Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72751 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faris Adnan Padhilah
"Makalah ini menjelaskan metode pelacakan objek bergerak berdasarkan prediksi 1 hingga 5 langkah di depan. Prediksi menggunakan jaringan syaraf tiruan dengan metode propagasi balik untuk melatih jaringan. Objek bergerak yang digunakan dalam percobaan adalah bola tenis meja kecil. Struktur JST memiliki enam neuron input dan lima neuron output dengan sepuluh neuron di lapisan tersembunyi. Menggunakan data 70 dari posisi pergerakan objek untuk pelatihan, dan 30 data untuk menguji prediksi posisi bola. Itu menunjukkan bahwa pelatihan ANN dapat mencapai berarti kesalahan persegi MSE sekecil 0,0091 untuk koordinat X dan 0,0012 untuk koordinat Y. Pada pengujian prediksi posisi bola, ditunjukkan bahwa metode dapat mencapai MSE sebesar 4,72 untuk koordinat X dan MSE sebesar 2,48 untuk koordinat Y.

This paper described a method of tracking a moving object based on 1 to 5 step ahead prediction. The prediction was using the artificial neural network with back propagation method for training the network. The moving object used in the experiments is a small table tennis ball. The ANN structures have six inputs neurons and five outputs neurons with ten neurons in the hidden layer. Using 70 data of the object movement positions for training, and 30 data for testing the prediction of the ball positions. It was shown that the training of the ANN can achieved means square error MSE as small as 0.0091 for the X coordinate and 0.0012 for the Y coordinate. At the ball position prediction testing, it was shown that the method can achieved the MSE of 4.72 for X coordinate and MSE of 2.48 for Y coordinate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radityo Ardi Nugroho
"Fish schooling yaitu pergerakan sekelompok ikan tertentu dengan pola, arah (polarisasi), irama dan struktur yang sama untuk setiap individu serta bersifat unik untuk setiap ikan. Fish shooling dapat dijadikan dasar untuk pembuatan sistem identifikasi ikan dengan dengan menggunakan metode jaringan syaraf tiruan. Proses ini dilakukan dengan menerapkan Pengolahan citra pada citra tampilan echogram fish finder yang didapat dari database hasil observasi Balai Penelitian Departemen Kelautan dan Perikanan di laut Jawa pada bulan Desember 2005. Citra fish schooling dari fish finder tersebut diubah menjadi matriks melalui proses sampling dan graylevel quantization, kemudian dileveling pada range nilai tertentu. Citra hasil leveling tersebut akan diambil beberapa potongan bagiannya sebagai sampel untuk dicari nilai parameter karakteristiknya, yaitu nilai rata-rata dari matriks sampel tersebut. Nilai rata-rata tersebut selanjutnya akan dijadikan input bagi proses training jaringan syaraf tiruan untuk membuat sistem identifikasi jenis ikan. pola rata-rata matriks sampel yang digunakan pada proses training tersebut menjadi dasar proses identifikasi jenis ikan oleh jaringan syaraf tiruan. Sistem ini mampu mengenali jenis ikan dengan tingkat akurasi sebesar 88%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rievanda Putri
"Salah satu metode deteksi penyakit Diabetes mellitus ialah dengan mengukur kadar glukosa pada darah dengan mengambil sejumlah darah untuk dilakukan pengukuran. Selain itu, metode pengukuran bersifat non-invasif juga sedang mengalami perkembangan, di antaranya ialah iridologi. Penelitian ini memfokuskan pada perancangan suatu sistem prediksi Diabetes mellitus melalui citra iris (iridologi) yang bersifat non-invasif. Pemetaan organ yang berkorespondensi pada wilayah iris dapat dimanfaatkan untuk memprediksi kerusakan jaringan organ, khususnya pada pankreas sebagai penghasil insulin.
Sistem yang dikembangkan terdiri atas instrumen akuisisi citra iris dan algoritma pengolahan citra yang berbasis pada ciri tekstur. Pemrosesan citra yang dilakukan ialah peningkatan kualitas melalui metode FFT filtering dan grayscaling, lokalisasi iris dengan circular hough transform (CHT), dan normalisasi dengan rubber-sheet normalization. Kemudian dilakukan segmentasi daerah pankreas pada iris sejumlah satu ROI di mata kanan dan dua ROI di mata kiri.
Akuisisi citra iris dilakukan sebanyak tiga kali pada 15 subjek tidak Diabetes dan 11 subjek Diabetes. Ekstraksi ciri yang dilakukan menggunakan filter Gabor pada bagian ROI tersebut. Model ANN digunakan untuk klasifikasi kelas Diabetes dan non-Diabetes menggunakan metode SCG dan cross validation menghasilkan akurasi sebesar 87.6%, misclassification error (MR) 12.4%, false positive rate (FPR) 8.26%, false negative rate (FNR) 18.8%, sensitivity 81.2% dan specificity 91.7%. Nilai tersebut menggambarkan bahwa sistem secara umum dapat bekerja untuk membantu prediksi seseorang berpenyakit Diabetes.

One of Diabetes mellitus detection method is to measure the blood glucose by drawing small amount of blood. Other than that, some non-invasive methods also have been developed, one of the alternative methods is iridology. This research focus on development of non-invasive Diabetes mellitus prediction system through iris image. The mapping of organs that corresponded in iris image can be used to detect damaged tissues of an organ, particularly in pancreas where insulin hormone is made.
The developed system consists of image acquisition instrument and image processing algorithm using texture characteristics. The processing starts with image enhancement using filter FFT and grayscaling, iris localization using circular hough transform (CHT), and normalization using rubber-sheet normalization. Segmentation on pancreas in iris image then resulted as followed, one ROI of right eye image and two ROIs of left eye image.
Image acquisition was done with maximum of three images taken and used from 15 health subjects and 11 Diabetes subjects. Feature extraction method that used is Gabor filter. Classification model ANN is used to classify between Diabetes and health subjects with SCG function and cross validation results in accuracy number of 87.6%, misclassification error (MR) 12.4%, false positive rate (FPR) 8.26%, false negative rate (FNR) 18.8%, sensitivity 81.2% and specificity 91.7­­%. Those results show that, system in general has worked to help in prediction of Diabetes.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifki
"ABSTRACT
Pengenalan ekspresi wajah telah menjadi tantangan dalam ilmu digital selama bertahun-tahun. Dengan pertumbuhan baru-baru ini di dalam bidang machine learning, sistem pengenalan ekspresi wajah secara real-time dengan machine learning dapat berguna untuk sistem monitoring emosi untuk interaksi manusia-komputer (HCI). Model yang penulis ajukan dirancang dengan model Convolutional Neural Network (CNN) dan menggunakannya untuk melatih dan menguji gambar ekspresi wajah dengan TensorFlow. Sistem ini memiliki dua bagian, sebuah recognizer untuk validasi dan model pelatihan data untuk data training. recognizer berisi detektor wajah dan pengenal ekspresi wajah. Detektor wajah mengekstrak gambar wajah dari frame video dan pengenal ekspresi wajah mengklasifikasikan gambar yang diekstrak. Model pelatihan data menggunakan CNN untuk melatih data. Sistem pengenal juga menggunakan CNN untuk memantau keadaan emosi dari pengguna melalui ekspresi wajah mereka. Sistem ini mengklasifikasikan emosi dalam enam kelas universal, marah, jijik, senang, terkejut, sedih dan takut, ditambah dengan emosi netral.

ABSTRACT
The introduction of facial expressions has been a challenge in digital science for many years. With the recent growth in machine learning, a real-time facial recognition recognition system with machine learning can be useful for emotional monitoring systems for human-computer interaction (HCI). The model the author proposes is designed with the Convolutional Neural Network (CNN) model and uses it to train and test facial expression images with TensorFlow. The system has two parts, a recognizer for validation and a data training model for training data. The recognizer contains face detector and facial recognition. The face detector extracts the face image from the video frame and facial expression identifiers classify the extracted image. The data training model uses CNN to train data. The identification system also uses CNN to monitor the emotional state of the user through their facial expressions. This system classifies emotions in six universal classes, anger, disgust, pleasure, shock, sadness and fear, coupled with neutral emotions."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sangky Aryadhi
"Dalam skripsi ini dibuat perangkat lunak yang dapat mengenali tipe ABO golongan darah manusia melalui pengolahan citra berbasiskan Jaringan Syaraf Tiruan (JST). Pola sampel darah yang direaksikan dengan reagen akan memiliki hasil pasangan penggumpalan yang berbeda. Jenis reagen yang direaksikan adalah antigen-A dan antigen-B. Pola pasangan darah dan reagen serta bentuk penggumpalan citra darah menjadi ciri dan kombinasi yang unik untuk membedakan tipe-tipe darah yang ada.
Data sampel darah berupa citra digital yang diperoleh menggunakan kamera digital. Sampel darah direaksikan dengan reagen di atas preparat dengan urutan reagen anti-A ditempatkan pada bagian kiri preparat dan reagen anti-B pada bagian kanan. Sebelum diolah dalam sistem JST, data melewati pra-proses, yaitu proses perbaikan citra digital yang terdiri dari proses pencuplikan, gray-level quantization, dan normalisasi dalam bentuk matriks. Hasil akhirnya berupa citra fitur hitam putih dalam matriks berukuran 5×5. Hasil pra-proses kemudian dihitung nilai parameter karakteristiknya, yaitu nilai rata-rata matriks tersebut. Nilai ini selanjutnya akan dijadikan input bagi proses pelatihan jaringan syaraf tiruan dengan metode backpropagation.
Jumlah data sampel sebanyak 120 set, dimana 80 di antaranya digunakan untuk melatih JST, dan sisanya digunakan untuk menguji JST. Hasil simulasi menunjukkan sistem mampu mengenali golongan darah dengan tingkat akurasi hingga 90%.

In this research, an identification system of human blood type is designed using image processing techniques and the Artificial Neural Network (ANN) with backpropagation algorithms. The pattern of human blood type was formed using a chemical reaction between the blood and a reagent. The reagent that used in the reaction process are anti-A and anti-B reagent. Using a flat glass preparat as a media, the anti-A reagent is mixed to the blood sample on the left side and the anti-B reagent on the right side. Combination of blood coagulation pairs could distinguish the blood type.
The blood coagulation pair is converted into digital images after taken by a digital camera. The image is then pre-processed and normalized to 50×50 matrix size. The matrix is divided to different blocks and reduced to 5×5 grayscale image. The preprocessing involved sampling, gray-level quantization, and normalization. After preprocessing, the mean of 5×5 gray scale image will be calculated and used as the input for the ANN.
The total number of blood sample data is 140 pairs, 80 set of them are used for training process of the ANN and the rest are used for identification. The simulation result shows that the system is able to identify up to 90% level of accuracy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40587
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengenalan rambu lalu-lintas merupakan salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh sebuah mobil pintar_ Pada kondisi jalan sebenarnya, masalah yang dihadapi akan meliputi bervariasinya kuat cahaya, perubahan skala rambu karena perubahan jarak, dan adanya noise pada rambu. Sebuah sistem pengenalan rambu yang baik akan dipersiapkan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Pada Skripsi ini, dicoba untuk merancang sebuah sistem pengenalan rambu yang dipersiapkan untuk berhadapan dengan masalah-masalah di atas. Sistem ini masih bersifat off-line. Citra yang dipakai adalah citra basil pemotretan, sedangkan keluaran berupa pengenalan jenis rambu. Rambu yang dikenali dibatasi hanya yang tepinya berwarna merah saja. Untuk mengatasi masalah bervariasinya kuat cahaya, segmentasi rambu dari lingkungan memakai basis sistem wama HSI. Sistem warna ini mendeskripsikan sebuah warm dalam 3 komponen terpisah. Hue dipakai untuk menyatakan wama dominan yang dilihat pengamat, saturasi menyatakan kemurnian relatif dari warna tersebut, atau jumlah warna putih yang tercampur dengan kue tersebut, sedangkan kuat Iemahnya cahaya dinyatakan dalam intensitas. Pengenalan bentuk dan citra rambu yang sudah tersegmentasi dilakukan oleh jaringan saraf tiruan (ANN T Artificial Neural Networks). Jaringan yang dipakai berupa jaringan bertingkat antara Kohonen dan Propagasi Balik (Backpropagation). Modus kerja jaringan Kohonen adalah unsnpervis-ed, sedangkan Propagasi Balik bersifat supervised. Penggabungan keduanya diharapkan memberikan kineda yang lebih balk. Agar fungsi ANN hanya kepada pengenalan bentuk dan bukan warna rambu, maka citra rambu tersegmentasi diubah terlebih dahulu menjadi citra monokrom. Selanjutnya dilakukan proses penghalusan (smoothing) terhadap citra monokrom untuk memperbaiki kualitas citra. Ekstraksi eiri masukan ke ANN dilakukan dengan teknik ekstraksi ciri spektrum daya Fourier."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S38867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Hamzah
"Diabetes mellitus tipe-2 (T2DM) merupakan penyakit metabolisme kronis yang sering diderita oleh orang dewasa. T2DM ditandai dengan menurunnya insulin dalam tubuh. Enzim dipeptidil peptidase-4 (DPP-4) dapat mengkatalisasi penurunan hormon peptida inkretin, terutama peptide-1 seperti hormon gastric inhibitory peptide (GIP) dan glucagon-like peptide-1 (GLP-1), yang mengakibatkan penurunan sintesis insulin. Inhibitor DPP-4 adalah target obat yang menjanjikan untuk T2DM, karena dapat memblokir kerja enzim DPP-4 dengan menghambat kerja hormon GLP-1 dan GIP. Penelitian ini menggunakan data inhibitor DPP-4 yang akan diekstraksi ciri menggunakan metode Extended-Connectivity Fingerprint (ECFP) dan Functional-Class Fingerprints (FCFP). Hasil ekstraksi ciri tersebut digunakan sebagai vektor masukan untuk metode deep neural network (DNN) untuk memprediksi inhibitor DPP-4 ke dalam senyawa aktif dan tidak aktif. Selain itu, metode CatBoost diusulkan sebagai metode pemilihan fitur terhadap hasil ekstraksi ciri metode ECFP dan FCFP. Dalam penelitian ini akan membandingkan performa metode DNN dengan menggunakan pemilihan fitur metode CatBoost dan tanpa menggunakan pemilihan fitur metode CatBoost. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode DNN menggunakan ekstraksi ciri ECFP_6 dengan proporsi pemilihan fitur sebesar 90% memiliki nilai sensitivitas, spesifisitas, akurasi, dan MCC berturut-turut adalah 0.927,0.881,0.906, dan 0.810.

Diabetes mellitus type-2 (T2DM) is a chronic metabolic disease that often affects adults. T2DM is characterized by a decrease of insulin in the body. The dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) enzyme can catalyze a decrease of incretin peptide hormones, especially peptide-1, such as gastric inhibitory peptide (GIP) hormone and glucagon-like peptide-1 (GLP-1), which results in decreased insulin synthesis. DPP-4 inhibitors are a promising drug target for T2DM because they block the action of the DPP-4 enzyme by inhibiting the activity of the GLP-1 and GIP hormones. This study uses DPP-4 inhibitor data, which will be feature extracted using the Extended-Connectivity Fingerprint (ECFP) and Functional-Class Fingerprints (FCFP) methods. The results of feature extraction are used as input vectors of the deep neural network (DNN) method to predict DPP-4 inhibitors into active and inactive compounds. In addition, the CatBoost method is proposed as a feature selection method for the feature extraction results of the ECFP and FCFP methods. In this study, we will compare the performance of the DNN method using the feature selection of the CatBoost method and without using the feature selection of the CatBoost method. The results of this study indicate that the DNN method using feature extraction ECFP_6 with 90% of the feature selection having sensitivity, specificity, accuracy, and MCC values, respectively, 0.927, 0.881, 0.906, and 0.810."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aidan Azkafaro Deson
"Di dalam olahraga tenis, pemahaman yang mendalam tentang gerakan lawan sangat penting untuk merespons pukulan dengan efektif. Salah satu tantangan utama yang dihadapi pemain adalah mengantisipasi arah pukulan lawan dengan cepat dan akurat. Faktor utama yang memengaruhi arah pukulan bola tenis adalah sudut kontak bola dengan raket saat memukulnya. Namun, dalam kecepatan permainan yang tinggi, observasi terhadap faktor ini sulit dilakukan. Faktor lain yang dapat memengaruhi arah pukulan adalah pose pemain saat memukul bola. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan machine learning dalam mengatasi masalah ini, dengan menggunakan informasi sekuensial mengenai pergerakan pose pemain sesaat sebelum memukul bola dan meneruskannya ke jaringan neural network untuk klasifikasi arah pukulannya menjadi tiga jenis kelas, yaitu Cross Left, Cross Right, dan Straight. Dataset yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari beberapa video pertandingan tenis profesional dari platform YouTube dengan total durasi permainan efektif 43 menit. Untuk mendapatkan informasi mengenai koordinat pose pemain, digunakan YOLOv8-Pose, sementara TrackNet digunakan untuk mendeteksi koordinat bola dan lapangan. Arah pukulan bola ditentukan dari informasi koordinat bola sebelum dan setelah pemain melakukan pukulan. Informasi pose pemain sebanyak 20 frame sebelum pemain memukul bola disimpan dalam suatu array tiga dimensi dan digunakan sebagai input untuk jaringan neural network. Penelitian ini menguji dua jenis neural network, yaitu RNN dan LSTM, dan dilakukan tuning hingga diperoleh performa terbaik pada kedua model tersebut. Model RNN mencapai akurasi sebesar 74%, sedangkan model LSTM mencapai akurasi sebesar 79%. Untuk meningkatkan performa model, diterapkan class weighting agar model memberikan perhatian yang lebih adil terhadap setiap kelas. Hasilnya, akurasi model RNN meningkat menjadi 80% dan akurasi model LSTM meningkat menjadi 82%.

In the sport of tennis, a deep understanding of the opponent's movements is crucial for effectively responding to their shots. One of the main challenges players face is anticipating the direction of their opponent's shots quickly and accurately. The primary factor influencing the direction of a tennis ball's shot is the angle at which the ball contacts the racket. However, observing this factor is difficult in the high-speed context of the game. Another factor that can influence the shot's direction is the player's pose at the moment of impact. This study aims to evaluate the application of machine learning in addressing this issue by using sequential information about the player's pose movements just before hitting the ball and feeding it into a neural network for shot direction classification into three categories: Cross Left, Cross Right, and Straight. The dataset used for this study was obtained from several professional tennis match videos on YouTube, with a total effective gameplay duration of 43 minutes. To obtain information about the player's pose coordinates, YOLOv8-Pose was used, while TrackNet was used to detect the coordinates of the ball and the court. The shot direction was determined from the ball's coordinates before and after the player made contact. The player's pose information, consisting of 20 frames before hitting the ball, was stored in a three-dimensional array and used as input for the neural network. This study tested two types of neural networks, RNN and LSTM, and tuning was performed to obtain the best-performing models for both. The RNN model achieved an accuracy of 74%, while the LSTM model achieved an accuracy of 79%. To improve model performance, class weighting was applied to ensure the model gave fair attention to each class. As a result, the accuracy of the RNN model increased to 80%, and the accuracy of the LSTM model increased to 82%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Hutomo Nugroho
"Proses segmentasi organ secara manual memakan waktu dan hasilnya subyektif terhadap definisi batas-batas kontur. Pemanfaatan teknologi Machine Learning (ML) berjenis 3D convolutional neural network (3D CNN) untuk mensegmentasi organ secara otomatis dapat mempercepat dan menstandarisasi hasil segmentasi organ. Penelitian ini mengimplementasilan network ML berbasis VoxResNet dan memanfaatkan 60 dataset CT Scan toraks dari Grand Callenge AAPM 2017 untuk melatih, memvalidasi, dan menguji model-model ML dengan berbagai variasi hyperparameter. Pengaruh variasi hyperparameter terhadap hasil segmentasi model juga dipelajari. Dataset dibagi menjadi 3 yaitu, 36 untuk perlatihan, 12 untuk validasi, dan 12 untuk pengujian. Dalam penelitian ini paru-paru kiri dan paru-paru kanan dijadikan satu jenis OAR bernama paru-paru, esophagus dan spinal cord dijadikan satu OAR bernama ESP, sedangkan jantung tetap OAR tersendiri. Variasi hyperparameter adalah variasi ukuran patch, jumlah batch, dan weight class. Hasil segmentasi model-model dievaluasi dan diperbandingkan untuk mencari model terbaik dengan hyperparameter-nya yang mampu menghasilkan kualitas hasil segmentasi organ terbaik. Kemampuan network dalam proses perlatihan dan validasi dievaluasi menggunakan kurva pembelajaran. Kualitas hasil segmentasi model organ dievaluasi menggunakan boxplot distribusi populasi nilai metrik Dice Similiarity Coefficient (DSC) dan Housdorf Distance (HD) setiap slice. Peningkatan atau penurunan kinerja model akibat variasi hyperparameter dinilai menggunakan skor peningkatan metrik. Terakhir, metrik DSC dan HD95 secara 3D hasil segmentasi model terbaik dibandingkan dengan hasil segmentasi oleh interrater variability AAPM 2017 dan hasil segmentasi team virginia. Hasil kurva pembelajaran tidak mengalami underfitting menunjukkan bahwa network mampu mempelajari data perlatihan dengan baik. Overfitting terjadi pada model organ jantung dan ESP. Hasil eksperimen variasi ukuran patch menunjukkan bahwa besar ukuran patch tidak selalu linier dengan kinerja moukuran patch menunjukkan bahwa besar ukuran patch tidak selalu linier dengan kinerja model. Model ukuran patch tengah memberikan kualitas distribusi metrik dan skor paling baik dibandingkan model ukuran patch terkecil dan terbesar pada semua OAR dengan skor 11, 13, dan 13 dari 16. Hasil eksperimen variasi jumlah batch menunjukkan bahwa peningkatan jumlah batch tidak selalu berdampak positif terhadap kinerja model. Untuk model jantung ukuran patch terbesar, peningkatan batch dapat meningkatkan skor dari 2 menjadi 12. Untuk model ESP ukuran patch terbesar, peningkatan batch menurunkan skor dari 13 menjadi 2. Hasil eksperimen variasi weight class (W) menunjukkan bahwa baik model jantung maupun ESP cenderung memberikan distribusi metrik dan skor terbaik di sekitar W = [1,3.67] atau W = [1, C1 < 11]. Dibandingkan dengan interrater variability AAPM, model jantung terbaik menghasilkan nilai metrik yang comparable, yaitu untuk DSC 3D 0.932 ± 0.016 = 0.931 ± 0.015 dan untuk HD95 4.00 ± 0.25 < 6.42 ± 1.82. Sedangkan untuk model paru-paru memberikan metrik lebih baik, yaitu 0.964 ± 0.025 > 0.956 ± 0,019 dan 4,72± 0,21 < 6.71 ± 3,91. Dibandingkan dengan team virginia, model jantung terbaik berhasil memberikan nilai metrik yang lebih baik. yaitu 0.932 ± 0.016 > 0.925 ± 0.015 dan 4.00 ± 0.25 < 6.57 ± 1.50, sedangkan model ESP terbaik menghasilkan metrik yang comparable, yaitu 0.815 ± 0.049 = 0,810 ± 0,069 dan 4,68 ± 0,17 < 8,71 ± 10,59. Dari hasil-hasil ini memberikan potensi adanya perpaduan ukuran patch, jumlah batch, dan weight class tertentu yang dapat menyebabkan hasil segmentasi model ukuran patch lebih kecil dapat mengimbangi hasil segmentasi model ukuran patch lebih besar sehingga tuntutan akan perangkat dengan spesifikasi tinggi dan mahal dapat berkurang.

The process of manual organ segmentation is time consuming and the results are subjective in term of definition of contour boundaries. The utilization of Machine Learning (ML) technology using 3D convolutional neural network (3D CNN) to segment organs automatically can speed up the procces as well as standardizing the results of organ segmentation. This study implements a VoxResNet-based ML network and utilizes 60 thoracic CT scan datasets obtained from Grand Callenge AAPM 2017 to train, validate, and test ML models with various hyperparameter variations. The effects of hyperparameter variations on the segmentation results of models are also studied. The dataset is divided into 3 parts, namely 36 for training, 12 for validation, and 12 for testing. In this study the left lung and right lung were combined into one type of OAR called the lung, the esophagus and spinal cord were combined into one OAR called ESP, while the heart remained a separate OAR. Hyperparameter variations are variations in patch size, number of batches, and weight loss. The segmentation results of the models are evaluated and compared each other to find the best model and it’s hyperparameters which is able to produce the best segmentation’s quality. The ability of the network in training and validation procceses is evaluated using learning curve. The quality of the organ model’s segmentation results is evaluated using boxplot of population’s distribution of the Dice Similiarity Coefficient (DSC) and Housdorf Distance (HD) metrics for each slice. The increases or decreases in model performance due to variations in hyperparameters are assessed using the metric improvement score. Finally, the 3D DSC and HD95 metrics of the best model’s segmentation results are compared to the results of segmentation by the AAPM 2017’s interrater variability and to the segmentation results by team virginia. There is no underfitting of learning curve indicates that the network is able to learn the training data. Overfitting occurs in the heart and ESP models. The experimental results from patch size variations show that the size of the patch is not always linear with the performance of the model. The middle patch sized models give the best metric distribution’s quality as well as scores compared to the smallest and largest patch sized models for all OARs with scores of 11, 13, and 13 out of 16. The experimental results from batch number variations show that an increase in batch does not always have a positive impact on model performance. For the largest patch sized heart’s model, the increase increases the score from 2 to 12. For the largest patch sized ESP's model, the increase reduces the score from 13 to 2. The results from variations in weight loss (W) experiment show that both heart’s and ESP's models tend to provide the best distributions in term of metrics and scores around W = [1, 3.67] or W = [1, C1 < 11]. By comparing with AAPM's interrater’s variability, the best heart model produces comparable metric's result, that is 0.932 ± 0.016 = 0.931 ± 0.015 for DSC 3D and 4.00 ± 0.25 < 6.42 ± 1.82 for HD95. The best lungs model produces better metrics, that is 0.964 ± 0.025 > 0.956 ± 0,019 and 4,72 ± 0,21 < 6.71 ± 3,91. By comparing with team virginia's results, the best heart model produces better results that is 0.932 ± 0.016 > 0.925 ± 0.015 and 4.00 ± 0.25 < 6.57 ± 1.50. Meanwhile the best ESP model produces comparable results that is 0.815 ± 0.049 = 0,810 ± 0,069 and 4,68 ± 0,17 < 8,71 ± 10,59. The results of this study suggests that there is a certain combination of patch size, batch, and weight class by which enables smaller patch sized model to produce comparable metric's result produced by larger patch sized model thus decreasing the need to use higher specificationed and expensive computer."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiryanata Sunardi
"Quadcopter atau Quadrotor adalah sebuah jenis helikopter tanpa awak yang memiliki empat rotor yang terpasang dengan propeller. Pada quadcopter memiliki 2 buah rotor yang berputar searah jarum jam dan 2 buah rotor yang berputar berlawanan arah jarum jam. Pada sebuah quadcopter memiliki keseimbangan yang tidak stabil secara aerodinamis sehingga memerlukan komputer untuk mengkonversi perintah input menjadi perintah yang dapat mengganti kecepatan rotasi dari propeller sehingga menghasilkan gerakan yang diinginkan. Seiring dengan perkembangan teknologi, khususnya Artificial Intelligence dan Machine Learning, teknologi telah menjadi bagian penting serta berpengaruh secara signifikan dalam kehidupan manusia. Pengaplikassian Artificcial Intelligence seperti Neural Network juga tidak luput pengaplikasiannya di bidang Quadcopter Unmanned Aerial Vehicles (UAV). Dalam hal ini Neural Network digunakan sebagai basis dari metode pengendalian yang hendak diaplikasikan pada Quadcopter Unmanned Aerial Vehicles (UAV) yang disebut sebagai Pengendali Neural Network. Metode pengendalian Neural Network merupakan metode pengendalian yang memiliki model matematika yang disusun oleh Artificial Neural Network (ANN) dimana pengendali Neural Network terdiri dari dua buah komponen dasar yakni komponen inverse dan komponen identifikasi. Jenis pengendali yang digunakan untuk menstabilisasi manuver pada pergerakan Quadcopter UAV kemudian diuji dan diverifikasi melalui simulasi yang dilakukan dengan bahasa pemrograman MATLAB serta dilakukan perbandingan dengan pengendali Single Neuron Adaptive PID sebagai pembanding dalam hal performa pengendali.

A quadcopter, or quadrotor, is an unmanned helicopter with four rotors equipped with propellers. In a quadcopter, two rotors spin clockwise, and two rotors spin counterclockwise. A quadcopter has an aerodynamically unstable balance, which requires a computer to convert input commands into instructions that can change the rotation speed of the propellers to produce the desired movements. With the advancement of technology, especially Artificial Intelligence and Machine Learning, technology has become an integral and influential part of human life. Artificial Intelligence, such as Neural Networks, is also applied in the field of Quadcopter Autonomous Aerial Vehicles (UAV). In this context, Neural Networks are used as the basis for control methods to be applied to Quadcopter Unmanned Aerial Vehicles (UAV), referred to as Neural Network Controllers. The Neural Network Controller method is a control method with a mathematical model constructed by an Artificial Neural Network (ANN) consisting of two primary components: the inverse component and the identification component. The type of controller used to stabilize the maneuvers in the movement of the Quadcopter UAV is then tested and verified through simulations conducted in the MATLAB programming language and compared with Single Neuron Adaptive PID (SNAPID) controllers regarding controller performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>