Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161693 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haryantiningrum
"ABSTRAK
Pembahasan yang ada di tulisan ini adalah bagaimana kesadaran ruang yang dialami manusia pada saat menyaksikan film dapat dialami di dunia nyata, seperti kota. Film merupakan meta-relasi dari realita, sehingga dianggap sebagai salah satu seni yang paling diminati manusia. Film memiliki narasi yang dikemas dengan aspek-aspek sinematik sehingga menghadirkan ruang sinematik, dan ruang inilah yang menciptakan kesadaran ruang manusia terhadap film. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek sinematik apa saja yang mampu menciptakan suatu kesadaran ruang yang tinggi bagi manusianya, dan apakah aspek-aspek tersebut terdapat di ruang kota. Dengan studi kasus kota Bali, disimpulkan bahwa beberapa aspek sinematik seperti narrative qualities, spectator qualities, optical qualities, dan sonic qualities dapat ditemukan di ruang kota. Dengan menyaksikan kota selayaknya menyaksikan film, manusia dapat menemukan suatu kesadaran ruang yang lebih tinggi terhadap ruang kota.

ABSTRACT
This paper discusses about how some spatial awareness that is experienced while watching a movie could be applied in a real world, like cities. Movie is a meta relation of reality and is considered one of the most popular form of art. Movie consists of narration that is packed with cinematic aspects to form a cinematic space which creates spatial awareness to its audiences. This papers objective is to understand what kind of cinematic aspects that is capable to create such heightened lsquo spatial awareness rsquo to its audience, and to find out whether those aspects could be found in cities. With Bali as the case study, it can be concluded that cinematic aspects such as narrative qualities, spectator qualities, optical qualities, and sonic qualities could be found in cities. By watching rsquo cities as if we were watching movies, we shall too find a heightened spatial awareness of the city. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Pramesti Rachardyanti
"

Penggunaan media film untuk merepresentasikan kota telah banyak digunakan seiring berjalannya waktu untuk memahami, membaca dan mempelajari kondisi kota dengan segala dinamika sosial yang silih berganti. Melalui media ini, menyampaikan sudut pandang seseorang dalam menjalani ruang kota menjadi penting karena merupakan refleksi dan komentar sosial terhadap isu-isu dan kondisi yang secara nyata terjadi pada sebuah kota. Isu perkotaan utama yang diangkat dalam skripsi ini merupakan isu gender terutama keterkaitannya dengan perempuan dalam kota, serta bagaimana ruang kota Jakarta sesungguhnya digunakan dan didefinisikan oleh masyarakatnya. Terdapat sebuah steriotip dan pembatasan penggunaan ruang kota yang dapat diidentifikasi melalui perspektif perempuan dalam menjalani dan mengalami ruang kota. Pengidentifikasian isu-isu tersebut dilakukan melalui representasi sinematik kota pada sebuah film. Skripsi ini secara dalam membahas 2 film berbeda yang keduanya bercerita mengenai perempuan & kota Jakarta, yakni; Eliana, Eliana (2002) dan Selamat Pagi, Malam (2014) untuk melihat dan membandingkan representasi kota Jakarta dalam film dengan realita, terutama yang berkaitan dengan isu gender dan penggunaan ruang kota.

 


The use of film to represent a city has been widely used in urban studies to understand, read and study the condition of a city with all of its social dynamics that happened in urban society through out recent history. Through this media, conveying a point of view in living and experiencing urban space is important, as it is sometimes an actual reflection on issues and conditions that occur in the city. The main urban issues raised in this paper is gender issue, especially in relation with women in the city and how the urban space of Jakarta is occupied and defined. These issues are related to the stereotype and limitation on the use of urban space, and can be identified through the perspective of women living and experiencing urban space. Furthermore, cinematic representation of a city in film is used as a media to identify these issues. This thesis discusses 2 different films that both tells the story of women & the city of Jakarta, namely; Eliana, Eliana (2002) and Selamat Pagi, Malam (2014) to see and compare the representations of the city of Jakarta in films with reality, to see and compare representations of Jakarta city in films with reality, especially those relating to gender issues and the use of urban space.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chalista Angeline
"Arsitektur dan film adalah dua medium yang memiliki kaitan erat karena memiliki persamaan elemen penyusun dalam mengartikulasikan ruang. Arsitektur dalam film sendiri seringkali terbentuk secara tidak disadari dan terabaikan, dianggap sebagai latar belakang suatu peristiwa saja. Namun kehadirannya memiliki potensi yang lebih dari itu di dalam ruang sinematik. Skripsi ini membahas tentang bagaimana kehadiran arsitektur sebagai wadah narasi yang ditetapkan oleh pembuat film dalam wujudnya lanskap, sebagai pusat dalam ruang sinematik. Melalui intensitas kehadiran dan perwujudannya yang berdasar pada teknik-teknik komposisi gambar sinematik, dapat dipahami bagaimana peran lanskap dan signifikansinya terhadap narasi yang ingin disampaikan. Berdasarkan hasil pengamatan lanskap dalam studi akan film Dune, ditemukan hasil yang mendukung pembahasan mengenai peran lanskap dalam film yang melampaui sekadar sebagai latar belakang saja. Pembuat film dapat memanfaatkan berbagai teknik komposisi gambar sinematik dalam menangkap lanskap untuk mengungkapkan narasi tertentu.

Architecture and film are two mediums that are closely related due to both having the same constituent elements in articulating space. Architecture in film itself is often formed unconsciously and overlooked, considered only as a background for actions and event. However, its presence amounts to much more than just a mere spatial background in the cinematic space. This thesis discusses how the establishment of architecture as a narrative vessel determined by filmmakers, takes the form of landscape which is the central of cinematic space. Through the intensity of landscape and its manifestation based on cinematic composition techniques, how the role of landscape and its significance in the narrative conveyed can be understood. Based on the analysis in the study of landscapes in Dune, author found that the discussion of the role of landscapes in films that is more than only for a background is supported. Filmmakers are able to use a variety of cinematic composition techniques in capturing landscapes to communicate certain narratives in their cinematic space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Jasmine
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana ilusi dari kegiatan melihat dapat direkonstruksi melalui cara manusia dalam mengalami ruang seperti yang terjadi ketika seseorang sedang menonton sebuah film. Hanya dari kegiatan melihat, manusia dapat menyimpulkan berbagai informasi dan cerita sebagai hasil dari imajinasinya berdasarkan oleh ilusi yang dimainkan oleh apa yang dilihatnya dan dipikirkannya. Ilusi yang dilakukan oleh film dapat diaplikasikan pula terhadap arsitektur sehingga arsitektur dapat memanipulasi ruang melalui proses sinematik seperti apa yang dilakukan oleh sebuah film terhadap bagaimana penonton mengalami ruang di dalam film tersebut.

This paper discusses how the illusion from the act of seeing can be reconstructed from one’s way of experiencing space as it happens when one is watching a movie. Just from the act of seeing, one can deduce various information and stories as a result of one’s imagination based on the illusion played by what one sees and thinks about. In this paper, it is discussed how the illusion carried out by movies can also be applied to architecture so that architecture can manipulate space through a cinematic process like what a movie does to manipulate how the audience experience the space within it.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Assyifa Fauzia Refianti
"Relasi both-and merupakan titik peleburan peran fragmen atau penyusun ruang yang didasari oleh sebuah kontradiksi. Peleburan ini diperlukan untuk mendapatkan efek tertentu pada suatu bentuk arsitektur yang tampak biasa menjadi tidak biasa, sehingga relasi both-and dinilai memiliki potensi untuk dipelajari lebih lanjut. Secara khusus, tulisan ini akan mempelajari bagaimana relasi both-and dalam proses pembentukan paradoks ruang tertentu. Melalui pembentukan paradoks dalam ruang inilah kemudian akan tercipta keterlibatan antara ruang dengan penggunanya hingga pada taraf tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan studi literatur dan studi kasus berupa ruang sinematik film yang relevan. Studi kemudian menemukan bahwa relasi both-and hadir ketika fragmen penyusunnya mengalami peleburan pada karakter kontradiktifnya. Selain itu, untuk mencapai relasi both-and, fragmen tidak hanya dilihat dari perannya saja, melainkan dilihat dari bentuk kehadiran fragmen.

Both-and relation is a fusion point of fragments role as space composer’s based on its contradicting character. This fusion is needed to get a certain effect for an architectural form that seems ordinary to be unusual. Specifically, this paper will focus on how the both-and relation forms certain space paradoxes. Through the formation of space paradox, there will be an involvement between space and its users to a certain degree. To achieve this goal, a literature study and case study in the form of cinematic film space is relevant. Later studies found that both-and relations existed when the constituent fragments fused into their contradictory characters. In addition, to achieve a both-and relationship, fragments are not only seen from their role, but also seen from fragments’ form of presence."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Hotimah Dwiyanti
"Selayaknya sebuah ruang arsitektur, video musik juga memiliki ruang. Ruang di dalam video musik menggambarkan lirik dari lagu sehingga dapat dinikmati oleh penikmat musik. Skripsi ini membahas tentang bagaimana elemen arsitektur dapat membentuk narasi ruang dalam sebuah video musik. Video musik mengubah elemen audio menjadi elemen audio visual. Visual yang dihasilkan merupakan hasil visualisasi elemen arsitektur yang membentuk ruang di dalam video musik.
Melalui studi kasus, dilakukan proses pembacaan ruang yang terbentuk dan bagaimana elemen-elemen ruang dapat membentuk narasi pada sebuah video musik. Penulisan skripsi ini juga bertujuan untuk mengetahui elemen ruang arsitektur dapat mempengaruhi bentuk narasi yang dihasilan di dalam sebuah video musik, sehingga isi dan makna video musik dapat tersampaikan.

Music videos also have space like architecture does. The space demonstrates its lyrics from the song so it can be enjoyed by music lovers. This thesis discusses how the elements of architecture can shape the narrative of space in a music video. Music videos changes audiotory elements to become audiovisual elements. The visuals are a result of the visualization of the architectural elements that form space in music videos.
The case study is done through the process of reading the space that has been formed, and seeing how the elements of the space can be form the narratives on a music video. The aim of this writing is to determine how far the effects of architectural space can change the form of narratives produced in music videos, so the contents and meanings of the music video can be delivered to the audience.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khodijah Salimah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang anak autis yang mengalami permasalahan pada
penerimaan dan pemrosesan integrasi sensori. Permasalahan ini dapat di-treatment
dengan penyesuaian pada pengalaman sensori dan integrasinya melalui aspek
arsitektural berupa penyesuaian atribut sensori dan narasi sequence. Penanganan ini
juga dapat dilakukan melalui game komputer. Skripsi ini menganalisis game Rufus
Goes to School dan keterkaitan aspek arsitektural tersebut dengan ruang game. Atribut
sensori visual hadir melalui representasi game komputer dengan treatment sensori
secara spesifik. Sedangkan narasi sequence diciptakan dari sifat yang muncul dalam
assigned qualities yaitu pengoperasian ruang game dan elemen game sebagai
penanaman adaptasi terhadap karakter repetitif dari anak autis

ABSTRACT
This thesis discusses the autistic child who had problems with sensory processing and
integration. This problem can be treated with sensory experience and integration with
architectural aspects such as adjustment of sensory attributes and narrative sequences.
The teratment can be conducted through computer games. This thesis analyzes the
game Rufus Goes to School by exploring the architectural aspects in the game space.
Visual sensory attributes are present through representation of computer games with
sensory specific treatment. While the narrative sequence is present in the characters
that appear in the assigned qualities, namely the operation of gaming space and
elements of the game as a learning treatment for adaptation to repetitive character of
children with autism.
"
2016
S64015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizza Drianti Putri
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai terbentuknya augmented space akibat aplikasi teknologi pada ruang museum. Dengan berkembangnya teknologi, informasi dan nilai yang dimiliki tiap-tiap ruang museum berpotensi untuk ikut terpengaruh oleh masuknya data dan konektivitas. Teknologi yang digunakan pada media display pameran menjadi alat dalam rekonstruksi ruang pada museum kontemporer yang kemudian menimbulkan augmented space. Untuk melihat fenomena ini, analisis dilakukan pada dua museum dengan konteks dan jenis narasi yang berbeda. Hasil studi menunjukkan bahwa timbulnya augmented space pada museum dihasilkan oleh kemampuan interaksi dan immersion dari media yang digunakan, yang mana mendukung penyampaian konteks, narasi, serta pengalaman ruang pengunjung pada museum.

ABSTRACT
This thesis exposes the formation of augmented space in the museum. With the development of technology, information and value owned by spaces in museums have the potential to be influenced by data and connectivity. Technology works as a display media, then become a tool in reconstructing the space in contemporary museums which later led to the emergence of augmented space. To see this phenomenon, the analysis was carried out in two museums with different contexts and types of narratives. The result of the study shows that the emergence of augmented space in museums is based on the ability of interaction and immersion of media technology that is applied in supporting the translation of contexts, narratives, and visitor experiences in the museum."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Maya Saputri
"Skripsi ini membahas tentang representasi kota dalam sebuah film sebagai ruang sinematis sehingga kita dapat melihat kota dengan cara yang berbeda melalui film. Sebagai ruang sinematis, kota menjadi sebuah ruang yang ada di dalam film dan digunakan sebagai latar tempat yang memiliki unsur fisik dan intrinsik. Selain itu, terdapat hubungan geografis antar unsur fisik yang ada di dalamnya dan tandatanda yang menuntun penonton merasakan pengalaman ruang secara sinematis. Dengan menggunakan dua studi kasus, yaitu film Laskar Pelangi dan Nagabonar jadi 2 maka terlihat perbedaan representasi kota yang ditampilkan. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan unsur fisik dan intrinsik serta kehadiran karakteristik film setelah masa orde baru yang secara langsung terkait dengan kondisi sosialekonomi saat dua film tersebut diproduksi (2007-2008).

This thesis discusses the representation of city in film as a cinematic space, so that we can see a city in a different way through the film. As cinematic space, city become a space in film and it?s used as backround which has physical and intrinsic elements. In addition, there are geographic relationships between the physical elements on it and signs which lead the spectators to feel the cinematic experience. By using two case studies, Laskar Pelangi (The Rainbow Troops) and Nagabonar jadi 2, there is a difference of representation of the city on screen. It is caused by a difference of physic and intrinsic elements and also the appearance of film?s characteristic after New Order period which directly has a relationship with socio-economic condition in Indonesia when that films are produced (2007-2008)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43307
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Candra Junior
"Alun-alun Kota Serang merupakan ruang publik yang dibangun pada tahun 1828 oleh Belanda. Sebagai warisan benda budaya, pemanfaatan ruang publik ini diatur agar sesuai dengan kondisinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran Pemerintah Daerah Kota Serang dalam mengatur pemanfaatan ruang Alun-alun Kota Serang dan pengaruhnya terhadap pemanfaatan ruang. Hal ini diidentifikasi melalui interaksi tiga elemen spasial yaitu representasi ruang (conceived space), praktik spasial (perceived space), dan ruang representasi (lived space) yang diwujudkan dalam bentuk perencanaan, penyelenggaraan, dan pemanfaatan ruang. Data penelitian ini dikumpulkan melalui metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan analisis dilakukan dengan metode komparatif spatial antara rencana tata ruang pemanfaatan alun-alun, dengan persebaran aktivitas dan kepadatan pengguna di alun-alun. Selain itu juga dilakukan identifikasi interaksi antara tiga elemen spasial pembentuk aktivitas di alun-alun. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagai conceived space, terdapat dua ruang perencanaan. Pada area timur, perencanaan dilakukan dengan konsep modern dan berorientasi pada peningkatan ekonomi sehingga fasilitas dan atraksi yang tersedia lebih banyak dan bervariasi. Sedangkan pada area barat, perencanaan yang dilakukan oleh Pemerintah dilakukan dengan konsep kuno dan berorientasi untuk melestarikan bangunan-bangunan bersejarah yang tersebar di sekitar Alun-alun Kota Serang. Untuk mempertahankan fungsi warisan budaya di area barat, fasilitas dan atraksi disediakan secara terbatas. Dengan perbedaan pola ruang pemanfaatan tersebut, perceived space cenderung memusat di area timur. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan alun-alun sebagai warisan benda budaya yang dilakukan pemerintah berhasil mengatur pemanfaatan ruang. Alun-alun sebagai lived space tidak berdiri sendiri, namun menunjukkan keterkaitan dengan ruang di sekitarnya.

Serang Alun-alun is a public space built in 1828 by the Dutch. As a cultural heritage, the utilization of this public space is regulated according to its conditions. This study aims to identify the role of the Local Government of Serang City in regulating the spatial use of Serang Alun-alun and its influence on space utilization. This is identified through the interaction of three spatial elements, namely spatial representation (conceived space), spatial practices (perceived space), and representational space (lived space) which are embodied in the form of planning, organizing, and spatial utilization. The research data was collected through observation, interviews, and documentation studies. While the analysis was carried out using a spatial comparative method between the spatial plan for the use of the Alun-alun, with the distribution of activities and the density of users in the Alun-alun. In addition, the study was also carried out to identify interactions between the three spatial elements forming activities in the Alun-Alun. The results of the analysis show that as a conceived space, there are two planning spaces. In the eastern area, planning is carried out with a modern concept and is oriented towards improving the economy so that more and more varied facilities and attractions are available. Whereas in the western area, the planning carried out by the government with an ancient concept is oriented towards preserving historical buildings scattered around Serang Alun-alun. To maintain the function of cultural heritage in the West area, the government provided limited facilities and attractions. With the difference in the spatial utilization pattern, the perceived space tends to concentrate in the east. The conclusion of this study shows that the planning of the Alun-alun as a cultural heritage by the government has succeeded in regulating the use of space. Alun-alun as a lived space does not stand alone but shows a connection with the space around it."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>