Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170170 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gugum Permana
"Carbon nanotubes CNT merupakan terobosan penghantar obat kanker yang mampu menuju ke dalam sel dengan meminimalisasi kerusakan jaringan normal di luar jaringan kanker. Fungsionalisasi dilakukan untuk memperbaiki dispersibilitas dan toksisitas CNT sehingga mampu memenuhi standar penghantar obat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengaruh penambahan HCl terhadap dispersibilitas dan toksisitas akut CNT. Fungsionalisasi menggunakan campuran H2SO4 6M dan HNO3 6M dan HCl dengan variasi molaritas sebesar 6M, 8M, 10M dan 12M. CNT yang telah difungsionalisasi f-CNT dikarakterisasi dengan FTIR, Uji dispersi, dan SEM-EDS serta dilakukan pengujian toksisitas akut in vivo. Karakterisasi menunjukkan bahwa f-CNT dengan konsentrasi HCl 10 molar memiliki kandungan oksigen tertinggi sebanyak 6,84, dispersibilitas selama lebih dari 24 hari dan bersifat praktis tidak toksik setelah di uji menggunakan uji toksisitas akut selama 14 hari.

Carbon nanotubes CNT are novel strategy for cancer drug delivery and equipped with a cell targeting agent to increase target specificity. Functionalization needed to fix the dispersibility and toxicity of CNT as a drug delivery. This study aims to obtain The Effect of Optimation Hydrochloric Acid HCl against dispersibility and toxicity. Functionalization used a mixture of 6 M HNO3 and 6 M H2SO4 and variation of HCl molarity from 6M, 8M, 10M, and 12 M. Functionalized CNT f CNT were characterized by FTIR, dispersion tests, SEM EDS and acute toxicity In vivo. The characterization resulted f CNT with HCl concentration 10M has the best oxygen percentation from functionalization for 6,84, dispersion up to 24 days and practical non toxic after using acute toxicity method for 14 days."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Adelia Putri
"Aplikasi Carbon nanotube (CNT) dalam metode pengobatan kanker dapat dilakukan
karena menghasilkan selektivitas dan efektivitas targeting obat yang tinggi.
Fungsionalisasi CNT diperlukan untuk memperbaiki dispersibilitas, solubilitas, dan
toksisitas CNT. Fungsionalisasi dilakukan secara kovalen dengan oksidasi asam yang
terdiri dari campuran HNO3 dan H2SO4 dengan penambahan asam klorida (HCl).
Variasi yang dilakukan adalah konsentrasi HCl 6M, 8M, 10M, dan 12M pada suhu sonikasi
C. CP-­f dikarakterisasi dengan uji dispersi, Fourier Infrared Transformation
Spectroscopy (FTIR), Thermal Gravimetry Analysis (TGA), UV-­Vis Spectroscopy,
Electron Miscroscopy-­Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-­EDS), dan Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa CP-­f dengan penambahan
HCl 10M (CPf-­3) menghasilkan persen solubilitas tertinggi 11,46% dan suspensi dispersi
yang paling stabil pada hari ke-­51. Disamping dari peningkatan dispersibilitas dan
solubilitas, morfologi sampel CPf-­3 membentuk beberapa aglomerat yang mengarahkan
pada kemunculan sifat dengan nilai LC50 355,62 ppm

Carbon nanotube application in cancer treatment methods is selected due to its high
selectivity and effectivity in drugs targeting delivery. Functionalization is needed to
improve dispersibility, solubility, and toxicity of CNT. CNT is treated covalently by
oxidation which consist of HNO3 and H2SO4 with the addition of HCl. Variation is
performed in HCl concentration of 6M, 8M, 10M, and 12M at sonication temperature of The addition of HCl in certain molarity increase the purity and dispersion time
on functionalized CNT (CP-­f). CP-­f were characterized through dispersion test, Fourier
Infrared Transformation Spectroscopy (FTIR), UV-­Vis Spectroscopy, Thermal
Gravimetry Analysis (TGA), Electron Miscroscopy-­Energy Dispersive Spectroscopy
(SEM-­EDS), and Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)The study resulted that CP-­f with
HCl 10M addition (CPf-­3) produce the highest solubility for 11.46% and the most stable
dispersion suspension in 51 days. Besides, CPf-­3 morphology shows some agglomerates
which indicate to toxicity with LC50 of 355,62 ppm
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Hanun Ulwani
"Carbon nanotubes CNT mampu membawa lebih banyak molekul obat kanker dengan dosis yang sedikit dan dilengkapi dengan agen penarget untuk meningkatkan spesifitas target. Fungsionalisasi diperlukan untuk memperbaiki dispersibilitas CNT sebagai penghantar obat kanker sehingga mampu bersirkulasi dalam darah. Fungsionalisasi kovalen dengan asam dilakukan untuk mengoksidasi permukaan CNT yang menghasilkan gugus karboksil dan hidroksil.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengaruh penambahan asam klorida HCl untuk meningkatkan waktu CNT terdispersi dalam air melalui fungsionalisasi a asam nitrat HNO3 ; b campuran asam sulfat H2SO4 dan HNO3 3:1v/v ; dan c campuran HCl, H2SO4 dan HNO3. Fungsionalisasi menggunakan 0.5 gram MWCNT yang diultrasonikasi dalam 50mL HNO3, dan campuran H2SO4 dan HNO3. Penambahan 200mL HCl menggunakan variasi molaritas dari 1M, 2M, 3M, 4M, 5M dan 6M. CNT yang telah difungsionalisasi f-CNT dikarakterisasi dengan FTIR, tes dispersi, SEM-EDS, Zeta Potensial, dan PSA.
Hasil karakterisasi menunjukkan tahap ultrasonikasi sebagai tahap utama untuk memunculan gugus fungsi karboksil dan hidroksil pada spektrum 3300-3600cm-1 dan 850-1300cm-1. Sampel HCl 6M NSC6 memiliki dispersi yang paling baik yaitu hingga 20 hari dengan nilai zeta -37,1mV, dengan kerusakan pada permukaan CNT dan jumlah pengotor paling sedikit, dan ukuran partikel sebesar 9,124 nm.

Carbon nanotubes CNT can load big amounts of cancer drug molecules with less dosage and equipped with cell targeting agent to increase target specificity. Functionalization needed to improve the dispersibility of CNT as a drug delivery to circulate on human blood. Covalent functionalization with acid done to oxidize the surface of CNT and form carboxylic and hydroxyl bonds.
This study aims to obtain the effect of chloridic acid HCl addition to improve the dispersion time period of CNT by functionalization of a nitric acid HNO3 b a mixture of sulfuric acid H2SO4 and HNO3 3 1 v v and c a mixture of HCl, H2SO4 and HNO3. Functionalization used 0.5 grams of MWCNT ultrasonicated in 50mL HNO3 and mixture of HNO3 and H2SO4. Additions of 200 mL HCl used variation of molarity from 1M, 2M, 3M, 4M, 5M to 6M. Functionalized CNT f CNT were characterized by FTIR, dispersion tests, SEM EDS, zeta potential, and PSA.
The characterization resulted ultrasonication stage as the main stage for emerging carboxyl and hydroxyl functional groups in the spectrum 3300 3600cm 1 and 850 1300cm 1. Sample NSC6 has the best dispersion of up to 20 days with zeta value of 37,1mV, the least surface damage and impurities, and particle size of 9,124 nm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67687
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah Deandra Diba
"ABSTRACT
Di Indonesia, kanker kolorektal termasuk dalam kanker dengan insidensi tinggi yang
memiliki rata-rata kematian sebanyak 10.2% pada pria dan 8.5% pada wanita.
Meskipun kemoterapi adalah terapi standar untuk kanker kolorektal, efek samping yang
disebabkan masih tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan agen antikanker potensial yang
berasal dari herbal sebagai terapi baru atau tambahan. Berdasarkan penelitian
sebelumnya, kulit Garcinia mangostana L. (mangostin) mengandung α- mangostin yang
berpotensi sebagai agen antikanker karena dapat memicu apoptosis dan memiliki
kandungan antioksidan yang tinggi. Untuk meningkatkan efikasinya di area kolon,
fraksinasi ekstrak etil asetat dari G. mangostana L. diformulasikan ke dalam bentuk
mikropartikel dan dienkapsulasi dengan kitosan-alginat yang bersifat targeted-release
pada area kolon. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan LD50 dari fraksinasi etil
asetat ekstrak G. mangostana L. dengan mikroenkapsulasi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji toksisitas akut oral dengan menggunakan 20 mencit
BALB/c betina nulipara yang dibagi menjadi 4 kelompok (n=5) yang diberikan dosis
tunggal 2, 3, dan 5 g/kgBB dan satu kelompok kontrol. Administrasi ekstrak pada
mencit BALB/c pada dosis tunggal mangosteen 2, 3, dan 5 g/kgBB tidak menunjukkan
gejala toksisitas selama 14 hari observasi. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan
bahwa mikropartikel ekstrak fraksi etil asetat G. mangostana L. tidak menunjukkan
toksisitas pada dosis tunggal 2, 3, dan 5 g/kgBB. Untuk memastikan tingkat keamanan
dari partikel ini, perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi dan biokimia serta uji
toksisitas subkronik.

ABSTRACT
In Indonesia, colorectal cancer is included in the list of cancers with high incidence with
estimated death rate of 10.2% in men and 8.5% in women. Although chemotherapy is a
standard therapy for colorectal cancer, it leaves a problem of adverse side effects that
need to be sought from potential anticancer agents from herbs to be used as a new or
additional therapy. Based on previous studies, Garcinia mangostana L. (mangosteen)
pericarp contains α- mangostin that is potential as an anti-cancer agent as it can induce
apoptosis and has a high antioxidant content. To improve its efficacy in the colon area,
fractionation of ethyl acetate extract of G. mangostana L. was then formulated into
microparticles encapsulated by chitosan-alginat material which targeted-release aiming
the colon area. This research aims to identify the LD50 microencapsulated fractionation
of ethyl acetate extract of G. mangostana L. The method used in this experiment was
oral acute toxicity test using 20 nulipara female BALB/c mice that were divided into 4
groups (n=5) that were given intragastric administration of a single dose of 2, 3, and 5
g/kg.BW and one control group. Administration of this extract to BALB/c mice at a
single dose of 2, 3, and 5 g/kg body weight mangosteen produced no toxicity signs
during 14 days of observation. The results of this study indicate that encapsulated of
ethyl acetate fraction microparticles of G. mangostana L. extract cause no toxicity at a
single dose of 2, 3, and 5 g/kg body weight. To ensure the safety level,
histopathological, biochemical examination and subchronic toxicity test are necessary."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Widya Ningrum
"Hingga saat ini di Indonesia belum ada metode uji toksisitas akut limbah yang terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Organization for Economic Cooperation & Development (OECD) merupakan salah satu organisasi yang sudah mengeluarkan prosedur standar pengujian toksisitas lingkungan OECD 425 secara internasional.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah metode OECD 425 memenuhi persyaratan validasi yaitu akurasi dan presisisi serta dapat digunakan sebagai metode standar pengujian toksisitas akut limbah di Indonesia. Pada penelitian ini digunakan tembaga (II) sulfat pentahidrat sebagai reference toxicant untuk mengetahui nilai LD50 dan pengaruh pemberian larutan tersebut pada hati dan ginjal. Hewan uji berupa mencit betina galur DDY sebanyak 120 ekor. Kelompok perlakuan diberi tembaga (II) sulfat pentahidrat dengan dosis berturut-turut 840 dan 2150 mg/kg bb, sedangkan kelompok kontrol diberi akuades. Nilai LD50 ditentukan dengan software AOT425StatPgm, kemdian dilakkan validasi nilai LD50 tersebut.
Hasil uji toksisitas akut oral OECD 425 menunjukkan nilai LD50 tembaga (II) sulfat pentahidrat 1344 mg/kg bb yang sesuai dengan literatur. Pemeriksaan histologi hati dan ginjal menunjukkan adanya pengaruh pemberian dosis 840 mg/kg bb dan 2150 mg/kg bb. Metode pengujian toksisitas akut oral OECD 425 memenuhi persyaratan akurasi dan presisi serta dapat menjadi metode acuan untuk pengujian toksisitas akut oral limbah di Indonesia.

Up to this time in Indonesia, an acute oral toxicity test of waste hasn?t been accreditated by the National Accrediatation Committee (KAN). Organization for Economic Cooperation & Development (OECD) is one of the organization which published an OECD 425 guideline method for environmental toxicology testing internationally.
This study was intended to find out whether the OECD 425 method can satisfy the accuracy and precision of validation criteria and can be used as the standard acute toxicity test for waste in Indonesia. Copper (II) sulphate pentahydrate was used as a reference toxicant in order to determine the LD50 value and determine the effect of the solution on liver and kidney. One hundred and twenty DDY female mice were used in the trial. Treated groups were given the reference toxicant solution of copper (II) sulphate pentahydrate with dose of 840 and 2150 mg/kg bw, while control group was given the aquadest. LD50 value was determined by AOT425StatPgm software.
The results of the acute oral toxicity OECD 425 test showed that LD50 value of copper (II) sulphate pentahydrate was 1344 mg/kg bw which was in agreement with literature. The histology examinations data showed that administration of the reference toxicant solution dose 840 mg/kg bw and 2150 mg/kg bw affect the liver and kidney of mice. Acute oral toxicity OECD 425 method has proved its accuracy and precision of validation criteria, thus can be used as the reference acute toxicity method for waste in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42763
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Salsabila
"Carbon nanotube (CNT) menjadi salah satu teknologi nano dalam penghantaran obat karena memiliki kemampuan loading obat dan targeting delivery yang tinggi tanpa merugikan sel sehat yang pada umumnya terjadi pada pengobatan konvensional. CNT murni masih bersifat toksik dan hidrofobik sehingga belum memenuhi syarat Sistem Penghantar Obat (SPO). Oleh karena itu, perlu dilakukan fungsionalisasi CNT. Fungsionalisasi dilakukan secara kovalen karena dapat meningkatkan sifat dispersibilitas dan solubilitas CNT dalam larutan serta menghilangkan logam pengotor yang terkandung dalam CNT murni. Namun, fungsionalisasi kovalen dapat membentuk aglomerasi pada CNT sehingga CNT masih bersifat toksik. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengaruh penambahan polyethylene glycol (PEG) melalui fungsionalisasi sekunder terhadap sifat toksisitas CNT terfungsionalisasi (CNTf). CNT difungsionalisasi terlebih dahulu secara kovalen dengan oksidasi CNT oleh asam kuat yang terdiri dari campuran HNO3 dan H2SO4. Variasi yang dilakukan adalah dengan adanya penambahan HCl 8M, HCl 10M, dan tanpa penambahan HCl pada suhu sonikasi 40oC selama 4 jam yang dilanjutkan dengan penambahan PEG sebagai fungsionalisasi sekunder. CNT yang telah terfungsionalisasi akan dikarakterisasi dengan Fourier Infrared Transformation Spectroscopy (FTIR), Thermal Gravimetry Analysis (TGA), UV-Vis Spectroscopy, tes dispersi, dan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel dengan penambahan PEG telah terbentuk gugus C-O-C yang berasal dari PEG. Sampel CNTf dengan penambahan HCl 8M dan PEG menghasilkan persen solubilitas tertinggi yaitu sebesar 49,71% dan menghasilkan nilai toksisitas LC50 terendah yaitu sebesar 993,77 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa PEG mampu meningkatkan solubilitas CNT dan menurunkan toksisitas CNT. Persentase derajat fungsionalisasi tertinggi dihasilkan oleh CNTf dengan penambahan PEG selama 12 jam secara kontinyu dan tanpa penambahan HCl yaitu sebesar 0,028%. Namun, CPf dengan penambahan PEG menunjukkan terbentuknya agregat pada uji dispersi hari ke-29.

Carbon nanotube (CNT) is one of the nanotechnologies in drug delivery because it has high drug loading and targeting delivery capabilities without harming healthy cells which generally occurs in conventional medicine. Pristine CNTs is still toxic and hydrophobic so it does not meet the requirements of the Drug Delivery System (DDS) so that CNT functionalization needs to be done. Functionalization is done covalently because it can improve the CNT dispersibility and solubility in the solution and eliminate impurities contained in pure CNT. However, covalent functionalization can form agglomeration in CNT so that CNT is still toxic. This study aims to obtain the effect of the addition of polyethylene glycol (PEG) through secondary functionalization against the toxicity properties of the functionalized CNT (CNTf). CNT is covalently functionalized by CNT oxidation of the strong acids consisting of a mixture between HNO3 and H2SO4. Variations made are the addition of 8M HCl, 10M HCl, and without addition of HCl at 40oC of sonication temperature for 4 hours followed by the addition of PEG as secondary functionalization. Functionalized CNTs will be characterized by Fourier Infrared Transformation Spectroscopy (FTIR), Thermal Gravimetry Analysis (TGA), UV-Vis Spectroscopy, Dispersion Test, and Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ). The results showed that all samples with the addition of PEG had formed C-O-C groups originating from PEG. CNTf sample with the addition of 8M HCl and PEG produced the highest percent solubility that is equal to 49.71% and produced the lowest LC50 toxicity value of 993.77 ppm. These results indicate that PEG can increase CNT solubility and reduce CNT toxicity. The highest percentage of degree of functionality was generated by CNTf with PEG approval for 12 hours continuously and without HCl approval which is 0.028%. However, CPf with the addition of PEG showed the formation of aggregates in the 29 days dispersion test."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Turnip, Idawaty Elisabet
"Timbal, mangan, fenol, merupakan zat-zat kimia yang banyak terdapat
diperairan karena berasal dari limbah buangan industri, maupun sisa-sisa
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya diperairan, terutama
timbal dan mangan juga terdapat di linkungan udara.Kandungan yang berlebihan
akan zat-zat tersebut diperairan dapat menimbulkan kemsakan dalam sistem biota
akuatik, terutama pada ikan, yang akhirnya dapat merugikan manusia pula, karena
hidup manusia tidak bisa lepas dari air dan lingkungan sekitar.Dalam penelitian ini
dilakukan uji toksisitas akut zat-zat tersebut terhadap ikan mas yang berusia
sekitar 1 bulan dengan berat antara 1 - 2 gr.Timbal dan mangan yang
dipergunakan dalam bentuk senyawaan dengan nitrat, dan fenol dalam bentuk fenol mumi. Parameter dalam uji toksisitas akut ini adalah LCso. yaitu konsentrasi
toksikan dimana diperoleh 50% hewan uji mati. Pengujian dllakukan selama 96
jam atau 4 hari. Penelitlan ini juga mengamati apakah ada bioakumulasi zat-zat
tersebut dalam tubuh ikan. Hasii yang diperoleh dari penelitlan ini adalah harga
LCso - 96 jam bagi fenol adalah sebesar 40 ppm, timbal nitrat sebesar 50 ppm,
dan 100 ppm bagi mangan nitrat. Tidak terlihat adanya akumulasi pada ikan mas
untuk semua senyawa tersebut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rasyid Setyawan
"Telah dibuat ekstrak jamu anti-aterosklerosis (AA) dengan bahan daun tanjung (Mimusops elengi L.), daun belimbing manis (Averrhoa carambola L.), dan temulawak (Curcuma xanthorriza L.) yang merupakan tumbuhan dengan kandungan zat aktif yang bisa menurunkan faktor risiko aterosklerosis. Pembuatan ekstrak meliputi pengeringan bahan segar yang dilakukan menggunakan tray dryer pada suhu 100oC dan waktu 230 menit untuk temulawak, 60 menit untuk daun tanjung, dan 80 menit untuk daun belimbing. Simplisia kering diekstrak menggunakan pelarut air dalam waktu 45 menit yang ditandai nilai TPC dan TFC tertinggi pada variasi waktu ekstraksi, dengan nilai TPC sebesar 3,173 mg GAE/ml, dan nilai TFC terbaik pada 30 menit, dengan nilai TFC sebesar 0,635 mg QE/ml. Ekstrak cair kemudian disaring menggunakan kain saring dan dikeringkan menggunakan pengeringan beku dan dihasilkan kandungan fitokimia yaitu xanthorrhizol, alfa-curcumene, dan alfa-bergamotene tertinggi dengan area berturut-turun 11,5%, 7,66%, dan 6,33%. Hasil uji toksisitas menunjukkan nilai Lethal Dose (LD50) ekstrak jamu AA sebesar 3,321 g/kg BB mencit. Berdasarkan hasil simulasi produksi ekstrak jamu AA berkapasitas 7,024 kg/hari, didapatkan NPV sebesar 3.084.000$, IRR sebesar 38,52%, serta PBP dalam kurun waktu 1,55 tahun dengan harga produk 0,2$ per kapsul.

Anti-atherosclerosis (AA) herbal extracts have been made using tanjung leaves (Mimusops elengi L.), sweet starfruit leaves (Averrhoa carambola L.), and temulawak (Curcuma xanthorriza L.) which are plants with active substances that can reduce atherosclerosis risk factors. The extracts included drying of fresh ingredients using a tray dryer at a temperature of 100oC and a time of 230 minutes for temulawak, 60 minutes for tanjung leaves, and 80 minutes for star fruit leaves. Dried simplicia was extracted using water in 45 minutes which was marked by the highest TPC and TFC values ​​at various extraction times, with a TPC value of 3.173 mg GAE/ml, and the best TFC value at 30 minutes, with a TFC value of 0.635 mg QE/ml. The liquid extract was then filtered using filter cloth and dried using freeze-drying and the highest phytochemical content, namely xanthorrhizol, alpha-curcumene, and alpha-bergamotene, were 11.5%, 7.66%, and 6.33% respectively. The results of the toxicity test showed that the lethal dose (LD50) of the herbal extract AA was 3.321 g/kg body weight of mice. Based on the simulation results of AA herbal extract production with a capacity of 7,024 kg/day, obtained NPV of 3,084,000$, IRR of 38.52%, and PBP for a period of 1.55 years with a product price of 0.2$ per capsule."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryaningrum Pujiastuti
"Saat ini, pengembangan carbon nanotube CNT sebagai bahan penghantar obat kanker telah menjadi salah satu topik utama dalam dunia nanomedicine. Hal ini dikarenakan CNT memiliki kemampuan loading obat dan targetting delivery yang tinggi tanpa menimbulkan efek samping. Namun, solubilitas CNT yang rendah memiliki keterbatasan untuk memenuhi standar Sistem Penghantar Obat SPO.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengaruh penambahan H2O2 hidrogen peroksida terhadap sifat solubilitas CNT yang sudah terfungsionalisasi f-CNT. CNT difungsionalisasi secara kovalen dengan campuran larutan asam HNO3, H2SO4, dan HCl. Variasi yang dilakukan yaitu pada suhu sonikasi 20,40,dan 60oC. Suhu sonikasi yang optimum akan menghasilkan f-CNT dengan kestabilan suspensi yang tinggi dan tidak merusak morfologi CNT. f-CNT dikarakterisasi dengan Fourier Infrared Transformation Spectroscopy FTIR, Scanning Electron Miscroscopy-Energy Dispersive Spectroscopy SEM-EDS, Thermal Gravimetry Analysis TGA, UV-Vis Spectroscopy,dan tes dispersi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa f-CNT dengan suhu sonikasi 40oC dan penambahan H2O2 CS5 menghasilkan persen solubilitas tertinggi yaitu sebesar 18,3. Sampel CS5 juga memiliki waktu dispersi lebih dari 35 hari, derajat fungsionalisasi sebesar 35,53, tidak mengubah karakteristik morfologi CNT, dan tidak mengandung pengotor.

Currently, the development of carbon nanotubes CNT as drug delivery has become one of the main topics in nanomedicine. This is because CNT has the ability for high anticancer drug loading and high targetting delivery without causing side effects. Solubility of CNT has limitations in meeting the standards of the Drug Delivery System DDS.
This research aims to study the effect of the addition of H2O2 hydrogen peroxide to the solubility of functionalized CNT f CNT. f CNT is treated covalently using a mixture of acids HNO3, H2SO4, and HCl. Variations were performed at sonication temperatures namely 20, 40, and 60oC. The best sonication temperature is f CNT which has a high degree of suspension stability and does not damage the morphology of CNT. f CNT characterization was performed using fourier infrared transformation spectroscopy FTIR, scanning electron microscopy energy dispersive spectroscopy SEM EDS, thermal gravimetry analysis TGA, UV Vis spectroscopy and dispersion test.
The study resulted that the f CNT sonicated for temperatures of 40 oC with H2O2 addition CS5 produce the highest solubility for 18.3. CS5 gave the longest dispersion time more than 35 days, the highest degree of functionalization for 35.53, not changed the characteristic of CNT morphology, and impurities free.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Rasta Waty
"Penghambat Angiotensin Converting Enzyme ACE merupakan salah satu golongan obat antihipertensi utama dalam menurunkan tekanan darah. Metabolit sekunder golongan flavonoid telah banyak diteliti dan terbukti memiliki aktivitas penghambat ACE. Herba suruhan Peperomia pellucida L. Kunth. merupakan tanaman yang berpotensi sebagai penghambat ACE. Belum diketahui karakterisasi senyawa yang terdapat dalam herba suruhan dengan aktivitas penghambat ACE.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakterisasi senyawa golongan flavonoid dengan aktivitas penghambat ACE yang terdapat dalam ekstrak metanol herba suruhan serta keamanan penggunaan ekstrak metanol herba suruhan. Penentuan karakterisasi senyawa dilakukan dengan metode Liquid Chromatography-Mass Spectrophotometry LC-MS dan uji aktivitas penghambat ACE secara in vitro menggunakan metode Lam, sedangkan uji keamanan ekstrak metanol dengan uji toksisitas akut.
Melalui penelitian ini dihasilkan bahwa nilai IC50 ekstrak metanol herba suruhan adalah 19,356 g/mL dengan karakterisasi senyawa flavonoid dengan aktivitas penghambat ACE yang terdapat dalam ekstrak metanol herba suruhan memiliki nilai [M] m/z 329; 433; 477; 537; 591; 593; 609; dan 623. Uji toksisitas akut ekstrak metanol herba suruhan menunjukkan bahwa tidak terdapat kematian dengan LD50>4000 mg/kg BB, serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai AST dan ALT.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol herba suruhan mengandung senyawa flavonoid dengan aktivitas penghambat ACE yang tidak menimbulkan kematian dan perubahan pada organ hati hewan coba.

Inhibition of Angiotensin Converting Enzyme ACE is one of therapeutic treatment of hypertension in decreasing blood pressure. Many evident and research done for flavonoid as one of secondary metabolite that has ACE inhibitor activity. Peperomia pellucida L. Kunth. herb is one of the Indonesian potential plant as an ACE Inhibitor. It is not known characterization of the active substances with ACE inhibitor activity. Many flavonoids substances have ACE inhibitor activity.
The present study was aimed at investigating the characterization of flavonoid substances with ACE inhibitor activity in Peperomia pellucida methanolic extracts. Substances characterization conducted using Liquid Chromatography Mass Spectrophotometry LC MS while in vitro ACE inhibitor test performed using Lam method and acute toxicity test for safety assessment. Peperomia pellucida methanolic extracts showed ACE inhibitor activity with IC50 value 19,356 g mL. Substances characterization analysis revealed the presence of flavonoid with M m z 329 433 477 537 591 593 609 623.
Acute toxicity test analysis showed that there was no death with LD50 value more than 4000 mg kg BW. Blood analysis for aspartate aminotransferase AST and alanine aminotransferase ALT showed no significant differences between normal group and dose group in male and female mice.
From this study, it is suggested that Peperomia pellucida methanolic extracts have many flavonoid substances with ACE inhibitor activity that did not cause mortality and liver function changes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T47240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>