Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211129 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raja Daud Harva
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah connectedness dapat berperan sebagai moderator hubungan antara pengucilan sosial dan perilaku agresi pada remaja yang bersekolah di sekolah-sekolah dengan budaya senioritas. Penelitian dilakukan pada 135 pelajar kelas 12 berusia 17-19 tahun yang bersekolah di sekolah-sekolah dengan budaya senioritas. Pada penelitian ini, pengalaman pengucilan diukur menggunakan The Ostracism Experience Scale for Adolescence OES-A Gilman, DeWall, Carter-Sowell, Adams, Carboni, 2013 , perilaku agresi diukur dengan Buss-Perry Aggression Questionaire BPAQ Buss Perry, 1992 , dan connectedness menggunakan Charles F. Kettering School Climate Scale CFK-School Climate Scale Johnson, Johnson, Kranch, Kurt, 1999 . Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa 1 tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengucilan sosial dan perilaku agresi r = 0,104, n = 135, p = 0,23 , 2 tidak terdapat hubungan yang signifikan antara connectedness dan perilaku agresi r = 0,028, n = 135, p = 0,75 , dan 3 tidak terdapat efek interaksi connectedness dalam memengaruhi hubungan pengucilan sosial dan perilaku agresi b = -0,006, p = 0,557 , F 3,131 = 0,787, p = 0.503, R2 = 0,018. Hasil tersebut menunjukkan bahwa connectedness tidak secara signifikan mempengaruhi hubungan antara pengucilan sosial dan perilaku agresi, khususnya pada pelajar remaja yang bersekolah di sekolah-sekolah dengan budaya senioritas.

ABSTRACT<>br>
The purpose of this research is to study the role of connectedness in moderating the relationship between exclusion and aggression among adolescent who attend schools that have a seniority culture. This study involved 135 12th graders ages 17 19 who study in schools that have a seniority culture. In this research, exclusion experience measured with The Ostracism Experience Scale for Adolescence OES A Gilman, DeWall, Carter Sowell, Adams, Carboni, 2013 , aggression measured with Buss Perry Aggression Questionaire BPAQ Buss Perry, 1992 and connectedness measured with Charles F. Kettering School Climate Scale CFK School Climate Scale Johnson, Johnson, Kranch, Kurt, 1999 . Results of the statistical analysis shows that 1 there rsquo s no significant relationship between social exclusion and aggression r 0,104, n 135, p 0,23 , 2 there rsquo s no significant relationship between connectedness and aggression r 0,028, n 135, p 0,75 , 3 there rsquo s no interaction effect of connectedness in the relationship between social exclusion and aggression b 0,006, p 0,557 , F 3,131 0,787, p 0.503, R2 0,018. These results show that connectedness not significantly effect the relationship between exclusion and aggression, especially among adolescent students who study at schools that have a seniority culture."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Pratiwi
"ABSTRAK
Remaja merupakan masa peralihan yang memiliki proses perkembangan yang berbeda dengan usia anak-anak dan dewasa. Remaja yang tinggal di Lapas harus menghadapi perubahan peran selama di Lapas yang akan menimbulkan berbagai macam respon psikologis dan upaya-upaya untuk beradaptasi bagi mereka. Tujuan penelitian ini ingin mengeksplorasi pengalaman dan mekanisme adaptasi remaja Lapas dalam menghadapi perubahan peran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Partisipan penelitian ini terdiri dari sepuluh orang remaja Lapas. pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam berdasarkan tujuan penelitian. Analisis data hasil wawancara menggunakan tahapan analisis menurut Colaizzi. Temuan hasil penelitian ini antara lain: perubahan penampilan peran, keadaan harga diri, respon psikologis, upaya dalam beradaptasi dan harapan untuk masa depan. Rekomendasikan hasil penelitian ini ditujukan pada perawat jiwa atau petugas Lapas yang mungkin akan berhubungan langsung dengan remaja Lapas dalam membantu mereka untuk menggunakan strategi yang adaptif dalam menghadapi kondisi di Lapas.

ABSTRACT
Adolescence is a transitional period that has different developmental processes with the age of children and adults. Teens living in prisons must face role change during prisons that will lead to a variety of psychological responses and efforts to adapt to them. The purpose of this study would be to explore the experiences and mechanisms of adolescent adaptation Prisons in the face of role change. This research uses qualitative method with descriptive phenomenology approach. The study participants consisted of ten prison juveniles. Data retrieval is done by in depth interview based on research objectives. Data analysis of interview result using analysis phase according to Colaizzi. The findings of this study include changes in role performance, state of self esteem, psychological response, adaptation and hope for the future. Recommend the results of this study aimed at mental nurses or prison officers who may be in direct contact with prison juveniles in helping them to use adaptive strategies in the face of prison conditions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Riva
"Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia mencanangkan Program Pendidikan Inklusi yang memungkinkan anak penyandang cacat untuk belajar bersama anak non penyandang cacat di sekolah umum/inklusi. Dengan adanya stigma dan labeling negatif terhadap kelompok penyandang cacat selama ini, banyak kalangan yang mengkhawatirkan bahwa akan sulit bagi anak penyandang cacat untuk beradaptasi dan diterima di sekolah inklusi.
Namun berdasarkan pengamatan peneliti, ternyata banyak juga anak penyandang cacat yang tidak mengalami hambatan berarti ketika mereka belajar bersama dengan anak non penyandang cacat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana proses adaptasi antarbudaya anak penyandang cacat yang bersekolah di sekolah inklusi dan menemukan hal-hal apa yang melatarbelakangi kelancaran proses adaptasi tersebut.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, pendekatan kualitatif, strategi fenomenologi, serta sifat penelitian deskriptif. Wawancara mendalam dilakukan terhadap 3 informan yang dipilih secara purposeful dengan teknik snowball. Unit analisis adalah siswa penyandang cacat yang bersekolah di sekolah inklusi. Untuk memperkaya data, siswa penyandang cacat terdiri dari yang cacat sejak lahir dan yang cacat saat dewasa.
Peneliti menggunakan model Proses Adaptasi Antarbudaya Daniel J. Kealey dan konsep diri untuk menganalisa dan menginterpretasi data yang terkumpul. Dari hasil penelitian terungkap bahwa secara umum proses adaptasi antarbudaya yang dialami oleh anak penyandang cacat di sekolah inklusi memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang ada dipengaruhi oleh tiga aspek berikut: (1) latar belakang kecacatan, (2) hubungan keluarga, dan (3) konsep diri masing-masing anak penyandang cacat.
Di samping itu, hasil penelitian juga mengungkap bahwa keberhasilan proses adaptasi antarbudaya dipengaruhi oleh aspek-aspek berikut: (1) dukungan dan didikan keluarga inti dan lingkungan sosial terdekat anak penyandang cacat, (2) role model yang mampu memotivasi anak penyandang cacat untuk berkembang, dan (3) konsep diri yang positif.

In 2003, the Government of Indonesia initiatied to implement inclusive education program that enables the handicapped children learn in the regular/inclusive school with the non handicapped children. However, negative stigma and labeling on the handicapped have made many people concern that the handicapped can not adapt well and are accepted in the inclusive school.
But based on my general observation, there are many of these children did not find such difficulties. The aim of this research is to study the process of intercultural adaptation of the handicapped in the inclusive school and to find the backgrounds that can smoothen the adaptation process.
This research used a constructivist paradigm, qualitative approach, fenomenology strategy and descriptive dispotition. In collecting data, three informans were selected purposefully through a snowball technique. The analysis units were the handicapped children enrolled in the inclusive schools.
To enrich the research, informans were differentiated by children who born handicapped and children who became handicapped when they were grown up. To analyse and interpret the data, this research used the process of intercultural adaptation theory created by Daniel J. Kealey and self concept.
The research concluded that in general the process of intercultural adaptation of the handicapped in the inclusive school were varied one another. This differences were influenced by three aspects: (1) the background of their disability, (2) relationship within family, and (3) their self concept.
This research also found out that a succesful intercultural adaptation of the handicapped in inlcusive schools were influenced by the following aspects: (1) the support of direct family and the closest social environment, (2) role model as a motivator for the handicapped, (3) a positive self concept."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
"[Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara iklim psikologis dengan kesiapan karyawan untuk berubah di dalam organisasi perbankan yang sedang mengalami perubahan. Dalam penelitian ini kesiapan karyawan untuk berubah diukur menggunakan alat ukur readiness for change scale (Hanpachern, 1997), dengan cronbach’s alpha: .715. Sedangkan iklim psikologis diukur menggunakan alat ukur psychological climate scale (Brown & Leigh, 1996), dengan cronbach’s alpha: .885. Subjek penelitian berjumlah 139 karyawan dari organisasi perbankan nasional. Hasil penelitian menunjukan iklim psikologis berhubungan secara positif dan signifikan dengan kesiapan karyawan untuk berubah (r = .451; p = .000, signifikan pada L.o.S .01). Dengan demikian, semakin tinggi iklim psikologis, maka semakin tinggi kesiapan karyawan untuk berubah. Hasil penelitian juga menunjukan kejelasan peran (role clarity) dan
kontribusi yang berarti (perceived meaningfulness of contribution) merupakan dimensi dari iklim psikologis yang paling berkontribusi secara signifikan bagi kesiapan karyawan untuk berubah., This research was conducted to find the relationship between psychological climate with employee readiness for change. Employee readiness for change was measured using Readiness for Change Scale (Hanpachern, 1997), with cronbach’s alpha: .715 and psychological climate was measured using Pychological Climate Scale (Brown & Leigh, 1996), with cronbach’s alpha: .885. The respondents of this research are 139 employee from Company X who are facing changes. The
main results of this research showed that there are positively and significantly correlation between psychological climate and employee readiness for change (r = .451; p = .000, significant at L.o.S .01). The implication of this study is, the higher psychological climate leads to the higher employee readiness for change.
The results of this study also showed that role clarity and perceived
meaningfulness of contribution are dimension of psychological climate that contribute the most for employee readiness for change.]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Juke Roosjati
"Perjalanan waktu kehidupan sampai dengan milenium III telah melahirkan sejumlah perubahan sosial, ekonomi, polilik serta perkembanan pengetahuan dan teknologi yang menciptakan kehidupan sosial tertentu di masyarakat. Kehidupan paradoks dan globalisasi sebagai karakter dan perkembangan kehidupan sosial di abad 21 lelah menyajikan situasi kehidupan sosial yang penuh dengan tantangan dan pilihan untuk dijawab oleh individu secara cepat.
Agar mampu menghadapi situasi tersebut, terdapat dua faktor yang memegang peranan penting untuk diperhatikan oleh individu, yaitu diri pribadi dan penyesuaian diri. Diri pribadi sebagai variabel independen mencakup komponen konsep diri, harga diri, percaya diri, regulasi dlri yang ditampilkan me!alui domain fisik, relasi sosial, akademik, olahraga dan organisasi. Penyesuaian diri sebagai variabel dependen, berkaitan dengan besar usaha yang dilakukan mahasiswa menghadapi kehidupan sosial di abad 21 yang mencakup aspek gaya hidup, dunia kerja. perkembangan dunia, perkembangan teknologi-informasi-komunikasi. Fokus utama penelitian adalah diri pribadi yang dikaji dalam dua hal yailu struktur internal diri pribadi sebagai konstruk yang menununjukan integrasi komponen konsep diri, harga diri, pcrcaya diri. regulasi diri, serla meliputi model mekanisme pengaruh anlar komponen tersebut. Disamping penelitian diri pribadi juga dilakukan pengkajian konstruk penyesuaian diri yang memiliki aspek gaya hidup, dunia kerja, perkembangan dunia. perkembangan teknologi - informasi - komunikasi Serta model pengaruh diri prihadi terhadap penyesuaian diri dalam kehidupan sosial di abad 21.
Subyek penelitian adalah mahasiswa Universitas Padjadjaran program S-1 yang berusia sekitar 17 sampai dengan 22 tahun (N= 3041). Rancangan penelitian adalah expianarory research. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang bertujuan mengukur diri pribadi dan penyesuaian diri. Pengujian validitas dan realibilitas konstruk dalam alat ukur, digunakan analisis faktor konfirmatorik dalam LISREL versi 8.5.
Pengujian hipotesis yang berkaitan dengan pengujian konstruk diri pribadi dan konstruk penyesuaian diri, digunakan analisis konfirmatorik satu tingkat dan dua tingkat. Pengujian hipotesis yang berkaitan dengan model mekanisme pengaruh antar komponen diri pribadi dan pengaruh diri pribadi terhadap penyesuaian diri, dilakukan melalui pengujian SEM (Structural Equation Modelling) pada program LISREL. Untuk memperoleh profil diri pribadi mahasiswa UNPAD yang mencakup empat komponennya digunakan perhitungan statistik deskriptif dalam bentuk nilai rata-rata dan nilai persentil ke25 dan ke-75.
Hasil penelitian menggambarkan diri pribadi merupakan integrasi komponen konsep diri, harga diri, percaya diri dan regulasi diri dan memiliki mekanisme pengaruh antar komponen-komponen tersebut. Komponen percaya diri merupakan indikator paling kuat dalam tampilan diri pribadi. Hasil penelitian juga menggambadcan bahwa diri pribadi mahasiswa berpengamh terhadap penyesuaian dirinya di kehidupan sosial abad 21. Masalah yang ditemukan pada perkembangan diri pribadi mahasiswa UNPAD berkaitan dengan percaya diri dan regulasi diri."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Mekanisme /coping merupakan segala upaya yang dilakukan dalam manajerial stres.
Mekanisme koping ini terbagi menjadi dua, yaitu: konstruktif dan destruktif (Potter & Perry 1997). Mekanisme koping konstruktif sangatIah bermanfaat bagi individu karena dapat mengembangkan potensi Serta mengasah keahlian diri bila berhadapan dengan suatu masalah. Sedangkan mekanisme koping destruktif menyebabkan kemunduran bagi individu tersebut dan sangat merugikan karena hal ini tidak akan dapat secara tuntas menyelesaikan masalah. Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui perbedaan mekanisme koping mahasiswa Iaki-laki dan perempuan dalam menghadapi ujian. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengidentivikasi mekanisme koping dan perifaku mahasiswa FIK UI baik laki-laki dan perempuan menjelang ujian.
Penelifi mengikutsertakan 124 responden mahasiswa FIK UI tahap akademik yang
terdiri dari 62 mahasiswa laki-Iaki dan 62 makasiswa perempuan. Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Perbandingan dengan analisa data Chi Square. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat 91,94 % mahasiswa laki-laki yang memiliki mekanisme koping konstruktif dan 8, 06% destruktif. Sementara pada responden mahasiswa perempuan, didapat 96, 77% memiliki mekanisme koping konstruktif dan 3, 23% destruktif. X2 hitung yang diperoleh dari hasil penghitungan dengan rumus Chi Square sebesar 0.605. Hasil ini Iebih kecil dari X2 tabel (a = 0, 05 ) sebesar 3, 84. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
mekanisme /coping antara mahasiswa FIK UI Iaki-laki dan perempuan dalam menghadapi ujian."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5043
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Masa remaja merupakan masa yang kritis, dimana texjadi perubahan pesat baik dari segi fisik
maupun psikologis. Tentunya hal tersebut akan menimbulkan masalah bagi remaja, tetapi
masalah tersebut harus dihadapi dengan menggunakan mekanisme koping yang efektif guna
mencapai pertumbuhan dan perkembangan remaja yang optimal. Keluarga mempunyai peran
yang penting bagi rernaja dalam melalui masa-masa kritisnya. Keluarga merupakan sumber bagi
remaja untuk dapat menggunakan mekanisme koping yang efektif. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi hubungan peran keluarga dengan mekanisme koping remaja dalam
menghadapi stres. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMPN 174. Desain penelitian ini
menggunakan desain deskriptif korelasi dengan jumlah responden 68 orang. Cara pengambilan
sampel adalah dengan cara convenience sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner
yang berisi pernyataan-pernyataan yang dikembangkan peneliti berdasarkan studi kepustakaan.
Analisa data yang digunakan adalah uji korelasi untuk hubungan antar variabel numerik. Hasil
penelitian ini menyirnpulkan bahwa ada hubungan yang cukup kuat antara peran keluarga
dengan kecenderungan remaja menggunakan rnekanisme koping jenis problem focus coping dan
emotional focus coping dimana semakin fungsional peran keluarga maka semakin besar
kecenderungan remaja menggunakan mekanisme koping jenis problem focus coping dan
emotional focus coping. Selain itu terdapat hubungan yang lemah antara peran keluarga dengan
kecenderungan remaja menggunakan mekanisme koping jenis disfuntional focus coping,
dimana semakin fungsional peran keluarga maka semakin kecil kecenderungan remaja
menggunakan koping jenis disfunctional focus coping."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5893
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Irmawati Djauharie
"Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan tentang perubahan perubahan kondisi biologis, psikologis dan kondisi sosial pada lanjut usia yang menimbulkan permasalahan dan bagaimana penyesuaian diri lanjut usia terhadap perubahan perubahan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan : pada kondisi biologis (kekuatan tubuh, penglihatan, pendengaran, kulit, rambut, gigi, dan kesehatan) sebagian besar responden yaitu 43 - 75 orang atau 57,33 - 100% mengalami perubahan kearah kemunduran, juga pada kondisi psikologis sebagian besar responden antara 55 - 57 orang atau 73,33% - 76% mengalami perubahan. Sementara itu pada kondisi sosial sebagian besar yakni 43 - 64 orang atau 57,3% - 85,33% masih terlibat dalam berbagai kegiatan.
Penyesuaian diri terhadap perubahan kondisi biologis : sebagian besar responden yaitu 90,47% menerima perubahan 7,42% tidak peduli dan 2,1% menolak perubahan. Terhadap perubahan kondisi psikologis sebanyak 93,1% menerima perubahan dan sebanyak 6,85% tidak peduli. Penyesuaian diri terhadap perubahan kondisi sosial hasilnya sebagai berikut sebagian besar yakni 89,76% menerima perubahan, 9,11% tidak peduli dan 1,11% menolak perubahan. Penyesuaian diri disini adalah responden dapat menerima perubahan tersebut berdasarkan pemahaman bahwa perubahan tersebut pasti akan terjadi dan dialami oleh tiap orang pada waktu memasuki masa lanjut usianya, sedangkan ketidakpedulian terhadap terjadinya perubahan tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap permasalahan pada masa lanjut usia itu sendiri. Selanjutnya penolakan terhadap datangnya perubahan pada masa lanjut usia disebabkan karena ketidak pahaman responden terhadap hakikat permasalahan pada masa lanjut usia yang menyebabkan responden tidak mampu mengantisipasi dan mempersiapkan diri untuk menerima perubahan ataupun permasalahan yang terjadi pada masa lanjut usia.
Mengenai penyesuaian diri responden berdasarkan karakteristiknya (faktor internal dan eksternal) dapat digambarkan sebagai berikut ; berdasarkan jenis kelamin ternyata responden perempuan lebih dapat menyesuaikan diri hal ini terlihat dari tidak adanya responden perempuan yang tidak peduli ataupun yang menolak perubahan. Selanjutnya usia yang semakin lanjut cenderung memperlihatkan kekurang mampuan responden dalam penyesuaian diri. Tingkat pendidikan ternyata berpengaruh pada penyesuaian diri ; makin tinggi tingkat pendidikan makin dapat lanjut usia menyesuaikan diri. Sementara itu jenis pekerjaan tidak mempunyai pengaruh yang berarti dalam penyesuaian diri. Sedangkan penghasilan dan pemilikan rumah mempunyai pengaruh positif dalam penyesuaian diri responden, hal mana yang terlihat bahwa makin mampan secara ekonomi dan bagi mereka yang memiliki rumah sendiri lebih dapat menyesuaikan diri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>