Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199856 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajar Agung Kurniawan
"Salah satu permasalahan lingkungan hidup kota Depok adalah kondisi TPA Cipayung telah mengalami overload dalam menampung sampah Kota Depok. Maka dari itu, Pemerintah Kota Depok membangun unit pengolahan sampah UPS sebagai upaya pengelolaan sampah, salah satunya adalah UPS TPA Hanggar 4. Untuk mengetahui kinerja UPS tersebut, perlu dilakukan suatu studi mengenai efektivitas dan efisiensi berkaitan proses kerja di UPS tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah 1 mengidentifikasi proses kerja 2 mengidentifikasi aliran material 3 menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas, dan 4 menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi efisiensi UPS TPA Hanggar 4. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto yang meneliti hubungan sebab-akibat yang tidak diberi perlakuan oleh peneliti ataupun dimanuplasi dan penelitian eksperimental dilakukan dengan percobaan di lapangan dan percobaan di laboratorium. Pengambilan data dilakukan dengan observasi, wawancara, serta pengujian laboratorium. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses kerja UPS TPA Hanggar 4 terdiri dari pengangkutan sampah, proses pemilahan, proses pencacahan, proses pengomposan dengan open windrow, proses pengayakan, dan proses pengemasan/penyimpanan, aliran material kinerja. Berdasarkan perhitungan aliran material, dengan jumlah sampah yang masuk ke UPS sebanyak 24.867 kg, jumlah sampah organik yang dikomposkan adalah 24.465 kg 98,58 dan jumlah sampah anorganik yang dibuang ke TPA Cipayung sebanyak 402 kg 1,62 serta jumlah kompos yang dihasilkan 7.339,5 kg 29,52. UPS ini efektif untuk mengurangi sampah yang dibuang ke TPA sebanyak 97,88 0,585 dari sampah yang masuk ke UPS. Kompos yang dihasilkan memenuhi 4 parameter pada SNI 19-7030-2004 dan 2 parameter pada Peraturan Menteri Pertanian No.70 Tahun 2011. Berdasarkan pemenuhan kriteria teknis, UPS ini telah memenuhi 4 dari 5 kriteria pada Peraturan Menteri PU RI No. 3 Tahun 2013 dan memenuhi 5 dari 5 kriteria pada Peraturan Daerah Kota Depok No.5 Tahun 2014. UPS TPA Hanggar 4 telah telah memenuhi 62,17 dari kapasitas desain. Dari aspek efisiensi, laju pemulihan sampah pada UPS ini adalah 94,71 dan laju daur ulang yaitu 0,25 sehingga cocok untuk proses pengomposan namun memiliki tingkat efisiensi yang rendah dalam pelaksanaan waktu kerja oleh kelompok pekerja, yaitu hanya sebesar 64,83 dari waktu kerja per hari.

One of the waste management issues in Depok City is TPA Cipayung rsquo s capacity has been exceeded. To overcome the problem, Depok City Government built Material Recovery Facility MRF, and one of them is UPS TPA Hanggar 4. To determine the MRF performance, it is necessary to do a research on the effectiveness and efficiency of the work process. The objectives of this research are 1 to identify work process 2 to identify the material flow 3 to analyze the factors affecting the effectiveness and 4 to analyze the factors affecting the efficiency rate of TPA Hanggar 4 Cipayung. This research is an ex post facto research that examine causal relationships that are not treated by researchers or manipulated and experimental research conducted by field experiments and laboratory experiments. The data were collected by observation, interview, and laboratory experiments. The results of this research show that the work process of UPS TPA Hanggar 4 consists of waste transportation, sorting process, shredding process, open windrow composting, sieving process, and packaging storage process. Based on the calculation of material flow, with the amount of waste input to UPS is 24,867 kg, the amount of composted organic waste is 24,465 kg 98,58, the amount of inorganic waste disposed to TPA Cipayung is 402 kg 1,62, and the amount compost produced is 7.339,5 kg 29.52. UPS is shown effective to reduce waste disposed to landfill as much as 97,88 0,585 from the waste input amount. The compost produced fulfills 4 parameters in SNI 19 7030 2004 and 2 parameters in Minister of Agriculture Regulation No.70 of 2011. Based on the fulfillment of technical criteria, UPS has fulfilled 4 of 5 criterias in Minister of Public Works Regulation RI No. 3 of 2013 and 5 of 5 criterias in Depok City Regional Regulation No.5 of 2014. UPS TPA Hanggar 4 has fulfilled 62.17 of the design capacity. From the efficiency aspect, the recovery rate of waste is as high as 94.71 and the recycling rate is 0.25, making it suitable for the composting process but has low efficiency rate in the implementation of working time by the worker group, that is only 64.83 of working time per day."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Narsya Prisila
"Sebagian besar timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di Kota Depok adalah sampah organik. Dengan jumlah tempat pemrosesan akhir sampah yang sedikit, maka fasilitas pengomposan menjadi solusi. Namun, fasilitas pengomposan dapat menjadi sumber pencemar mikroorganise yang dapat mempengaruhi pekerja maupun peduduk yang tinggal dekat lokasi pengomposan Salah satu mikroorganisme yang dimaksud adalah jamur Aspergillus fumigatus, dimana jamur tersebut merupakan mikroba indikator yang dapat bersifat patogen yang dapat menyebabkan penyakit Aspergillosis. Fasilitas pengomposan sebagai studi kasus penelitian kali ini adalah UPS TPA Hanggar 4 Cipayung, Depok, Jawa Barat. Penelitian dilakukan terhadap konsentrasi jamur A. fumigatus di udara dan gundukan kompos, kualitas kompos hasil prosuksi, dan serta faktor-faktor yang mempengaruhi jalur persebaran jamur A. fumigatus. Konsentrasi jamur A. fumigatus di udara diambil dengan menggunakan EMS Bioaerosol Sampler Single Stage Sampler dengan menggunakan media Malt Extract Agar pada area loading sampah, area pencacahan, area gundukan kompos, dan area pengayakan. Pengambilan sampel pada gundukan kompos dilakukan pada kedalaman 20 cm, 90 cm, dan 160 cm dari permukaan kompos. Pengambilan sampel di udara dan gundukan kompos tersebut dilakukan setiap 7 hari sekali selama 70 hari. Parameter kualitas kompos utama yang diteliti adalah suhu kompos, pH, kadar air, rasio C/N, serta kemampuan ikat air WHC, dengan parameter tambahan pada kompos umur 7 hari dan kompos matang yaitu lignin, total Phosphor, dan kadar volatil. Konsentrasi jamur A. fumigatus di udara pada keempat area pengambilan sampel tertinggi adalah 15,6 x 10 CFU/m pada area loading sampah pada minggu ke-28 dan gundukan kompos pada umur kompos 14 hari yaitu sebesar 116 CFU/gram. Berdasarka kualitas kompos yang didapatkan juga memenuhi rentang baku mutu SNI 19-7030-2004. Konsentrasi jamur A. fumigatus pada fasilitas pengomposan utamanya dipengaruhi oleh kegiatan seperti pembalikan, pencacahan, loading sampah, maupun pengayakan kompos, namun turut dipengaruhi oleh faktor lain seperti suhu udara, kelembapan udara, serta kecepatan dan arah angin. A. fumigatus dapat menyebabkan penyakit seperti, Aspergillosis, pada pernapasan dan kulit manusia.

Most of the waste produced by people in Depok City is organic waste. With a big amount of final waste bin, the composting facility becomes the solution. However, the composting facility can be a source of micro pollutants that can affect the workers and people near the location of the composting site. One of the microorganisms is called Aspergillus fumigatus fungus, an indicator that can affect Aspergillosis disease. Composting facility as case study of this case is UPS TPA Hanggar 4 Cipayung, Depok, West Java. The research was focus on fungi A. fumigatus content in air and mound of compost, quality of compost result, and also factors that is influencing fungus A. fumigatus distribution path. The concentration of fungus A. fumigatus was solved by using EMS Bioaerosol Sampler Single Stage Sampler with Malt Extract Agar media in feedstock loading area, shredding area, compost mound area, and sieving area. Sampling at the mound is carried out at a depth of 20 cm, 90 cm, and 160 cm from the compost surface. Sampling in air and mound of compost is done every 7 days for 70 days. The main compost quality parameters studied were compost temperature, pH, moisture content, C N ratio, and water holding capability WHC, with additional parameters on 7 days old sompost and mature compost ie lignin, total phosphor, and volatile solid. The concentration of air fungi A. fumigatus in the highest sampling peak area was 15.6 10 CFU m at waste loading area at week 28 and compost mound at 14 days compost time was 116 CFU gram. Based on the quality of the compost obtained also meets the quality standard of SNI 19 7030 2004. Concentration of fungus A. fumigatus in composting facility not only influenced by activities such as turning, shredding, feedstock loading, and sieving, but also influenced by factors such as air temperature, humidity, and wind speed and direction. A. fumigatus can cause diseases such as, Aspergillosis, on the breathing and human skin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulina Anindita
"Sampah merupakan permasalahan yang perlu ditangani dengan baik terkait dengan dampak yang ditimbulkannya. Upaya Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam rangka kegiatan pengelolaan sampah kota secara terpadu menuju zero waste dengan pendekatan 3R Reuse, Reduce, Recycle di skala kawasan yakni dengan dibentuknya Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST . Salah satu TPST yang telah beroperasi di DKI Jakarta diantaranya TPST di Rawasari, Jakarta Pusat. Metode penelitian dilakukan dengan survey lapangan dan wawancara. Untuk pengukuran timbulan dan komposisi sampah dilakukan berdasarkan SNI 19-3964-1994. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian aspek teknis penyediaan TPS dibandingkan dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh komposisi sampah di TPST Rawasari yaitu 60,02 sampah organik, 36,64 sampah anorganik dan 3,34 sampah B3. Timbulan yang dihasilkan yaitu 0,792 kg/orang/hari atau 3,805 L/orang/hari. Nilai recycling rate eksisting dan nilai recovery rate eksisting sebesar 12,756 dan 67,297 kemudian potensi recycling rate didapatkan sebesar 21,181 dan potensi recovery rate sebesar 81,202.

Waste is a problem that needs to be handled properly associated with the impact it produces. Efforts of DKI Jakarta Provincial Government in the framework of integrated city waste management activities towards zero waste with 3R approach Reuse, Reduce, Recycle at the regional scale with the establishment of Material Recovery facility. One of the MRF that has been operating in DKI Jakarta are TPST in Rawasari, Central Jakarta. The research method is done by field survey and interview. The evaluation was conducted to determine the conformity of the technical aspects of the provision of MRF compared to the prevailing regulations. For the measurement of waste generation and composition in accordance with SNI 19 3964 1994. Based on the results of the research, the composition of garbage in MRF Rawasari is 60,02 organic waste, 36.64 of inorganic waste and 3,34 of B3 waste. The resulting generation is 0.78 kg person day or 3,805 L person day. Value of existing recycling rate and recovery rate is 12,756 and 67,297 .with potential of recycling rate is 21,181 and potential of recovey rate is 81,202."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erin Firliana
"Permasalahan timbulan sampah yang terus meningkat disebabkan karena kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah rumah tangga berkonsep 3R. Penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebarluaskan informasi dan menanamkan kayakinan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang pengelolaan sampah rumah tangga berkonsep 3R. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyuluhan yang lebih efektif antara penyuluhan individual dan kelompok terhadap peningkatan nilai rata-rata pengetahuan, sikap, dan perilaku pengelolaan sampahrumah tangga berkonsep 3R di Kelurahan Abadijaya, Depok. Jenis penelitian ini adalah Quasi experiment. Subjek penelitian terdiri dari 50 rumah tangga pada masing-masing kelompok.Uji statistic yang digunakan adalah uji chi-square, pair t-test, Wilcoxon,dan mann whitney. Hasil menunjukkan bahwa penyuluhan individual dan kelompok secara signifikan dapat meningkatkan nilai rata-rata pengetahuan, sikap, dan perilaku pengelolaan sampah rumah tangga bekonsep 3R saat sebelum dan setelah penyuluhan. Akan tetapi, tidak ada perbedaan nilai rata-rata pengetahuan, sikap, dan perilaku pengelolaan sampah rumah tangga berkonsep 3R pada penyuluhan individual dan kelompok.

The problem of increasing amount of waste is due to the lack of understanding and public awareness about household waste management using the 3R concept. Counseling is a health education activity carried out by disseminating information and instilling confidence to improve the knowledge, attitude, and behavior concerning household waste management using the 3R concept. The goal of this study is to find out which of the following counseling methods between individual counseling or group counseling is more effective at improving the value of average knowledge, attitude, and behavior towards household waste management using the 3R concept in Kelurahan Abadijaya, Depok. This research is quasi-experimental. The subjects consisted of 50 households in each group. The statistical tests used in this study are the chi-square, pair t-test, Wilcoxon, and Mann-Whitney test. Results showed that individual and group counseling significantly improves the value of average knowledge, attitude, and behavior towards household waste management using the 3R concept before and after counseling. However, there was no correlation between the values of average knowledge, attitude, and behaviors towards household waste management using the 3R concept between individual and group counseling."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Y.M. Daru Mulyono
"ABSTRAK
Masalah pencemaran lingkungan khususnya yang disebabkan oleh adanya sampah di DKI Jakarta pada saat ini menunjukkan kecenderungan yang semakin serius. Kondisi ini diperberat lagi dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yang relatif pesat melalui arus urbanisasi. Diperkirakan sampai pada akhir abad ini jumlah penduduk yang bermukim di Jakarta akan mencapai sekitar 16 juta jiwa. Hal inilah yang akan memacu munculnya pemukiman kumuh di DKI Jakarta, terjadinya pencemaran lingkungan, dan timbulnya berbagai penyakit.
Adanya sampah yang tidak terangkut ini khususnya untuk wilayah Kota Jakarta Pusat, diperkirakan mencapai 508,3 m3 atau 100,9 ton per hari, atau kurang lebih 17 % dari seluruh produksi sampah (Dinas Kebersthan DKI Jakarta, 1993). Hal ini tentu akan menimbulkan permasalahan tersendiri, terutama pencemaran lingkungan yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit di masyarakat.
Untuk itu upaya perbaikan sistem pengelolaan sampah khususnya di daerah-daerah kumuh merupakan hal yang mutlak untuk menciptakan lingkungan kesehatan yang lebih baik. Hal ini merupakan tindakan preventif untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih sehat.
Dalam penelitian ini ditarik hipotesis sebagai berikut :
1. Sistem pengelolaan sampah rumah tangga di daerah pemukiman kumuh masih belum efektif dan efisien, sehingga akan lebih banyak sampah yang tidak terkelola / terangkut sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
2. Penduduk yang bermukim di daerah kumuh memiliki risiko yang lebih besar terhadap kemungkinan timbulnya prevalensi penyakit.
Adapun penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan kumuh wilayah Kota Jakarta Pusat. Melalui sistem pengelolaan sampah yang lebih baik diliarapkan akan mampu menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui secara nyata keterkaitan antara sistem pengelolaan sampah khususnya di daerah kumuh dengan kondisi kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah kumuh tersebut
2. Memberikan masukan masukan (inputs) bagi para penentu kebijakan (decision makers) untuk menetapkan alternatif-alternatif pemecahan masalah dalam pengelolaan sampah di daerah kumuh yang paling efektif dan efsien untuk mengurangi timbulnya prevalensi penyakit.
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Jakarta Pusat dengan alasan karena daerah ini merupakan daerah terpadat penduduknya, dengan tingkat kepadatan 232 jiwa per hektar pada tahun 1994 (Kantor Statistik Kodya Jakarta Pusat, 1995) dan paling banyak pemukiman kumuhnya dibandingkan dengan empat wilayah kota lainnya di DKI Jakarta.. Tingkat kepadatan penduduk yang demikian itu akan menimbulkan suatu masalah sendiri, khususnya terhadap kondisi kesehatan masyarakat, akibat adanya produksi sampah padat.
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil-hasil penelitian sebagai berikut :
1. Sebagian responden menyatakan bahwa ada timbunan sampah yang tidak terambil oleh petugas kebersihan yang jumlalmya paling banyak mencapai 25 % dari jumlah produksi sampah. Timbunan sampah yang tidak terambil tersebut dirasakan mengganggu kehidupan warga di sekitarnya, terutama karena bau yang tidak sedap dan khawatir dapat menimbulkan penyakit. Di daerah kumuh Kebon Kacang, jumlah sampah yang tidak terangkut, tidak ada kaitannya dengan jumlah penderita penyakit. Sedang di daerah kumuh Kampung Rawa jumlah sampah yang tidak terangkut ini ada hubungan nyata dengan jumlah penderita penyakit.
2. Di daerah kumuh Kebon Kacang, persentase anggota keluarga yang menderita penyakit dalam satu bulan terakhir mencapai 30,21 %. Dari jumlah penderita ini, 60 % berjenis kelamin pria, dan sisanya berjenis kelamin wanita. Jenis penyakit yang paling banyak diderita adalah penyakit batuk / pilek, mencapai 62,07 %. Umur para penderita penyakit paling banyak terjadi pada kelompok umur dibawah 10 tahun.
3. Di daerah kumuh Kampung Rawa, persentase anggota keluarga yang menderita penyakit dalam satu bulan terakhir mencapai 34,26 %.
4. Dari jumlah penderita ini, 54 % berjenis kelamin pria, dan sisanya berjenis kelamin wanita. Jenis penyakit yang paling banyak diderita adalah penyakit kulit / gatal-gatal, mencapai 28,57 %. Umur Para penderita penyakit paling banyak terjadi pada kelompok umur antara 30 - 40 tahun dan 40 - 50 tahun.
5. Untuk daerah kumuh Kebon Kacang terungkap bahwa jumlah penderita penyakit sangat lemah kaitannya dengan variabel-variabel, seperti jumlah sampah tidak terangkut, produksi sampah, luas bangunan rumah, tingkat penghasilan, jumlah anggota keluarga, frekuensi pengambilan sampah, maupun tingkat pendidikan. Di antara variabel-variabel tersebut, hanya variabel-variabel sampah tidak terangkut, produksi sampah, dan tingkat pendidikan yang memiliki kaitan paling dekat dengan jumlah penderita penyakit, mencapai 18,5 % saja.
Untuk daerah kumuh Kampung Rawa terungkap bahwa jumlah penderita penyakit sangat lemah kaitannya dengan variabel-variabel, seperti jumlah sampah tidak terangkut, produksi sampah, has bangunan rumah, tingkat penghasilan, jumlah anggota kehnnga, frekuensi pengambilan sampah, maupun tingkat pendiddtan.. Di antara variabel-variabel tersebut, hanya variabel tingkat penghasilan yang memiliki kaitan paling dekat dengan jumlah penderita penyakit, mencapai 17,64 % saja.
Secara umum sistem pengelolaan sampah ini kecil peranannya dalam mengakibatkan terjadinya kasus penyakit. Sistem pengelolaan sampah yang dilakukan pada saat ini khususnya di daerah kumuh Jakarta Pusat belum dapat digolongkan efektif dan efisien.
Upaya untuk memperbaiki sistem pengelolaan sampah ini dapat dilakukan dengan penyuluhan kepada warga masyarakat untuk mengupayakan minimisasi limbah. Adanya kesadaran untuk usaha minimalisasi ini perlu ditumbuhkembangkan. Perlu pula upaya dari Pemerintah Daerah untuk menambah sarana pembuangan sampah dengan penutup yang rapat untuk menghindari kontak dengan binatang-binatang sebagai vektor penyakit.

ABSTRACT
The Relationship Between Solid Waste Management and the Public Health Condition in Slum Area (Case Study of Kebon Kacang and Kampung Rawa, Central Jakarta)The problem of environmental pollution especially caused by solid waste in Jakarta tend more serious. This condition is exaggerated by the fast population growth through urbanization. Until the end of this century the total population of Jakarta was predicted reach to a high of 16 million people. This condition will cause the broader of slum area, environmental pollution, and trigger several diseases.
The untransported solid waste in Central Jakarta is calculated to a high of 508,3 m3 or 100,9 ton per day, or more less 17 % of the total solid waste
1. To know the relationship between solid waste management system especially in slum area and the society health condition who live in that area.
2. To give inputs to the decision makers to decide the best alternatives problem solving within the solid waste management in slum area in order to alleviate the prevalence of diseases.
The research was conducted in Central Jakarta with the reasons that this area is including the densest populated with the level of dense reach to a high of 232 people per hectare in 1994 (Kantor Statistik Kodya Jakarta Pusat, 1995), and the greatest slum houses compared to the fourth other municipality in Jakarta, With the level of population density & the solid waste production will cause environmental problems, especially to the society health.
Base on the data analysis, the results of research is described in the following
1. There are several respondent acknowledge that not all of solid waste production were managed or transported to Ultimate Waste Disposal The highest amount of untransported solid waste reach 25 % from the total solid waste production. The untransported solid waste were disturbed the people who lived in the surroundings, especially of the smelt and afraid of the transmitted diseases. In the slum area of Kebon Kacang, the total of untransparted solid waste have no relationship to the total of people who suffer disease. Whereas, in slum area of Kampung Rawa, the total of =transported solid waste have a significance relationship to the total of people who suffer disease.
2. In the slum area of Kebon Kacang, the percentage of household member who suffer disease within recent one month reach to a high of 30,21 %. From this total of people, 60 % were gents and the rest were ladies. The most disease incidence was cough or cold, reach 62,07 %. The most of people who suffer disease was aged under group of 10 year.
3. In the slum area of Kampung Rawa, the percentage of household member who suffer disease within recent one month reach to a high of 34,26 %. From this total of people, 54 % were gents and the rest were ladies. The most disease incidence was skin disease or itchy, reach 28,57 %. The most of people who suffer disease was aged under group between 30 - 40 year and 40 - 50 year.
4. In the slum area of Kebon Kacang, the total of people who suffer disease have slight relationship with the variables : =transported solid waste, solid waste production, area of house, level of income, member of family, solid waste taking frequency, and education level. Among that variables, only variables : untransported solid waste, solid waste production, and education level have greatest relationship to the total of people who suffer disease, reach 18,5 %.
5. In the slum area of Kampung Rawa, the total of people who suffer disease have slight relationship to the variables : untransported solid waste, solid waste production, area of house, level of income, member of family, solid waste taking frequency, and education level. Among that variables, only variables income level have greatest relationship with the total of people who suffer disease, reach 17,64 %.
In general the solid waste management system have little role within causing the disease. The solid waste management system especially in slum area of Central Jakarta can not be classified effective and efficient.
The efforts to improve the solid waste management can be done by doing extension to the society to do waste minimalization. It is needed that the Local Government increase the facilities of solid waste bin complete with cap in order to avoid contact of animals as disease vector.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alkausyari Aziz
"Penanganan sampah padat yang dilakukan pemerintah hanya melayani sekitar 40% dari total penduduk Indonesia. Kurang memadainya penanganan sampah padat di Indonesia karena masih bersifat konvensional dan adanya kendala pendanaan.
Penelitian yang dilakukan di kota Tanjungpinang ini bertujuan untuk mencari model pengelolaan sampah padat yang berbasiskan kesehatan masyarakat dan estimasi pembiayaannya dalam kurun waktu 2005-2030. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan informan yang dipilih sebesar 35 orang terdiri dari 5 orang level manajer, 10 orang tokoh masyarakat dan 20 orang petugas pelaksana di lapangan. Informan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dan dipilih berdasarkan azas kecukupan serta data dikumpulkan dengan menganalisis data sekunder dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber timbulan sampah yang ada di Kota Tanjungpinang 75,2% berasal dari pemukiman penduduk dan 79,49% didominasi oleh sampah organik. Adapun volume sampah yang dikelola baru mencapai 65% dari total timbulan sampah pads tahun 2003. Tahap penampungan dan pengangkutan dilakukan secara langsung sebesar 30% (door to door) oleh dump truck dan sistem pelayanan langsung (alloy service dan scrub service) sebesar 70%. Sistem pembuangan sampah akhir di Kota Tanjungpinang sampai saat ini masih menggunakan cara open dumping, dengan lokasi pembuangan yang relatif dekat dengan pemukiman rumah penduduk. Untuk memulai perencanaan jangka panjang pertama kali harus dipikirkan kapan kegiatan/proyek dilaksanakan secara keseluruhan (100%).
Beberapa hal penting yang perlu dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang adalah sistem pembuangan sampah yang dilakukan saat sekarang ini dengan cara open dumping sudah tidak layak lagi dipertahankan, ditinjau dari segi keamanan dan kesehatan masyarakat, oleh karena itu pemerintah daerah sebaiknya segera melakukan tindakan untuk menggantikan cara pembuangan sampah dan atau memindahkannya secara lebih aman terhadap kesehatan masyarakat dan bahaya dari pencemaran lingkungan.
Dari analisa pembiayaan yang menggunakan model pengelolaan sampah sanitary landfill akan mendapatkan keuntungan pada tahun ke 17 dari rencana proyek apabila dengan penarikan restribusi sebesar Rp 7500,- ; dengan penarikan restribusi sebesar Rp 10000,- akan mendapatkan keuntungan pada tahun ke 14 dari rencana proyek ; apabila dengan penarikan restribusi sebesar Rp 12500,- akan mendapatkan keuntungan pada tahun ke 13 dari rencana proyek dan apabila dengan penarikan restribusi sebesar Rp 15000 ,- akan mendapatkan keuntungan pada tahun ke 12 dari rencana proyek.
Beberapa alternatif dapat diketengahkan untuk mengatasi masalah-masalah pengelolaan pembuangan sampah akhir tersebut, yaitu dengan merobah cara pembuangan. Dengan sistem sanitary landfill dicari lokasi pembuangan akhir yang cukup jauh dari pemukiman dan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan untuk masa mendatang.
Daftar bacaan : 84 (1976 - 2003 )

Waste Management Model Based on Health Community And Financial Estimation For The Year 2005 - 2030 at TanjungpinangSolid waste handling which is implemented by government serves only 40% from the total of Indonesian population. Solid waste handling in Indonesian is not sufficient because of the confentional way and also financial handicap.
The objective of this study is to find out solid waste management model based on health community and financial estimation in the period of 2005 - 2030 at Tanjungpinang. This study uses qualitative method and the informans are 35 persons consists of 5 managers, 10 community leaders, and 20 field officials. The Informans are choosen by purposive sampling technique and adequacy. The data collected by secondary data analysis and depth interview.
Results of this study show that source of waste invulnerable at Tanjungpinang is come from community settlement 75,2% and 79,49% are dominated by organic waste. Waste volume that has been managed is only 264 m3 per day or 65% from the total of waste invulnerable in 2003. At the phase of collecting and carrying it is conducted directly (door to door) by dump truck in the amount of 30% and direct service system (alloy service and scrub service) in the amount 70%. Up this moment the last waste disposal system at Tanjungpinang has still using open dumping way, and relatively, the disposal location is close enough with community settlement. Firstly, to begin the long term planning it has to think when the activity/project will be implemented thoroughly (100%).
One of the important things that need to be done by Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tanjungpinang is not using open dumping way in waste disposal system because it is not proper enough, considering security and healt community aspects. Therefore, district government is better do an action to replace the former the V district by way of waste disposal and or move them in more safe way that useful for health community and to keep people away from the danger of environment pollution.
From the estimation analysis that is using waste management model sanitary landfill, it will be profit in the 17th year of the project planning if the retribution collection is Rp. 7500,00. By retribution collection of Rp. 10000,00 collection it will be profit in the 14th year of the project planning. If the retribution collection is Rp. 12500,00 it will be profit in the 13th year of the project planning and if the retribution collection is Rp. 15000,00 it will be profit in the 12`h year of the project planning.
Many alternatives could be offered to overcome problems of the last waste disposal management which is by changing the way of disposal. In the implementation of sanitary system, the finding of the last disposal location must be far enough from settlement so that it could avoid the possibility of environment pollution for the future.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Ristiarini
"Tesis ini membahas strategi penduduk miskin kota, dalam hal ini pengangkut dan pengumpul sampah di Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS), dalam memperoleh penghasilan, berdasarkan Konsep Urban Lifelihood dari Carole Rakodi. Konsep ini mengkaji modal-modal yang diperkenalkan oleh Rakodi sebagai Pentagon Aset, yaitu : modal manusia, modal fisik, modal alam, modal sosial dan modal keuangan. Penelitian ini dilakukan melalui penelitian kualitatif melalui metode advokasi dan parsipatoris. Hasilnya adalah bahwa untuk modal sosial dan manusia para pengangkut dan pemungut sampah cukup kuat, sedangkan untuk modal alam berupa keterbatasan lahan lemah, modal fisik berupa alat-alat produksi, rumah dan fasilitas lainnya juga lemah dan modal keuangan berupa layanan finansial juga lemah, sehingga para pengangkut dan pengumpul sampah ini terlibat dalam sistem patronisasi dan sistem ijon tarikan sampah. Diperlukan perencanaan sistem pengelolaan sampah permukiman yang menyeluruh yang juga melibatkan kaum miskin kota sebagai pelaku utama pengelola sampah permukiman. Juga aturan dan perundang-undangan mengenai mekanisme, pengoperasian dan formalisasi profesi para pengangkut dan pengumpul sampah yang semula informal menjadi formal, sehingga mereka dapat merasakan bantuan-bantuan dan layanan serta akses terhadap modal alam (tanah) fisik (alat produksi, rumah dan fasilitas lainnya), serta modal keuangan (pinjaman dan bantuan modal serta fasilitas tabungan untuk perencanaan masa depan).

This thesis is focus on urban poor strategy, whichs is the waste pickers and collectors at intermediate transfer facility of solid waste; as urban poor lifelihood strategy based on sustainable lifelihood approach for urban poor introduced by Carole Rakodi. This concept is analyze assets who introduced bay Rakodi, as Pentagon Assets, which is : Man, Physical, Natural, Social and Finance. The reasearch is based on qualitative reasearch through a method of advocacy and parsipatoris. The result is that to social capital and human beings for the waste pickers and collector are strong enough `, while for capital nature in the form of limited land is weak, Physical capital in the form of the means of production, the house and other facilities are also weak, and financial capital in the form of financial services is also weak, so this waste pickers and collectors comunitiy involves in the patronage and ijon system. Planning system required waste management comprehensive settlement and that involve the poor the city as a leading perpetrator of waste management settlement. And also the mechanism of the law, and formalisation of the the waste pickers and collectors profession who was initially informal be formal. So that they can sense the grants and services and access to capital nature (the ground) physical (a means of production , the house and other facilities) , financial and capital ( loans and capital assistance as well as saving facilities for planning future)."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Koesoemawardani
"ABSTRAK
Di Indonesia, lokasi TPA sebagai tempat pembuangan akhir masih terbatas. Sementara itu, jumlah sampah daur ulang masih rendah karena kurangnya kesadaran memilah sampah rumah tangga. Kegiatan partisipasi warga untuk studi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang cara memilah sampah rumah tangga dengan melibatkan para pemangku kepentingan. Metode yang digunakan untuk kegiatan partisipasi warga diperoleh melalui empat tahap, termasuk advokasi, konseling untuk pemulung, konseling untuk rumah tangga, dan pemantauan perilaku memilah sampah di rumah tangga. Hasil yang diperoleh berdasarkan pada kehadiran 100% pada konseling oleh pemangku kepentingan dan pengumpul sampah. Ada perbedaan signifikan dalam tingkat pemahaman yang ditemukan di rumah tangga sebelum dan sesudah konseling. Menurut hasil pemantauan, sebanyak 44,2% rumah tangga mulai memilah sampah.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Rinaldo
"Penanganan sampah merupakan salah satu wujud pelayanan publik dari pemerintah, disisi lain masyarakat juga harus berpartisipasi serta berkolaborasi dengan pemerintah didalam penyelenggaraan, pengambilan keputusan, dan pengawasan penanganan sampah. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, penelitian ini menjawab bagaimana proses tata kelola kolaboratif dalam penanganan sampah antara swadaya masyarakat dengan PPSU tingkat Kelurahan serta faktor- faktor yang mempengaruhinya . Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penanganan sampah secara kolaboratif telah terbangun dengan adanya keterlibatan aktor pemerintah dan non pemerintah, terdapat pembagian kewenangan, kerjasama antara Partisipasi swadaya masyarakat, Organisasi Bank Sampah Masyarakat, PPSU Tingkat Kelurahan dan Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Administrasi Jakarta Barat yang bekerja sama dengan pihak swasta. Telah terbangun dialog, kepercayaan, pemahaman, komitmen hingga mencapai hasil antara. Keterlibatan swasta dalam proses tata kelola kolaboratif masih terbatas pada tahapan kegiatan pemilahan sampah. Penelitian juga menemukan bahwa proses kolaboratif ini belum sempurna faktor- faktor yang turut mempengaruhi antara lain masih rendahnya pemahaman masyarakat akan pemilahan sampah, pola pikir masyarakat yang masih tradisional dalam penanganan sampah, kurangnya motivasi petugas sampah RT dan RW serta prasarana dan manajemen pengangkutan yang kurang optimal. Untuk itu diperlukan sosialisasi, penyuluhan yang lebih intensif, pendampingan untuk mengubah perilaku masyarakat serta inovasi didalam merangsang partisipasi aktif dari masyarakat.

Waste management is one form of public service from the government. On the other hand the community must also participate and collaborate with the government in the implementation, decision making, and supervision of waste handling. By using a descriptive qualitative approach, this study answers how collaborative governance processes in handling waste between community self-help and Public Facility Maintenance Officers (PPSU) and the factors that influence it. The results of the study show that collaborative waste management processes have been built with the involvement of government and non-government actors, there are a division of authority, collaboration between community self-help, community waste bank organization, public facility maintenance (PPSU) and the jakarta barat Environtment agency in collaboration with the private sector. Dialogue, trust, understanding, commitment have been established to achieve temporary result. Private involvement in collaborative governance processes is still limited to the stages of waste sorting activities. Research also found that this collaborative process was not perfect. factors that influence, among others are the low understanding of the community about sorting waste, the people's mindset that is still traditional in handling waste, lack of motivation from garbage officers, and less optimal infrastructure and management of garbage truck transportation. For this reason, socialization, more intensive counseling, assistance to change community behavior and innovation in stimulating active participation from the community are needed."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Ruliana
"Pengelolaan sampah padat menjadi salah satu isu lingkungan yang perlu diperhatikan di suatu kota. Peningkatan volume sampah padat tidak sebanding dengan ketersediaan lahan tempat pemrosesan akhir TPA . Keberadaan TPA berpotensi mencemari lingkungan dan menimbulkan masalah kesehatan. TPA Cipayung tempat bermuaranya sampah dari 11 kecamatan di Kota Depok mengalami krisis daya tampung. Untuk mengurangi volume sampah, pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan yang menghimbau pemilahan sampah dilakukan setiap orang sejak dari sumbernya. Pemilahan sampah di RW 16 telah diperkenalkan sejak tahun 2014, namun belum berjalan optimal. Keberadaan ember komunal sampah organik belum merata dan masih terdapat pengangkutan sampah bercampur. Penelitian ini mencoba menganalisis hubungan partisipasi pemilahan sampah dengan diseminasi informasi, pengetahuan lingkungan, dan sikap terhadap lingkungan. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuantitatif dan kualitatif, melalui kuesioner, wawancara, dan observasi.
Hasil analisis korelasi Spearman mengungkapkan bahwa partisipasi berhubungan sangat kuat dengan penerimaan informasi sosialisasi pemilahan sampah, berhubungan kuat dengan pengetahuan lingkungan, namun berhubungan lemah dengan sikap terhadap lingkungan. Kondisi lainnya yang membentuk partisipasi yakni kegiatan sehari-hari, lama tinggal warga, ketersediaan fasilitas, tingkat kesejahteraan, dan peran aktor penggerak.
Melalui penelitian ini pengembangan strategi partisipasi pemilahan sampah diharapkan memprioritaskan diseminasi informasi secara rutin dan argumentatif, memastikan ketersediaan fasilitas yang memadai termasuk untuk setiap warga pendatang baru, dan fasilitas yang memudahkan warga untuk memilah sampah di sela-sela kesibukan, pendekatan khusus dan pemberian insentif kepada warga dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah, serta perlunya pendekatan kepada individu dan kelompok masyarakat yang dapat dijadikan aktor penggerak.

Municipal waste management has become one of major environmental issues that needs attention. In cities of developing countries the amount of waste generation contributed by increasing population is going inversely proportional with the land areas available for landfills and the lifespan of landfills. The existence of landfills themselves is becoming less popular as they pose environmental pollutions and health problems. The problem of landfill depletion has been of a great concern to the City of Depok. TPA Cipayung, the city rsquo s landfill can no longer support the enormous volume of waste coming from all 11 districts.
This case has urged the local government to oblige reduction of waste at household level through waste separation. Waste separation has been adopted since 2014 in RW 16, but still shows a low rate of participation. Organic community bins are not fairly distributed and located, and there is still transportation of comingled waste in the area. This study evaluates participation of the residents in waste separation by examining correlation between dissemination of information, environmental knowledge, and environmental attitude. This study exercises quantitative approach with quantitative and qualitative methods.
The result of correlation analysis using Spearman Correlation reveals that participation has a very strong correlation with information exposure, a strong correlation with environmental knowledge, and a weak correlation with environmental attitude. Other conditions that may lead to participation are daily activities, living periode, level of income, facilities provision, and the role of a leading actor.
At the end, this study concludes the importance of dissemination of information to be carried out in routine basis, the importance to incorporate argumentative and persuasive messages about the significance of waste separation, suggests incentive to low income families, the importance of facilities provision, and the importance of the role of a leading actor in helping to increase public participation in waste separation.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2018
T49176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>