Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122403 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sudono Sugianto
"Air bersih yang aman adalah sumber daya yang sangat terbatas. Di Indonesia, cakupan akses air bersih baru sekitar 71 . Cakupan akses air bersih di Jakarta adalah 60 , sementara di Kota Tangerang baru mencapai 28 . Karena air bersih yang aman begitu terbatas, maka, perlu ada upaya konservasi air agar sumber daya air tetap lestari sehingga dapat memenuhi kebutuhan air bersih manusia. Salah satu upaya konservasi air adalah dengan melakukan pemanfaatan air kondensat sistem pendingin ruangan. Studi ini bertujuan untuk mengestimasi kuantitas dan kualitas air kondensat yang dihasilkan system pendingin ruangan di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Sistem pendingin ruangan sentral di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta mampu menghasilkan 225 m3 air kondensat per hari. Kualitas air kondensat yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan kualitas air bersih dalam Permenkes no. 32 tahun 2017. Air ini dapat digunakan sebagai alternatif sumber air bersih untuk keperluan hygiene sanitasi, mencuci, flushing, penyiraman taman dan tanaman, dan sebagainya.

Safe, clean water is a very limited resource. In Indonesia, the clean water access coverage is only 71 . In Jakarta and Tangerang, clean water access coverage are only 60 and 28 , respectively. Therefore, water conservation is required to keep water sustainable. One way to conserve water is to collect condensate water produced from air conditioner. This study aims to estimate the quantity and quality of condensate water produced from air conditioners in Terminal 3 Soekarno Hatta Airport. Water was collected from central HVAC system. The air conditioner yield 225 m3 of condensate water per day. The quality of condensate water produced meets the standards set by Ministry of Health. Condensate water be used for domestic purposes, such as washing, cleaning, sanitation, flushing toilets, irrigation and for aesthetic purposes, etc."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Gading Rahmadana
"Global warming merupakan kejadian dimana suhu rata-rata permukaan bumi mengalami peningkatan akibat adanya gas rumah kaca. AC menjadi salah satu sistem yang menggunakan gas rumah kaca tersebut. Panas yang dimiliki refrijeran dipindahkan ke lingkungan oleh kondensor. Panas tersebut dapat dimanfaatkan untuk memanaskan air menggunakan alat penukar kalor pipa ganda atau double pipe heat exchanger (DPHE).
Refrijeran yang keluar dari kompresor dengan tekanan dan temperatur yang tinggi akan dialirkan menuju DPHE dimana pada saat yang bersamaan air akan mengalir dengan bantuan pompa dari tangki penyimpanan air menuju DPHE. Pada DPHE, aliran yang terbentuk yaitu counter-current dimana perpindahan kalor terjadi secara konveksi dan konduksi, sehingga refrijeran yang keluar dari DPHE akan memiliki suhu lebih rendah dan air yang mengalir keluar dari DPHE akan memiliki suhu yang lebih tinggi. Kemudian, refrijeran akan melanjutkan siklus refrijerasi dan bergerak menuju katup ekspansi, sedangkan air akan masuk ke dalam tangki penyimpanan air yang diinsulasi sehingga temperatur air panas dapat dijaga dan siap digunakan untuk kebutuhan rumah tangga/domestik.
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang DPHE dan melakukan pengujian untuk mengetahui karakteristik DPHE dalam memanaskan air. DPHE menggunakan pipa tembaga sebagai pipa dalam 3/8 inch dan pipa galvanis 1 inch sebagai pipa luar dengan panjang total area pertukaran panas sebesar 15,2 m. Dengan menggunakan DPHE dan tangki penyimpanan air panas 50 L dimana airnya terus bersikulasi dengan bantuan booster pump dengan debit 5 L/menit, didapatkan air panas yang keluar dari DPHE dengan temperatur maksimal sebesar 71,3 oC selama 49 menit. Sedangkan untuk mencapai temperatur sesuai standar SNI 03-7065-2005 yaitu 45oC, dari enam pengujian dibutuhkan waktu rata-rata selama 36 menit.

Global warming happens when the average temperature of the earth increases caused by greenhouse gases. AC is one of the systems that using greenhouses gas. The heat from the refrigerant is absorbed by the air in the condenser. We can use the heat to heating water with the help of DPHE.
The refrigerant that comes out of the compressor with high pressure and temperature will flow to the double pipe heat exchanger where at the same time the water will flow with the help of a booster pump from the water storage tank to the double pipe heat exchanger. In the double pipe heat exchanger, the flow that is formed is a counter-current where heat transfer occurs by convection and conduction so that the refrigerant that comes out of the double pipe heat exchanger will have a lower temperature and the water that flows out of the double pipe heat exchanger will have a higher temperature. Then, the refrigerant will continue the refrigeration cycle and move towards the expansion valve, while the water will enter the insulated water storage tank so that the hot water temperature can be maintained and is ready to be used for domestic needs.
The purposes of this research are to design DPHE and conduct a test to determine the characteristics of DPHE in heating water. DPHE uses the copper pipe 3/8 inch as an inner pipe and galvanized pipe 1 inch as an outer pipe with a total length of heat exchanger area of 15,2 m. Using DPHE and hot water storage tank 50 L which the water circulates inside the system with the help of a booster pump with a flow rate of 5 L/min, the hot water from DPHE can reach a maximum temperature of 71,3 oC within 49 minutes. Meanwhile, to reach the standard temperature based on SNI 03- 7065-2005 which is 45 oC, it takes an average time of 36 minutes from six tests.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosa, Frank
New York: McGraw-Hill, 1985
R 697 ROS w (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Pusponegoro
"Saat ini kebutuhan dan konsumsi energi meningkat sementara jumlah sumber daya yang tersedia berkurang dan mengakibatkan biaya bahan bakar fosil yang lebih tinggi. Situasi ini akan memberikan dampak yang keras pada standar hidup untuk generasi mendatang. Sampai sekarang, peran bahan bakar fosil untuk sumber energi utama masih tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, pengembangan sumber energi alternatif dan hemat biaya menjadi prioritas utama di antara para ilmuwan. Dengan menggabungkan pemanfaatan energi alternatif dan limbah energi, dapat dimungkinkan penemuan mesin baru yang menggantikan kebutuhan energi tak terbarukan. Sebagai contoh, sitem pemanas air hingga kini masih bergantung pada listrik atau gas LPG. Sistem pemanas air bisa menjadi kebutuhan terutama bagi masyarakat modern. Air panas ini dapat memenuhi berbagai kebutuhan mereka seperti mandi, memasak, mencuci dan keperluan lainnya. Dengan memanfaatkan energi alternatif yang dikombinasikan dengan pemulihan energi limbah, dapat memberikan solusi yang lebih ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan air panas dibandingkan dengan pemanas air listrik atau LPG. Terlebih lagi, dengan masyarakat modern saat ini memiliki sistem pendingin udara untuk mendinginkan ruangan mereka, dapat diimplementasikan sebuah rancangan untuk memulihkan limbah panas dari mesin-mesin AC dan diaplikasikan menjadi pemanas air. Keterbatasan utama aplikasi dari sistem pemanas air ini adalah kenyataan bahwa AC mungkin tidak dioperasikan sepanjang hari. Karena panas hanya tersedia ketika sistem pendingin sedang beroperasi, alat ini membutuhkan sistem hibrida yang dapat menyediakan solusi cadangan. Dalam situasi ini, kita dapat memanfaatkan kolektor surya panas dan mengimplementasikan Phase Change Material (PCM) sambil mengisolasi penyimpanan air panas.

Nowadays the need and consumption of energy is increasing while the amount of available resources is decreasing and resulting in higher fossil fuel cost. This situation will give a hard impact on our standard of living for future generations. Although the role of fossil fuel for the main source of energy is still irresistible even until now, the development of alternative and cost-effective sources of energy becomes top priority among scientists and engineers. This encourages us to innovate and develop tools or machines that utilize alternative energy for fulfilling our daily needs. By combining the utilization of both alternative and waste energy, it is possible to make a new machine that replace the needs non-renewable energy. Water heating system can be a necessity especially for modern people. This hot water can be used to fulfill their various needs such as bathing, cooking, washing and other purposes. These water heaters, especially in Indonesia, will use electricity or LP Gasses as the main energy source. Admittedly nowadays, some advancement can be seen of these heaters which also combine solar panels and electricity for the energy source. However, these water heaters still heavily rely on electricity as their main sources as the heat collected from the panels is not enough to be used throughout the entire day. In this situation, combination of utilizing alternative energy and recovering waste energy can give a more environmentally friendly solution. Since the most modern people nowadays, especially who also needs water heater, have Air Conditioning system to cool up their room, it is possible to recover the heat waste of those AC engines for water heating application. The major limitation of application from this heat recovery water heating system is the fact that the air conditioner might not be operated the whole day. As the heat is only available when refrigeration system is in operation, it requires a hybrid system that provide a backup solution. In this situation, we can utilize heat solar collector and implement a Phase Change Material (PCM) while insulating a hot water storage.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Andika
"Suasana lingkungan kerja yang nyaman sangat mendukung kelancaran aktivilas kerja Oleh karena itu diperlukan perancanaan sistem Air Conditioning (AC) yang baik. Dalam merencanakan sistem pendinginan udara pada salah satu gedung perkantoran milik PT X ini, sistem penyegar udara yang digunakan adalah penyegar udara sentral. Pada sistem ini yang bersirkulasi dari mesin pendingin keruangan yang didinginkan adalah udara (All Air System). Udara dingin dari mesin penyegar udara dapa! dimasukkan langsung ke dalam ruangan, atau dialirkan melalui saluran udara. Untuk merencanakan pengkondisian udara suatu gedung, perencana akan menaksir dahulu berapa besar pendinginan dalam gedung ini. Setelah diketallui besarnya beban pendinginan, baru dapat dilakukan pemilihan terhadap peralalan pendingin yang diperlukan untuk mengkondisikan udara didalam gedung ini. Dalam menghitung beban pendinginan gedung ini, diperlukan peninjauan yang akurat terhadap komponen-komponen beban didalam ruangan yang akan dikondisikan udaranya serta diperlukan juga gambar-gambar yang berhubungan dengan mekanikal gedung dan denab ruangan. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk meodapatkan harga beban pendinginannya. Adapun banyaknya tahap perhitungan tergantung dari jumlah aspekaspak. yang diperhitungkan, dan pada akhirnya harga beban pendinginan masingmasing ruang tersebut akan dijurnlahkan untuk mendapatkan harga beban pendinginan total dari gedung ini,"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37500
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lang, V. Paul
Bombay: D.B. Taraporevala Sons, 1964
697.931 LAN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kistiani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
TA434
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Gaol, Abdon Jonas
"Penelitian ini berfokus pada perancangan pengendali Adaptive Model Predictive Control (MPC) atau MPC Adaptif pada sistem tata udara presisi atau Precision Air Conditioning (PAC) untuk mengendalikan termperatur dan kelembapan relatif, keluaran PAC tersebut, agar sesuai dengan yang diinginkan. PAC yang dikendalikan ini akan digunakan sebagai pendingin kabinet-kabinet yang ada di ruang pusat data (data center) sebuah perusahan telekomunkasi. Untuk itu, diharapkan keluaran dari PAC yang sudah dikendalikan berada pada kisaran 20°C hingga 22°C untuk temperaturnya dan 40% - 55% untuk kelembapan relatif (RH)-nya. Namun, penelitian ini masih pada tahap perancangan pengendali untuk temperatur saja.
Pengendali MPC Adaptif yang dirancang adalah pengendali MPC dengan constraint yang memanfaatkan identifikasi rekursif. Dengan demikian, masukan MPC berupa parameter ruang keadaan akan di-update secara rekursif melalui tahap identifikasi sehingga mampu menghasilkan nilai keluaran sistem yang lebih baik untuk setiap updateannya.
Identifikasi yang dilakukan adalah menggunakan algoritma PO-MOESP rekursif. Adapun pengendali MPC Adaptif yang dirancang masih menggunakan model SISO (single input single output), dimana hanya masukan kompresor dan keluaran temperatur yang diukur, sementara masukan kipas dijaga konstan dan keluaran kelembapan relatifnya diabaikan. Sebelum MPC Adaptif diterapkan, terlebih dahulu dirancang pengendali MPC dengan constraint untuk identifikasi offline, dan apabila hasil keluarannya sudah sesuai dengan yang diinginkan, maka pengendali MPC tersebut akan digabungkan dengan identifikasi rekursif.
Pengendali MPC Adaptif yang dirancang masih menggunakan m-file. Akan tetapi, program m-file ini bisa diaplikasikan untuk sistem MIMO (multi input multi ouput). Pengendali yang didesain diharapkan mampu menjamin kestabilan sistem dengan error yang cenderung lebih kecil dibandingkan pengendali MPC biasa, serta mampu menjaga kestabilan temperatur apabila direalisasikan pada PAC.

This research focuses on Adaptive MPC Design for Precision Air Conditioning (PAC) in order to control the temperature and the relative humidity produced by PAC on desired interval. This controlled PAC would be utilized as air conditioner for cabinets in data center for telecommunication. Therefore, the controlled PAC is expected to produce temperature within 20°C - 22°C and relative humidity within 40% - 55%. Nevertheless, this research is still focusing on controlling the temperature, whereas on controlling relative humidity would be in further research.
The proposed adaptive MPC is designed by integrating recursive identification on MPC with constraint. Thus, Inputs (state variables) for MPC is updated recursively by online identification which is expected to produce better output for each update.
Identification itself implements recursive PO-MOESP algorithm for SISO (single input single output) by measuring the compressor as the input and temperature as the output, whereas the fan (input) is made constant and the relative humidity (output) is neglected. MPC with constraint for offline identification is firstly designed before implementing it with online identification. Online identification would be integrated to modeled MPC only if the modeled MPC for offline identification produces desired output.
The proposed adaptive SISO MPC is designed using m-file program in Matlab. Nevertheless, the m-file program is also applicable for MIMO (multi input multi output) system. The designed controller is expected to minimize the error and to guarantee the stability of the system. Besides, the designed adaptive SISO MPC is also expected to be able to control the temperature when it's embedded to PAC system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42700
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Victor
"Sistem tata udara presisi merupakan sistem multivariabel yang mempunyai beberapa masukan dan keluaran (MIMO). Hal ini menyebabkan mencari model fisik dari sistem ini menjadi relatif sulit. Sehingga diperlukan identifikasi sistem yang bersifat black box. Selain itu, dibutuhkan identifikasi model yang bersifat adaptif, sehingga model yang didapat lebih baik dalam merepresentasikan sistem tata udara presisi.
Identifikasi model ruang keadaan multivariabel pada sistem tata udara presisi dilakukan dengan menggunakan metode 4SID. Sistem tata udara presisi direpresentasikan dalam model linear dan sistem tidak linear. Model linear didapat dari model ruang keadaan, sedangkan sistem tidak linear didapat dari persamaan matematis sistem tersebut. Metode 4SID yang digunakan adalah MOESP rekursif dan PO-MOESP rekursif. Setelah didapat model ruang keadaan menggunakan kedua metode tersebut, selanjutnya dilakukan tes validasi dari model ruang keadaan yang didapat. Parameter yang digunakan untuk mengetahui tingkat validasi identifikasi adalah menggunakan nilai kesalahan (Jee). Selain itu, pada penelitian ini juga dituliskan hasil identifikasi model ruang keadaan menggunakan metode linearisasi dan N4SID offline.
Hasil identifikasi secara offline yang terbaik dari model linear yang dilakukan adalah menggunakan metode N4SID. Untuk identifikasi secara rekursif, metode MOESP rekursif dan PO-MOESP rekursif pada penelitian ini belum dapat merepresentasikan sistem tidak linear. Metode-metode identifikasi rekursif ini relatif baik dalam mengidentifikasi model tidak linear dari sistem tata udara presisi berdasarkan nilai kesalahan (Jee). Pada penelitian ini, MOESP rekursif untuk identifikasi model linear menghasilkan model yang lebih baik disbanding PO-MOESP rekursif berdasarkan nilai kesalahan (Jee) juga.

Precision Air Conditioning System is a multivariable system with multi input and multi output (MIMO). It makes difficult to find out physical model of this system. Therefore, it is necessary to identify system using black box model. Besides, it is also necessary to identify model adaptively, so that it could represent the system better.
Identification of multivariable state space model in precision air conditioning system uses 4SID method. PAC system is represented by linear model and nonlinear system. Linear model of PAC is formed by state space model, and nonlinear system is formed by mathematical modeling of such system. 4SID methods that used are recursive MOESP and recursive PO-MOESP. After state space model is formed, the state space model is validated. Parameter that used for this validation is lost function (Jee). In this research, there are also identifications of state space model using linearization method and offline N4SID method.
The best result of offline identification of linear model in this research is N4SID method. In recursive identification, recursive MOESP and recursive PO-MOESP could not represent nonlinear system well. These recursive algorithms could represent linear model well based on criterion of lost function (Jee). In this research, the result of recursive MOESP identification is better than recursive PO-MOESP based on criterion of lost function (Jee) also.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S188
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gemilang Cahaya Adibrata
"Air Conditioner (AC) merupakan alat yang banyak digunakan dalam rumah tangga. Air Conditioner (AC) merupakan suatu alat untuk menurunkan suhu temperatur dari ruangan yang fungsi utamanya untuk menambah rasa nyaman dari pengguna ruangan, namun dibalik dari fungsi utamanya itu sendiri AC juga membutuhkan energi yang tidak kecil, yang artinya alat ini juga menghasilkan pembayaran listrik bulanan yang besar. Pendingin ruangan skala kecil dengan menggunakan alat penukar kalor finned heatpipe terdiri dari 4 komponen, yaitu ducting sebagai casing pada prototipe pendingin ruangan skala kecil, aquarium sebagai reservoir, fan AC sebagai penghembus udara dan finned heatpipe sebagai penghantar suhu dingin yang didapat dari resrvoir yang akan dihembuskan oleh fan AC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu ruangan awal dan rasio massa es batu dan air sebagai pengisi pada reservoir yang memadai untuk prototipe pendingin ruangan skala kecil ini agar suhu ruangan dan kelembaban yang dihasilkan oleh alat ini sesuai dengan standar pada SNI 6390:2011 dengan batasan suhu kenyaman ruang kerja 24 0C hingga 27 0C dan standar kelembaban dalam ruangan 55% hingga 65%. Penelitian ini dilakukan dengan variasi suhu awal ruang eksperimen 25 0C, 30 0C, 35 0C, 40 0C dan 45 0C, rasio massa es batu dan air sebesar 1:6 dan 2:5 untuk suhu awal ruang eksperimen 35 0C, 40 0C dan 45 0C dan rassio massa es batu dan air sebesar 3:4 untuk suhu awal ruang eksperimen 25 0C, 30 0C, 35 0C, 40 0C dan 45 0C serta finned heatpipe 3 baris. Hail dari pengujian menunjukan prototipe pendingin ruangan skala kecil akan memenuhi standar dalam SNI 6390:2011 dengan suhu awal ruang eksperimen 35 0C dengan rasio massa es batu dan air sebesar 3:4. Pada keadaan ini prototipe pendingin ruangan skala kecil dapat mencapai suhu rata-rata akhir sebesar 27,35 0C dan rata-rata kelembaban akhir sebesar 61,52%. Hasil pengujian menunjukan bahwa prototipe pendingin ruangan skala kecil ini akan optimal dan memenuhi standar yang telah ditentukan apabila berada di ruang dengan suhu awal yang tepat dan rasio massa es batu dan ar yang tepat.

An air conditioner (ac) is an appliance, commonly used in households. It works as a device that decreases the room’s temperature to build comfort for the occupants. However, behind the main function of an AC, it requires a high amount of energy, which will also lead to higher monthly electricity bills. A small scale air conditioner with finned heatpipe heat exchanging device consists of 4 components; ducting as its casting, an aquarium as a reservoir, an AC fan as air blowers, and finned heatpipe as conductors for cold air received from the reservoir that will be blown by the fan. This study aims to find out the initial room temperature and the adequate ice and water reservoir fillers ratio, for the small scale air conditioner to yield the temperature and the humidity appropriate to SNI standards 6390:2011, with workspace comfortable temperature limit of 24 0C to 270C and standard room humidity of 55% to 65%. This study was conducted with variations in the initial temperature of the experimental chamber 25 0C, 30 0C, 35 0C, 40 0C and 45 0C, the ratio of the mass of ice and water by 1: 6 and 2: 5 for the initial temperature of the experimental chamber 35 0C, 40 0C and 45 0C, and mass of ice and water ratio 3: 4 for the initial temperature of the experimental chamber 25 0C, 30 0C, 35 0C, 40 0C, and 45 0C, and finned heatpipe 3 lines. Results from the experiment show that the small scale air conditioner prototype will meet the SNI 6390:2011 standards with the initial room temperature of the experimental chamber of 35 0C and masses of ice cubes and water ratio of 3:4. In this condition, the prototype can reach a final temperature average of 27.35 0C and a final humidity average of 61,52%. Experiment results show that the small scale air conditioner prototype will be optimal and fulfill the standards if the initial room temperature and the mass of ice and water ratio are appropriate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>