Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30535 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Thelma Ghatya
"Kualitas pendidikan Indonesia masih berada dibawah rata-rata kualitas pendidikan dunia dan memerlukan banyak pengembangan. Berdasarkan studi literatur, guru yang efektif merupakan kunci utama untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap siswa dan dirinya merupakan salah satu karakteristik utama guru efektif. Ekspektasi yang tinggi dapat disebut sebagai Teacher Academic Optimism. Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi alat ukur yang konsisten, valid mengukur teacher's academic optimism, memiliki item yang mampu membedakan karakteristik optimism akademik guru, serta memiliki norma menginterpretasi skor.
Penelitian dilakukan kepada guru sekolah tingkat menengah di 15 SMP dan SMA Jabodetabek n=295; Musia= 47,4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat ukur Optimisme Akademik Guru OAG memiliki konsistensi internal yang baik ? = 0,917, memiliki kecocokan good fit dengan model yang ada RMSEA=0,077; CFI=0,96, valid dalam mengukur teacher academic optimism karena berkorelasi dengan optimism disposisional yang secara teoretis berhubungan r = 0,468, n = 295, p.

Indonesia 39s education quality still below the average of world wide education quality and need a lot of improvement. Based on literature studies, effective teachers are the key to improving the quality of education. Having high expectations of students and itself is one of the main characteristics of effective teachers. High expectations can be explained as Teacher 39 s Academic Optimism. This study aims to construct a consistent, valid scale of teacher 39s academic optimism, having items that differentiate the characteristics of teachers academic optimism, as well as having norms to interpret scores.
The study was conducted to middle school teachers in 15 junior high and senior high schools in Jabodetabek n 295, Mage 47.4. The results showed that the Teachers Academic Optimism OAG scale has good internal consistency 0.917, has a good fit with proposed model RMSEA 0.077, CFI 0.96, valid in measuring teacher 39s academic optimism because it correlates with theoretically related dispositional optimism r 0.468, n 295.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aji Winata
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi alat ukur Teacher Caring Scale TCS pada guru sekolah menengah. Penelitian ini dilakukan kepada guru sekolah menengah di daerah Jabodetabek n=291. Hasil pengujian psikometri cronbach alpha menunjukkan bahwa alat ukur TCS memiliki tingkat konsistensi internal yang baik ?=0,916. Pengujian validitas konstruk menunjukkan korelasi yang signifikan dengan alat ukur agreeableness r=0,371.

This study aims to construct a Teacher Caring Scale TCS measurement for secondary school teachers. This research was conducted to secondary school teachers in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi n 291. The results of psychometric test with cronbach alpha indicates that TCS measurement has a good internal consistency level 0.916. Construct validity shows significant correlation with agreeableness r 0,371.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhliyah Tania Heryanto
"Adaptabilitas menjadi karakteristik yang dibutuhkan guru untuk menghadapi perkembangan pendidikan yang dinamis seiring berkembangnya zaman. Oleh karena itu, diperlukan sebuah alat ukur untuk mengetahui tingkat kecenderungan karakteristik adaptabilitas pada guru. Penelitian bertujuan untuk mengkonstruksi alat ukur yang memiliki konsistensi, valid mengukur adaptabilitas guru, memiliki item yang mampu membedakan kemampuan individu, dan memiliki skor yang bermakna. Penelitian dilakukan kepada guru sekolah menengah di wilayah Jabodetabek n=290. Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat ukur Adaptabilitas Guru dengan 24 item memiliki konsistensi internal yang baik ? = 0,895, mampu mengukur adaptabilitas guru melalui uji validitas konstruk dengan agreeableness r=0,217, p.

Adaptability becomes an important characteristic for teacher to face the development of dynamic education as time progress. Therefore, a test that measures teachers level of adaptability is needed. This research aims to construct a consistent and valid measure of teachers adaptability test that contains items which can discriminate individual ability and can be meaningfully interpreted. This reasearch was administered to 290 junior and senior high school teachers in Jabodetabek area. Result from this study showed that Teacher's Adaptability measurement is internally consistent 0,895 and able to measure teacher's adaptability through construct validity test r 0,217.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Muhamad
"Berbagai penelitian menjelaskan bahwa kesadaran metakognisi perlu dimiliki guru untuk meningkatkan keefektifan dan performanya dalam mengajar. Namun penelitian kesadaran metakognisi pada konteks guru masih kurang mendapat perhatian, belum banyak dilakukan, dan belum ada alat ukurnya. Penelitian ini bertujuan untuk menkonstruksi alat ukur Teacher Metacognition Awareness TMA yang reliabel, valid, memiliki item-item yang baik, dan tersusun norma. Penelitian dilakukan kepada guru sekolah menengah di Jabodetabek n=293.
Hasil penelitian menunjukan bahwa alat ukur TMA merupakan alat ukur yang reliabel, baik secara total = 0,88, dimensi knowledge about cognition = 0,77, maupun dimensi regulation of cognition = 0,82. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa alat ukur TMA dan dimensinya juga valid dalam mengukur konstruk kesadaran metakognisi dan dimensinya memenuhi pernyaratan validitas factor analysis, convergent evidence, dan konsistensi internal. Alat ukur TMA terdiri dari total 24 item dan 12 item pada setiap dimensinya, dimana item tersebut memiliki daya diskriminasi yang baik dan memiliki kontribusi terhadap konstruk kesadaran metakognisi. Pemaknaan skor alat TMA menggunakan within-group norms dengan transformasi scaled score M=10; SD=3.

Various studies found that metacognition awareness needs to be possessed by teachers to improve their effectiveness and performance in teaching. However, there is still lack of research which examine metacognition awareness on teachers as well as lack of attention on the topic. Moreover, the scale that measure metacognition awareness on teacher has still not existed yet. This research attempted to construct Teacher Metacognition Awareness TMA scale in which is reliable, valid, having good items, and having norms. The study was conducted for secondary school teachers in Jabodetabek n 293.
The results revealed that the TMA scale was a reliable scale, in terms of total 0.88, knowledge about cognition 0.77, and regulation of cognition dimension 0.82. The results also indicated that the TMA scale and its dimensions are valid for measuring the metacognition awareness and its dimensions complying the validity requirements of factor analysis, convergent evidence, and internal consistency . The TMA scale consists of 24 items and 12 items in each dimension by which each item has a good discriminating power and contributes to the construct of metacognition awareness. TMA test rsquo s score was interpreted using within group norms with scaled score M 10 SD 3.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasya Millatina
"Pentingnya guru untuk mulai terbuka terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi TIK dalam pembelajaran menjadi dasar pertimbangan dari konstruksi alat ukur sikap guru terhadap teknologi informasi dan komunikasi STTIK. Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi alat ukur sikap terhadap TIK yang reliabel, valid, memiliki item yang baik, serta memiliki skor yang bermakna. Penelitian dilakukan kepada guru sekolah menengah di Jabodetabek n=294. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat ukur STTIK memiliki konsistensi internal yang tinggi ?=0,913, valid mengukur sikap terhadap TIK melalui uji validitas konstruk dengan alat ukur self-efficacy yang secara teoritis berhubungan dengan konstruk sikap terhadap TIK r=0,542, p < 0,01, serta valid mengukur sikap terhadap TIK dalam arti memiliki kecocokan goodness of fit dengan model teoritis yang ada RMSEA=0,08; GFI=0,86; CFI=0,96. Alat ukur terdiri dari 21 item dimana item memiliki daya diskriminasi dan factor loading yang berfungsi dengan baik, meskipun masih memancing respon yang kurang merata. Pemaknaan skor alat ukur STTIK menggunakan within group norms dengan metode scaled score M=10; SD=3.

The importance of teacher starting to open towards the use of information and communication technology ICT in learning process has become the basis of construction of teachers rsquo attitude towadrs information and communication technology scale TAICTS. This study aimed to construct attitude towards ICT scale, which was valid, reliable, and having both good items and meaningful scores. Participants were secondary school teachers in Jabodetabek n 294 . The results revealed that TAICTS have high internal consistency 0,913, valid to measure attitude towards ICT through construct validity test with self efficacy scale by which theoretically related with attitude towards ICT construct r 0,542, p 0,01. TAICTS was found to be valid to measure attitude towards ICT in which have goodness of fit with the existing theoretical models RMSEA 0,08 GFI 0,86 CFI 0,96. This scale consisted of 21 items, which all of them have well functioned Item Discrimination Indices and factor loading, even though it still provoked uneven responses. The scoring meaning of TAICTS used within group norms with scaled score method M 10 SD 3.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasyani Karima
"Guru dikatakan sebagai penentu keberhasilan dalam pendidikan. Meskipun begitu, masih banyak guru yang belum kompeten dan berkualitas di Indonesia dan kurangnya antusiasme guru dianggap sebagai salah satu penyebabnya. Hal ini menjadi dasar pengembangan alat ukur Skala Antusiasme Guru SAG di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun alat ukur yang konsisten secara internal, valid mengukur antusiasme guru, memiliki item yang mampu membedakan individu, serta menyusun norma. Penelitian dilakukan kepada guru sekolah menengah di 15 sekolah di Jabodetabek n=299. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat ukur SAG memiliki tingkat konsistensi internal yang baik ?=0,886, valid mengukur antusiasme guru melalui uji validitas konstruk dengan alat ukur new general self-efficacy pada dimensi antusiasme dalam mata pelajaran r=0,379, p.

Teachers are said to be the determinants of academic success. However, there are still many teachers who are not competent and qualified in Indonesia with lack of teacher enthusiasm is considered as one of the main cause. This became the basis for the development of Skala Antusiasme Guru SAG in Indonesia. This study aims to construct a test that internally consistent, validly measure teacher 39 s enthusiasm, have items that able to discriminate individuals, and set the norms. The study was conducted on secondary teachers in 15 schools in Jabodetabek area n 299. Result of the study shown that SAG has good internal consistency 0,886, validly measure teacher 39s enthusiasm through construct validity check with new general self efficacy test in subject enthusiasm r 0,379.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Salma Saada
"Salah satu permasalahan yang terjadi pada pengawas Dinas Diknas Kota Kendari adalah belum optimalnya supervisi akademik pengawas sekolah dalam perspektif peningkatan profesionalisme guru SMK di Kota Kendari. Dengan menggunakan pendekatan SSM, untuk mengetahui situasi dunia nyata dan memperbaikinya. Maka hasil penelitian memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kota Kendari agar melaksanakan perekrutan pengawas melalui seleksi, adanyan Diklat Pengawas secara berkesinambungan, dan adanya pemberian beasiswa kepada pengawas agar lebih termotivasi dalam meningkatkan kinerjanya sehingga supervisi akademik pengaws SMK Kota Kendari menjadi optimal.

A problems occuring on the supervisory education board of Kendari municipatily is the supervision of the school supervisor which is still not optimum to improve the profesionalism of SMK teacher in Kendari municipality. Research study through SSM approach has recommended the local goverment to improvsor through the selection prosess, providing training for supervisors, and providing a scholarship for the situation by recruiting supervisors."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35275
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allyn Ng
"Kecurangan akademik yang terjadi dalam dunia pendidikan semakin marak dan mengkhawatirkan. Masalah tersebut dapat berdampak negatif secara jangka pendek maupun panjang pada peserta didik dan institusi pendidikan. Terdapat berbagai faktor individual maupun kontekstual yang terkait dengan kecurangan akademik, salah satunya adalah dukungan guru. Tingginya tingkat kecurangan akademik pada peserta didik tingkat SMA patut menjadi perhatian penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah tingkat dukungan guru yang lebih tinggi berpengaruh secara signifikan pada kecurangan akademik yang lebih rendah. Penelitian ini menggunakan Academic Dishonesty Scale milik Bashir dan Bala (2018) untuk mengukur kecurangan akademik dan Teacher Subscale dari Child and Adolescent Social Support Scale milik Malecki, Demaray, dan Elliot (2000) untuk mengukur dukungan guru. Penelitian melibatkan peserta didik SMA sebagai partisipan dengan jumlah 140 partisipan. Hasil analisis statistik menggunakan uji regresi sederhana menunjukkan bahwa dukungan guru yang lebih tinggi berpengaruh secara signifikan pada kecurangan akademik yang lebih rendah (B = -0.168, p < 0,01). Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi praktisi pendidikan, seperti guru, psikolog sekolah, ataupun lembaga pendidikan dalam merancang intervensi yang efektif dalam meminimalisir tingkat kecurangan akademik.

Academic dishonesty that occurs in the world of education is increasingly widespread and alarming. This problem can have a short and long term negative impact on students and educational institutions. There are various individual and contextual factors related to academic dishonesty, one of which is teacher support. The high level of academic dishonesty in high school level deserves research attention. This study aims to examine whether higher levels of teacher support will significantly affect on lower academic cheating. This study uses Academic Dishonesty Scale (Bashir & Bala, 2018) to measure academic dishonesty and the Teacher Subscale from Child and Adolescent Social Support Scale (Malecki, Demaray, & Elliott, 2000) to measure teacher support. This study involved high school students as participants with a total of 140 participants. The results of statistical analysis using a simple regression test showed that higher teacher support had a significant effect on lower academic cheating (B = -0.168, p <0.01). The results of this study can be beneficial for educational practitioners, such as teachers, school psychologists, or educational institutions in designing effective interventions to minimize the level of academic dishonesty."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Ramadhanty Setiawan
"

Kecurangan akademik merupakan fenomena yang sering terjadi di lingkungan akademik. Fenomena tersebut merupakan perilaku yang biasa dilakukan oleh peserta didik Sekolah Menengah Atas (McCabe, 1999). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kecurangan akademik memiliki hubungan dengan efikasi diri akademik dan hubungan tersebut apakah dimoderasi oleh dukungan guru. Sebanyak 136 peserta didik Sekolah Menengah Atas (106 perempuan dan 30 laki-laki) ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Analisis korelasional pada penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis Pearson’s correlation dan analisis regresi linear berganda dilakukan menggunakan program PROCESS v3.5 untuk melihat efek moderasi dukungan guru pada hubungan efikasi diri akademik dengan kecurangan akademik. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara efikasi diri akademik dengan kecurangan akademik, dan tidak terdapat hubungan antara dukungan guru dengan kecurangan akademik. Lebih lanjut, dukungan guru tidak dapat memperkuat atau memperlemah hubungan efikasi diri akademik dengan kecurangan akademik pada peserta didik Sekolah Menengah Atas. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi praktisi sekolah untuk membuat program-program pendidikan yang dapat mengurangi kecurangan akademik di Indonesia.

 


Academic dishonesty is a phenomenon that often occurs in the academic environment. This phenomenon is a behavior commonly practiced by high school students (McCabe, 1999). This study aims to determine whether academic dishonesty has a relationship with academic self-efficacy and whether the relationship is moderated by teacher support. A total of 136 high school students (106 girls and 30 boys) participated in this study. Correlational analysis in this study conducted with Pearson's correlation analysis technique and multiple linear regression analysis performed using PROCESS v3.5 to see the effect of teacher support moderation on the relationship of academic self-efficacy with academic dishonesty. This study found that there was a significant negative relationship between academic self-efficacy and academic cheating, and there was no relationship between teacher support and academic cheating. Furthermore, teacher support cannot strengthen or weaken the relationship between academic self-efficacy and academic dishonesty on high school students. This results can be useful for school practitioners to create educational programs that can reduce academic dishonesty in Indonesia.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Yazid Nugraha
"Hubungan yang terjalin antara guru dengan siswa merupakan faktor terpenting yang membentuk teacher wellbeing O Connor, 2008. Akan tetapi, terdapat faktor penting lainnya yang dapat mempengaruhi teacher wellbeing guru, yang diperkirakan dipengaruhi oleh status kepegawaian guru (guru tetap dan guru honorer) (Setiyawan, 2017). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan guru- iswa dan status kepegawaian guru dapat memprediksi teacher wellbeing pada guru di jenjang sekolah menengah. Penelitian ini dilakukan pada guru sekolah menengah (N = 284; 65.8% Perempuan; M-usia = 38.58 tahun) dengan alat ukur berupa skala Teacher Subjective Wellbeing Questionnaire (TSWQ) yang dikembangkan oleh Renshaw, Long, dan Cook (2015) dan skala Student-Teacher Relationship Scale (STRS) yang dikembangkan oleh Aldrup, Klusmann, Lüdtke, Göllner, dan Trautwein 2018. Kedua alat ukur sudah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia dan memiliki hasil uji psikometrik yang baik. Diketahui bahwa hubungan guru siswa dan status kepegawaian guru sebagai prediktor terhadap teacher wellbeing sebagai variabel terikat menunjukkan hasil yang signifikan F2,281 = 78,118, p < .0005. Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan guru siswa dapat memprediksi teacher wellbeing pada guru sekolah menengah secara positif dan status kepegawaian guru juga akan memprediksi teacher wellbeing pada guru jenjang sekolah menengah, dimana guru tetap memiliki teacher wellbeing yang lebih baik dibandingkan guru honorer.

The relationship that is bonded between teachers and their pupil is the most crucial factor of teacher wellbeing O Connor, 2008. However, there is another important predictor beside student-teacher relationship which could affect teachers wellbeing. Teachers employment status is regarded as another important predictor towards teacher wellbeing and it is shown as to whether the teacher is permanently employed or is a temporary teacher (Setiyawan, 2017). This research aims to see whether student-teacher relationship and teachers employment status could predict teacher wellbeing amongst teachers of secondary level of education. The subjects of this study were secondary teachers (N = 284; 65.8% Female; M-age = 38.58 years old). The instrument used in this research were Teacher Subjective Wellbeing Questionnaire (TSWQ) developed by Renshaw, Long, and Cook 2015 and Student Teacher Relationship Scale (STRS) developed by Aldrup, Klusmann, Lüdtke, Göllner, and Trautwein 2018. Both instruments were adapted to Bahasa Indonesia and showed having good psychometrical attributes. Multiple Regression Analysis were deployed to test both predictors and the result indicates both predictors successfully predict teacher wellbeing amongst secondary teacher F(2,281) = 78,118, p < .0005. The result indicates that student teacher relationship predicts teacher wellbeing positively and teachers employment status also predicts teacher wellbeing which permanent teachers show better teacher wellbeing than temporary teachers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>