Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150557 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Alisha
"Asam amino esensial yang terkandung pada protein nabati maupun hewani, penting untuk asupan nutrisi manusia. Namun, protein lemak yang ada dihewani dikenal dengan Low Density Lipoprotein LDL dapat menyebabkan penyakit tertentu yang berbahaya. Protein nabati dapat menjadi konsumsi alternatif untuk menurunkan kadar kolesterol LDL tersebut. Teknologi yang berkembang saat ini adalah protein nabati yang direstrukturisasi teksturnya menyerupai tekstur daging hewan. Salah satu sumber protein nabati yang memiliki kualitas gizinya mendekati dengan daging hewan adalah protein kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh enzim transglutaminase TG-ase sebagai agen pengikat silang pada campuran Texturized Soy Protein TSP dan tepung kedelai. Sampel akan di uji melalui tingkat keasaman, gugus fungsi, profil tekstur, organoleptik dan proksimat. Melalui hasil uji tersebut akan diperoleh jumlah dosis transgluminase dan suhu inkubasi yang optimal. Variasi yang digunakan adalah dosis enzim 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2 dan suhu inkubasi 50C; 150C; 250C dengan durasi 24 jam inkubasi. Hasilnya menunjukkan bahwa karakteristik dari setiap sampel yang diamati, peningkatan dosis enzim transglutaminase mempengaruhi tekstur sampel yang dibuktikan dengan uji profil tekstur dan organoleptik. Sedangkan, reaksi enzimatik dibuktikan dengan uji FTIR dan tingkat keasaman. Pada penelitian ini enzim optimum adalah 1,5 . Namun, hasil dari karakteristik variasi perbedaan suhu pada penelitian ini tidak signifikan.

The essential amino acids contain in vegetable and animal protein is important for human nutrition intake. However, the presence of the animal protein in the the animal meat generally exists with a lot of fat and cholesterol type Low Density Lipoprotein LDL that can cause a certain disease. Vegetable protein should be the alternative consumption to decrease the LDL cholesterol content. The current growing technology, the vegetable protein could be restructured to resemble the texture of animal meat. One of the vegetable protein sources that has the same nutritional quality similar to animal meat is soybean protein. This study aims to determine the effect of transglutaminase TG ase enzyme as a crosslinking agent on mixture of Texturized Soy Protein TSP and soybean powder. The sample would be examined by acidity level test, function group, texture profile, organoleptic and proximate analysis. By these tests, it could be obtained the optimum of amount transgluminase dosage and the incubation temperature. The experimenatal variations are the enzyme dosage 0.0 0.5 , 1,0 1.5 2 and the incubation temperature 5oC 15 oC 25oC with the duration of 24 h incubation. The result showed that the characteristic of each sample observed, increased dosage of transglutaminase enzyme affects the texture of sample as evedenced by TPA and organoleptic test. While, enzimatic reaction evidenced by FTIR and acidity level test. In this research the optimum enzyme is 1,5 . However, the characteristic of this variations temperature was insignificant different.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Susanti
"Konsumsi daging sapi dapat meningkatkan risiko timbulnya kanker, penyakit kardiovaskular dan jantung, serta tekanan darah tinggi atau hipertensi. Oleh karena berbagai dampak negatif tersebut, perlu dibuat sebuah produk pangan alternatif berupa daging sapi sintetik yang tetap mengandung nutrien penting tetapi memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih kecil. Dalam penelitian ini, protein dalam daging sapi sintetik diperoleh dari bahan baku berupa gluten, kacang merah, ampas kedelai, dan textured vegetable protein yang divariasikan konsentrasinya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peningkatan konsentrasi tepung kacang merah dan textured vegetable protein dapat meningkatkan kadar abu, kadar protein, dan kadar lemak dalam daging sapi sintetik. Selain itu, peningkatan konsentrasi ampas kedelai dapat meningkatkan kadar air dan karbohidrat, menurunkan nilai kalori, dan mengurangi kekerasan daging sapi sintetik. Dari penelitian ini diperoleh daging sapi sintetik terbaik dengan kombinasi 60% gluten, 10% tepung kacang merah, 20% ampas kedelai, dan 10% textured vegetable protein diperoleh. Berdasarkan hasil analisis proksimat dan kalori, daging sapi sintetik terbaik mengandung 60,3% air, 0,6% abu, 19,3% protein, 4,5% lemak, 15,6 karbohidrat, dan 178 kkal/100 g.
Berdasarkan hasil texture profil analysis, daging sapi sintetik terbaik memiliki daya kohsesif 0,570, kekerasan 5845,4, dan elastisitas 88,0. Daging sapi sintetik terbaik mengandung seluruh asam amino esensial dan memiliki kandungan lemak jenuh yang lebih rendah dibandingkan daging sapi. Dari penelitian ini, telah dapat dihasilkan daging sapi sintetik dengan kandungan nutrisi yang cukup dan risiko kesehatan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi sehingga daging sapi sintetik dapat dijadikan sebagai bahan pangan alternatif pengganti daging sapi yang lebih sehat.

Consumption of beef can increase the risk of cancer, cardiovascular and heart disease, and hypertension. Because of those disadvantages, an alternative food in the form of synthetic beef which contains almost the same amount of nutrient as the original beef but with less health risk can be made. In this research, the protein content of synthetic beef will be derived from gluten, kidney bean, soy pulp, and texturized vegetable protein which are varied in the concentration.
Based on this research, the increase of kidney bean flour and textured vegetable protein’s concentration will increase the ash, protein, and fat content of synthetic beef. Meanwhile, the increase of soy pulp’s concentration will increase the water and carbohydrate content, decrease the amount of calories, and reduce synthetic beef’s hardness. This research has produced the best synthetic beef with a combination of 60% gluten, 10% kidney bean flour, 20% soybean pulp, and 10% texturized vegetable protein is obtained.
According to the proximate and calorimetry analysis, the best synthetic beef contained 60.3% water, 0.6% ash, 19.3% protein, 4.5% fat, and 15.6 carbohydrate, and 178 kkal/100 g. According to the texture profile analysis, the best synthetic beef has 0.570 cohesiveness, 5845.4 hardness, and 88.0 springiness. The best synthetic beef contains all essential amino acids and has less saturated fat in comparison to beef. Based on this research, a synthetic beef with sufficient amount of nutrient and less health risk has been produced. Therefore, synthetic beef is a healthy alternative food that can substitute original beef.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62038
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Cinthya Chatarina
"Tablet lepas lambat merupakan tablet yang didesain untuk dapat melepaskan zat aktif secara perlahan di dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan mengkarakterisasi eksipien protein kedelai tersuksinilasi yang digunakan sebagai matriks dalam formulasi tablet lepas lambat dengan propranolol hidroklorida sebagai model obat. Konsentrat protein kedelai suksinat (PKS 1) diperoleh melaui cara esterifikasi konsentrat protein kedelai (PK) dengan anhidrida suksinat 100% b/b pada kondisi basa. PK dan PKS 1 dikarakterisasi secara fisik, kimia dan fungsional, kemudian diformulasikan menjadi matriks tablet lepas lambat dengan metode granulasi basah. Tablet lepas lambat yang dihasilkan dievaluasi dan dipelajari profil pelepasan obatnya.
Hasil penelitian menunjukkan pita serapan pada bilangan gelombang 1653,05 cm-1; 1697,41 cm-1; 2359,02 cm-1 dan derajat substitusi PKS 1 sebesar 35,74 ± 0,38%. Eksipien tersebut menunjukkan kemampuan mengembang yang baik sebesar 35,38 ± 2,08% dalam HCl pH 1,2 dan 66,36 ± 2,12% dalam dapar fosfat pH 7,5. Profil pelepasan propranolol hidroklorida dari tablet lepas lambat yang mengandung PKS 1 sebagai pembentuk matriks (F1, F2, dan F3) menunjukkan profil pelepasan obat yang mengikuti persamaan Higuchi. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa PKS 1 dapat digunakan sebagai eksipien pembentuk matriks pada tablet lepas lambat dan dapat digunakan untuk pemakaian 24 jam.

Sustained release tablet is solid oral dosage form which is designed to release drugs slowly in the body. This research was conducted to produce and characterize the succinylated excipient of soybean protein as matrix for sustained release tablet formulation with propranolol hydrochloride as model drug. Soybean protein succinate (SPS 1) was obtained by esterification of soybean protein (SP) with anhydride succinic 100% b/b in alkaline solution. SP and SPS 1 were characterized physically, chemically, and functionally, then were formulated as matrix in sustained release tablet by wet granulation method. Furthermore, the sustained release tablets were evaluated and the drug release profiles were studied.
Characterization of excipient results showed a peak at the wave number 1653,05 cm-1; 1697,41 cm-1; 2359,02 cm-1 and substitution degree of PKS 1 is 35,74 ± 0,38%. That modified excipient show good swelling capability that are 35,38 ± 2,08% in medium HCl pH 1,2 and 66,36 ± 2,12% in medium buffer phosphate pH 7,5. Drug released profil of Propranolol hydrochloride from sustained release tablet which contain PKS 1 as matrices (F1, F2, and F3) showed Higuchi drug release kinetics. This study suggested that the PKS 1 can be applied as matrix for sustained release tablets and extend drug release up to 24 hours.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Azizah
"Sediaan lepas tunda adalah sistem pelepasan termodifikasi, dimana obat tidak langsung dilepaskan setelah diberikan, dengan tujuan melindungi lambung dari obat yang dapat mengiritasi. Pembuatan sediaan lepas tunda membutuhkan eksipien yang dapat menahan pelepasan obat dilambung, yaitu dengan melakukan modifikasi protein kedelai dengan cara suksinilasi dan asetilasi. Tujuan penelitian ini adalah membuat tablet enterik ibuprofen menggunakan protein kedelai suksinat asetat sebagai pembentuk matriks. Protein kedelai suksinat asetat (PKSA) adalah eksipien yang dibuat dari reaksi suksinilasi dengan suksinat anhidrida 125% b/b dan asetilasi dengan asetat anhidrida 125% v/b. Derajat substitusi PKSA sebesar 75,25%. Matriks tablet enterik ibuprofen dibuat dalam 3 formula dengan metode granulasi basah. F1 yang mengandung PKSA merupakan formula yang lebih baik dibandingkan dengan F2 (PKSA:HPMCP) 1:1 dan F3 (HPMCP). Laju disolusi maksimum F1 adalah pada menit ke 15 sebesar 16,07% dalam pH 1,2 dan 72,31% dalam pH 6,8. Substitusi bertingkat suksinilasi dan asetilasi belum dapat digunakan sebagai matriks tunggal sediaan lepas tunda.

Delayed release dosage is modified release system which the drug is not immediately released after administration, with the purpose to protecting the stomach from medications can cause irritate. Making delayed release dosage require an excipient that can hold the release of drugs in stomach, that is by doing the modification of soy protein with succinylation and acetylation. The purpose of this research is to make the enteric tablet of ibuprofen use soy protein acetate succinate as matrix formers. Soy protein acetate succinate (SPAS) is an excipient made from succinylation with succinate anhydride 125% w/w and acetylation with acetate anhydride 125% v/w. SPAS has degree of substitution 75,25%. Matrix enteric tablet of ibuprofen made in 3 formulas by wet granulation method. F1 is containing SPAS is a better formula to compared with F2 containing SPAS:HPMCP 1:1 and F3 containing HPMCP. The maximum dissolution rate F1 is on the 15 minutes by 16,07% in pH 1,2 and 72,31% in pH 6,8. Multilevel substitution with succinylation and acetylation can’t be used as single matrix delayed release dosage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59552
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Ayu Nirmalasari H P
"ABSTRAK
Latar Belakang: Konsumsi isoflavon adalah salah satu cara mengatasi keluhan klimakterik. Daidzein merupakan isoflavon dari kedelai yang menghasilkan metabolit aktif equol dengan sifat mirip estrogen. Metode: Uji klinis tersamar tunggal dilakukan terhadap 42 perempuan menopause terbagi menjadi kontrol, mendapatkan Calcium glisero-fosfat 500mg, vitamin D3 35 iu dan perlakuan, mendapatkan Daidzein 120mg, Calciumglisero-fosfat 500mg, vitamin D3 140 iu selama 8 minggu. Hasil: 47.5% mendapatkan suplementasi mengandung Daidzein. Penurunan keluhan klimakterik untuk kelompok tersebut signifikan secara statistik, namun besar penurunan tidak bermakna bila dibandingkan kontrol. Kesimpulan: Suplementasi Daidzein 120mg selama 8 minggu tidak berbeda bermakna bila dibandingkan kontrol dalam menurunkan keluhan klimakterik.

ABSTRACT
Background: soy consumption is one of many ways to deal with climacteric symptoms. Daidzein, a form of isoflavone, found in soy-germ producing equol metabolite similar to estrogen. Methods: A single-blind randomized clinical trial that involve 42 menopausal women, is divided into 2 groups, first given Calcium glisero-fosfat 500mg, vitamin D3 35 iu and others given Daidzein 120mg, Calciumglisero-fosfat 500mg and vitamin D3 140iu for 8 weeks. Result: 47.5% respondent receive daidzein supplementation. Menopausal symptoms decrease but not statistically significant compare to control group. Conclusion: daidzein 120mg supplementation for 8 weeks not statistically significant in reducing menopausal symptom compare to control."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sauria Karina
"ABSTRAK
Ikan tenggiri Spanyol (Scomberomorus commersoni) merupakan ikan pelagis yang banyak diincar oleh nelayan komersial di perairan Indonesia. Ikan ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena rasa yang disukai secara umum. Ikan ini dapat diolah menjadi berbagai macam produk ikan dan diekspor ke Asia, Amerika dan Eropa. Mengandung 60-90% air, ikan ini sangat mudah rusak. Kualitas ikan dapat menurun bila disimpan lebih dari 1 hari, dan dapat bertahan hingga 5 hari dalam cold storage. Oleh karena itu, diperlukan proses penanganan yang tepat selama pendistribusian ikan dari kapal hingga meja konsumen untuk menghindari pembusukan dan penurunan kualitas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan lapisan antimikroba yang efektif untuk memperpanjang umur simpan daging ikan tenggiri segar. Daging ikan dilapisi dengan larutan protein whey 10% yang digabungkan dengan variasi konsentrasi asap cair (5%, 10% & 15%). Enzim transglutaminase (0%, 1% & 1,5%) diaplikasikan ke dalam larutan whey sebagai agen pengikat silang. Sampel bersalut dan tak bersalut disimpan pada suhu ± 7oC selama 15 hari. Nilai pH, kadar air, jumlah bakteri dan kadar basa volatil dianalisis setiap 5 hari. Selain itu, Scanning Electron Microscopy (SEM) dilakukan untuk karakterisasi morfologi daging ikan salut dan tak bersalut. Fourier Transform Infra-Red (FTIR) juga dilakukan untuk mengidentifikasi ikatan kovalen yang dibentuk oleh TGase dalam larutan pelapis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan enzim transglutaminase mempercepat pembusukan ikan oleh amonia yang dihasilkan sebagai produk sampingan. Di sisi lain, asap cair sebagai
bahan pelapis menjaga kualitas ikan secara signifikan selama penyimpanan. Oleh karena itu, perlakuan terbaik pada penelitian ini adalah menggunakan asap cair 15% sebagai bahan pelapis. Kajian ini bertujuan untuk diterapkan di lapangan untuk menjaga kualitas produk ikan, sehingga penurunan bobot ikan selama penanganan pasca panen dapat dicegah.

ABSTRACT
The Spanish mackerel (Scomberomorus commersoni) is a pelagic fish that is targeted by many commercial fishermen in Indonesian waters. This fish has a high economic value because of its generally preferred taste. This fish can be processed into various kinds of fish products and exported to Asia, America and Europe. Containing 60-90% water, this fish is very easily damaged. Fish quality can decline if stored for more than 1 day, and can last up to 5 days in cold storage. Therefore, it is necessary to have a proper handling process during the distribution of fish from ships to consumers' tables to avoid spoilage and quality degradation. The aim of this research is to develop an effective antimicrobial layer to extend the shelf life of fresh mackerel fish. The fish meat was coated with a 10% whey protein solution combined with various concentrations of liquid smoke (5%, 10% & 15%). The transglutaminase enzyme (0%, 1% & 1.5%) was applied to the whey solution as a crosslinking agent. Coated and noncoated samples were stored at ± 7oC for 15 days. The pH value, water content, number of bacteria and volatile base content were analyzed every 5 days. In addition, Scanning Electron Microscopy (SEM) was performed to characterize the morphology of coated and coated fish meat. Fourier Transform Infra-Red (FTIR) was also carried out to identify the covalent bonds formed by TGase in the coating solution. The results showed that the addition of the transglutaminase enzyme accelerated the spoilage of fish by ammonia which was produced as a byproduct. On the other hand, liquid smoke as a coating material maintains the quality of the fish significantly during storage. Therefore, the best treatment in this study is to use 15% liquid smoke as a coating material. This study aims to be applied in the field to maintain the quality of fish products, so that the reduction in fish weight during post-harvest handling can be prevented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurullah Agustya
"Salah satu masalah terbesar pada lansia adalah ketidakseimbangan nutrisi nurang dari kebutuhan tubuh. KIAN ini bertujuan untuk memaparkan hasil asuhan keperawatan pada lansia dengan ketidakseimbangan nutrisi nurang dari kebutuhan tubuh. Metode yang digunakan dalam KIAN ini berupa intervensi keperawatan. Asuhan keperawatan dilakukan di PSTW Budi Mulia 1, DKI Jakarta dengan melakukan intervensi unggulan, yaitu manajemen nutrisi melalui monitoring rutin dan pemberian suplemen berbasis protein kedelai selama 4 minggu. Monitoring rutin dan pemberian suplemen berbasis protein kedelai dilakukan kepada tiga lansia dengan kategori MNA ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Hasil yang didapat setelah pemberian intervensi selama 4 minggu pada lansia adalah terdapat penambahan pada berat badan dan lingkar lengan atas masing-masing lansia. Terdapat penambahan berat badan dan lingkar lengan atas lansia sebanyak 1 kg dan 1 cm pada klien kelolaan, sedangkan resume 1, 2 kg dan 1,5 cm, dan 3 kg dan 2 cm pada resume 2. KIAN ini menyarankan adanya anggaran khusus untuk memfasilitasi suplemen berbasis protein kedelai yang disediakan oleh Dinas Sosial dan keluarga.

One of the biggest problems in the elderly are imbalance nutrition less than body requirement. The purpose of this paper is describing the results of the nursing care of the elderly with imbalance nutrition less than body requirement. The interventional methode was used in this paper. The intervention, management nutrition, had been done in PSTW Budi Mulia 1 Cipayung, DKI Jakarta by routine monitoring and giving soy based protein for 4 weeks. Routine monitoring and giving soy based protein was done to three elderly who categorized malnutrition by screening MNA. The results were additions to the weight and arm circumference on each senior, 1 kg dan 1 cm on first client, 2 kg and 1,5 cm on second client, and 3 kg and 2 cm on third client, after administration of intervention. This paper suggested the additional budgeting for facilate elderly the soy based protein by Sosial Department and family."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Scheraga, Harold A.
New York : Academic Press, 1961
547.7 SCH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nanny V. Kosasih
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Malnutrisi seringkali terjadi pada penderita Gagal Ginjal kronik (GGK) dengan Hemodialisis (HD), yang disebabkan oleh berbagai faktor termasuk gangguan metabolisme energi dan protein, perubahan hormonal, infeksi, serta asupan makanan. Di samping itu, hemodi alisis sendiri meningkatkan katabolisme protein. Untuk mengatasi keadaan tersebut diperlukan asupan protein lebih besar dari penderita non dialisis. Substitusi analog keto dan asam amino esensial pada penderita GGK dengan HD, dapat diharapkan memperbaiki gangguan metabolisme protein tanpa menambah beban pada ginjal. Di dalam tubuh analog keto mengalami transaminasi membentuk asam amino esensial yang diperlukan untuk sintesa protein, oleh karena itu, suplementasi campuran analog keto dan asam amino esensial dipertimbangkan untuk meningkatkan asupan protein. Di Indonesia belum pernah dilakukan penelitian suplementasi campuran analog keto dan asam amino esensial pada penderita GGK dengan HD, walaupun di negara maju dengan kondisi berbeda sudah pernah dilakukan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pengaruh suplementasi analog keto dan asam amino esensial terhadap status protein penderita GGK dengan HD.Campuran analog keto dan asam amino esensial sebanyak 7,5 g dan vitamin B6 20 mg dalam bentuk-kapsul sebanyak 9 kapsul, diberikan secara peroral setiap hari selama 3 minggu. Penelitian dilakukan secara acak sederhana tersamar tunggal terhadap 39 penderita GGK dengan HD. Penderita GGK dengan HD dibagi dalam 2 kelompok, masing-masing 20 dan 19 orang. Kelompok kontrol diberi kapsul plasebo dan kelompok perlakuan diberikan suplementasi. Data 10 orang masing-masing 5 orang dari tiap kelompok dikeluarkan karena tidak memenuhi persyaratan.
Hasil dan Kesimpulan : Nilai rata-rata(Y) kadar transferin kelompok kontrol dan perlakuan sebelum dilakukan suplementasi adalah berturut-turut (396,73 ± 48,38 mg/dl) dan (406,71t 31,95 mg/dl) Sesudah suplementasi kadar transferin pada kelompok kontrol cenderung penurunan lebih besar ( 390,92 ± 54,92 mg/dl) daripada kelompok perlakuan (387,73 ± 63,88 mg/dl) tetapi hasil uji statistik terhadap perubahan ini tidak bermakna (p > 0,05).
Kesimpulan: Suplementasi campuran analog keto dan asam amino esensial pada penderita GGK dengan HD yang mempunyai status protein baik, agaknya tidak memberi pengaruh terhadap status proteinnya.

The Effects Of Supplementation Of A Mixture Of Ketoanalogues And Essential Amino Acids On The Protein Status Of Chronic Renal Failure Patients On HemodialysisScope and Method of study: Malnutrition often occurs to chronic renal failure (CRF) patients on hemodialysis (HD). This may be a consequence of multiple factors including disturbances in energy and protein metabolism, hormonal derangements, infections and poor food intake. Besides, hemodialysis it self increases protein catabolism. To overcome such cases CRF patients on HD need more protein intake than non dialysis patients. Substituting ketoanalogues (SA)-and essential amino acids (EAA) in CRF patients on HD is hoped to be able to-eliminate the disturbance of protein metabolism without adding more work load to the kidney. In the body ketoanalogues undergo transamination to form EAA needed to synthesize protein. Therefore, supplementation of a mixture of KA and EAA is considered as means to increase protein intake. In Indonesia a study on the supplementation of a mixture of KA and EAA has never been done, whereas in developed countries, some have been done on different conditions.
The aim of this study is to asses the effects of a mixture of KA and EAA on the protein status of CEF patients on HD. A mixture of KA and EAA amounting to 7,5 g and 20 mg of vitamin B6 was put into 9 capsules orally for three weeks. In this study 39 CRF patient on HD were randomly divided into two groups, each consisted of 20 and 19 subjects. The control group was given placebo capsules, and the treatment group was given supplementation. Ten subjects, 5 from each group,were excluded because they didn't participate well in the study.
Findings and Conclusions :
The mean of transferrin level of the control and treatment groups before the supplementation was 396,73 ± 48,38 mg/dl and 406,71 ± 31,95 mg/dl respectively. After the supplementation transferrin level of the control group to decreased (390,92 ± 54,92 mg/dl) more than that of the treatment group (387,73 ± 63,88 mg/dl). However, statistically the change was not significant. It can be concluded that the supplementation of a mixture of KA and EAA to CR patients on HD who had good protein status, presumably, did not affect their protein status."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T3715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Massachusetts: The United Nations University, 1980
613.282 NUT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>