Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183115 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Nibras Adiba
"ABSTRACT
Perkembangan bisnis industri pernikahan di Indonsia saat ini sedang mengalami peningkatan. Banyaknya pesaing baru mengharuskan perusahaan untuk tetap kompetitif. Tidak seperti perusahaan manufaktur yang memiliki produk nyata untuk dikembangkan, perusahaan jasa bergantung pada kualitas pelayanannya untuk menarik pelanggan baru. Ikatan emosional antara karyawan dan pelanggan merupakan sesuatu yang patut diperhitungkan untuk menilai kualitas perusahaan jasa. Human Sigma adalah metode yang cocok untuk mengukur tingkat keterikatan tersebut. Hasil yang didapatkan melalui metode Human Sigma dapat dikembangkan menjadi sebuah strategi manajemen perusahaan menggunakan analisis strategi SOAR strengths, opportunities, aspirations, results. Strategi akan dihasilkan dari perolehan analisis yang telah diprioritaskan dengan metode AHP Analytic Hierarchy Process oleh ahli.

ABSTRACT
The growth of wedding industries in Indonesia is currently experiencing an increase. The number of new competitions requires companies to remain competitive. Unlike manufacturing companies that have real products to develop, service firms rely on the quality of their services to attract new customers. The emotional bond between an employee and their customer is something that should be taken into account to access the quality of a company. Human Sigma is a suitable method for measuring those attachment values. The results obtained through the Human Sigma method can be developed into a corporate management strategy using SOAR analysis strengths, opportunities, aspirations, results. The strategy will result from the acquisition of prioritized analysis from the AHP Analytic Hierarchy Process method used by the experts. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saffar Masyhur Abdul Salam Hamid
"ABSTRAK
Skripsi ini dibuat untuk membahas bagaimana skema pengetahuan pemilik RAE
Sport Apparel dalam menentukan strategi internal dan eksternal yang akan
dilakukan untuk kegiatan bisnisnya. Bagaimana pengalaman-pengalaman atau
situasi yang ada dapat mempengaruhi skema-skema pengetahuan awal pemilik
dalam melanjutkan bisnisnya. Pada penelitian ini juga melihat bagaimana proses
strategi internal dan eksternal berjalan. Terdapat hubungan sosial yang menciptakan
jaringan kepentingan serta ikatan-ikatan sosial yang terjadi ketika pemilik
menjalankan strategi bisnisnya, selain itu inovasi batik juga menjadi salah satu
strategi bisnis yang dijalankan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan teknik wawancara mendalam dan partisipasi observasi.

ABSTRACT
This undergraduate thesis was to know about how the RAE Sport Apparel?s owner
schema theory determine the internal dan external strategies in his own business,
how the experiences or situations could affect the owner?s foreknowledge schema
to continue the business. This study also observe how the internal and external
strategies proceed. There are social relations which create the network interests and
social ties that occured when the owner implemented his business strategies. Beside
that, batik innovation is the one of business strategy he did. This qualitative research
using in-depth interviews technique and participant observation.;"
2016
S65127
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Firdausy
"ABSTRAK
Setelah era reformasi, berbagai media cetak baru menghadapi kenyataan bahwa
pasar tidak cukup untuk menampung produk sejenis yang sedemikian banyak. Pasar pun
mulai menyaring dengan melihat nilai suatu produk media cetak dibandingkan dengan
produk lainnya. Penelitian terhadap Koran Tempo maupun Kompas berdasarkan profil dan
perilakunya ini dilakukan dengan Jatar belakang keingintahuan terhadap peta persaingan
kedua koran yang memiliki kemiripan dalam hal isi surat kabar maupun target market.
Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian kuantitatif
didasarkan kepada hasil Survei Media 2002 yang dilakukan oleh Biro Riset Pemasaran
Mars, suatu lembaga riset independen yang merupakan salah satu anggota dari CIC
Consulting Group. Adapun penelitian kualitatif dilakukan melalui wawancara dan
observasi, selain ditunjang melalui studi kepustakaan.
Hasil survei dan analisis memperlihatkan bahwa Koran Tempo yang sejak awal
memposisikan diri sebagai penantang Kompas. pada beberapa karakteristik berhasil
menempatkan diri pada segmen pembaca yang relatif sama dengan Kompas. Namun,
dilihat dari perbedaan jumlah pembaca Kompas yang lebih sekitar 43 kali dari
jumlah pembaca Koran Tempo, tampaknya Koran Tempo tidak cukup sukses dalam
menjalankan penetrasinya.
Persamaan profil dan perilaku di antara kedua pembaca koran tersebut terdapat
pada Jatar belakang pendidikan SMA, mayoritas pcmbaca berada di Jabotabek, komposisi
gender yang berimbang, jenis tiga pekerjaan mayoritas ibu rumah tangga-PNS-mahasiswa,
kepemilikan rumah mayoritas hak milik, pola pembelian koran eceran, dan perilaku ritual
membaca koran pada pagi dan siang hari mayoritas di rumah. Selain persamaan tersebut,
ditemukan juga beberapa perbedaan yang cukup signifikan di antara kedua profil pembaca
Kompas dan Koran Tempo yaitu status sosial-ekonomi, komposisi usia pembaca, profil
psikografis, jumlah pelanggan, loyalitas pembaca. rutin, dan penyediaan anggaran koran.
Koran Tempo memiliki jalur distribusi yang sama dengan Kompas.
Persamaan profil dan perilaku di antara kedua pembaca koran tersebut terdapat
pada Jatar belakang pendidikan SMA, mayoritas pcmbaca berada di Jabotabek, komposisi
gender yang berimbang, jenis tiga pekerjaan mayoritas ibu rumah tangga-PNS-mahasiswa,
kepemilikan rumah mayoritas hak milik, pola pembelian koran eceran, dan perilaku ritual
membaca koran pada pagi dan siang hari mayoritas di rumah. Selain persamaan tersebut,
ditemukan juga beberapa perbedaan yang cukup signifikan di antara kedua profil pembaca
Kompas dan Koran Tempo yaitu status sosial-ekonomi, komposisi usia pembaca, profil
psikografis, jumlah pelanggan, loyalitas pembaca. rutin, dan penyediaan anggaran koran.
Koran Tempo memiliki jalur distribusi yang sama dengan Kompas.
Seluruh responden yang membaca Kompas dan/atau Koran Tempo dalam sebulan
terakhir dapat dibagi menjadi tiga kelompok (cluster), yaitu Self-Oriented, Konsumtif
Kekeluargaan, serta Pemburu Berita. Kompas m.emiliki kelompok pembaca terbanyak
bertipe Konsumtif Kekeluargaan (37,51%), diikmi oleh tipe Self-Oriented (32,77%), dan
Pemburu Berita (29,72%). Koran Tempo kelompok terbanyaknya bertipe Pemburu Berita
(55%), diikuti oleh Self-Oriented (25%), dan kemudian Konsumtif Kekeluargaan (20%).
Tipe Konsumtif Kekeluargaan juga mendominasi kelompok pembaca yang membaca baik
Kompas maupun Koran Tempo dengan porsi 46,34%, lalu diikuti oleh tipe Pemburu Berita
(31,71 %), dan tipe Self-Oriented (21,95%).
Kebanyakan pembaca Koran Tempo merupakan duplikasi pembaca Kompas.
Kelompok pembaca duplikasi ini memiliki status. ekonomi yang relatif lebih baik. Profil
psikografisnya lebih mirip profil pembaca Kompas yang banyak memiliki tipe pembaca
Konsumtif Kekeluargaan, berbeda dengan Koran Tempo yang pemhacanya didominasi
oleh tipe Pemburu Berita.
Perumusan strategi pemasaran bagi Koran Tempo perlu disesuaikan dengan tingkat
penetrasi Koran Tempo yang masih jauh di bawah Kompas. Koran Tempo perlu mengubah
orientasi sesuai kondisi pangsa pasamya, yaitu sebagai market follower yang tetap aktif
memperluas pangsa pasar secara tidak menyolok/frontal. Koran Tempo perlu untuk
memfokuskan diri kepada pembaca duplikasi dan tipe pembaca Pemburu Berita.
Secara umum Koran Tempo dianggap mcnawarkan hal yang sama dengan Kompas
bila dilihat dari alasan pembelian kedua koran yang sama-sama terbanyak dibaca untuk
"mengetahui berita terkini' dan 'menambah wawasan'. Ide Koran Tempo sebagai koran
alternatif yang menyajikan berita pembanding dapat dikembangkan untuk memperkuat
positioning Koran Tempo dan didukung oleh kekhasan gaya bahasa, rubrik maupun artikel,
serta gaya penyajiannya.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Kuspardianto
"Sektor industri telekomunikasi modern dapat digolongkan dalam tiga segmen pasar utama yakni: (i) segmen pasar residensial yang umumnya adalah pelanggan layanan telepon tetap kabel dan nirkabel, (ii) segmen pasar individu yang umumnya adalah sasaran layanan lelepon bergorak selulcr, dan (iii) segmen pasar bisnis yang umumnya merupakan sasaran utama bagi layanan multimedia, aplikasi dan interkoneksi. Segmen pasar residensial terutama dipicu oleh luasnya jaringan telekomunikasi yang melayani pasar tersebut; semakin luas jaringannya, semakin banyak pelanggan yang dapat dijangkau. Segmen pasar individu bagi layanan telepon bergerak seluler sedikit banyak juga ditentukan oleh luasnya jaringan, tapi disarnping itu dipicu oleh terobosan teknologi maupun inovasi produk; semakin inovatif Iayanan seluler, semakin besar pangsa pasar yang bisa dirailmya. Sedangkan segmen pasar corporate pada umumnya didorong oleh mutu layanan; mutu produk serta layanan yang lebih baik akan mengundang bisnis yang lebih banyak.
Segmen corporate merupakan segmen dengan kontribusi revenue terbesar, dimana sebelumnya Telkom tidak pemah secara khusus mengembangkan potensinya selama ini, Telkom berada dalam posisi untuk merebut pangsa pasar dari pesaing. Untuk itu Telkom telah membentuk divisi enterprise, dengan layanan terpadu dari tim account management yang fokus terhadap pelanggan korporasi, baik di tingkat nasional maupun propinsi. Oleh karena kontribusi pendapatan diselctor telekomunikasi terbesar berasal dari corporate customer, maka diperlukan suatu analisis pasar dan tingkat kepuasan pelanggan korporasi dimana basil analisa tersebut akan digunakan sebagai acuan penyusunan strategi pemasaran, meliputi bagaimana lingkungan industri layanan multimedia termasuk didalamnya market size, market share dan market opportunity serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan dalam menggunakan layanan multimedia dari suatu penyelenggara (provider)?.
Atas dasar itu maka dilakukan survey pengguna layanan multimedia dimana Corporate Customer di 9 kota yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Medium, Batam, Semarang, Denpasar, Makasar dan Balikpapan dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini. Segmentasi Corporate Customer disesuaikan dengan pola yung dilakukan Telkom yakni segmen Finance & Banking (FNB), Government, Army & Police (GAP), Trading & Service (TNS), Manufacturing (Man), Mining & Construction (MNC) dan Trade & Industrial (TIP). Sebagai bahan analisis digunakan sumber data selain data primer yakni data sekunder yang diperoleh dari berbagai referensi dan sumber dilingkungan internal Telkom. Data tersebut digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisis kualitatif untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang industri layanan multimedia.
Dengari analisa diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Hasil analisis kualitatif lingkungan makro menunjukkan secara keseluruhan peluang bisnis dalam industri Iayanan multimedia ?besar" meskipun terdapat ancaman yang kuat pada faktor regulasi.
2. Industri layanan multimedia diindikasikan memiliki tingkat persaingan yang ketat, terbuka dengan profitabilitas industri rendah kearah sedang.
3. Market Size industri layanan multimedia Indonesia tahun 2006 diestimasikan sebesar Rp. 2,589 Triliyun sedangkan Marker Opportunity layanan multimedia tahun 2006 ini diperkirakan sebesar Rp. 178,6 Milyar
4. Dengan didukung jumlah pelanggan sebesar 48%, Telkom merupakan market leader pada bisnis layanan multimedia dengan market share sebesar 46,19%.
Analisis hasil survey tentang harapan dan kualitas layanan adalah sebagai berikut:
1. Reputasi bukan menjadi barometer penting dalam memilih operator tetapi pelanggan lebih mengutamakan kualitas jaringan, pelayanan perbaikan gangguan, dan harga sebagai faktor terpentingnya.
2. Secara umum pelanggan menilai bahwa Telkom belum memenuhi harapan mereka.
Dengan gambaran tersebut, maka Telkom harus menentukan strategi pemasaran yang tepat agar dapat mempertahankan posisinya sebagai market leader selain harus rnengejar ketertinggalannya dalam memberikan pelayanan pada pelanggan korporasi Selain itu, Telkom harus lebih fokus menetukan sasaran pasarnya terutama untuk cluster l dimana segmen Finance & Banking merupakan tipe pelanggan yang paling banyak menggunakan layanan multimedia. Oleh karena itu, strategi WAR (Winning the future customer, Acquiring new customer dan Retaining existing customers) Marketing Strategy dicanangkan sebagai pijakan dalam menghadapi tantangan kedepan.

There are essentially three large segments that comprise the telecommunications market today: residential market, mobile cellular and business. (i) The residential segment is primarily driven by the extent of the network that serves the market; the broader the network, the more customer that can be reached. (ii) The mobile cellular segment is to a large extent also driven by network coverage, but increasingly as well by technological advances and product innovation; the more a cellular service offers life-styles and trends, the better chance it has of gaining market share. Meanwhile, (iii) the business segment, which includes interconnection customers, is primarily driven by multimedia scrviccs need the quality and delivery of service; better quality and better' service mean more business.
In the business segment, on which Telkom has not specifically focused in the last live years, Telkom is now placing more emphasis on the market. Telkom has recently fomted the Enterprise Services Center, with its enterprise service and account management teams to focus on the corporate customers, both at national and regional levels. Market analysis and customer satisfaction should be made to these segment because the biggest revenue contribution of telecommunication industry come from corporate customer. The analytical result will used as a reference to elaborate marketing strategy including how the environment of multimedia services industry, which reference market share, market size and market opportunity and other factor will affected to the customer satisfaction since the customer chosen one of multimedia service provider.
Based on those circumstances, survey activity to user of multimedia services will conducted in 9 cities: Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Batam, Semarang, Denpasar, Makasar and Balikpapan which is corporate customer selected as participant. Meanwhile the platfomi of corporate customer segmentation which used as Telkom platform: Finance & Banking (FNB) Segment. Government, Army & Police (GAP) segment. Trading & Service (TNS) segment, Manufacturing (Man) segment Mining & Construction (MNC) segment and Trade & Industrial (TIP) segment. Primary data and secondary data which is come from Telkom internally will be used as relevance for qualitative analysis process to provide more detail overview of multimedia service industry.
The result of analysis us summarized below:
1. Qualitative analysis for macro environment showed that multimedia service industry provide big business opportunity in overall since regulatory risk as strong threat in these industry.
2. Multimedia service industry provided indication that the competition strong enough, open with low to middle profitability.
3. Estimated market size of Multimedia service industry in indonesia give the number of 2,589 T Rupiah during year 2006 while estimated market opportunity in these industry able to provide number of 178,6 Billion Rupiah
4. Within 48% of subscriber, telkom become market leader in the business of multimedia service with the total market share around 46, 19%.
Analysis from the Result of expectation and service quality survey are below:
1. Reputation is not importance think from the customer point of view to chose the provider while customer more expect network quality, troubleshooting and price as reference to selected the operator.
2. In overall, currently Telkom not able to provide the service as customer expectation.
With the result of the analysis, Telkom should be make the proper of marketing strategy to maintain the position as market leader event though should come up with the excellent service to the corporate customer. On the other hand, Telkom have to focus to the market especially for cluster l which Finance and Banking segment is customer with the type of more used multimedia service. So than, WAR (Winning the future customer, Acquiring new customer and Retaining existing customers) Marketing Strategy will conduct as a basic strategy to come up with the competition."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stacey, Ralph D.
"Contents: 1 Strategic management in perspective: A step in the professionalization of management 2 Thinking about strategy and organisational change: The implicit assumptions distinguishing one theory from another Part One -- SYSTEMIC WAYS OF THINKING ABOUT STRATEGY AND ORGANISATIONAL DYDNAMICS 3 The origins of systems thinking in the age of reason 4 Thinking in terms of strategic choice: cybernetic systems, cognitivist and humanistic psychology 5 Thinking in terms of organisational learning and knowledge creation: systems dynamics, cognitivist, humanistic and constructivist psychology 6 Thinking in terms of organisational psychodynamics: open systems and psychoanalytic perspectives 7 Thinking about strategy process from a systemic perspective: using a process to control a process 8 A review of systemic ways of thinking about strategy and organisational dynamics 9 Extending and challenging the dominant discourse on organisations: thinking about participation and practice Part Two -- THE CHALLENGE OF COMPLEXITY TO WAYS OF THINKING 10 The complexity sciences: the sciences of uncertainty 11 Systemic applications of complexity sciences to organisations: restating the dominant discourse Part Three -- COMPLEX RESPONSIVE PROCESSES AS A WAY OF THINKING ABOUT STRATEGY AND ORGANISATIONAL DYNAMICS 12 Responsive processes thinking: the interplay of intentions 13 The emergence of organisational strategy in local communicative interaction: complex responsive processes of conversation 14 The link between the local communicative interaction of strategising and the population-wide patterns of strategy 15 The emergence of organisational strategy in local communicative interaction: complex responsive processes of ideology and power relating 16 Different modes of articulating patterns of interaction emerging across organisations: strategy narratives and models 17 Complex responsive processes of strategising: acting locally on the basis of global goals, visions, expectations and intentions for the 'whole' organisation over the 'long term future' 18 Complex responsive processes: implications for thinking about organisational dynamics and strateg"
London : Financial Times Prentice Hall, 2011
658.401 2 STA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Korry
"Berbagai penelitian yang pernab dilakukan menyatakan peminum kopi biasanya sangat loyal dan tidak jarang yang sangat fanatik pada minuman ini. Hal inilah yang menyebabkan pada masa krisis, tidak terlihat penurunan yang drastis pada angka konsumsi kopi masyarakat Indonesia. Jumlah produsen kopi pun tetap banyak, bahkan
semakin kreatif mengembangkan produk baru.
Pasar kopi instant jumlahnya hanya 5 % dari pasar kopi secara keseluruhan. Nescafe yang merupakan pemimpin dalam pasar kopi instant dengan pangsa pasar mencapai 65 % berkeinginn meluaskan pasarnya karena melihat baliwa pasar kopi di Indonesia sebenarnya sangat besar. Segmen yang menjadi target Nescafe adalah segmen anak muda, yaitu konsumen berusia 18 hingga 26 tahun, yang tinggal di daerah perkotaan dan dan keJas menengah. Segmen ¡ni dinilai potensial karena path usia inilah konsumen kopi mulai melakukan fría!, belum menjadi peminum kopi dan beluxn mempunyai kesetiaan path merek kopi tertentu.. Konsumen segmen ini dianggap lebib mudah untuk dipengaruhi dibanding peminum kopi lama yang biasanya telah setia pada merek kopi tertentu.
Agar dapat mencapai tujuan yaitu meuaskan pasar, diperlukan strategi yang tepat. Karena itu perlu dipahami terlebih dahulu kebutuhan, keinginan, persepsi dan prilaku dan konsumen yang menjadi target. Tujuan dan penelitian adalah untuk mengetahui prilaku konsumen kopi berusia muda, sesual dengan target konsumen Nescafe. Perilaku konsumen yang ingin dilihat antara lain adalah volume konsumsi, kepuasan, lama mengkonsumsi, loyalitas merck sefla merek yang paling dikonsumsi. Konsumen menginginkan produk yang dapat memberikan apa yang diharapkannya dan produk ¡tu. Untuk itu perlu diketahui atribut-atribut yang diinginkan konsumen dan produk kopi. Selain itu penelitian
ini juga bertujuan untuk mengetahui asosiasi yang dihubungkan konsumen dengan Nescafe. Setelah mengetahul prilaku, kombinasi atribut dan asosiasi, akan dilakukan
evaluasi terhadap strategi yang diterapkan Nescafe terutama strategi repositioninnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen segmen anak muda memang belum menjadi peminum kopi yang setia. Sebagian besar volume konsun?sinya rendah, yaitu
maksimal hanya I cangkir setiap hari. Segmen ini juga terlihat belum mempunyai kesetiaan pada merck kopi tertentu Jika path saat hendak menabeli kopi mereka tidak
dapat menemukari merck yang blasa mereka konsumsi, mata sebagian besar konsumen akan menean kopi merek lain, bukan berusaha menead merek langganan mereka di tempat lain. Hal ini berarti, strategi Nescafe yang menjadikan konsumen usia muda sebagai target konsumennya sudah tepat, karena segmen itu lebih mudah dipengaruhi dibanding segmen yang lebih tua usianya.
Ada beberapa atribut yang mereka inginkan terdapat pada produk kopi, dimana mereka menganggap atnibut ini sangat penting dan mempengaruhi mereka dalam memilih meracik kopi, atribut itu adalah rasa, aroma dan kemudahan mendapat atau avaibiliry. Atribut-atribut lain seperti kemasan dan iklan dari produk ¡tu sendirì ternyata kecil
pengaruhnya pada konsumen.
Persepsi responden terhadap Nescafe menunjukkan bahwa tidak semua pesan yang disampaikan Nescafe dalam iklaii-iklannya dapat diterima dengan baik oleh konsumen.
Konsumen umurnnya mempersepsikari Nescale sebagai produk yang praktis, berkualitas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2001
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Dharmawan S.
"Kompetisi bisnis ritel swalayan di Indonesia akhir-akhir ini semakin intens sebagai akibat dari ekspansi yang dilakukan oleh peritel global di pasar Indonesia, menyambut gayung deregulasi yang ditetapkan pemerintah. Tesis ini meneliti persepsi dan perilaku konsumen ritel swalayan dengan tujuan untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat bagi pelaku bisnis ritel swalayan. Persepsi yang diteliti meliputi awareness, persepsi terhadap tingkat kepentingan atribut dan persepsi terhadap kinerja 5 ritel swalayan yang diteliti (Indomaret, Hero, Matahari, Carrefour, Makro) dalam tiap atribut. Perilaku yang diteliti meliputi ritel swalayan yang paling sering dikunjungi, frekuensi kunjungan, durasi kunjungan, hari kunjungan, uang yang dibelanjakan dalam setiap kunjungan, cara pembayaran, rencana belanja dan kategori produk yang dibeli di ritel swalayan.
Hasil penelitian dianalisis dengan frekuensi distribusi, crosstab analysis, analisis atribut, brand positioning map, analisis hirarki dan analisis kuadran. Untuk mendukung analisis tersebut, penulis melakukan studi literatur yang meliputi klasifikasi institusi ritel, analisis trading format, diferensiasi kompetitif ritel, keyakinan/sikap/penilaku konsumen ritel, generic business level strategy, strategi segmentasi/targeting/posi(ioníng, strategi bauran pemasaran dan profil kelima perusahaan ritel yang diteliti.
Dengan mengetahui persepsi dan perilaku konsumen ritel swalayan, tesis ini memberikan beberapa rekomendasi strategi pemasaran bagi ritel swalayan path umumnya dan kelima ritel swalayan yang diteliti pada khususnya.
Dari segi persepsi konsumen terhadap ritel swalayan secara umum, penulis merekomendasikan ritel swalayan untuk meningkatkan top of mind (TOM) awareness melalui pembukaan gerai besar di lokasi strategis dan memenuhi kebutuhan konsumen terhadap ritel swalayan berupa kelengkapan produk, kualitas produk serta harga.
Dari segi persepsi konsumen terhadap kelima ritel swalayan yang diteliti, penulis merekomendasikan Indomaret untuk memperbaiki kinerjanya dalam kelengkapan produk dan kenyamanan berbelanja serta memposisikan diri sebagai tempat belanja murah sehari-hari, Hero untuk memperbaiki kinerjanya dalam harga dan memposisikan diri sebagai ritel swalayan yang nyaman dan berkualitas, Matahari untuk memperbaiki kinerjanya dalam harga dan memposisikan diri sebagai ritel swalayan yang lengkap dan berkualitas, Carrefour untuk memperbaiki kinerjanya dalam lokasi dan memposisikan diri sebagai ritel swalayan yang Iengkap dan nyaman, Makro untuk memperbaiki kinerjanya dalam lokasi dan memposisikan din sebagai ritel swalayan termurah.
Dari segi perilaku konsumen, penulis merekomendasikan ritel swalayan untuk meningkatkan loyalitas peJanggan melalui continuity program, meningkatkan frekuensi kunjungan pelanggan melalui penciptaan pengalaman berbelanja yang unik, meningkatkan durasi kunjungan pelanggan melalul pembukaan gerai luas dengan banyak kategori produk, melakukan antisipasi terbadap peningkatan jumlah pelanggan pada hari libur, menyediakan kategori produk yang dibeli konsumen di ritel swalayan, menyediakan pilihan produk yang sesuai bagi kelas sosio ekonomi yang lebih tinggi, meneria pembayaran dengan kartu kredit dan memfokuskan promosi hemat untuk low involvement product."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fetrizal Bobby Heryunda
"Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 membawa pengaruh besar terhadap industri pesawat televisi di Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang mengalami penurunan tingkat produksi karena tingginya production cost yang harus ditanggung. Namun demikian, persaingan antar merek televisi yang terjadi di pasar terus marak, baik merek-merek terkenal maupun merek-merek tidak terkenal terus meramalkan persaingan di pasar televisi berwarna Indonesia. Merek-merek yang sudah terkenal mengandalkan diferensiasi dalam teknologi yang sudah mereka kuasai sebagai senjata untuk merebut pangsa pasar yang lebih besar. Sedangkan pendatang-pendatang baru yang belum terkenal umumnya menerapkan strategi low cost dengan memasang harga murah bagi produknya untuk menarik konsumen agar berpindah ke produk mereka.
Salah satu produk yang cukup terkenal dalam industri ini adalah pesawat TV merek Panasonic. Pesawat TV merek Panasonic ini diproduksi dan dipasarkan oleh PT. National Panasonic Gobel. Walaupun sampai saat ini penjuaiannya cukup baik namun perjalanan Panasonic untuk menjadi yang teratas dalam market share tidaklah mudah, karena banyaknya pesaing yang lebih kuat, seperti Sony, Toshiba dan Sharp. Tahun 1996 Panasonic tidak mampu masuk 3 besar brand awareness, walaupun berada diperingkat ke-6 untuk perceived quality. Sedangkan tahun 2001 Panasonic sama sekali tidak mampu masuk 6 besar untuk semua kategori, mulai dari top of mind brand, top of mind advertising, brand share, quality sampai satisfaction.
Dengan kondisi persaingan yang sedemikian ketatnya saat ini, sangat penting bagi Paasonic untuk mengetahui dengan siapa la berkompetisi, bagaimana persepsi konsumen terhadap produknya jika dibandingkan dengan produk kompetitor dan strategi positioning apa yang pantas diterapkan saat ini.
Sehubungan dengan itu, kemudian diadakan penelitian untuk melihat persepsi konsumen terhadap atribut-atribut yang dimiliki oleh masing-masing merek dan kinerja merek-merek tesebut dalam setiap atribut. Selanjutnya, diharapkan akan ditemukan strategi positioning yang tepat bagi Panasonic.
Mengingat banyaknya merek yang ada di pasar industri pesawat TV saat ini, maka penelitian hanya dibatasi pada 3 merek yang menduduki peringkat 3 besar brand equity tahun 2001, yaitu Sharp, Sony dan Toshiba, ditambah merek Panasonic. Dan produk yang diteliti hanya pesawat televisi berwarna, tidak termasuk hitam putih.
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perilaku konsumen pemakai pesawat televisi di Indonesia.
2. Mengetahui persepsi konsumen mengenai atribut-atnbut yang penting dan keempat merck TV yang menjadi objek penelitian.
3. Menetapkan strategi positioning yang tepat bagi Panasonic.
Riset pemasaran yang dilakukan diawali dengan exploratory research (kualitatif) yang terdiri dari secondary data analysis dan Individual In-depth Interview, kemudian dilanjutkan dengan descriptive research (kuantitatif). Mengingat adanya keterbatasan waktu dan biaya, maka akses data primer dilakukan dengan cara self administered-drop off survey. Sedangkan akses data sekunder dIakukan meialui internet, perpustakaan dan kunjungan ke PT National Panasonic Gobel. Sampel ditetapkan sejumlah 120 orang dengan metode convenience sampling. Hasil survey ketnudian dianalisa dengan menggunakan metode frekuensi distribusi, cross lab analysis, analisjs aijbut, brand analysis untuk setiap atribut dan bi-plot analysis.
Beberapa temuan yang didapat dari hasil penelitian antara lain:
- Atribut kualitas gambar adalah atribut terpenting dimata responden
- Kesembilan atribut yang ada dapat diwakili oleh 4 faktor/dimensi, yaitu dimensi produk, dimensi kualitas, dimensi service dan dimensi harga
- Merek Sony adalah merek yang paling dominan. Tiga metode analisa yang dilakukan yaitu analisa kinerja merek dalam setiap atribut. analisa modd Fishbein dan analìsa biploe menunjukkan bahwa Sony memiliki kinerja terbaik disemua atribut kecuali atribut harga
- Dengan melihat semua hasil analisa, maka dalam jangka pendek Panasonic sebaiknya memfokuskan strategi positioning-nya untuk membangun kedekatan asosiasi dengan atribut gambar. diikuti dengan atribut suara. Untuk itu, kualitasyang ditawarkan Panasonic harus berada diatas Sharp dan Toshiba. minimal mendekati kualitas yang ditawarkan Sony.
Beberapa saran yang dapat diberikan adalah:
1. Pihak manajemen Panasonic sebaiknva merumuskan sebuah positioning statement yang khusus digunakan bagi produk televisi.
2. Sebaiknya Panasonic membentuk dan mengembangkan sebuab divisi atau unit khusus yang bertugas melakukan berbagai kegiatan riset di pasar.
Dalam penelitian ini juga terdapat beberapa kelemahan yang pada umumnya ditimbulkan oleh adanya berbagai keterbatasan dari peneliti. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain adalah metode sampling yang digunakan tìdak memilìkì tingkat keacakan yang teruji dan jumlah merek yang diuji hanya sebanyak 4 merek Sehingga ada kemungkinan hasil yang diperoleh tidak bisa niewakili persepsi dan perilaku semua konsumen pesawat TV di indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T2890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sanders, T. Irene
New York : The Free Press, 1998
658.401 2 SAN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M Naufal Muzakki Juliansyah
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku mahasiswa terhadap Kopinako dengan menggunakan 7Ps dari bauran pemasaran sebagai variabel indikator. Penelitian ini melibatkan 10 partisipan untuk diwawancarai. Pengumpulan data akan menggunakan wawancara semi terstruktur yang didasarkan pada protokol studi kasus. Penelitian ini menggunakan triangulasi lokasi dan anggota untuk validitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku konsumen terhadap Kopinako terutama dipengaruhi oleh faktor tempat yang bermitra dengan bukti fisik seperti aksesibilitas, suasana, arsitektur, dll. Sedangkan faktor berikut yang mempengaruhi perilaku konsumen Kopinako adalah faktor produk yang bermitra dengan harga. . Peneliti menemukan pola bahwa faktor tempat merupakan faktor yang mempengaruhi untuk menarik dan mempengaruhi niat konsumen seperti untuk belajar atau nongkrong. Sedangkan faktor produk dan harga merupakan faktor pendorong yang mempengaruhi konsumen apakah akan terjadi pembelian ulang atau tidak. Sesuai dengan hasil tersebut, pemasar dapat mengembangkan strategi pemasaran yang tepat dan alokasi sumber daya seperti berinvestasi di tempat sambil meningkatkan produk yang dapat membuat kedai kopi lebih unggul dari pesaing.

The purpose of this research is to study what factors that influences student’s behavior towards Kopinako using 7Ps of the marketing mix as the indicator variable. This research involves 10 participants to be interviewed. Data collection will using a semi-structured interview that is based on the study case protocol. This research uses a location and member triangulation for validity. The result showed that consumer behavior towards Kopinako mainly influenced by the place factor partnered with physical evidence such as the accessibility, the ambiance, the architecture, etc. while the following factor that influence the behavior of Kopinako consumer is the product factor partnered with the pricing. The researcher found a pattern that a place factor is the influencing factors to attract and influence consumer intention such as for studying or hanging out. While product and price factor are the drivers that influence consumer whether there will be a repeat purchase or not. Accordance to the result, marketers can develop appropriate marketing strategies and allocation of resources like investing on the place while improving the product that can make the coffee shop superior than competitors.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>