Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197270 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eviana
"ABSTRACT
Salah satu metode dalam pembuatan sistem pengantaran obat ke dalam usus besar adalah pembuatan obat yang sensitif dan bereaksi teradap kondisi lingkungan lokal pada usus besar, seperti pH dan enzim. Melapisi obat dengan polimer merupakan salah satu cara dari metode tersebut. Dalam penelitian ini, obat yang digunakan adalah bahan herbal yaitu ekstrak kulit manggis yang memiliki kandungan turunan xanthone yakni mangostin yang terbukti sebagai zat antioksidan, antiproliferatif, proapoptosis, antiinflamasi, dan antikarsinogenik Mikropartikel ini akan diisi ke dalam kapsul dengan metode hand-filling. Kapsul yang telah berisi obat tersebut akan dilapisi oleh biopolimer. Biopolimer yang digunakan di dalam penelitian ini adalah hidroksipropil metilselulosa HPMC , alginat, dan pektin. HPMC digunakan karena sifatnya yang mampu meningkatkan sifat mekanis dari polimer pelapis. Penggunaan alginat karena sifatnya yang tidak akan larut pada pH asam. Pektin digunakan karena adanya enzim pektinase yang hanya diproduksi di usus besar yang mampu mendegradasi pektin. Pelapisan biopolimer dilakukan dengan menggunakan cetakan. Kapsul dimasukkan ke dalam cetakan yang telah berisi cairan biopolimer pelapis. Pengujian kapsul yang telah dilapisi biopolimer adalah uji disolusi, uji pelepasan secara invitro, dan uji SEM. Kombinasi HPMC 0,3 M dengan alginat dengan variasi 3,5, dan 10 dan pektin dengan variasi konsentrasi 1 dan 2 dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi alginat dan pektin terhadap disolusi kapsul. Melalui uji disolusi, konsentrasi HPMC dengan konsentrasi 0.3 M dan pektin 2 merupakan konsentrasi terbaik. Uji pelepasan obat secara in vitro dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan pektin dan variasi alginat terhadap pelepasan obat. Hasil pengujian rilis dalam larutan sintetis gastrointestinal menunjukkan hasil terbaik diperoleh dari pelapisan kapsul dengan HPMC 0,3 M, alginat 3, dan pektin 2 dengan persentase pelepasan kumulatif sebesar 36.9 . Hasil penelitian ini menunjukkan potensi kapsul rumput laut yang dilapisi HPMC, alginat, dan pektin bisa digunakan sebagai alat pengantar zat aktif xanthone ke lokasi target yaitu kolon di sistem pencernaan.Salah satu metode dalam pembuatan sistem pengantaran obat ke dalam usus besar adalah pembuatan obat yang sensitif dan bereaksi teradap kondisi lingkungan lokal pada usus besar, seperti pH dan enzim. Melapisi obat dengan polimer merupakan salah satu cara dari metode tersebut. Dalam penelitian ini, obat yang digunakan adalah bahan herbal yaitu ekstrak kulit manggis yang memiliki kandungan turunan xanthone yakni mangostin yang terbukti sebagai zat antioksidan, antiproliferatif, proapoptosis, antiinflamasi, dan antikarsinogenik Mikropartikel ini akan diisi ke dalam kapsul dengan metode hand-filling. Kapsul yang telah berisi obat tersebut akan dilapisi oleh biopolimer. Biopolimer yang digunakan di dalam penelitian ini adalah hidroksipropil metilselulosa HPMC, alginat, dan pektin. HPMC digunakan karena sifatnya yang mampu meningkatkan sifat mekanis dari polimer pelapis. Penggunaan alginat karena sifatnya yang tidak akan larut pada pH asam. Pektin digunakan karena adanya enzim pektinase yang hanya diproduksi di usus besar yang mampu mendegradasi pektin. Pelapisan biopolimer dilakukan dengan menggunakan cetakan. Kapsul dimasukkan ke dalam cetakan yang telah berisi cairan biopolimer pelapis. Pengujian kapsul yang telah dilapisi biopolimer adalah uji disolusi, uji pelepasan secara invitro, dan uji SEM. Kombinasi HPMC 0,3 M dengan alginat dengan variasi 3,5, dan 10 dan pektin dengan variasi konsentrasi 1 dan 2 dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi alginat dan pektin terhadap disolusi kapsul. Melalui uji disolusi, konsentrasi HPMC dengan konsentrasi 0.3 M dan pektin 2 merupakan konsentrasi terbaik. Uji pelepasan obat secara in vitro dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan pektin dan variasi alginat terhadap pelepasan obat. Hasil pengujian rilis dalam larutan sintetis gastrointestinal menunjukkan hasil terbaik diperoleh dari pelapisan kapsul dengan HPMC 0,3 M, alginat 3, dan pektin 2 dengan persentase pelepasan kumulatif sebesar 36.9. Hasil penelitian ini menunjukkan potensi kapsul rumput laut yang dilapisi HPMC, alginat, dan pektin bisa digunakan sebagai alat pengantar zat aktif xanthone ke lokasi target yaitu kolon di sistem pencernaan.

ABSTRACT
One of the method in drug delivery systems colon spesific is the drug manufacture that sensitive and resistant to physiology conditions of colon, such as pH and enzymes. To achieve this condition, one of the method that can be used is drug coating with polymer. In this research, selected drug main ingredient is herbal ingredient of mangosteen peel extract that contains xanthones derivatives which is proven as antioxidant, antiproliferative, proapoptosis, antiinflammatory, and anticarcinogenic substances. The microparticle will be filled into the capsule by hand filling method. Capsules that have filled the drug will be coated by biopolymers. The biopolymers used in this research are hydroxypropyl methylcellulose HPMC , alginat, and pectin. HPMC is used because of its properties that can improve the mechanical properties of polymer coatings. The use of alginate due to its insolubility in acid fluid. Pectin is used because of the pectinase enzyme produced only in the colon which is able to degrade pectin. Biopolymer coating is done using a mold. The capsule is inserted into a mold that already contains a coating biopolymer liquid. Tests that will be performed are dissolution test, invitro release test, and SEM test. Combination of HPMC 0,3 M with alginat with concentration variation of 3,5, and 10 and pectin with concentration variation of 1 and 2 was done to determine the effect of alginat and pectin concentration in capsule dissolution. Through dissolution test, HPMC 0,3 M and pectin 2 is the best concentration. The in vitro drug release test was conducted to determine the effect of pectin addition and alginat concentration variation in drug release. The release test showed the best results obtained from the coating capsule with HPMC 0,3 M, alginat 3, and pectin 2 with cumulative release percentage of 36.9. The results of this study indicate the potential of seaweed capsules coated HPMC, alginat, and pectin can be used as delivery system of xanthone active substances to target location of colon in the digestive system. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurora Syafrina Zahra Ghaida
"α-Mangostin merupakan ekstrak dari kulit manggis yang belakangan ini sedang diteliti untuk sifat antioksidannya. α-Mangostin dapat diserap dengan baik oleh tubuh terutama pada usus besar sehingga penghantaran obat secara oral melalui mulut dipilih. Namun, pemberian obat secara oral memiliki tantangan yaitu kondisi pada saluran pencernaan yang begitu ekstrem, terutama pada lambung yang dapat mendegradasi α-mangostin sebelum sampai ke usus besar. Oleh karena itu, matriks biopolimer campuran kitosanalginat- pektin dengan penambahan asam askorbat dan asam folat digunakan untuk mengenkapsulasi α-mangostin agar terjadi pelepasan lambat di dalam usus besar. α- Mangostin dilarutkan dengan Deep Eutectic Solvent (DES) yang terdiri dari campuran kolin klorida dan 1,2-propana untuk menggantikan pelarut konvensional karena DES mampu mengekstraksi α-mangostin dari kulit manggis dengan baik dengan karakteristiknya yang tidak beracun, dan aman untuk dikonsumsi. Matriks obat dibuat melalui proses pengeringan beku karena tidak melibatkan suhu tinggi dan tidak ada senyawa bioaktif yang terbuang selama preparasi. Penelitian ini diharapkan memperoleh hasil analisis mengenai penambahan asam askorbat dan asam folat pada formula kitosanalginat- pektin untuk mengenkapsulasi mangostin yang dilarutkan dalam DES dan memperoleh profil pelepasan senyawa bioaktif mangostin, asam askorbat, dan asam folat pada formula kitosan-alginat-pektin. mikropartikel kitosan-alginat-pektin dan DES dalam sistem pencernaan manusia. Ekstrak yang digunakan memiliki kemurnian α-mangostin sebesar 76,8%. Sampel yang dibuat sebanyak 4 sampel dengan rendemen berkisar antara 58% sampai 62% dengan pembebanan aktual di atas pembebanan teori. Matriks tersebut mengandung kandungan fenolik 184,332mg GAE/g ekstrak, kandungan antioksidan 102919,021 μmol Fe(II)/100 g matriks, dan IC50 85,502ppm. Pada uji pelepasan, persentase pelepasan kumulatif untuk ekstrak manggis, asam askorbat, dan asam folat di bawah 30%.

α-Mangosteen, an extract from the peel of mangosteen, is being studied for its potential as an antioxidant. Mangosteen is best administered orally because it is readily absorbed in the colon. The extreme condition in the gastrointestinal tract, particularly in the stomach, where α-mangosteen is degraded before it reaches the colon, presents difficulties for oral administration of the medication. Therefore, α-mangosteen was enclosed in a mixed chitosan, alginate, and pectin biopolymer matrix along with ascorbic acid and folic acid for gradual release in the large intestine. Conventional solvents were replaced with Deep Eutectic Solvent (DES), which is composed of choline chloride and 1,2-propanediol and is capable of extracting α-mangosteen from mangosteen peel effectively. DES is also non-toxic and safe for human consumption. The preparation of the drug matrix was carried out using freeze drying because it did not involve high temperatures and the process of removing some of the bioactive compounds during preparation. This research is expected to obtain analysis results regarding the addition of ascorbic acid and folic acid to the chitosan-alginate-pectin formula to encapsulate mangostin which is dissolved in DES and obtain release profiles of the bioactive compounds mangostin, ascorbic acid, and folic acid in chitosan-alginate-pectin microparticles and DES in the human digestive system. The extract used had α-mangostin purity of 76.8%. The samples made were 4 samples with a yield ranged from 58% to 62% with the actual loading is above the theoritical loading. The matrix contains phenolic content of 184.332mg GAE/g extract, antioxidant content of 102919.021 μmol Fe(II)/100 g matrix, and IC50 85,502ppm. In the release test, the cummuative release percentage for mangoste extract, ascorbic acid, and folic acid is below 30%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geri Atarik Sulolipu
"±-Mangostin merupakan senyawa dari kulit manggis yang belakangan ini sedang diteliti untuk sifat antioksidannya. Pemberian obat secara oral memiliki tantangan berupa lingkungan pada saluran pencernaan yang begitu ekstrem, terutama pada bagian lambung yang dapat membuat α-mangostin terdegradasi sebelum sampai ke usus besar. Oleh karena itu, digunakan matriks biopolimer campuran kitosan-alginat-pektin untuk mengenkapsulasi α-mangostin agar terjadi pelepasan lambat di dalam usus besar. α-mangostin dilarutkan dengan deep eutectic solvent (DES) yang terdiri dari campuran kolin klorida dan 1,2-propanadiol menggantikan pelarut. Pembuatan matriks obat dilakukan menggunakan pengeringan beku. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan formulasi matriks kitosan-alginat-pektin mengandung DES yang dioptimasi menggunakan metode box-behnken agar mendapatkan profil rilis α-mangostin optimum dalam uji rilis in vitro. Ekstrak yang digunakan memiliki kemurnian α-mangostin sebesar 90,35%. Sampel yang dibuat sebanyak 15 sampel mengikuti jumlah sampel yang diperlukan untuk response surface methodology (RSM). Yield berkisar antara 83% sampai 91%, loading aktual dari sampel berada dibawah loading teoritis. Sampel diuji karakteristiknya secara fisik menggunakan uji SEM, FTIR, dan XRD. Matriks memiliki kandungan fenolik sebesar 156,899 mg GAE/g ekstrak, kandungan antioksidan sebesar 843,88 µmol Fe(II)/100 g matriks, dan IC50 502,79 ppm. Pada pengujian rilis ekstrak didapatkan sampel terbaik dengan rilis kumulatif tertinggi 77,31% di SCF. Ke-15 sampel kemudian dioptimasi untuk mendapatkan formulasi terbaik. Model optimasi didapatkan dengan p-value <0,0001, di mana model ini signifikan.

±-Mangostin is a compound from the skin of the mangosteen which is currently being studied for its antioxidant properties. Oral administration of drugs has challenges in the form of an extreme environment in the digestive tract, especially in the stomach where α -mangostin is degraded before it reaches the large intestine. Therefore, a mixed chitosan-alginate-pectin biopolymer matrix was used to encapsulate α-mangostin for slow release in the large intestine. α-mangostin was dissolved with a deep eutectic solvent (DES) consisting of a mixture of choline chloride and 1,2-propanediol in place of the solvent. The drug matrix was made using freeze drying. This research aims to find a chitosan-alginate-pectin matrix formulation containing DES which is optimized using the box-Behnken method in order to obtain the optimum α-mangostin release profile in an in vitro release test. The extract used had α-mangostin purity of 90.35%. The samples made were 15 samples following the number of samples required for response surface methodology (RSM). Yield ranged from 83% to 91%, the actual loading of the sample was below the theoretical loading. The samples were tested for physical characteristics using SEM, FTIR, and XRD tests. The matrix contains phenolic content of 156.899 mg GAE/g extract, antioxidant content of 843.88 mol Fe(II)/100 g matrix, and IC50 502.79 ppm. In the extract release test, the best sample was obtained with the highest cumulative release of 77.31% in SCF. The 15 samples were then optimized to get the best formulation. The optimization model was obtained with p-value <0.0001, where this model is significant."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frisca Natalie
"Berdasarkan penelitian Suherman et al, prevalensi gastroesophageal reflux disease (GERD) di Indonesia sudah mencapai angka yang cukup tinggi yaitu sebesar 27,4 % pada tahun 2016. GERD merupakan penyakit yang tidak mematikan tetapi akan menyebabkan penyakit yang sangat serius jika tidak ditangani dengan baik. Tantangan pada obat yang digunakan dalam pengobatan GERD saat ini adalah efek samping, gastric retention time yang singkat, dan bioavaibilitas yang rendah. Oleh sebab itu, pembuatan mikropartikel terapung dengan kandungan ekstrak Moringa oleifera merupakan solusi yang tepat. Mikropartikel yang mengandung ekstrak Moringa oleifera akan dibuat menggunakan metode non-solvent evaporation method dengan memanfaatkan polimer yang memiliki densitas rendah seperti HPMC K4M dan EC sehingga didapatkan mikropartikel terbaik yaitu, D1H4 dengan yield (95,2%), nilai ekstrak dalam mikropartikel (0,058 mgQE/g ekstrak), entrapment efficiency (1,16%), loading capacity (1,21%), %rilis kumulatif flavonoid (jam 24, 21,87%), dan kemampuan mengapung (1 jam) yang baik. Selain itu, mikropartikel alginat dengan kandingan natrium bikarbonat dan ekstrak Moringa oleifera melalui ionotropic gelation method akan didapatkan mikropartikel terbaik yaitu, D4X4A10 dengan freeze dried yang memiliki nilai yield (151,82%), nilai ekstrak dalam mikropartikel (0,057 mgQE/g ekstrak), entrapment efficiency (2,85%), loading capacity (0,61%), %rilis kumulatif flavonoid (jam 24, 33,875%) , dan kemampuan mengapung (90%, 8 jam) yang baik. Karakteristik mikropartikel lainnya seperti scanning electron microscopy (SEM) dan ukuran mikropartikel diukur melalui pengujian.

According to research by Suherman et al., the prevalence of gastroesophageal reflux disease (GERD) had reached a rather high percentage which is 27.4% in 2016. GERD is not a life-threatening disease however proper handling of GERD will reduce the possibility of developing other chronic disease associated with GERD. Challenge in designing drugs as a treatment for GERD are the side effects, brief gastric retention time, and low bioavailability. Thus, floating microparticles containing Moringa oleifera extract is the right solution to overcome the challenges. Microparticles containing Moringa oleifera extract will be constructed by non-solvent evaporation method by utilizing low-density polymers such as HPMC K4M and EC resulting D1H4 as the best formulation with characteristics, yield (95,2%), extract in particles (0,058 mgQE/g ekstrak), entrapment efficiency (1,16%), loading capacity (1,21%), % flavonoid cumulative release (jam 24, 21,87%), and floating capacity (1 hr). In addition, microparticles made by ionotropic gelation methods using alginate in entrapping Moringa oleifera extract and sodium bicarbonate are used as an additional treatment for gastric acid neutralization resulting freezed dryed microparticles D4X4A10 with characteristics yield (151,82%), extract in particles (0,057 mgQE/g ekstrak), entrapment efficiency (2,85%), loading capacity (0,61%), % flavonoid cumulative release (jam 24, 33,875%) , dan floating capacity (90%, 8 hr). Other characteristics of the microparticles such as scanning electron microscopy (SEM) and microparticle size will also be determined."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Maulani
"ABSTRAK
Telah dilakukan penetapan kadar dan studi kinetika pelepasan kodein dalam sediaan kapsul lepas lambat yang berisi campuran kodein dan feniltoloksamin. Penelitian ini dilaksanakan atas dasar belum tersedianya metode analisis untuk penetapan kadar kodein dalam sediaan kapsul lepas lambat yang beredar di Indonesia. Kodein dalam sediaan ini terikat pada resin penukar kation poli(stirene-divinilbenzen)sulfonat, sehingga dalam pengembangan metode penetapan kadarnya dilakukan ekstraksi menggunakan larutan amonia 32 % dalam metanol dengan prinsip penukaran ion. Hasil ekstraksi kemudian ditetapkan kadarnya menggunakan HPLC detektor UV/PDA dengan kolom C18 dan fasa gerak sistem gradien. Hasil menunjukkan bahwa metode yang digunakan memiliki nilai perolehan kembali kodein sebesar 99,34 %, sedangkan presisi metode yang ditunjukkan dengan nilai persen RSD untuk kodein adalah 0,95 %. Studi kinetika pelepasan kodein menunjukkan bahwa pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan alat disolusi tipe 2 dengan media larutan buffer fosfat pH 6,8. Hasil disolusi selama 12 jam kodein terlepas secara bertahap dengan jumlah kumulatif yang terlarut mencapai 92 %. Model kinetika meengikuti mengikuti 2 model, yaitu 10 menit pertama orde satu, dan selanjutnya model Higuchi.

ABSTRACT
Determination of codeine in sustained release capsule where the active drug component is codeine and phenyltoloxamine have been conducted. This research was conducted due to the lack of analytical method of codeine assay in the sustained release capsule available in Indonesia. Codeine in the product was a mixture with phenyltoloxamine and both were bound to ion exchange resin poly (stirene divynilbenzen) sulfonate, therefor in the extraction system ammonia solution in methanol was used, the ammonium ion can replace the drug ion and turn it in to molecular form, codeine molecular will be extracted from the resin, and then the quantity was determine by HPLC UV/PDA detector with C18 column and gradient mobile phase system. From the method validation, the result shows that the method is valid, it has a good recovery of 99,34 %, and a good precission of 0,95 % relative standard deviation from 10 repetition. Codeine was released gradually in 12 hours and the cummulative released codeine was 92 %. The appropriate release model was following 2 pattern, the first 10 minute was following first order, and the rest was following Higuchi’s equation."
Universitas Indonesia, 2013
T32960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsa Septiawan
"ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi terbanyak yang terinfeksi tuberculosis (TB), termasuk infeksi TB ekstrapulmonal yang merusak tulang belakang. Berdasarkan aturan WHO, pengobatan tuberkulosis tulang belakang membutuhkan pemberian obat antituberkulosis setiap hari selama 6 bulan . Untuk mengatasi kemungkinan kepatuhan pasien yang rendah dan kesulitan pengantaran obat menuju jaringan yang rusak, diperlukan sediaan
pelepasan obat terkendali dalam bentuk implan polimer. Polimer PVA memiliki sifat tidak toksik, biodegradable, dan sifat mekanisnya dapat disesuaikan untuk meniru berbagai macam jaringan lunak. Pada penelitian ini digunakan hidrogel PVA-pektin, dibuat menggunakan
metode freeze thaw, yang termuati obat anti tuberkulosis rifampicin. Pektin ditambahkan untuk mengatur laju pelepasan obat karena pektin dapat berinteraksi dengan rifampicin. Pembuatan hidrogel PVA-pektin sebagai penghantar rifampicin dioptimasi menggunakan metode respon permukaan dengan empat variabel bebas: loading rifampicin (20%, 30%, 40%), konsentrasi larutan PVA (10%, 15%, 20%), konsentrasi larutan pektin (0%, 0,5%, 1%), dan jumlah siklus freeze thaw (2, 4, 6 kali). Data pelepasan hasil pengamatan selama 90 hari menunjukkan bahwa profil rilis rifampicin mengikuti kinetika rilis orde nol. Penambahan loading rifampicin, pengurangan konsentrasi PVA dan konsentrasi pektin, serta pengurangan jumlah siklus freeze thaw meningkatkan baik rilis kumulatif rifampicin maupun swelling hidrogel PVA. Formulasi dengan jumlah siklus freeze thaw 6 kali menghasilkan jaringan kristal yang lebih teratur berdasarkan pengamatan pada uji SEM. Hasil FTIR menunjukkan adanya interaksi PVA dengan pektin. Rifampicin telah berhasil berinteraksi dengan hidrogel PVA-pektin berdasarkan hasil DSC dan ketahanan termal rifampicin meningkat ketika berada dalam hidrogel PVApektin. Uji XRD menyatakan ukuran kristal meningkat dengan bertambahnya siklus freeze thaw dari 2 kali (9,58 nm) menjadi 6 kali (23,79 nm) dan dengan penurunan loading rifampicin dari 40% (9,09 nm) menjadi 20% (9,58 nm). Kondisi optimum matriks hidrogel diperoleh pada 39,7% loading rifampicin, 10,3% PVA, 0,3% pektin, dan 2 kali siklus freeze thaw yang menghasilkan rilis rifampicin sebanyak 74,2% selama 3 bulan.

ABSTRACT
Indonesia is one of the countries with the largest population infected with tuberculosis (TB), including extrapulmonary TB infection which damages the spine. Based on WHO regulations, treatment of spinal tuberculosis requires the provision of anti-tuberculosis drugs every day for 6 months. To overcome the possibility of low patient adherence and the difficulty of delivering the drug to the damaged tissue, a controlled release of the drug in the form of a polymer implant is needed. PVA polymers have non-toxic, biodegradable properties and their mechanical properties can be adjusted to mimic a variety of soft tissue tigers. In this study the PVA-pectin hydrogel, made using the freeze thaw method, is loaded with the anti-tuberculosis drug rifampicin. Pectin is added to regulate the rate of drug release because pectin can interact with rifampicin. The making of PVA-pectin hydrogel as an agent for rifampicin is optimized using the response surface method with four independent variables: rifampicin loading (20%, 30%, 40%), concentration of PVA solution (10%, 15%, 20%), concentration of pectin solution (0 %, 0,5%, 1%), and the number of freeze thaw cycles (2, 4, 6 times). The release data of observations for 90 days showed that the rifampicin release profile followed the zero-order release kinetics. The addition of rifampicin loading, reduction of PVA concentration and pectin concentration, as well as reduction in the number of freeze thaw cycles increase both the cumulative release of rifampicin and swelling hydrogel PVA. The formulation with 6 times of freeze thaw cycles produces more regular crystal network based on observations in the SEM test. FTIR results show the interaction of PVA with pectin. Rifampicin has successfully interacted with the PVA-pectin hydrogel based on DSC results and the thermal resistance of rifampicin increased when it was in the PVA-pectin hydrogel. The XRD test revealed that the
crystal size increased with increasing freeze thaw cycle from 2 times (9,58 nm) to 6 times (23,79 nm) and with a decrease in rifampicin loading from 40% (9,09 nm) to 20% (9,58 nm). The optimum condition of hydrogel matrix was obtained at 39,7% loading of rifampicin, 10,3%
PVA, 0,3% pectin, and 2 freeze thaw cycles which resulted in rifampicin release of 74,2% for 3 months."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christye Aulia
"Penyakit inflamasi usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) merupakan penyakit peradangan yang terjadi pada kolon, penyakit ini sebaiknya diobati dengan sistem penghantaran obat tertarget pada bagian spesifik. Sistem penghantaran yang ditargetkan untuk pengobatan IBD dirancang untuk meningkatkan konsentrasi obat pada jaringan lokal. Deksametason merupakan obat yang memiliki efek anti inflamasi dan antifibrosis yang dapat digunakan untuk memperbaiki jaringan parut yang timbul pasca operasi IBD. Penelitian ini bertujuan untuk membuat beads kalsium-alginat deksametason yang hanya dilepas pada kolon. Beads dibuat menggunakan natrium-alginat yang disambung silang dengan Ca2+ melalui metode gelasi ionik, dengan perbandingan antara natrium alginat-deksametason (3:1). Konsentrasi natrium-alginat yang digunakan sebesar 3% b/v dengan varian konsentrasi CaCl2 sebagai agen sambung silang yakni 2% (formula 1), 3% (formula 2), dan 4% (formula 3). Beads yang telah dibuat akan dikarakterisasi untuk mengetahui bentuk dan morfologi beads, distribusi ukuran partikel beads, kadar air, efisiensi proses, indeks mengembang, uji kandungan obat, efisiensi penjerapan deksametason dalam beads dan evaluasi pelepasan obat secara in vitro yang kadar deksametasonnya ditetapkan secara spektrofotometri UV-Vis. Hasilnya diperoleh bentuk beads yang hampir bulat dengan kisaran ukuran antara 630 - >800 µm. Efisiensi penjerapan terbesar diperoleh dari beads formula 1 yaitu sebesar 98,14% sedangkan setelah disalut dengan eudragit® S100 menggunakan alat fluid bed dryer diperoleh beads formula 4 dengan efisiensi penjerapan sebesar 67,78%. Beads formula 1 hanya bersifat enterik dan belum mampu menahan pelepasan zat aktif hingga di pH kolon, sedangkan beads formula 4 memiliki profil pelepasan yang lebih baik karena dapat melepas zat aktif sampai di pH kolon secara bertahap dan bertahan selama 8 jam saat di pH kolon.

Inflammatory Bowel Disease (IBD) is a disease of inflammation in the colon, therefore this disease should be treated with targeted drug delivery systems on site-specific. Targeted delivery systems for the treatment of IBD is designed to increase the drug concentration in the local tissue. Dexamethasone is a drug having anti-inflammatory and antifibrosis effects which is used to repair scar tissue arising from postoperative IBD. This research purpose to create calcium-alginate beads dexamethasone to be released only in the colon. Beads were made ​​by using sodium-alginate and Ca2+ as crosslinker by ionic gelation method, with ratio between sodium alginate-dexamethasone (3:1). A concentration of solution sodium alginate 3 % b/v with variation concentration of crosslinker is 2% (formula 1), 3% (formula 2), and 4% (formula 3). Beads ​​will be characterized to determine the form and morphology of the beads, particle size distribution of the beads, moisture content, process efficiency, swelling ratio, drug content, encapsulation efficiency and drug release determined by spectrophotometry UV-Vis. The results obtained were spherical beads with a size range between 630 -> 800 μm with the greatest encapsulation efficiency obtained from the beads formula 1 with the amount of 98.14% and after coated with Eudragit® S100 using a fluid bed dryer apparatus, beads of formula 4 was obtained with an encapsulation efficiency of 67,78%. Beads formula 1 were only released in stomach pH and not able to hold up the release of the active substance in colonic pH, whereas beads of formula 4 releasing dexamethason gradually more than 8 hours in colonic pH, and has a better release profile for the active substance.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S44878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriellius Chandra
"Patch transdermal (transdermal patch) adalah plester berperekat khusus yang mengandung obat, yang dirancang untuk ditempelkan pada kulit. Tujuannya adalah untuk memberikan dosis obat yang tepat melalui kulit dan masuk ke dalam aliran darah. Dalam penelitian ini, patch transdermal yang berbasis polimer alami diformulasikan menggunakan campuran pati sagu (Metroxylon sagu) dan HPMC (Hidroksipropil Metilselulosa) dengan teknik solvent casting. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi dan mengevaluasi patch transdermal dari polimer pati sagu. Carvedilol digunakan sebagai obat yang diantarkan melalui patch transdermal berbasis pati sagu/HPMC. Penambahan Polietilen Glikol dilakukan sebagai plastisizer untuk meningkatkan sifat fisikokimia polimer. Patch transdermal yang dihasilkan menunjukkan permukaan yang homogen berdasarkan citra SEM dengan massa yang konsisten berkisar 20,9 - 21,07 mg/cm2 dan ketebalan 0,22 - 0,24 mm. Formulasi dengan komposisi pati sagu yang tinggi juga menunjukkan kadar kelembapan yang lebih rendah (< 4%). Uji pelepasan Carvedilol secara in-vitro menunjukkan percepatan pelepasan obat pada formulasi dengan komposisi HPMC yang tinggi yaitu hingga 62,47%. Hasil penelitian ini berhasil menunjukkan karakteristik polimer pati sagu/HPMC dengan penambahan Polietilen Glikol sebagai plastisizer pada aplikasi patch transdermal.

A transdermal patch is a special adhesive plaster containing medication, which is designed to be attached to the skin. The goal is to deliver the correct dose of medication through the skin and into the bloodstream. In this research, a natural polymer-based transdermal patch was formulated using a mixture of sago starch (Metroxylon sago) and HPMC (Hydroxypropyl Methylcellulose) using the solvent casting technique. This study aims to formulate and evaluate a transdermal patch from sago starch polymer. Carvedilol is used as a drug delivered via a sago starch/HPMC based transdermal patch. The addition of Polyethylene Glycol is carried out as a plasticizer to improve the physicochemical properties of the polymer. The resulting transdermal patch showed a homogeneous surface based on SEM images with a consistent mass ranging from 20.9 - 21.07 mg/cm2 and a thickness of 0.22 - 0.24 mm. Formulations with a high sago starch composition also show lower moisture content (< 4%). The in-vitro Carvedilol release test showed accelerated drug release in formulations with a high HPMC composition, namely up to 62.47%. The results of this research succeeded in showing the characteristics of sago starch/HPMC polymer with the addition of Polyethylene Glycol as a plasticizer in transdermal patch applications."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Markus
"ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis, dan menjadi penyakit dengan pengidap terbesar kedua di Indonesia. Infeksi bakteri TB diawali dengan infeksi jaringan paru-paru akibat kemampuan bakteri yang dapat menyebar melalui udara. Bakteri TB dapat menginfeksi jaringan lain seperti pada tulang belakang. Penangangan penyakit TB saat ini dilakukan dengan mengonsuksi obat anti tuberculosis (OAT), yang terdiri dari Rifampicin (RIF), Isoniazid (INH), Ethambutol Hidroklorida (ETH), dan Pirazinamid (PZA), yang setidaknya dilakukan selama 4-6 bulan untuk TB Paru-paru dan 9-18 bulan untuk TB Tulang belakang. Pengobatan metode tradisional dengan oral dan operasi ini memiliki tantangan dengan waktu shelf life OAT yang rendah dan juga kepatuhan pasien TB untuk proses pengobatan. Pada penelitian ini bertujuan untuk menguji profil rilis obat dalam matriks berbahan dasar polimer Polivinil Alkohol (PVA), Pektin, Kitosan dan Asam Polilaktik-Glikolik untuk mengenkapsulasi OAT. Profil rilis dari matriks tanpa pelapisan PLGA dan dengan pelapisan dip coating PLGA dibandingkan untuk dilihat profil rilis OAT yang optimal. Pengujian matriks yang dilakukan adalah uji pelepasan secara in vitro, uji SEM dan uji FTIR, dan uji swelling ratio. Hasil morfologi SEM menunjukkan pengaruh konsentrasi polimer yang semakin tinggi akan menghasilkan pori-pori yang lebih kecil, namun pelapisan dengan PLGA menghasilkan pori-pori yang lebih besar diakibatkan dari karakteristik yang kurang baik dari PLGA 5050. Spektra FTIR menunjukkan adanya interaksi antara gugus-gugus PLGA dengan matriks, yang menunjukkan adanya kehadiran coating pada sampel yang diujikan. Profil pelepasan OAT menunjukkan adanya pengurangan jumlah OAT yang dilepaskan matriks dengan penambahan konsentrasi Pektin dan Kitosan, dengan obat Rifampicin tidak mengalami burst release dibandingkan ketiga obat lainnya. Didukung dari hasil uji FTIR, pelapisan matriks dengan PLGA menunjukkan perlambatan pelepasan OAT yang lebih signifikan dibandingkan dengan penambahan konsentrasi polimer, mencapai nilai rata-rata penurunan 34% pada 16 sampel.

ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis bacteria and become second most threatening disease in Indonesia. Infection first began with lung being infected because the bacteria can spread through air. The bacteria can infect other tissues such as spinal bones. Traditional treatment of this disease is done with consuming anti tubercular drugs (ATD) including Rifampicin (RIF), Isoniazid (INH), Ethambutol Hydrochloride (ETH) and Pirazinamide (PZA), that took at least 4-6 months for lung tuberculosis and 9-18 months for spinal tuberculosis. Oral drugs treatments are faced with challenges such as short shelf life of ATD and low compliance of the patients to follow all treatments. This research aims to test the release profile of ATD in matrices based on biopolymer such as Polyvinyl Alcohol (PVA), Pectin, Chitosan, and Polylactic-glycolic Acid (PLGA) to encapsulate ATD. The release profile of matrix without PLGA coating and matrix with PLGA coating through dip coating method are compared to evaluate which one is more optimal. Matrices is tested using in vitro release, SEM and FTIR, and swelling ratio test. Morphology results from SEM shown the effects of higher polymer concentration resulting smaller pores in matrices but, by adding PLGA coating, the pores are bigger caused by the poor characteristics of PLGA 5050. FTIR spectra results shown interaction between chemical groups in PLGA and matrices, indicating for the presence of PLGA coating in the samples. In vitro release test shown a decrease of ATD release from matrices with increasing Chitosan and Pectin concentration, with only Rifampicin does not undergo burst release compare to other drugs. From FTIR results, coating matrices with PLGA indicating more significant retardation of drug release than higher polymer concentration, reaching average slower rate by 34% in sixteen samples."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Davianda Bagus Hendaru
"Dalam sistem perpipaan, energi yang digunakan dalam pentransportasian fluida terdapat kerugian yang disebabkan oleh adanya friksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak rumput laut dalam pengurangan friksi di dalam pipa. Variasi konsentrasi ekstrak rumput laut yang digunakan sebesar 100 ppm hingga 400 ppm. Metode pencampuran yang digunakan secara mechanical steering dengan perbedaan waktu pencampuran yaitu 15 menit dan 60 menit. Terdapat 3 pipa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 2 pipa geometri bulat dengan diameter yang berbeda dan 1 pipa geometri spiral. Penelitian ini menghasilkan pengurangan hambatan terbesar sebesar 34,15 di pipa spiral pada konsentrasi 400 ppm 60 menit.

In piping system, the energy was used for transport the fluid have a losses caused by friction. This study was conducted to determine the effect of seaweed extract that where used for reducing friction in pipeline. Concentration variations of seaweed extract was used about 100 ppm until 400 ppm. Mechanical steering was used as mixing method with differences in mixing time about 15 minutes and 60 minutes. There are 3 pipes that used in this study, 2 circular pipe with different diameter and 1 spiral pipe. This study conducted the result in maximum drag reduction is about 34,15 in spiral pipe with concentration variation of 400 ppm 60 minutes."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S67727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>