Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154383 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Syafiq Azmi
"Skripsi ini membahas tentang kemungkinan digunakannya proses biomachining pada bidang biomedis, yaitu pada pembuatan mesh pada mold bracket othodontic dan pada modifikasi kekasaran implan. Material yang digunakan pada mold bracket orthodontic adalah steel SKD 61, sementara pada implan digunakan titanium ASTM F136. Tiga benda kerja steel SKD 61 dengan pola heksagonal yang dibuat menggunakan metode mask-less photolithography dilakukan biomachining selama 3 jam, 12 jam, dan 18 jam. Satu benda kerja titanium ASTM F136 yang sebagian ditutup dengan magic tape dilakukan biomachining selama 14 hari. Dua titanium ASTM F136 yang lain dilakukan proses etching selama 120s dan salah satunya dibuat pola heksagonal dengan metode mask-less photolithography.
Hasil yang didapatkan pada pembuatan mesh pada mold bracket orthodontic adalah proses biomachining tidak lebih baik daripada proses etching, tetapi proses biomachining lebih baik digunakan untuk modifikasi kekasaran mold bracket orthodontic karena kedalaman pemakanannya yang dangkal. Pada modifikasi kekasaran untuk implan, hasil yang didapat adalah tidak terdapat tanda-tanda material removal pada proses biomachining apabila dibandingkan proses etching yang dapat mengikis material lebih cepat.

This undergraduate thesis will discuss about the probability of using biomachining process in biomedical field, which is manufacturing of the mesh on orthodontic bracket mold and surface modification on implant. The material used for orthodontic bracket mold is steel SKD 61. The material used for implant is titanium ASTM F136. Three workpiece of steel SKD 61 with hexagonal pattern made by mask less photolithography were biomachined for 3 hours, 12 hours, and 18 hours. One workpiece of titanium ASTM F136 which half of the surface covered with magic tape was biomachined for 14 days. The other two workpiece of titanium ASTM F136 were etched for 120s. One of them was covered with hexagonal pattern made by mask less photolithography.
The result of manufacturing mesh on bracket orthodontic mold was etching method was better than biomachining method, but biomachining was better at surface modification for orthodontic mold bracket because the machining depth was shallow. For surface modification on implant, there was no sign of material removal in biomachining process. Whereas in etching method, the material removal was rapid.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raka Reyhan Pendrian
"Sebagian besar braket ortodontik berbahan stainless steel mengandalkan retensi mekanis karena stainless steel tidak membentuk ikatan kimia dengan perekat. Modifikasi base braket ortodontik dengan penambahan mesh dan pengkondisian permukaan dilakukan pada cetakan dengan tujuan peningkatan retensi mekanis dan retensi mikro mekanis. Proses eksperimental dilakukan dengan pembuatan mesh pada cetakan menggunakan teknologi EDM sementara pengkondisian permukaan cetakan dilakukan dengan tiga metode berbeda diantaranya sandblasting dengan aluminium oxide 50 µm, biomachining dengan bakteri acidithiobacillus ferrooxidans, dan etching dengan campuran HNO3 5% (v/v), HF 5% (v/v), 90% aquadest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuatan cetakan dengan teknologi EDM memberikan deviasi tidak seragam pada geometri produk akhir dengan diameter bukaan mesh sebesar 408 µm dan diameter wire mesh sebesar 178 µm. Meskipun terjadi deviasi dari desain yang ditentukan, geometri produk akhir masih berada pada rentang desain yang umum digunakan yaitu berkisar antara 75 µm – 700 µm untuk diameter bukaan mesh dan 53 µm – 203 µm untuk diameter wire mesh. Pada penerapan pengkondisian permukaan cetakan, berbagai variasi metode berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kekasaran permukaan cetakan, akan tetapi produk akhir tidak dapat mempertahankan kekasaran yang terbentuk setelah melalui proses sintering.

Most stainless-steel orthodontic brackets depend on mechanical retention because stainless steel doesn’t form a chemical bond with the adhesive. Modification of the orthodontic bracket base by adding mesh and surface conditioning was carried out on the mold with the aim of increasing mechanical retention and micro-mechanical retention. The experimental process was carried out by making a mesh on the mold using EDM technology while the surface conditioning of the mold was carried out by three different methods, including sandblasting with 50 m aluminum oxide, biomachining with acidithiobacillus ferrooxidans bacteria, and etching with a mixture of 5% HNO3 (v/v), 5% HF. (v/v), 90% aquadest. The results showed that the mold making with EDM technology gave a non-uniform deviation in the geometry of the final product with a mesh opening diameter of 408 µm and a wire mesh diameter of 178 µm. Despite the deviation from the specified design, the final product geometry is still within the commonly used design range, which is between 75 µm – 700 µm for the mesh opening diameter and 53 µm – 203 µm for the wire mesh diameter. In the application of mold surface conditioning, various variations of methods have a significant effect on increasing the surface roughness of the mold, but the final product cannot maintain the roughness formed after going through the sintering process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Supriadi
"Demand for dental health care is increasing, especially in the Orthodontic field. The main objective of orthodontic treatment is to restore malocclusion conditions. Malocclusion causes aesthetics issues for the patient’s face and several discomforts like a difficulty in breathing or swallowing or speaking. If not repaired, a malocclusion could lead to other diseases, such as a greater risk of perforated teeth, gum irritation and temporomandibular disorder or pain in the lower jaw. Malocclusion can be remedied by Orthodontic Brackets. This research aim is to fabricate an orthodontic bracket that is suitable for the teeth structure of the Indonesian people. The fabrication method uses an Investment Casting process. The results show that orthodontic brackets have been successfully produced within an acceptable geometric tolerance, with the exception that surface finish quality has to be improved."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2015
UI-IJTECH 6:4 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Raedi Mahardika
"Latar belakang: Penggunaan alat ortodonti lepas dapat menyebabkan retensi plak dan bakteri yang menyebabkan menurunnya derajat keasaman saliva. Agen anti mikroba diperlukan untuk mengurangi jumlah plak dan bakteri tersebut.
Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas perendaman alat ortodonti lepas dengan bahan pembersih gigi tiruan terhadap perubahan pH saliva pada pasien di RSGM-P FKG UI.
Metode: Dua puluh subjek dibagi menjadi dua kelompok K1 dan K2 dilakukan perendaman alat ortodonti lepas menggunakan aquabides untuk kelompok (K1) dan larutan bahan pembersih gigi tiruan untuk kelompok (K2). Perendaman dilakukan 5 menit selama 4 hari berturut-turut. Subjek diinstruksikan membersihkan alat ortodonti lepas dua kali sehari dan mengurangi konsumsi makanan manis, asam, dan soda. Dilakukan pengukuran pH saliva pada awal dan hari kelima pemakaian alat ortodonti lepas.
Hasil: Berdasarkan analisa statistik uji t, perubahan pH saliva sebelum dan setelah alat ortodonti lepas direndam dengan aquabides dan bahan pembersih gigi tiruan menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p < 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa bahan pembersih gigi tiruan efektif membersihkan plak dan bakteri serta menjaga kestabilan pH saliva.
Kesimpulan: Perendaman alat ortodonti lepas menggunakan bahan pembersih gigi tiruan efektif menjaga kestabilan pH saliva di rongga mulut pada pasien pengguna alat ortodonti lepas.

Background: The usage of removable orthodontic appliance can cause plaque retention and bacterias can decrease pH level of saliva. Antimicrobial agent is needed to reduce the number of plaque and bacterias.
Aim: To know the submersion’s effectivity of removable orthodontic appliances with prothese’s cleansing agent towards patient’s alteration of pH saliva in RSGMP-FKG UI.
Methods: Twenty subjects are divided into two groups, K1 and K2. For group K1, removable orthodontic appliances is submerged in aquadest and prothese’s cleansing agent for group K2 for five minutes and four days (once per day). Subjects are instructed to clean removable appliance twice per day and to reduce the consumption of sweet and sour dietary and soda. The measurement of pH saliva is done on the first and the fifth day of removable orthodontics appliance’s usage.
Result: Based on statistic analysis, the alteration of pH level of saliva percentage after removable orthodontic appliance is submerged with aquadest and Polident prothese’s cleansing agent show a significant result with p<0.01. It shows that the prothese`s cleaning agents is effective for plaque and bacterical cleaning and keep the pH level of saliva`s normally.
Conclusion: Removable orthodontic appliance submersion using prothese’s cleansing agent is effective to maintain pH level of saliva’s stability in normal condition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S44184
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Susanti
"Perawatan ortodontik terus berkembang seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat. Fasial merupakan bagian yang penting bagi manusia, demikian pula dengan profil fasial sehubungan dengan kebutuhan estetis. Pertimbangan perawatan ortodontik terkait erat dengan perubahan jaringan lunak profil fasial. Dibutuhkan perangkat yang relatif sederhana dan terjangkau secara luas untuk memprakirakan perubahan fasial dan menjelaskannya kepada pasien.
Tujuan: Memperoleh cara memprakirakan perubahan jaringan lunak profil fasial pasien pasca perawatan ortodontik yang terjangkau secara luas.
Tempat dan Waktu: Penelitian dilakukan di Departemen Ortodonti dan Klinik Radiologi Kedokteran Gigi, Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta, bulan November 2010 sampai dengan September 2011.
Metode: Radiograf sefalometri lateral standar sebelum dan sesudah perawatan dari 133 paseien pasca perawatan ortodontik sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2005, yang diambil secara konsekutif. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan pada 29 radiograf sefalometri untuk mengevaluasi keandalan (reliability) pengukuran dan kesahihan (validity) metode pengukuran menggunakan uji Bland-Altman. Penapakan dan pengukuran terhadap landmarks dilakukan secara manual pada radograf sefalometri analog dan secara digital pada radiograf sefalometri yang telah didigitasi menggunakan alat pindai Medi 2000. Penapakan dan pengukuran secara manual menggunakan pinsil mekanik dan kaliper digital, serta piranti lunak Adobe Photoshop Extended CS4 untuk penapakan dan pengukuran digital. Penelitian kedua untuk memperoleh formula indeks perubahan jaringan lunak profil fasial lateral, melalui analisis uji t, analisis korelasi dan regresi linier terhadap landmarks jaringan lunak, jaringan keras, ketebalan jaringan lunak, posisi gigi, serta faktor risiko terkait. Selanjutnya dilakukan uji manova untuk memperoleh indeks tiap titik jaringan lunak profil fasial setelah perawatan ortodonti.
Hasil: Uji reliabilitas dan validitas pengukuran pada penelitian pendahuluan menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara pengukuran manual dan digital. Pada penelitian kedua terdapat perubahan pada landmarks jaringan lunak: Labrale superior, Stomion superior, Stomion inferior, Labrale mental, dan Pogonion. Pada komponen dento-kraniofasial terdapat perubahan pada: jaringan keras titik A, ketebalan Labrale superior, ketebalan Pogonion, posisi geligi insisif sentral atas, insisif sentral bawah, molar atas dan molar bawah. Dari analisis regresi linier diperoleh formula indeksperubahan jaringan lunak profil fasial lateral pasca perawatan ortodontik. Dari uji manova diperoleh formulasi indeks perubahantiap titik yang berpengaruh terhadap perubahan jaringan lunak profil fasial.
Kesimpulan: Indeks perubahan jaringan lunak profil fasial pasca perawatan ortodontik dapat dilakukan melalui pengukuran radiograf sefalometri yang telah didigitasi, dengan menggunakan piranti lunak yang tersedia secara umum, menggunakan formulasi hasil analisis terhadap jaringan lunak, komponen dento-kraniofasial, komponen karakteristik dan komponen perawatan. Indeks ini dapat digunakan secara luas, sekaligus untuk menjelaskan perubahan jaringan lunak pada pasien.

Orthodontic treatment continues to develop along with the community demand. Facial is an important part of human body, as well as facial profile with respect to aesthetic needs. Orthodontic treatment considerations are associated with changes in soft tissue facial profile. It requires a relative simple and easy method to predict changes in patient?s facial profile and to explain possible treatment result to the patient.
Objective: The aim of this study is to obtain the method to predict patient?s facial profile soft tissue changes after orthodontic treatment.
Time and place of study: The study was conducted at the Department of Orthodontics and the Dento-maxillofacial Radiology Clinic, Dental Hospital, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta, from November 2010 to September 2011.
Method: Good quality standard lateral cephalometric radiographs before and after treatment of 133 patients who had completed the orthodontic treatment from 1995 until 2005, were consecutively taken from the medical records. The study was conducted in two stages. The preliminary study on 29 radiographs that aimed to evaluate the reliability and the validity of measurement as the intra and inter observer agreement value, using the Bland-Altman test. Tracing of landmarks and measurements are carried out manually and digitally on lateral cephalometric radiograph that had been digitized using the Medi2000 scan tool. Tracing and measurements manually using mechanical pencil and digital calipers. Digital tracing and measurements were performed by the image-editing using the Adobe Photoshop CS4 Extended software. The second as the main study was to obtain index of the lateral soft tissue facial profile, using t test, correlation analysis, and linear regression analysis of the soft and hard tissue landmarks, the soft tissue thickness, position of the teeth, as well as the related risk factors. Manova test were then performed to obtain the index of each soft tissue facial profile landmark points after treatment.
Results: Reliability and validity test of the measurements on preliminary research showed no significant differences between the manual and digital measurements. In the main study there were changes of the soft tissue landmarks: superior Labrale, Stomion superior, Stomion inferior, Labrale mental, and Pogonion. In the dento-craniofacial components there were changes in: hard tissue A-point, the thickness of the Superior Labrale, Pogonion thickness, position of the upper and lower central incisivus, upper and lower anchorage molars. The index of the lateral soft tissue facial profile changes after orthodontic treatment, the index of the lateral soft tissue facial profile landmark points during treatment were obtained. The manova test on the twelve landmark points were then performed to obtain the index of the each soft tissue facial profile points.
Conclusions: The index of the soft tissue facial profile after fixed orthodontic treatment could be acquired from digitized lateral cephalometric radiograph, using the available and common image editing software. The index formulation consist of the analysis of the soft tissues, dento-craniofacial components, characteristics components and treatment components. This index could then be used widely, as well as be used to explain the possible alterations in soft tissue after orthodontic treatment to the patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
D1312
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sefrika Tri Ayuningtyas
"Peranti orthodontik menciptakan pergerakan pada gigi dengan menciptakan pergerakan gigi melalui aplikasi gaya ke kawat untuk kemudian ditransfer ke gigi melalui braket. Kekurangan dari metode ini adalah munculnya friksi diantara braket dan kawat yang menghambat pergerakan dari braket dan gigi ke daerah yang diinginkan. Untuk mengatasi masalah ini, maka perlakuan permukaan seperti proses nitriding dipilih sebagai salah satu proses yang dapat meningkatkan efisiensi dari gaya yang dihantarkan melalui peningkatan kekerasan material. Hal ini dikarenakan material yang lebih keras dan halus memiliki koefisien friksi yang rendah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh proses gas nitriding dalam membentuk lapisan nitrida yang akan mempengaruhi peningkatan kekerasan pada hasil sinter SS 17-4PH. Lapisan nitrida ini terbentuk setelah dilakukan proses gas nitriding pada berbagai variasi temperatur yakni 470 C, 500 C, 530 C dan variasi waktu tahan 4,6,8 jam didalam atmosfer yang mengandung 50 NH3. Pengamatan metalografi dilakukan untuk membandingkan mikrostruktur pada bagian dalam dan permukaaan material, sedangkan peningkatan kekerasan pada permukaan material didapat melalui pengujian menggunakan alat uji keras mikro. Peningkatan kekerasan didapat setelah proses gas nitriding akibat terbentuknya lapisan nitrida yang terdiri dari Fe4N-?, CrN dan Fe-?N. Nilai kekerasan yang diperoleh mencapai 1051 HV disertai dengan variasi ketebalan lapisan mulai dari 69 sampai 169 m. Kehadiran dari mekanisme presipitasi dan passivasi permukaan pada baja dengan kandungan kromium tinggi yang terjadi selama proses nitriding dapat menyebabkan penurunan kekerasan karena berkurangnya kandungan nitrogen di dalam fasa solid solution. Adanya mekanisme ini akan melemahkan ekspansi nitrogen di dalap lattice martensit akibat laju difusi dari atom N ke dalam matriks terhambat.

Brackets orthodontic create teeth movement by applying force from wire to bracket then transferred to teeth. However, emergence of friction between brackets and wires reduces load for teeth movement towards desired area. In order to overcome these problem, surface treatment like nitriding chosen as a process which could escalate efficiency of transferred force by improving material hardness since hard materials have low friction levels. This work investigated nitriding treatment to form nitrida layer which affecting hardness of sintered SS 17 4PH. The nitrida layers produced after nitriding process at various temperature i.e. 470 C, 500 C, 530 C with 4,6,8 hr holding time under 50 NH3 atmosphere. Optical metallography was conducted to compare microstructure of base and surface metal while the increasing of surface hardness then observed using vickers microhardness tester. Hardened surface layer was obtained after gaseous nitriding process because of nitrida layer that contains Fe4N ., CrN and Fe N formed. Hardness layers can achieved value 1051 HV associated with varies thickness from 69 to 169 m. The presence of a precipitation process and surface passivity of high chromium steels occurring in conjunction with nitriding process can lead to a decrease in hardness due to nitrogen content diminishing in solid solution phase. This problem causes weakening of nitrogen expansion in martensite lattice since diffusivity of the N atom into the matrix inhibited.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Erwin
"ABSTRAK
Pada masa sekarang ini, perawatan ortodonti dengan alat cekat telah menggunakan sistim rekat langsung. Sistim rekat langsung ini mempunyai banyak keuntungan. Tetapi dalam sistim ini, kadang-kadang braket dapat lepas dari permukaan enamel karena tekanan-tekanan yang diterima oleh braket atau karena kekuatan rekat dari bahan perekat yang kurang baik. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran kekuatan tahan tarikan dan kekuatan tahan geseran dari dua macam bahan yang banyak digunakan oleh para Ortodontis yaitu bahan perekat Unite dan System 1+. Uji tarik dilakukan dengan menggunakan gigi Premolar pertama dari gigi manusia secara in-vitro dengan menggunakan alat uji tarik Comtent. Dari hasil uji tarik, dengan analisa statistik t-test diperoleh bahwa ada perbedaan bermakna antara kekuatan tahan tarikan antara bahan perekat Unite dengan bahan perekat System 1+. Sedangkan dalam hal kekuatan tahan geseran antara kedua bahan tersebut ada perbedaan tidak bermakna. Jadi bahan perekat Unite lebih kuat dibandingkan dengan bahan perekat System 1+.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farisza Gita
"Terlepasnya pasak tuang karena fitness yang tidak baik terhadap permukaan saluran akar, menyebabkan retensi pasak tidak optimal. Penelitian ini adalah suatu kwasi eksperimental laboratorik yang membandingkan akurasi pola pasak resin akrilik dan pola pasak inlay wax berdasarkan waktu penyimpanan. Pengamatan dilakukan terhadap celah marginal antara master die dengan spesimen menggunakan Electric Measuring Microscope MM-40 Nikon. Waktu penyimpanan yang diamati adalah 15 menit, 30 menit dan 24 jam. Secara deskriptif terbukti kontraksi inlay wax lebih besar dibandingkan kontraksi resin akrilik.
Hasil uji ANOVA 2 arah menunjukkan interaksi antara waktu penyimpanan dan jenis bahan pola, sedangkan hasil ANOVA 1 arah menunjukkan perbedaan bermakna antar waktu penyimpanan masing-masing bahan pola pada P 0.000. Hasil uji Limit Significant Difference pada masing-masing bahan pola menyimpulkan adanya perbedaan bermakna antar waktu penyimpanan, sedangkan uji menyimpulkan pula perbedaan bermakna pada masing-masing waktu penyimpanan antara kedua bahan pola. Disimpulkan akurasi pola pasak resin akrilik lebih baik dibandingkan pola pasak inlay wax."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Setiawan
"Fabrikasi mikro telah digunakan untuk berbagai aplikasi di bidang engineering seperti micro gear, micro heat exchanger serta dapat diaplikasikan di bidang biologi dan kedokteran seperti micro needle, micro fluidic, dan bracket orthodontics. Penelitian yang dilakukan yaitu modifikasi permukaan pada material steel SKD 61 dengan metode etching untuk mendapatkan surface roughness kontur kedalaman mesh braket ortodontik menggunakan larutan FeCl3 sebagai etchant dengan berbagai variasi pola pocket lingkaran, pocket persegi channel heksagonal hasil maskless photolithography untuk mengetahui feasibility pembuatan mold braket ortodontik yang sesuai dengan kontur gigi dengan metode etching.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa secara keseluruhan nilai Ra tiap kenaikan waktu mengalami peningkatan, dengan range nilai Ra pocket yaitu 0,36 m - 0,74 m dan nilai Ra optimum 0,51 m sedangkan untuk channel dengan nilai Ra optimum 0, 63 m hampir mendekati Ra ideal pada braket ortodontik yaitu 0,53 m. Kedalaman optimum pada pocket yaitu 175,4 m dan channel 107,7 m mendekati kedalaman ideal pada braket ortodontik yaitu sebesar 150 m. Untuk nilai MRR dan SMRR tidak memiliki tren yang jelas karena naik dan turun setiap perubahan waktu. Surface yang terbentuk memiliki tren hasil pemakanan yang cenderung menghasilkan bentuk U dengan kondisi tidak mengerucut dibagian atas feasible untuk injection molding namun belum memiliki spesifikasi kontur dan kekasaran yang optimum sehingga metode etching memiliki potensi untuk di aplikasikan ke mold braket ortodontik.

Micro fabrication has been used for many application at engineering such as micro gear, micro heat exchanger, also nowadays can be applied at biological or medic such as micro needle, micro fluidic and bracket orthodontics. The objective of research to modify the surface on steel SKD 61 material to get optimum surface roughness contour of mesh using FeCl3 as enchat with various pattern circle pocket, square pocket hexagonal channel of maskless photolithography to know the feasibility of mold bracket orthodontics fabrication that appropiate with teeth contour.
From this research, the range of pocket Ra value 0,36 m 0,74 m and optimum Ra value is 0,51 m, then for channel has optimum Ra value 0,63 approxiamtely close to Ra value that needed on bracket orthodontics 0,53 m. The depth of pocket has optimum value 175,4 m, then channel has optimum value 107,7 m close to optimum depth value of bracket orthodontics 150 m. MRR and SMRR value not showing trend of increasing or decreasing specificly. Surface characteristic after etching process disposed to make U shape which has no conical shape on the upper side feasible for injection molding but don rsquo t have spesification of optimum value contour surface roughness, so etching method has potential to be applied on mold bracket otrthodontics."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanaria Putri Sari Effrianto
"Pendahuluan: Berbagai pilihan produk braket dan kawat ortodonti tersedia di pasaran
sehingga para ortodontis harus lebih cermat dalam melakukan seleksi terhadap produk
braket dan kawat yang digunakan. Ukuran tinggi slot braket dan dan diameter kawat
ortodonti yang tercantum pada label kemasan dapat berbeda dengan ukuran hasil
pengukuran. Hal ini dapat mempengaruhi hasil pergerakan gigi yang terjadi selama
perawatan ortodonti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ukuran tinggi
slot braket dan diameter kawat sebenernya dari produk 3M/Unitek, Ormco, dan
Dentaurum serta menganalisis perbedaannya dengan ukuran yang tertera pada kemasan.
Metode: Sampel penelitian terdiri dari 30 braket gigi insisif atas slot 0.022 inci dan 45
kawat ukuran 0,019 x 0,025 inci yang terdiri dari merk 3M/Unitek, Ormco, dan
Dentaurum. Pengukuran tinggi slot braket dan diameter kawat ortodonti dilakukan
menggunakan Mikroskop Stereoskop Discovery V12 (Carl Zeiss Microimaging GmbH,
Jerman) disertai perangkat komputer dan AxioCam.
Hasil: Nilai rerata ukuran tinggi slot braket Ormco hasil pengukuran adalah 0,488 mm,
3M/Unitek adalah 0,491 mm, Dentaurum adalah 0,538 mm. Nilai rerata ukuran
diameter kawat Ormco berupa tinggi kawat hasil pengukuran adalah 0,413 mm dan
lebar kawat hasil pengukuran adalah 0,496 mm, nilai rerata ukuran diameter kawat
3M/Unitek berupa tinggi kawat hasil pengukuran adalah 0,413 mm dan lebar kawat
hasil pengukuran adalah 0,500 mm, nilai rerata ukuran diameter kawat Dentaurum
berupa tinggi kawat hasil pengukuran adalah 0,419 mm dan lebar kawat hasil
pengukuran adalah 0,510 mm.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna rerata ukuran tinggi slot braket dan
diameter berupa tinggi dan lebar kawat ortodonti produk 3M/Unitek, Ormco, dan
Dentaurum pada hasil pengukuran dengan ukuran pada kemasan.

Introduction: A wide selection of orthodontic brackets and wire products are available so
orthodontists must be more careful in selecting the bracket and wire products used. The
height of the bracket slot and the diameter of the orthodontic wire indicated on the
packaging label may differ from the result of the real measurement. This can affect
tooth movement that occurs during orthodontic treatment. The purpose of this study was
to determine the size of the bracket slot height and wire diameter of the 3M/Unitek,
Ormco, and Dentaurum products and to analyze the difference with the sizes listed on
the packaging.
Method: The research sample consisted of 30 incisor brackets which have 0.559 mm
(0.022 inch) slot and 45 wires which have 0,48 x 0,64 mm (0.019 x 0.025 inch)
diameter consisting of the 3M/Unitek, Ormco, and Dentaurum brands. The
measurement of the bracket slot height and the diameter of the orthodontic wire was
carried out using the Discovery V12 Stereoscopic Microscope (Carl Zeiss
Microimaging GmbH, Germany) along with a computer and an AxioCam.
Results: The mean value of the measured Ormco bracket slot height measurement is
0.488 mm, 3M/Unitek is 0.491 mm, Dentaurum is 0.538 mm. The average value of the
Ormco wire diameter in measured wire height is 0.413 mm and the measured wire
width is 0.496 mm, the mean value of 3M/Unitek wire diameter in measured wire height
is 0.413 mm and the measured wire width is 0.500 mm, the mean value the diameter of
the Dentaurum wire in measured wire height is 0.419 mm and the measured wire width
is 0.510 mm.
Conclusions: There is a significant difference in the mean diameter size in the form of
height and width of the orthodontic wire of 3M/Unitek, Ormco, and Dentaurum
products measured by the size on the packaging.
"
2019: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>