nilai water wash out masih berada antara gemuk bio tunggal Lithium 12HSA Asetat Kompleks dan gemuk bio tunggal Kalsium 12HSA Asetat Kompleks.

In this research, making a mixture of bio grease Li-Ca 12HSA Acetate complex using epoxidized palm oil base oil with a thickening agent Lithium 12HSA Acetate Complex and Calcium 12HSA Acetate Complex. Thickening agent composition was varied to get grease with the consistency of NLGI 2 (multipurpose), high temperature , resistant water high and a good anti-wear. Bio grease mixture was made 2 types of comparisons between the lithium acetate / lithium stearate or calcium acetate / calcium stearate of 3:1 (Bio Grease Mixture A) and 5:1 (Bio Grease Mixture B). Bio Grease Mixture reaction was prepared by saponification two stages, at a temperature of 125°C and 200°C. This mixture of bio grease do testing properties of physical-chemical and performance. Bio grease Li-Ca mixture have dropping point 339°C (@ NLGI 2), antiwear 0.4 mg of the percentage calcium 12HSA Acetate Complex 35% or the percentage of lithium 12HSA Acetate Complex 65% while the value of wash out water between bio grease Lithium 12HSA Acetate Complex and bio grease Calcium 12HSA Acetate Complex."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43052
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ambarwati
"Modifikasi minyak sawit untuk menjadi pelumas foodgrade yang telah dilakukan seperti transesterifikasi untuk menghasilkan Palm Oil Methyl Ester (POME) dan epoksidasi untuk menghasilkan EPOME serta pembukaan cincin epoksida dengan gliserol dan monoalkohol telah meningkatkan ketahanan oksidasinya menyamai pelumas foodgrade. Namun modifikasi tersebut belum memenuhi syarat untuk menjadikan minyak sawit sebagai pelumas foodgrade, yang menuntut warna yang bening, untuk diaplikasikan pada industri makanan. Untuk memperbaiki modifikasi ini maka dilakukan modifikasi lainnya yaitu dengan menghilangkan warna melalui proses decolorization. Proses decolorization POME dilakukan dengan menambahkan hidrogen peroksida sebesar 10 % v/v dari POME secara perlahan pada temperatur 65°C dan direaksikan dengan variasi waktu 30 menit, 1 jam, dan 3 jam serta variasi pengulangan proses untuk menghasilkan EPOME Decolorization. Dimana untuk menjadi pelumas foodgrade maka hanya perlu menambahkan gliserol atau monoalkohol untuk membuka cincin epoksidanya. Selain itu decolorization juga dilakukan dengan menggunakan bentonit pada temperatur yang sama selama 2 jam, produk yang dihasilkan diberi nama EPOME Bentonit. Untuk melihat keberhasilan modifikasi ini, dilakukan analisa wama secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 450 nm. Proses decolorization dengan hidrogen peroksida memiliki nilai absorbansi 0.0535 dan perubahan absorbansinya sebesar 76.74 %. untuk waktu reaksi 2 jam, absorbansi produk EPOME Bentonit 0.0865 dan perubahan absorbansi 62.39 %. Proses decolorization dengan hidrogen peroksida waktu reaksi 3 jam memberikan perubahan absorbansi yang lebih besar dibanding metode lain, absorbansi akhir yaitu 0.0431 dengan perubahan absorbansi sebesar 81.26 %, sedangkan dengan dengan waktu reaksi 1 jam absorbansi akhir 0.0508, perubahan absorbansi sebesar 77.91%. Semakin besar perubahan absorbansi yang dihasilkan, penambahan biaya bahan decoloran semakin besar, perubahan absorbansi sebesar 76 % membutuhkan biaya decoloran Rp. 8,600,- , perubahan absorbansi sebesar 81.26 % membutuhkan tambahan biaya sebesar Rp. 18,600,-."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Sukma Sajati, suvervisor
"Kurkumin merupakan bahan alam yang berasal dari tanaman kunyit (Curcuma longa Linn.) yang memiliki banyak khasiat, salah satunya yaitu antiinflamasi. Namun, kurkumin memiliki kelarutan yang sukar larut dalam air dan tingkat bioavailabilitas oral yang rendah karena metabolisme lintas pertama pada saluran pencernaan sehingga penggunaannya secara klinis menjadi terbatas. Maka dari itu, pada penelitian ini dibuat nanoemulsi kurkumin dalam bentuk injeksi parenteral yang bertujuan untuk meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas kurkumin serta mengevaluasi stabilitas fisik dan kimianya. Kurkumin diformulasikan dalam bentuk nanoemulsi parenteral dengan pembawa kombinasi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa, lesitin telur, gliserin, sodium oleat, etanol 96%, dan aquabidest. Nanoemulsi diformulasikan menggunakan homogenizer dengan kecepatan tinggi yaitu 10000 rpm, kemudian dilakukan pengecilan ukuran partikel menggunakan ultrasonikator selama 10 menit dengan frekuensi 60 kHz. Perbandingan konsentrasi kombinasi minyak kelapa sawit dengan minyak kelapa sebesar (1:1) menghasilkan sediaan nanoemulsi kurkumin untuk injeksi parenteral yang optimum. Karakteristik nanoemulsi kurkumin yang baik diperoleh dengan penggunaan konsentrasi surfaktan 1,5% dan 3% yang ditunjukkan ukuran globul <500 nm, memiliki morfologi globul yang sferis, dan memiliki nilai viskositas yang rendah sesuai dengan karakteristik nanoemulsi untuk injeksi parenteral, sementara penggunaan konsentrasi surfaktan 1% terjadi pemisahan fase dengan adanya globul minyak pada permukaan nanoemulsi. Kestabilan yang baik dari nanoemulsi kurkumin diperoleh dengan penggunaan konsentrasi surfaktan 1,5% dan 3% berdasarkan evaluasi stabilitas fisik dan kimia dengan penyimpanan pada suhu rendah (4°C ± 2°C), suhu ruang (30°C ± 2°C), dan suhu tinggi (40°C ± 2°C) selama penyimpanan 4 minggu; uji sentrifugasi; dan cycling test.

Curcumin is a natural ingredient derived from the turmeric plant (Curcuma longa Linn.) which has wide pharmacological activity, such as antiinflammatory. However, curcumin has poor solubility in water and low level of oral bioavailability due to first-pass metabolism in the gastrointestinal tract, so the clinical use was limited. Therefore, in this study, curcumin nanoemulsion was made in the form of parenteral injection which aims to increase the solubility and bioavailability of curcumin and evaluate the stability. Curcumin was formulated in the form of parenteral nanoemulsion with carrier combination of palm oil and coconut oil, egg lecithin, glycerin, sodium oleate, 96% ethanol, and aquabidest. Nanoemulsion was formulated using high speed homogenizer at 10000 rpm, then the particle size was reduced using an ultrasonicator for 10 minutes with a frequency of 60 kHz. The combination concentration ratio of palm oil and coconut oil (1:1) resulted in the optimum preparation of curcumin nanoemulsion for parenteral injection. The good characteristics of curcumin nanoemulsion were obtained by using 1.5% and 3% surfactant concentrations which showed globule size <500 nm, spherical globule morphology, and low viscosity according to the characteristics of nanoemulsion for parenteral injection, while the used of surfactant concentration 1 % occured phase separation in presence of oil globules on the surface of the nanoemulsion. The good stability of the curcumin nanoemulsion was obtained with the use of 1.5% and 3% surfactant concentrations based on the evaluation of physical and chemical stability by storage at low temperature (4°C ± 2°C), room temperature (30°C ± 2°C), and high temperature (40°C ± 2°C) during 4 weeks storage; centrifugation test; and cycling test."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Regita Putri
"Piroksikam merupakan obat non steroid antiinflamasi dengan efek antipiretik dan analgesik. Obat digolongkan ke dalam sistem BCS (Biopharmaceutical Classification System) kelas II yang memiliki tingkat kelarutan rendah namun permeabilitas tinggi. Pada penggunaannya, obat ini memiliki efek samping dapat mengiritasi mukosa gastrik. Untuk mengatasi permasalahan ini, penelitian bertujuan untuk memformulasikan piroksikam dalam bentuk mikroemulsi dengan minyak pembawa virgin coconut oil dan palm oil yang diadministrasikan secara transdermal. Pada penelitian, dilihat kumulatif obat terpenetrasi secara in vitro dengan sel difusi Franz menggunakan membran kulit abdomen tikus betina galur sprague-dawley. Formulasi mikroemulsi yang digunakan ialah minyak kelapa sawit (palm oil) atau virgin coconut oil, etanol 96% sebagai kosurfaktan, span 80 serta tween 80 sebagai surfaktan, propilparaben dan metilparaben sebagai antimikroba, dan butylated hydroxytoluen sebagai antioksidan. Evaluasi dilakukan dengan pengukuran globul sediaan, tegangan permukaan, pH, viskositas, bobot jenis, pengamatan uji stabilitas fisik pada suhu 40±2oC, 28±2oC, dan 4±2oC, cycling test, dan uji sentrifugasi. Uji penetrasi obat kumulatif terpenetrasi pada formulasi virgin coconut oil adalah 2469,037 ± 41,483 μg/cm2 dan jumlah fluks sebesar 4,317 ± 71,845 μg/cm2.jam dengan persentase kadar sebesar 55,347% sedangkan, pada formulasi palm oil sebesar 2030,907 ± 37,713 μg/cm2 dan jumlah fluks sebesar 3,498 ± 67,363 μg/cm2.jam dengan persentase kadar sebesar 40,881%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mikroemulsi yang dihasilkan jernih dan stabil. Pada hasil uji penetrasi obat kumulatif, tingkat penetrasi mikroemulsi dengan pembawa virgin coconut oil memberikan jumlah penetrasi zat aktif lebih banyak dibandingkan mikroemulsi dengan pembawa palm oil.

Piroxicam is a non-steroidal anti-inflammatory drug with antipyretic and analgesic effects. Drugs are classified into the BCS (Biopharmaceutical Classification System) class II system which has low solubility but high permeability. Piroxicam has side effect can irritate the gastric mucosa. To overcome this problem, the aim of the study is to formulate piroxicam in the form of microemulsion with carrier of virgin coconut oil and palm oil which administered transdermally. In this study, the calculation of cumulative drug penetrated done by in vitro with Franz diffusion cells using the skin abdominal membrane of female sprague-dawley rats. The microemulsion formulations used were palm oil or virgin coconut oil, 96% ethanol as cosurfactant, span 80 and tween 80 as surfactants, propylparaben and methylparaben as antimicrobials agent, and butylated hydroxytoluene as antioxidants. Evaluation was carried out by measuring the globule of microemulsion, surface tension, pH, viscosity, specific gravity, observing physical stability tests at three different temperature of 40±2oC, 28±2oC, and 4±2oC, cycling test, and centrifugation mechanical stability test. The cumulative drug penetration test penetrated in the virgin coconut oil formulation was 2469,037 ± 41,483 μg/cm2 and the total flux was 4,317 ± 71,845 μg/cm2.hour with a percentage level of 55,347% while, in the palm oil formulation it was 2030, 907 ± 37,713 μg/cm2 and the amount of flux was 3,498 ± 67,363 μg/cm2.hour with a percentage content of 40,881%. Based on results, it concluded formulation used form microemulsion that was clear and stable. In the cumulative drug penetration test results, the penetration rate of microemulsions with virgin coconut oil carrier provides more penetration of piroxicam substances than microemulsions with palm oil carriers."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, David Putra S.
"Skripsi ini membahas mengenai analisis formulasi kebijakan bea keluar terhadap produk turunan minyak kelapa sawit. Pemerintah memiliki kewenangan untuk membentuk suatu kebijakan publik. Pemerintah memiliki program hilirisasi industri, dimana program tersebut bertujuan agar bahan baku yang diproduksi di dalam negeri tidak langsung diekspor melainkan diolah terlebih dahulu sehingga menghasilkan nilai tambah yang signifikan bagi negara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis data kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa alur proses formulasi yang dilakukan pemerintah ada enam tahap, yaitu departemen terkait memberikan proposal kepada Menteri Keuangan, Menteri Keuangan melihat realita yang ada, kemudian membentuk tim tarif yang tugasnya menentukan besarnya tarif bea keluar, terbentuk besarnya tarif, lalu disahkan oleh Menteri Keuangan. Serta terdapat kendala dalam proses formulasi yang dapat menjadi bumerang bagi pemerintah sendiri.

This thesis discusses the analysis of tax policy formulation towards palm oil derivative products. The government has the authority to shape public policy. The government has a downstream industries program, where the program is intended to make the raw materials produced in the country is not directly exported but are treated so as to produce significant added value for the country. This study used a qualitative approach to qualitative data analysis techniques. These results indicate that the flow formulation process by the government there are six stages, namely the relevant departments gave a proposal to the Minister of Finance, the Minister of Finance to see reality, then form a team whose job it is determining the rate of export duty rates, tariffs formed and approved by the Minister of Finance. And there are obstacles in the process of formulation that can backfire for the government itself.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shilvia Agita Putri
"Mikroemulsi adalah suatu sistem yang terdiri dari campuran minyak, air, surfaktan, dan / atau kosurfkatkan. Sistem ini bersifat jernih dan stabil secara termodinamik. Mikroemulsi menjadi salah satu pilihan sebagai alternatif dalam memformulasikan obat yang kelarutannya buruk. Minyak nabati seperti minyak kelapa sawit dan virgin coconut oil (VCO) dapat digunakan sebagai pembawa pada mikroemulsi, karena minyak tersebut memiliki keunggulan diantaranya adalah dapat didaur ulang, tidak mudah terbakar, ramah lingkungan, bersifat tidak toksik, serta mudah didapatkan. Berdasarkan literatur yang sudah ada, komposisi surfaktan, cara pembuatan, dan jenis minyak mempengaruhi sifat fisikokimia dari mikroemulsi. VCO menghasilkan ukuran partikel mikroemulsi yang lebih kecil dibandingan dengan minyak kelapa sawit. Namun, pada stabilitas kimia dari mikroemulsi, minyak kelapa sawit lebih unggul dibandingkan dengan VCO. Hasil yang optimum mungkin didapatkan dengan menambahkan konsentrasi surfaktan pada mikroemulsi minyak kelapa sawit dan antioksidan pada mikroemulsi VCO.


Microemulsion is a system that consisting of a mixture of oil, water, surfactants, and / or cosurfactants. This system is clear and thermodinamically stable. A microemulsion is an option as an alternative for the formulation of drugs with poor solubility. Vegetable oils such as palm oil and virgin coconut oil (VCO) can be used as carriers for microemulsions, because these oils have advantages such as being recyclable, non-flammable, environmentally friendly, non-toxic, and easy to get. Based on the existing literature, the composition of the surfactant, the process of making the microemulsion, and the type of oil gave some differences in the physicochemical properties of the microemulsion. VCO produced smaller microemulsion particle sizes compared to palm oil. However, in the chemical stability of microemulsions, palm oil gave better result compared to VCO. The optimum result might be reached by increasing surfactant concentration on palm oil microemulsion and antioxidant on VCO microemulsion."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Yuuki Iwane
"Minyak sawit merah merupakan minyak sawit murni berwarna jingga hingga merah serta mengandung karotenoid dan vitamin E dalam jumlah tinggi. Kandungan pada minyak sawit merah tersebut dapat berpotensi sebagai antioksidan pada suatu produk kosmetika. Oleh karena itu, dilakukan pembuatan nanoemulsi dengan tujuan meningkatkan stabilitas vitamin E yang mudah teroksidasi akibat paparan cahaya dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat antioksidan pada minyak sawit merah, karakteristik dan parameter mutu minyak sawit merah sesuai dengan syarat mutu SNI, serta pembuatan nanoemulsi minyak sawit merah. Aktivitas antioksidan minyak sawit merah dan nanoemulsi diukur menggunakan metode penangkal radikal DPPH. Diagram fase pseudoterner yang menggambarkan area optimum nanoemulsi diperoleh berdasarkan hasil optimasi formula yang terdiri dari campuran minyak dan smix dan dianalisa menggunakan CHEMIX School 7.0. Nanoemulsi yang diperoleh memiliki ukuran partikel <500 nm, PDI 0,283-1,000, dan zeta potensial -3,39 hingga -41,43 mV. Minyak sawit merah mengandung kadar asam lemak bebas 0,95%, bilangan iod 58,60 g Iod/100 g, dan kadar air 0,01%. Kandungan asam lemak paling dominan pada minyak sawit merah berupa asam palmitat (46,15%) dan asam oleat (34,92%). Minyak sawit merah memiliki aktivitas antioksidan lemah dengan IC50 sebesar 8128,24 ppm. Pada penelitian ini, belum diperoleh formulasi nanoemulsi minyak sawit merah dengan karakteristik dan aktivitas antioksidan yang optimum.

Red palm oil is a refined palm oil that is orange to red in color and contains high amounts of carotenoids and vitamin E. The content of red palm oil can potentially be used as an antioxidant in a cosmetic product. Therefore, a nanoemulsion was made with the aim of increasing the stability of vitamin E which is easily oxidized due to exposure to light and the environment. This study aims to determine the antioxidant properties of red palm oil, the characteristics and quality parameters of red palm oil according to the SNI quality requirements, as well as the preparation of red palm oil nanoemulsions. Antioxidant activity of red palm oil and nanoemulsion was measured using the DPPH radical scavenging method. Pseudoternary phase diagram depicting the optimum area of the nanoemulsion was obtained based on the optimization of the formula consisting of a mixture of oil and smix and analyzed using CHEMIX School 7.0. The nanoemulsion obtained had a Dv90 <500 nm, PDI 0.283-1.000, and zeta potential -3.39 up to -41.43 mV. Red palm oil contains a free fatty acid content of 0.95%, an iodine number of 58.60 g Iod/100 g, and a moisture content of 0.01%. The most dominant fatty acid content in red palm oil is palmitic acid (46.15%) and oleic acid (34.92%). Red palm oil has weak antioxidant activity with an IC50 of 8128.24 ppm. In this study, nanoemulsion formulation of red palm oil with optimum characteristics and antioxidant activity was not obtained."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>