Ditemukan 9543 dokumen yang sesuai dengan query
Anissa Larasati Rahmani
"Manusia dan makhluk hidup lainnya seperti hewan ikut berperan dan tinggal dalam sebuah lingkup bangun arsitektur. Akan tetapi, dalam kenyatannya masih banyak pemahaman yang terbatas mengenai kebutuhan hewan dalam lingkup bangun ini yang dapat menyebabkan kondisi wellbeing mereka terganggu. Tulisan ini akan menelusuri bagaimana hewan mengkonstruksi makna dari sebuah lingkup bangun ruang arsitektur. Penelusuran ini dilakukan dengan melihat respons kucing peliharaan sebagai aktor terhadap affordance pada pengaturan surface dan objek yang ada di tiap ruangan rumah. Penelusuran ini dilakukan dengan menambahkan campur tangan aktor lain dan variasi jenis material sebagai aspek tambahan dari luar yang ikut menentukan bentuk respons terhadap affordance. Dari penelusuran tersebut, dapat dipahami bahwa hewan memahami dan memaknai sebuah lingkup bangun arsitektur melalui affordance yang ditawarkan oleh lingkup bangun tersebut. Kemungkinan-kemungkinan aksi yang dihasilkan dari respons terhadap affordance inilah yang akan menjadi penentu bagaimana pada akhirnya hewan dapat memaknai sebuah arsitektur. Hasil penelusuran ini diharapkan dapat menjadi sebuah titik acuan dan arahan untuk mengeksplorasi karya arsitektur yang ramah bagi hewan.
Architecture is not only made to accommodate the needs of human being but also any other living things such as animals. However, there is still a lack of knowledge and practices regarding the needs of animals within architectural space that leads to the degradation of its physical and psychological wellbeing. This writing attempts to explore how the animals perceives and constructs the architectural meaning in order to fills the knowledge gap within architectural practices. In particular, this writing explores the construction of meaning by investigating the case of how domestic cats, as the actors, response the affordance that is contained within the layout of surface and objects. Another factor that responsible in shaping this response are the intervention of another actor human and variation in materials. As a result, it can be understood that animals perceives and interprets an architecture through the affordance of the environment which offered to the animal. Action possibilities as a result of the affordance will determine on how animals interprets an architecture and its meaning. The findings from this exploration would result in a guide or a reference for a better animal friendly architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Afif Muhammad Fatchurrahman
"Sepanjang sejarah, hewan telah dipandang sebagai spesies kelas sekunder oleh manusia. Kecenderungan ini juga tercermin dalam perlakuan manusia terhadap hewan, yang sebenernya telah mengakibatkan berbagai masalah etika dan isu-isu lingkungan hidup. Oleh karena itu, revisi dalam bagaimana manusia melihat dan memperlakukan spesies yang mirip namun berbeda dengan mereka jelas dibutuhkan, karena pada kenyataan-nya manusia telah ditakdirkan untuk hidup berdampingan dengan hewan dalam ekosistem Planet Bumi. Pertanyaan tentang perlakuan terhadap hewan dan keterlibatan mereka belakangan ini muncul dalam berbagai bidang studi, seperti filsafat, etika global, keberlanjutan, dan arsitektur, yang melahirkan paradigma baru 'post-humanisme' yang merupakan pengalihan dari 'humanisme' dengan kecenderungan antroposentris-nya. Namun, hanya sedikit yang telah benar-benar menyadari masalah ini dalam dunia praktis arsitektur. Maka dari itu, pertanyaan yang menetap adalah, haruskah hewan terlibat dalam perkembangan arsitektur? Jika ya, maka apa manfaat dari keterlibatan ini dan bagaimana seharusnya arsitek merancang arsitektur untuk hewan?
Throughout history, animals have been relegated as a secondary class species by humankind. This tendency is also reflected in human treatments upon animals, which have resulted in various ethical and environmental issues. Therefore, there is a dire needs for a revision of how humans see and treat the species that is similar, yet different to them, since humans are inevitably destined to coexist with animals in the Earth's ecosystem. Questions regarding animal treatments and involvement have subsequently arise in many fields of study, such as philosophy, global ethics, sustainability, and architecture, which brings forth the novel paradigm 'post humanism' which is an anti thesis from'humanism' anthropocentric tendencies. However, few have actually realize this problems in the practical world of architectural developments. So the question remains, should animals be involved in architectural developments If yes, then what is the benefits of this involvement and how should architect design an architecture for animals."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66844
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hutari Maya Rianty
"Sejak kemunculan aplikasi photo-sharing Instagram, masyarakat terlihat semakin gemar memotret dan merekam apapun yang terjadi di sekitar mereka. Hal-hal yang dapat menjadi objek foto pun sangat beragam, mulai dari kegiatan sehari-hari sampai objek-objek yang terlihat sangat instagrammable, atau layak untuk diunggah ke Instagram karena memenuhi standar estetika tertentu. Salah satu objek yang tampaknya telah dianggap sebagai objek foto yang instagrammable adalah arsitektur. Namun, foto-foto arsitektur yang ada di Instagram hanyalah adalah representasi yang instagrammable dari sebuah arsitektur. Padahal, arsitektur tidak hanya dibentuk oleh elemen-elemen yang terlihat, tapi juga oleh aspek-aspek spasial yang tidak kasat mata.
Tulisan ini membahas bagaimana arsitektur dapat dikatakan sebagai objek foto yang instagrammable, juga sejauh apa foto arsitektur yang instagrammable dapat merepresentasikan dan menyampaikan makna dari arsitektur yang difoto. Sebuah foto yang instagrammable bisa jadi bukanlah media yang paling tepat untuk merepresentasikan arsitektur karena lebih menekankan pada estetika visual dibandingkan menyampaikan makna dari arsitektur itu sendiri.
Since Instagram launched several years ago, society seems to be more eager to take photos and record everything they do or see and share them online through the famous photo sharing application. There are a lot of things that are considered to be instagrammable photo objects. The term instagrammable is used to identify photos that are worthy enough to be posted on Instagram. Meanwhile, architecture seems to already be considered as one of those instagrammable objects. However, the architecture we see on Instagram is only the instagrammable representation of it, not the real one. Architecture is supposed to be formed not only by tangible elements, but also the intangible spatial aspects.This paper discusses how architecture is interpreted to be instagrammable, then to what extent an instagrammable architectural photograph can represent the meaning of architecture itself. An instagrammable photo, despite of having high aesthetic level, is probably not the best media to deliver architectural meanings."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mellisa Anggiarti
"Perlakuan etis terhadap hewan sudah menjadi salah satu pertimbangan di dalam penerapan etika lingkungan. Kemunculan Animal Rights sebagai advokasi yang berangkat dari perlakuan etis bersifat serius, manambahkan perlindungan hukum sebagai jalan keluar. Skripsi ini bertujuan memaparkan penerapan yang dilakukan Animal Rights, serta konsekuensinya melalui analisis konsep tentang perlakuan etis yang telah mengalami pergeseran makna. Pengembalian kemanusiaan dan peran manusia sebagai moral agent menjadi titik tolak dari penentangan perlakuan etis yang berlebihan melalui Animal Rights.
Ethical treatment of animals has become one of the considerations in the application of environmental ethics. Emerging of Animal Rights as advocating that departs from the ethical treatment of a serious nature, adding legal protection as a way out. This thesis aims to describe the implementation carried Animal Rights, and its consequences through the analysis of the concept of ethical treatment that has undergone a shift in meaning. Returns humanity and the role of humans as moral agents became the starting point of opposition to the ethical treatment of excessive through Animal Rights."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46973
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Syifa Muthia Hanifah
"Lirik lagu merupakan karya sastra yang mengandung simbol-simbol kebahasaan yang memiliki makna. Simbol dapat digunakan untuk mengekspresikan pesan yang ingin disampaikan dengan lebih baik. Penelitian ini mengkaji makna yang direpresentasikan oleh kura-kura dalam lirik lagu Geobugi oleh Davichi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan makna kura-kura dalam lirik lagu Geobugi oleh Davichi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan secara sistematis pemaknaan dari simbol dalam lirik lagu. Analisis denotasi, konotasi, dan mitos pada setiap tanda yang teridentifikasi dalam lirik lagu menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kura-kura dalam lirik lagu Geobugi menyimbolkan kehati-hatian, kesabaran, ketegaran, harapan, cerminan kehidupan manusia, dan perlindungan. Dalam lirik lagu ini, kesedihan yang sedang dirasakan oleh seseorang seolah dibayangkan pada seekor kura-kura. Simbol kura-kura yang ditampilkan dalam lirik lagu ini memberi perspektif yang berbeda dari pandangan umum Korea terhadap seseorang yang bertindak lamban, tegar menerima keadaan diri sendiri, melakukan hal satu per satu dengan perlahan, serta menarik diri dari masalah.
Song lyrics are literary works that comprise linguistic symbols that possess meaning. Symbols can be used to express the message that aims to be conveyed better. This study examined the meaning represented by the turtle in the lyrics of the song Geobugi by Davichi. The purpose of this study is to describe the meaning of the turtle in the lyrics of the song Geobugi by Davichi. This study used qualitative descriptive methods to systematically describe the meaning of symbols comprised in the song lyrics. The theory of semiotics by Roland Barthes is used to analyze the denotations, connotations, and myths associated with the identified signs in the song lyrics. The research results showed that the turtle in the lyrics of the song Geobugi symbolizes prudence, patience, obstinacy, hope, a reflection of human life, and protection. In the lyrics of this song, the sadness that is being felt by a person seems to be imagined as a turtle. The presented turtle symbols in the lyrics of this song gives a different perspective from the general Korean view of a person who acts sluggishly, is tough in accepting one’s own self, does things one by one slowly, and also withdraws from problems."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Siti Awaliyatul Fajriyah
"
ABSTRAKDi dalam dunia arsitektur, khususnya di Indonesia, tidak ada aturan baku mengenai penamaan sebuah karya arsitektur. Karena ketiadaan ini, beberapa karya arsitektur dinamai tidak sesuai dengan definisinya. Hal ini dapat terjadi karena berbagai macam kepentingan dari banyak pihak. Lambat laun setelah masyarakat mengalami proses berpikir yang panjang, penggunaan nama-nama yang tidak sesuai definisinya ini akan menggeser makna dari istilah itu sendiri karena tanda-tanda yang disajikan tidak sesuai dengan makna ideal yang terkandung. Dampaknya, definisi yang masyarakat pahami mengenai sebuah istilah adalah definisi yang sudah bergeser. Pergeseran makna ini mempengaruhi interpretasi ruang yang ditimbulkannya. Dalam tulisan kali ini, yang terjadi adalah degradasi ruang publik dimana ruang publik dimaknai sebatas pusat perbelanjaan. Hal ini menyebabkan kebutuhan-kebutuhan manusia atas ruang publik sedikit terusik bahkan hingga tidak terpenuhi. Diperlukan sebuah mekanisme khusus mengenai penamaan sebuah karya arsitektur untuk menghindari penafsiran bebas. Skripsi ini bertitik berat pada kesesatan bahasa yang mengacu pada definisi ideal dan definisi riil sebuah istilah.
ABSTRACTIn architecture, especially in Indoesia, there are no standard rule for giving a name of an architectural work. Because of this lack, some architectural work haven?t named accordance with its definition. This case could happened because any concernment from any side. Gradually after the people have a long-thinking experience, application of the name which not accordance with its definition would shift the meaning of the term because the sign that given is not appropriate with its ideal meaning. The affection, definition that understood by the communities about some term is a shifted-meaning. This shifting of meaning influence the interpretation of public space inflicted. In this writing, the occurrence is public space degradation where public space just meant with shopping center. This cause the people needs of public space bothered and unfulfilled. We need some requirement about giving-building-name for architectural work to avoid a free-interpretation. This thesis, focused on linguistic fallacy which refer to ideal and riil definition of some term."
2016
S64525
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Siregar, Laksmi Gondokusumo
Jakarta: UI-Press, 2008
720 SIR m
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Gabriella Djaya Atmadja
"Skripsi ini membahas peran sketsa dalam tahapan merancang arsitektur terkait dengan penyajian pesan yang ingin disampaikan. Sketsa yang dibuat langsung menggunakan tangan dengan kualitas cepat dan bebas, merupakan salah satu representasi dan komunikasi ide arsitektur dalam proses perancangan. Sketsa merupakan proses berpikir visual terkait eksternalisasi mental image arsitek dalam penggagasan ide-ide arstekturnya. Ide arsitektur ini dieksternalisasi dalam perwujudan elemen visual yang ada pada sketsa. Hal ini berkaitan dengan potensi dan peranan sketsa yang mungkin digunakan dalam berbagai tahapan merancang.
This study discusses about the role of sketches in architectural design process associated with the presentation of the idea. Sketches, drawing that are made directly by hand with fast and free qualities, is one of the representation and communication of architecture ideas in design process. Sketches are visual thinking process related to externalization of architect's mental image in initiating his her architectural ideas. The architectural idea is externalized in the embodiment of visual elements that exist in the sketch. It relates to the potential and role of sketches that may be used in various stages of architectural design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66447
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ching, Frank
Jakarta: Erlangga, 1996
720.28 CHI at
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Halimatussaadiyah Anar
"Skripsi ini membahas perancangan parametrik dalam arsitektur sebagai salah satu bentuk penggunaan logika dalam proses perancangan. Mulai dari definisi parameter dalam perancangan, faktor pembentuk, proses pembentukan hingga metode modifikasinya. Pembahasan dilakukan untuk mengetahui lebih dalam tentang perancangan menggunakan parameter sebagai alat pembentuk rancangan. Menggunakan metode studi literatur yang bersumber dari buku, majalah, jurnal, tesis dan media elektronik untuk mendalami teori tentang parameter dan menganalisis studi kasus untuk melihat praktik nyata perancangan parametrik. Studi memperlihatkan adanya kelebihan penggunaan parameter dalam perancangan dibandingkan dengan perancangan konvensional.
Focus on this study is about parametric design in architecture as a form of using logic in design process. Begin with the definition of parameter in design, forming factors, forming process and modification methods. The aims of this study is to know more about design that using parameter as a tools to create form. Doing literatures study method using books, magazines, journals, thesis and digital media as a source of references to understand the theories about paramater and case study to see a real work of parametric design. Study shows some advantages of using parameters in design instead of none."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42713
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library