Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147658 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Radifan Fajaryanto
"Perkembangan teknologi yang pesat memicu bertambahnya produksi ponsel cerdas. Diprediksi pada tahun 2017, pengguna ponsel cerdas di Indonesia mencapai 39,8 dari total penduduk atau sebesar 101,56 juta jiwa. Tentunya, peningkatan penggunaan ponsel cerdas ini diiringi dengan peningkatan jumlah limbahnya, di mana salah satu yang perlu diperhatikan adalah limbah baterai yang tergolong sebagai limbah B3. Dari analisis kandungan zat baterai ponsel cerdas, dapat terlihat bahwa terdapat sejumlah logam kobalt 5 ndash;20 sebagai komposisi logam terbesar dalam baterai ponsel cerdas yang masih dapat dimanfaatkan kembali, dilihat dari nilai ekonomi logam kobalt tergolong tinggi, yaitu sebesar Rp 825.208/kg.
Proses daur ulang yang sering digunakan adalah proses hidrometalurgi leaching. Pelarut yang digunakan biasanya berupa asam kuat, seperti asam nitrat HNO3. Untuk meningkatkan kemurnian perolehan kembali logam berharga, dapat diteruskan dengan proses ekstraksi. Ekstraksi yang banyak digunakan adalah membran cair emulsi MCE. Optimisasi proses dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi asam nitrat dan suhu operasi.
Hasil menunjukkan bahwa kondisi optimum leaching diperoleh pada waktu 30 menit leaching menggunakan HNO3 3,0 M pada suhu 90°C, diperoleh efisiensi leaching kobalt sebesar 98,01. Studi kinetika reaksi juga dilakukan dan dihasilkan bahwa perolehan kembali logam kobalt dari limbah baterai lithium-ion menggunakan asam nitrat dikendalikan oleh reaksi permukaan dengan nilai energi aktivasi sebesar 44,67 kJ/mol. Kobalt kemudian diekstraksi dari larutan hasil leaching pada pH 3 menggunakan Cyanex 272 0,1 M dengan 2 w/v Span 80 sebagai ekstraktan dan surfaktan secara berurutan di dalam fasa membran dengan H2SO4 0,1 M sebagai larutan stripping, menghasilkan efisiensi sebesar 46,96.

Relentless development of technology triggers the smartphone production. In 2017, it is predicted that the smartphone users in Indonesia reach about 39.8 of the total population or equals about 101.56 millons of people. The increasing number of smartphone use is followed by escalation of its waste, where its battery is classified as a toxic and hazardous waste. The analysis of the battery content shows that it is consist of cobalt metal about 5 ndash 20 as the major component that can be utilised, based on its relatively high economic value, which valued Rp 825,208 kg.
The recycle process that is usually used to recover cobalt metal is called hydrometallurgy, specifically leaching hydrometallurgy. To execute leaching, it is common to use strong acids as a solvent, e.g. HNO3. To elevate the purity of the recovery process of valuable metals, the process could be continued to extraction process. Most extraction process in the industry uses emulsion liquid membrane ELM. Process optimization is done by varying concentration of nitric acid and reaction temperature.
The result shows that the optimum leaching condition is earned in 30 minutes of leaching reaction using 3,0 M HNO3 at the reaction temperature of 90°C, resulting 98.01 of cobalt leaching efficiency. Reaction kinetics study is also done in this research and the result demonstrates that recovery of cobalt from spent lithium ion batteries by nitric acid leaching is controlled by surface reaction with activation energy value of 44.67 kJ mol. Cobalt is then extracted from leach liquor on pH 3 using Cyanex 272 0.1 M with 2 w v Span 80 as extractant and surfactant respectively in membrane phase with H2SO4 0.1 M as stripping acid, resulting 46.96 efficiency.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prita Tri Wulandari
"Baterai lithium ion merupakan jenis baterai yang paling sering digunakan sebagai sumber energi pada telepon genggam. Jumlah limbah baterai lithium ion diperkirakan mencapai 200 - 500 ton per tahun. Dalam satu baterai lithium ion, terdapat 5 - 20 kandungan logam Co. Salah satu cara untuk memperoleh kembali sebuah logam berharga dari limbah adalah proses leaching yang kemudian dilanjutkan dengan ekstraksi. Limbah baterai Lithium-Ion akan dikarakterisasi menggunakan EDX dan AAS, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat kandungan logam Co dalam bentuk LiCoO2 pada katoda. Proses leaching dilakukan dengan menggunakan asam klorida 4 M pada suhu 80°C dan waktu reaksi 1 jam. Logam Co akan diekstraksi dari larutan hasil leaching dengan kondisi optimal pada pH antara 5,0 - 6,0 menggunakan ekstraktan Cyanex 272 0,7 M dalam fasa membran, konsentrasi stripping acid H2SO4 sebesar 0,1 M, dan kecepatan pengadukan 1500 rpm.

Lithium ion batteries are the most common type to be used as energy source in mobile phone. The amount of lithium ion battery wastes is approximated by 200 ndash 500 ton year. In one lithium ion battery, there are 5 ndash 20 of cobalt metal, depend on the manufacturer. One of the way to recover a valuable metal from waste is leaching process then continued with extraction. Spent lithium ion batteries will be characterized with EDX and AAS, the result will show the amount of cobalt metal with form of LiCoO2 in the cathode. Leaching process is done with hydrochloric acid 4 M, temperature 80°C, and stirring time 1 hour. Cobalt metal will be extracted from leaching liquor with optimum condition pH between 5.0 ndash 6.0 using Cyanex 272 0.7 M in membrane phase as extractant, stripping acid concentration H2SO4 is 0.1 M, and stirring speed of 1500 rpm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Nurqomariah
"Limbah baterai sangat banyak ditemukan karena hampir seluruh peralatan elektronik menggunakan baterai untuk mengoperasikannya. Salah satu jenis baterai yang banyak digunakan adalah baterai lithium ion. Logam berat yang terkandung pada baterai lithium ion sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, untuk itu diperlukan upaya untuk meminimalisir kandungan logam berat sebelum limbah baterai dilepas ke lingkungan dan dapat dimanfaatkan kembali. Upaya yang dapat dilakukan adalah perolehan kembali logam berat.
Metode yang akan digunakan adalah leaching. Dalam penelitian ini menggunakan asam organik yaitu asam sitrat 1 M dengan 2 H2O2 pada kondisi operasi 80°C selama 60 menit dapat menghasilkan logam Co 94.27. Proses leaching pada penelitian ini dikendalikan oleh reaksi kimia pada permukaan dengan energy aktivasi sebesar 42.29 kJ/mol. Pada proses ekstraksi cair ndash; cair dengan pH 3,5 dan konsentrasi ekstraktan Cyanex 272 sebesar 0,1 M diperoleh logam Co sebesar 95.82 dari total kobalt hasil leaching.

Battery waste found anywhere in the world because most of the electronic devices need battery to operate them. Battery lithium ion is one of rechargeable batteries which consist heavy metals. Heavy metals inside lithium ion battery is dangerous for health and environment. For that main reason, recovery of heavy metals are needed in order to minimalize the composititon before its being disposed to the environment.
The method that will be used in this research is leaching and followed with liquid ndash liquid extraction. In this study, leaching process has done using 1 M citric acid with 2 H2O2, 80°C for 60 minutes and can recover 94.27 Co. This leaching process is controlled by surface chemical reaction model with the activation energy of 42.29 kJ mole. Meanwhile, for the liquid ndash liquid extraction with pH of aqueous phase 3,5 and Cyanex 272 0,1 M produce 95.82 of cobalt from the leaching result.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftakhul Huda
"Penelitian ini dilakukan untuk mengambil kembali logam nikel dari limbah katalis nikel sisa proses hydrotreaing pada industri minyak bumi. Penelitian ekstraksi nikel dengan membran cair emulsi ini menggunakan Cyanex 272 sebagai ekstraktan untuk memisahkan nikel dari fasa umpan yang telah disiapkan dari hasil leaching limbah katalis hydrotreaing menggunakan H2SO4 8 M. Membran cair emulsi mengandung kerosin sebagai pelarut, Span 80 sebagai surfaktan, Cyanex 272 sebagai ekstraktan dan asam sulfat sebagai fasa stripping.
Parameter penting dalam ekstraksi nikel dengan membran cair emulsi yang diteliti pada penelitian ini adalah konsentrasi surfaktan, konsentrasi ekstraktan carrier dan pH fasa umpan. Kondisi optimum yang diperoleh pada proses pembuatan membran emulsi adalah menggunakan 0,06 M Cyanex 272, 8 w/v SPAN 80, 0,2 M H2SO4, rasio volume fasa ekstraktan/fasa internal: 1/1, dan kecepatan pengadukan 1600 rpm selama 60 menit yang mampu menghasilkan membran emulsi dengan tingkat kestabilan diatas 90 setelah 4 jam. Pada proses ekstraksi dengan kondisi optimum pH 6 untuk fasa umpan, rasio volume fasa emulsi/fasa umpan: 1/1, dan kecepatan pengadukan 250 rpm selama 15 menit dengan hasil 81.51 nikel berhasil terekstrak.

In this study was conducted to recover nickel metal from spent nickel catalyst resulting from hydrotreating process in petroleum industry. The nickel extraction study with the emulsion liquid membrane using Cyanex 272 as an extractant to extract and separate nickel from the feed phase solution. Feed phase solution was preapred from spent catalyst using sulphuric acid. Liquid membrane consists of a kerosene as diluent, a Span 80 as surfactant, a Cyanex 272 as extractant carrier and sulphuric acid solutions have been used as the stripping solution.
The important parameters on nickel extraction with emulsion liquid membrane are surfactant concentration, extractant concentration feed phase pH. The optimum conditions of the emulsion membrane making process is using 0.06 M Cyanex 272, 8 w v SPAN 80, 0.05 M H2SO4, internal phase extractant phase volume ratio 1 1, and stirring speed 1150 rpm for 60 Minute that can produce emulsion membrane with stability level above 90 after 4 hours. In extraction process, The optimum condition pH 6 for feed phase, ratio of phase emulsion phase of feed 1 2, and stirring speed 175 rpm for 15 minutes with result 81.51 nickel was extracted.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Nurasad
"Tahapan proses yang dilakukan untuk pengambilan kembali logam lithium adalah leaching, pembuatan membran emulsi, dan ekstraksi. Limbah baterai Li-Ion dikarakterisasi terlebih dahulu dengan XRD. Hasil XRD menunjukan bahwa terdapat kandungan logam lithium di limbah dalam bentuk LiCoO2. Kondisi optimum untuk proses leaching adalah menggunakan asam sitrat 1,5 M, rasio padatan/cairan: 20 gram/L, dan kecepatan pengadukan 400 rpm pada suhu 550C selama 50 menit dengan hasil 99,3% lithium berhasil ter-leaching. Lalu untuk kondisi optimum proses pembuatan membran emulsi adalah menggunakan 0,03 M Cyanex 921, 8% w/v SPAN 80, 0,05 M H2SO4, rasio volume fasa ekstraktan/fasa internal: 1/1, dan kecepatan pengadukan 1150 rpm selama 60 menit yang mampu menghasilkan membran emulsi dengan tingkat kestabilan diatas 90% setelah 4 jam. Selanjutnya pada proses ekstraksi dengan kondisi optimum pH 6 untuk fasa umpan, rasio volume fasa emulsi/fasa umpan: 1/2, dan kecepatan pengadukan 175 rpm selama 15 menit dengan hasil 63,4% lithium berhasil ter-ekstrak.

The process to acquire lithium metal are leaching, creation of emulsion membrane, and extraction. The spent Li-Ion battery was characterized first by XRD. Result of XRD showed that there is lithium in spent battery in the form of LiCoO2. The optimum condition for leaching process is using citric acid 1,5 M, solid/liquid ratio: 20 gram/L, and stirring speed 400 rpm in 550C for 50 minutes with result 99,3% lithium successfully leached. Then the optimum condition to make emulsion membrane is using 0,03 M Cyanex 921, 8% w/v SPAN 80, 0,05 M H2SO4, extractant phase/internal phase volume ratio: 1/1, and stirring speed 1150 rpm for 60 minutes able to produce emulsion membrane with stability level of above 90% after 4 hours. Next in extraction process with optimum condition pH 6 for external phase, emulsion phase/external phase volume ratio: 1/2, and stirring speed 175 rpm for 15 minutes with result 63,4% lithium successfully extracted."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Rahma Tifani
"Konsumsi baterai litium-ion di seluruh dunia meningkat secara drastis dari tahun 2010 hingga tahun 2015 yaitu dari 4,6 milyar hingga 7 milyar. Tentunya, peningkatan ini disertai dengan peningkatan jumlah limbahnya. Dalam setiap unit baterai li-ion bekas terkandung beberapa bahan beracun elektrolit yang mudah terbakar yang berbahaya bagi lingkungan. Dalam limbah tersebut juga terkandung logam kobalt yang mencapai 5–20%, sebagai komposisi logam terbesar dalam baterai litium ion bekas. Daur ulang baterai litium ion bekas diperlukan untuk pengurangan penipisan sumber daya logam sekaligus mengurangi dampak kontaminasi lingkungan. Proses daur ulang yang sering digunakan adalah proses hidrometalurgi leaching. Pelarut yang digunakan biasanya berupa asam kuat, seperti asam sulfat dan agen pereduksi digunakan untuk mengurangi jumlah leaching agent yang digunakan. Untuk meningkatkan kemurnian logam kobalt, proses dilanjutkan dengan proses ekstraksi. Dalam penelitian ini, digunakan 2 M H2SO4, 0,25 M C6H8O6 pada kondisi operasi 80OC selama 100 menit, menghasilkan logam Co ter-leaching sebesar 96,22%. Larutan hasil leaching yang didapat kemudian dilakukan proses ekstraksi cair-cair menggunakan Cyanex 272 dan TBP sebagai ekstraktan. Hasil dari proses ekstraksi cair-cair dengan kondisi operasi konsentrasi ekstraktan Cyanex 272 sebesar 0,5 M + TBP 5% v/v, pH fasa akuatik sebesar 4,5 selama 30 menit ekstraksi, menghasilkan logam Co terekstraksi sebesar 95,93%.

The consumption of lithium-ion batteries worldwide increased in 2015, from 4.6 billion to 7 billion. Of course, this increase is accompanied by an increase in the amount of waste. In each used li-ion battery unit contains several toxic electrolytes that are flammable which are harmful to the environment. The waste also contains cobalt metal which reaches 5–20%, as the largest metal composition in used lithium-ion batteries. The recycling of used lithium-ion batteries is necessary to reduce the depletion of metal resources while reducing the impact of environmental contamination. The recycling process that is often used is the hydrometallurgical leaching process. The solvent used is usually a strong acid, such as sulfuric acid and the reducing agent used is ascorbic acid. To increase the purity of cobalt metal, the process is followed by an extraction process. This research is using 2 M of H2SO4 and 0,25 M of C6H8O6, with the operating condition 80oC in 100 minutes leaching process resulting 96,22 % Co extracted. The solvent extraction is using Cyanex 272 and TBP as the extractant. The result from solvent extraction with 0,5 M of Cyanex 272 + 5% v/v TBP, pH aquatic phase 4,5 in 30 minutes extraction process is 95,93% Co being extracted."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Resya Hidayatullah
"Penggunaan telepon genggam sekarang ini sudah mcnjadi sesualu yang sangat umum dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya penggunaan lelepon genggam menyebabkan timbulnya limbah benlpa baterai telepon genggam, diantaranya adalah baterai lithium-ion. Pada baterai lithium-ion terdapat kandungan logam kobalt dalam jumlah yang cukup besar, sehingga proses pengambilan kembali logam kobalt dari limbah baterai lithium-ion dapat menghasilkan logam kobalt dalam jumlah yang cukup signifikan.
Metode ekstraksi cair-cair dapat digunakan untuk proses pengambilan kembali logam kobalt dari limbah baterai lithium-ion. Metode pemisahan ini berdasarkan pada perbedaan koefisien dislribusi zat terlarut dalam dua larutan yang berbeda fasa (fasa akuatik dan organik) dan tidak saling bercampur. Pada penelitian ini dilakukan pengujian kemampuan ekstraktan Cyanex 272 [bis (2,4,4,-trimerhylpeniyl) phosphinic acid] dalam proses pengambilan kembali logam kobalt. Cyanex 272 merupakan ekstraktan yang sering digunakan dalam proses pengambilan kembali logam kobalt.
Percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah proses leaching limbah baterai lithium-ion dengan menggunakan HCI, dan proses ekstraksi larutan hasil leaching menggunakan Cyanex 272 dengan pelarut kerosin. Variasi yang dilakukan dalam proses leaching adalah konsentrasi HCI, waktu leaching, rasio solid/liquid, dan temperatur. Variasi yang dilakukan dalam proses ekstraksi adalah variasi pH fasa akuatik, konsentrasi ekstraktan, dan waktu.
Larutan yang didapat dan masing-masing proses di atas dianalisa dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) sehingga kita dapat mengetahui komposisi kobalt pada larutan hasii leaching dan larutan basil ekstraksi.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapat nilai optimum untuk proses leaching pada konsentrasi HCI 4M, waktu kontak 150 menit, rasio solid/liquid sebesar 1/100, dan temperatur leaching 80°C. Pada kondisi optimal ini didapat nilai persentase leaching kobalt sebesar 91.55% dan alumunium sebesar 99.99% Pada proses ekstraksi proses ekstraksi didapat nilai optimum pada pH fasa akuatik sebesar 6, konsentrasi ekstraktan 0.08M, dan waktu kontak 30 menit. Pada kondisi optimal ini didapat nilai persentase ekstraksi kobalt sebesar 84.15% dan alumunium sebesar 66,63%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Ramadhan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengambil kembali logam kobalt dari limbah Lithium Ion Battery (LIB) atau baterai Li-Ion karena pada tahun 2000 kadar mencapai 200-500 ton/tahun dimana kobalt terdapat 30% yang dapat membahayakan lingkungan. Teknologi membran cair emulsi adalah salah satu teknologi rekoveri logam yang sangai baik karena sangat selektif, dapat diaplikasikan dalam skala besar, dan hemat waktu. Tahap awal diperlukan proses leaching menggunakan asam sitrat dengan konsentrasi 1 M menghasilkan kobalt 89,74% dan lithium 46,80% pada suhu 55oC selama 50 menit. Tahap ekstraksi dengan membran cair emulsi dengan ekstraktan (Cyanex 272) konsentrasi 0,05 M dan kadar surfaktan (Span-80) 6% karena angka tersebut menghasilkan emulsi paling stabil. Ekstraksi dilakukan pada suhu ruang dan pengadukan 250 rpm dan menghasilkan ekstraksi 48,73% Co dan 13,06% Li pada pH 5,5. Penelitian ini cukup selektif untuk memisahkan logam Co dan Li.
This research has a purpose to recapture cobalt metal from spent Lithium Ion Battery (LIB) or Li-Ion battery because in 2000 the amount of the waste was 200-500 ton/year which contained 30% cobalt that can harm the environment. Emulsion liquid membrane technology is one of the most best technology in metal recovering because highly selective recovery techniques, can be applied on a large scale, and time saving. The initial stage is leaching process is required to use citric acid at a concentration of 1 M to produce cobalt 89,74% and lithium 46,80% at 55oC for 50 minutes. Then, phase extraction with liquid membrane emulsion with the extractant (Cyanex 272) 0,05 M concentrations and levels of surfactants (Span-80) 6% as the figure most stable emulsions in this research. The extraction is done at room temperature and stirring 250 rpm and generates extraction of 48,73% Co and 13,06% Li at pH 5.5. This study was selective enough to separate the metals Co and Li."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Fadilah Budi Retna Putri
"Penumpukan limbah baterai Li-ion menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan karena terdapat kandungan logam berat pada elemen penyusunnya, salah satunya adalah kobalt. Melihat nilai ekonominya yang tinggi, logam kobalt berpotensi untuk dimanfaatkan kembali, salah satunya dengan metode pelindian (leaching) menggunakan asam anorganik, seperti asam klorida (HCl) dan reagen pereduksi, seperti hidrogen peroksida (H2O2) untuk meminimalisir dampak negatif asam anorganik terhadap lingkungan. Persentase maksimum pelindian kobalt mencapai 98,04% dengan kondisi rasio S/L 25 g/L, 2 M HCl, waktu pengadukan 60 menit, kecepatan 400 rpm, konsentrasi H2O2 3 vol.% dan suhu operasi 85℃. Studi kinetika reaksi dicocokan dengan model shrinking core diperoleh energi aktivasi sebesar 62.855 kJ/mol atau 15 kcal/mol. Proses dilanjutkan dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan ekstraktan Cyanex 272 untuk memperoleh kemurnian logam yang lebih tinggi. Diperoleh efisiensi ekstraksi maksimum mencapai 98,87%, pada kondisi 0,65 M Cyanex 272, rasio O:A 3:1, pH fasa akuatik 6,5, waktu pengadukan 60 menit, kecepatan 400 rpm, suhu operasi 30℃.

The accumulation of spent Li-ion batteries has an adverse effect on the environment because there are heavy metals content in its component, one of them is cobalt. Seeing its high economic value, cobalt metal has the potential to be recycled, one of which is by leaching using inorganic acid, such as hydrochloric acid (HCl) and reducing reagents, such as hydrogen peroxide (H2O2) to minimize the negative impact of inorganic acids on the environment. The maximum percentage of cobalt leaching reached 98.04% with the condition of the ratio S/L of 25 g/L, 2 M HCl, stirring time 60 minutes, speed of 400 rpm, H2O2 concentration at 3 vol.% And an operating temperature of 85℃. The reaction kinetics study was matched with shrinking core model with an activation energy of 62,855 kJ/mol or equivalent to 15 kcal/mol. The process is continued with the liquid-liquid extraction method using Cyanex 272 extractant to obtain higher metallic purity. Maximum extraction efficiency was obtained at 98.87%, at a condition of 0.65 M Cyanex 272, O:A ratio of 3: 1, pH of acuatic phase 6.5, stirring time 60 minutes, speed 400 rpm, operating temperature 30℃."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildzah Khalishah Alhadar
"Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan kembali lithium dan cobalt dari limbah baterai Li-Ion. Proses yang digunakan yaitu terdiri dari proses leaching dan dilanjutnya dengan proses ekstraksi cair-cair. Proses leaching dilakukan dengan menggunakan asam sitrat sebagai leaching agent. Kemudian dilakukan proses ekstraksi cair-cair dengan menggunakan Cyanex® 272 sebagai ekstraktan. Hasil percobaan diuji menggunakan metode pengujian atomic absorption spectroscopy (AAS). Proses leaching dengan menggunakan asam sitrat 1,5 M dapat menghasilkan logam lithium hingga mendekati 100% dan cobalt mendekati 90%. Proses ekstraksi cair-cair dengan pH fasa akuatik 6,6 dan konsentrasi Cyanex® 272 sebesar 0,2 M, menghasilkan 57,4% logam lithium dari total lithium awal dan 66,2% cobalt dari total cobalt awal.

In this study conducted recovery of lithium and cobalt from waste of lithium ion batteries. The process that will be used is consisted of leaching and followed by solvent extraction. Leaching has done by using citric acid. Then, solvent extraction was done with Cyanex® 272 as the extractant. The lithium and cobalt concentration in the aqueous phase is characterized by atomic absorption spectroscopy (AAS). Leaching process with 1.5 M citric acid can recover lithium nearly 100% and cobalt nearly 90%. Solvent extraction was done with pH of aqueous phase 6.6 and Cyanex® 272 0.2 M produce more than 55% lithium from the total initial of lithium and more than 65% of cobalt from the total initial is recovered."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>